Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL SKIRIPSI

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN BEAM


DI DESA RINDU HATI BENGKULU TENGAH

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat


dalam memperoleh gelar sarjana teknik
pada jurusan teknik sipil

Disusun Oleh :

Nama : Dzulhad Agam Reto


Wiguno
Npm : 15100056

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU
2019

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Tujuan penelitian .............................................................................2
1.3 Manfaat penelitian ...........................................................................2
1.4 Lingkup permasalahan ....................................................................3
1.5 Metode penulisan ............................................................................3
1.6 Sistematika penulisan ......................................................................3
BAB II DAFTAR PUSTAKA
2.1 Sistematika penulisan ......................................................................5
2.1.1 Pengertian jembatan ..............................................................5
2.1.2 Peran jembatan ......................................................................5
2.2 Baja konstruksi ................................................................................6
2.3 Proses perencanaan jembatan ..........................................................7
2.3.1 Tahap perencanaan ...............................................................7
2.3.2 Pemilihan lokasi jembatan ....................................................8
2.3.3 Layout Jembatan ...................................................................10
2.4 Peraturan-peraturan perencanaan jembatan ....................................11
2.5 Pembebanan Jembatan ....................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jembatan merupakan strukur bangunan yang sangat penting untuk
menghubungkan suatu daerah kedaerah lain yang sulit dijangkau karena adanya
rintangan misalnya laut, danau, sungai, rawa, lembah ataupun jurang.
Perkembangan wilayah di suatu daerah memerlukan sarana dan prasarana yang
memadai untuk menunjang kegiatan perekonomian, pemerintahan, pengembangan
wilayah dan lain-lain. Mobilisasi kegiatan-kegiatan tersebut sangat tergantung
pada sarana transportasi. Oleh karenan itu diperlukan suatu struktur bangunan
yang effisien. Salah satu struktur bangunan yang paling penting adalah jembatan
yang berfungsi untuk menghubungkan ruas jalan yang terputus oleh rintangan
yang dapat berupa rintangan alam maupun lalu lintas itu sendiri sehingga ruas
jalan yang terputus tersebut dapat ditempuh dengan mudah dan hanya memakan
waktu yang lebih singkat.
Perencanaan jembatan merupakan salah satu upaya meningkatkan aktivitas
perekonomian dan menunjang kelancaran lalu lintas pada daerah-daerah sehingga
untuk menjangkau daerah yang satu dengan daerah yang lain lebih efisien dan
efektif. Maka dari itu diperlukannya perencanaan pembangunan jembatan di
daerah Desa Rindu Hati Kabupaten Bengkulu Tengah ini direncanakan karena
jembatan yang tidak mampu melayani lalu lintas kendaraan dengan baik.
Berkembangnya Provinsi Bengkulu beserta Kabupatennya ini sangat
memungkinkan memiliki lalu lintas harian rata-rata yang lumayan tinggi sehingga
jembatan yang ada berpotensi menganggu para pengguna kendaraan yang
melintas. Permasalahan tersebut bisa terjadi diakibatkan oleh tidak adanya
perencanaan yang matang dari instansi yang terkait.
Jembatan Sungai Desa Rindu Hati yang mulanya menggunakan jembatan
gantung/kabel dirubah menjadi jembatan rangka baja yang memanfaatkan
aboutment yang lama, direncanakannya dengan menggunakan jembatan rangka
baja karena bentang sungai di Desa Rindu Hati relatif panjang dan

1
2

melihat beberapa keuntungan dari jembatan rangka baja itu sendiri. Jembatan
baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang yang panjang
dengan beban yang diterima cukup besar seperti halnya beton prategang,
penggunaan jembatan baja banyak digunakan dan bentuknya lebih bervariasi.
Keunggulan dari material baja itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi sehingga dapat mengurangi ukuran
struktur serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur. Hal ini cukup
mengguntungkan bagi struktur-struktur jembatan yang berada pada kondisi
tanah yang buruk.
2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi tidak seperti halnya material beton
bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun, material baja
jauh lebih seragam/homogeny serta mempunyai tingkat keawetan yang jauh
lebih tinggi jika dilakukan perawatan secara semestinya.
3. Kemudahan penyambungan antar satu dengan lainnya menggunakan alat
sambungan las atau baut. Kecepatan pelaksanaan kontruksi baja juga menjadi
suatu keunggulan material baja.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari perencanaan jembatan baja tipe balok (The Beam Bridge) ini
yaitu untuk membangun jembatan baja agar baik digunakan, aman, nyaman,
ekonomis, dan efisiensi bagi penggunaanya yang akan melintasi jembatan. Selain
itu untuk menghitung beban yang mampu dipikul oleh jembatan balok baja.
Sedangkan tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini yaitu untuk menyelesaikan
pendidikan S1 Teknik sipil di Universitas Prof. Dr. Hazairin. SH. Kota Begkulu
1.3 Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari perencanaan jembatan ini yaitu dapat menganalisis
Struktur Jembatan baja tipe balok (the Beam Bridge) dengan Bentang 30 Meter
dan dituangkan dalam gambar untuk mempermudah perancangan jembatan.
Sementara itu manfaat bagi penulis adalah dapat menerapkan ilmu pengetahuan
yang didapat selama perkuliahan dengan mendesain kontruksi berupa jembatan
rangka baja sebagai Tugas Akhir yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Teknik (S.T).
3

1.4 Lingkup Permasalahan


Ruang lingkup dari perumusan masalah dalam perencanaan ini penulis akan
merencanakan jembatan pada Sungai di Desa Rindu Hati yang akan
menghubungkan Desa Rindu Hati ke area persawahan/perkebunan ke. Adapun
Segmen yang menjadi perhatian didalam perhitungan tugas akhir ini dititik
beratkan pada perhitungan :
a. Perhitungan Bangunan Atas Jembatan
1. Perhitungan Lantai Jembatan
2. Perhitungan Gelagar Memanjang
3. Perhitungan Gelagar Melintang
4. Sambungan Mengikuti Praturan Yang Berlaku
5. Pagar Pengaman Jembatan
6. Perhitungan Rangka Utama.
7. Pembebanan Struktur Atas Mengikuti Peraturan Jembatan
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan untuk menulis tugas akhir ini adalah menggunakan
metode studi literatur yaitu mencari bahan-bahan dari beberapa buku yang
berkaitan dengan masalah yang diperlukan dan analisis dari data perencanaan
yang ada.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan atau penyusunan tugas akhir ini disusun dalam beberapa
bab, dimana setiap bab dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab agar
permasalahannya menjadi lebih jelas. Susunan bab tersebut secara garis besar
terdiri dari:

Bab I. Pendahuluan
Meliputi : Mengemukakan tentang sistem informasi dari
penelitian ini yang berkenan dengan latar belakang, maksud dan
tujuan, manfaat penelitian, lingkup permasalahan dan sistematika
penulisan.
4

Bab II. Tinjauan pustaka


Meliputi : Berisi tentang beberapa difinisi dari studi literatur
yang berhubungan tentang pengetahuan umum jembatan, struktur
jembatan, standar perencanaan, pembebanan dan penelitian yang
relevan.

Bab III. Landasan teori


Meliputi : Menggambarkan teori-teori yang dijadikan dasar
dalam merencanakan jembatan baja type balok (The beam Bridge).

Bab IV. Metode penelitian


Meliputi : Bagian ini berisi uraian tentang lokasi penelitian,
peralatan penelitian, langkah-langkah penelitian, flow chart
tahapan penelitian dan jadwal rencana penelitian

Bab V. Perencanaan jembatan


Meliputi : Menyajikan data perhitungan yang diperoleh dari
hasil penelitian perencanaan jembatan Baja type balok (The Beam
Bridge).

Bab VI. Kesimpulan dan saran


Meliputi : Dalam bab ini dikemukakan tentang kesimpulan
hasil dari penelitian yang dilakukan dan saran-saran dari peneliti
berdasarkan perencanaan yang dilakukan pada sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jembatan
2.1.1 Pengertian jembatan
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan melalui
suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa
jalan air atau lalu lintas biasa. Jembatan yang berada diatas jalan lalu lintas
biasanya disebut viaduct. Jembatan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Jembatan – jembatan tetap
2. Jembatan – jembatan dapat digerakan
Kedua golongan jembatan tersebut dipergunakan untuk lalu lintas kereta api dan
lalu lintas biasa (Struyk dan Veen, 1984).
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan
menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama
tinggi permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan
estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek
estetika (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
Menurut (Asiyanto 2008) jembatan rangka baja adalah struktur jembatan
yang terdiri dari rangkaian batang – batang baja yang dihubungkan satu dengan
yang lain. Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan
disalurkan kepada batang – batang baja struktur tersebut, sebagai gaya – gaya
tekan dan tarik, melalui titik – titik pertemuan batang (titik buhul). Garis netral
tiap – tiap batang yang bertemu pada titik buhul harus saling berpotongan pada
satu titik saja, untuk menghindari timbulnya momen sekunder.
2.1.2 Peran Jembatan
Jalan merupakan alat penghubung antara daerah satu ke daerah
lainnya,dan untuk ekonomi, kebutuhan sosial, perniagaan, kebudayaan,
pertahanan. Trasportasi sangat penting bagi ekonomi dan pembangunan negara
dan bangsa. Maju – mundurnya suatu negara, terutama dalam bidang ekonomi
sangat tergantung pada baik dan tidaknya sistem transportasi yang ada.
Baik tidaknya atau lancar tidaknya transportasi sangat tergantung pada alat –

5
6

alatnya, antara lain yang terpenting kendaraan – kendaraannya, sistem


transportasi, tranportation policy dan pada keadaan jalannya. Jembatan adalah
bagian dari jalan itu. Jembatan sangat menentukan pula kelancaran transportasi.
Peranan jembatan yang sangat penting dalam menopang sistem transportasi darat
yang ada, maka jembatan harus kita buat cukup kuat dan tahan, tidak
mudah rusak. Kerusakan pada jembatan dapat menimbulkan gangguan terhadap
kelancaran lalu lintas jalan, terlebih – lebih di jalan yang lalu lintasnya padat
seperti di jalan utama, di kota, dan di daerah ramai lainnya. Kemacetan lalu lintas
dalam kota bisa terjadi karena adanya suatu perbaikan jembatan. Berpuluh –
puluh bahkan ratusan kendaraan berhenti berderet – deret menunggu giliran
untuk lewat jembatan.
Berapakah kerugian yang diderita sebagai akibat dari waktu yang
hilang itu? Beberapa kerugian yang nyata itu dapatlah kita sebut, diantaranya
penghambatan kecepatan angkut dari kendaraan – kendaraan. Kecepatan angkut
sangat penting pengaruhnya dalam bidang ekonomi, kestabilan harga –
harga, kelancaran distribusi dan lain sebagainya (Subarkah, 1979).
2.2 Baja Konstruksi
Menurut (Spiegel dan Limbrunner, 1991) baja konstruksi adalah
alloy steels (baja paduan), yang pada umumnya mengandung lebih dari 98 % besi
dan biasanya kurang dari 1 % karbon. Komposisi aktual kimiawi sangat
bervariasi untuk sifat – sifat yang diinginkan, seperti kekuatannya dan
ketahanannya terhadap korosi, baja dapat juga mengandung elemen paduan
lainnya, seperti silicon, magnesium, sulfur, fosfor, tembaga, krom, dan nikel,
dalam berbagai jumlah. Baja tidak merupakan sumber yang dapat diperbaharui
(renewable), tetapi dapat mempunyai daur ulang (recycled), dan komponen
utamanya, besi, sangat banyak. Baja tidak mudah terbakar, tetapi harus
anti api. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa baja
merupakan jawaban untuk semua masalah struktur. Bahan bangunan lainnya,
seperti beton, bata, dan kayu, mempunyai peran sendiri – sendiri. Penggunaan
struktur baja, apabila dilihat pada bangunan dan perbandingan (ratio) antara
kekuatan berat (atau kekuatan per satuan berat) harus dipertahankan tinggi,
maka bajalah yang dapat memenuhinya. Baja konstruksi juga memiliki
7

keuntungan dan kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut :


1. Keuntungan baja adalah keseragaman bahan dan sifat – sifatnya yang dapat
diduga secara cukup tepat. Kestabilan dimension, kemudahan pembuatan,
dan cepatnya pelaksanaan juga merupakan hal – hal yang menguntungkan
dari baja struktur ini.
2. Kelemahan baja adalah mudahnya bahan ini mengalami korosi (tidak
semua jenis baja) dan berkurangnya kekuatan pada temperatu tinggi.
2.3 Proses Perencanaan Jembatan
2.3.1 Tahap perencanaan
Menurut (Supriyadi dan Muntohar, 2007) perbedaan antara ahli satu
dengan yang lainnya sangat dimungkinkan terjadi, dalam perencanaan jembatan,
tergantung latar belakang kemampuan dan pengalamannya. Belajar dari
perbedaan pandangan inilah seharusnya para ahli dapat menyimpulkan suatu
permasalahan yang ada pada perencanaan jembatan, dan dapat menemukan suatu
penyelesaian dalam sebuah perencanaan. Perbedaan tersebut harus tidak boleh
menyebabkan gagalnya proses perencanaan. Seorang ahli atau perancang paling
tidak harus telah mempunyai data baik sekunder maupun primer yang berkaitan
dengan pembangunan jembatan, sebelum sampai pada tahap pelaksanaan
konstruksi. Hal ini sangat diperlukan untuk kelangsungan para ahli dalam
merencanakan pembangunan sebuah jembatan. Data sekunder maupun primer
yang telah didapat tersebut, merupakan bahan pemikiran dan pertimbangan
sebelum kita mengambil suatu keputusan akhir. Pada Gambar 2.2 akan
ditunjukkan tentang suatu proses perencanaan yang perlu dilaksanakan. Data yang
diperlukan berupa :
1. Lokasi :
a. Topografi
b. Lingkungan
c. Tanah Dasar
2. Keperluan :
a. melintasi sungai
b. melintasi jalan lain.
8

c. Bahan Struktur :
a. Karakteristiknya
b. Ketersediannya
d. Peraturan

Gambar 2.2. Skema Proses Perencanaan.


Sumber : Supriyadi dan Muntohar, 2007
2.3.2 Pemilihan lokasi jembatan
Penentuan lokasi dan layout jembatan tergantung pada kondisi lalu
lintas. Umumnya, suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas
dengan baik, kecuali bila terdapat kondisi-kondisi khusus. Prinsip dasar dalam
pembangunan jembatan menurut (Troitsky, 1994) dalam (Supriyadi dan
Muntohar, 2007) adalah jembatan untuk jalan raya, tetapi bukan jalan raya untuk
jembatan. Kondisi lalu
lintas yang berbeda-beda dapat mempengaruhi lokasi jembatan.
Panjang - pendeknya bentang jembatan akan disesuaikan dengan lokasi jalan
setempat. Penentuan bentangnya dipilih yang sangat layak dari beberapa alternatif
bentang pada beberapa lokasi yang telah diusulkan. Pertimbangan terhadap
lokasi akan sangat didasarkan pada kebutuhan masyarakat yang menggunakan
jembatan. Pada penentuan lokasi jembatan akan dijumpai suatu permasalahan
apakah akan dibangun di daerah perkotaan ataukah pinggiran kota bahkan di
pedesaan. Perencanaan dan perancangan jembatan di daerah perkotaan terkadang
tidak diperhatikan dengan cermat dan tepat. Kehadiran jembatan di tengah kota
sangat mempengaruhi landscape atau tata kota tersebut. Perencanaan dan
perancangan tipe jembatan modern di daerah perkotaan, seorang ahli sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan
9

a. Aspek lalu lintas


Persyaratan transportasi meliputi kelancaran arus lalu lintas kendaraan
dan pejalan kaki yang melintasi jembatan tersebut. Perencanaan yang kurang tepat
terhadap kapasitas lalu lintas perlu dihindarkan, karena akan sangat
mempengaruhi lebar jembatan. Pentingnya diperoleh hasil yang optimum
dalam perencanaan lebar optimumnya agar didapatkan tingkat pelayanan lalu
lintas yang maksimum. Mengingat jembatan akan melayani arus lalu lintas dari
segala arah, maka muncul kompleksitas terhadap existing dan rencana, volume
lalu lintas, oleh karenanya sangat diperlukan ketepatan dalam penentuan
tipe jembatan yang akan digunakan. Pendekatan ekonomi
selayaknya juga sebagai bahan pertimbangan biaya jembatan perlu
dibuat seminimum mungkin. Melihat beberapa kasus biaya investasi jembatan
di daerah perkotaan adalah sangat tinggi. Hal ini akan sangat terkait dengan
kesesuaian lokasi yang akan direncanakan (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
b. Aspek teknis
Persyaratan teknis yang perlu dipertimbangkan antara lain :
- Penentuan geometri struktur, alinemen horizontal dan vertical, sesuai
dengan lingkungan sekitarnya.
- Pemilihan sistem utama jembatan dan posisi dek.
- Penentuan panjang bentang optimum sesuai dengan syarat hidraulika,
arsitektural, dan biaya konstruksi.
- Pemilihan elemen-elemen utama struktur atas dan struktur bawah,
terutama tipe pilar dan abutment.
- Pendetailan struktur atas seperti : sandaran, parapet, penerangan, dan tipe
perkerasan.
- Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan berdasarkan
pertimbangan struktural dan estetika.
c. Aspek estetika
Dewasa ini jembatan modern di daerah perkotaan didesain tidak hanya
didasarkan pada struktural dan pemenuhan transportasi saja, tetapi juga untuk
ekonomi dan artistik. Aspek estetika jembatan di perkotaan merupakan faktor
yang penting pula dipertimbangkan dalam perencanaan. Kesesuaian estetika dan
10

arsitektural akan memberikan nilai lebih kepada jembatan yang dibangun.


di tengah-tengah kota. Jembatan pada kota-kota besar di dunia banyak yang
mempunyai nilai estetika yang tinggi disamping kekuatan strukturalnya
(Supriyadi dan Muntohar, 2007).
2.3.3 Layout jembatan
Variabel yang penting, setelah lokasi jembatan ditentukan adalah
mempertimbangkan layout jembatan terhadap topografi setempat. Perkembangan
sistem jalan raya, pada awalnya mempunyai standar yaitu jalan raya lebih rendah
dari jembatan. Biaya investasi jembatan merupakan proporsi terbesar dari total
biaya jalan raya. Konsekuensinya, struktur tersebut hampir selalu dibangun pada
tempat yang idela untuk memungkinkan bentang jembatan sangat pendek, fondasi
dapat dibuat sehematnya, dan melintasi sungai dengan layout berbentuk
squre layout (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
Proses perencanaan jembatan akan dihadapkan pada dua sudut pandang
yang berbeda antara seorang ahli jalan dan ahli jembatan menurut (Troitsky,
1994) dalam (Supriyadi dan Muntohar, 2007). Ilustrasi perbedaan kepentingan
antara seorang ahli jalan dan ahli jembatan adalah sebagai berikut :
a. Pandangan ahli jembatan
Perlintasan tegak lurus sungai, jurang atau jalan rel lebih sering dipilih, dari
pada perlintasan yang membentuk alinemen yang miring. Penentuan ini
didasarkan pada aspek teknis dan ekonomi. Menurut (Waddel, 1916) dalam
(Supriyadi dan Muntohar, 2007) menyatakan bahwa struktur yang dibuat pada
alinemen miring adalah abominasi dalam lingkup rekayasa jembatan.
b. Struktur jembatan sederhana
Kenyataan untuk struktur jembatan yang relatif sederhana sering diabaikan
terhadap alinemen jalan. Para ahli jalan raya yang sering menempatkan alinemen
sedemikian sehingga struktur jembatan merupakan bagian penuh dari alinemen
rencana jalan tersebutm, sehingga apabila melalui sungai seringkali kurang
memperhatikan layout secara cermat.
c. Layout jembatan bentang panjang
Struktur bertambahnya tingkat kegunaan jalan dan panjang bentang
merupakan hal yang cukup penting untuk menentukan layout. Kasus seperti ini,
11

dalam menentukan bagaimana layout jembatan yang sesuai perlu diselaraskan


oleh kedua ahli tersebut guna menekan biaya konstruksi. Banyak faktor yang
mempengaruhinya, salah satunya adalah sudut yang dibentuk terhadap bidang
alinement.
2.4 Peraturan-Peraturan Perancangan Jembatan
Struktur baja yang ada saat ini, telah berkembang pesat dengan berbagai
aturan yang berbeda pada tiap negara. Konsep pemikiran dalam perhitungannya
adalah sama tetapi aturan yang terjadi adalah lain, dan itu tergantung dari negara
yang memakainya.
Menurut Tim Peneliti dan Pengembangan Wahana Komputer, 2003,
struktru baja yang saat ini, telah berkembang pesat dengan berbagai aturan yang
berbeda pada tiap negara. Diantara peraturan perhitungan struktur baja yang
dipakai pada SAP 2000 adalah sebagai berikut :
1. American institute of Steel Construction’s”Allowable Stress Design
and Plastis Design Spesification for Structural Steel Buildings”, AISC
– ASD (AISC, 1989).
2. American institute of Steel Construction’s “Load and Resistance
Factor Design Spesification for Structural Steel Buildings”, AISC –
LRFD (AISC, 1994).
3. American Assotiation of State Highway ang Transportation Officiall
“AASHTO – LRFD Bridge Design Spesification”, AASHTO –
LRFD (AASHTO, 1997).
4. Canada Institute of Steel Construction’s “Limi State Design of Steel
Structures”, CANICSA – s16. 1 – 94 (CISC, 1995).
5. British Standart Institution’s “Structural Use of Steelwork in
Building”, BS5950 (BSI, 1990).
6. European Committee for Standarditation’s “Eurocode 3 : Design of
Steel Structures Part 1.1 : General Rules and Rules for Buildings”,
ENV 1993 – 1 –1 (CEN, 1992).
(Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer, 2003)
Badan Standarisasi Nasional (2005) mempunyai peraturan –
peraturan yang digunakan di Indonesia, untuk merancang struktur
12

jembatan. Peraturan yang digunakan Badan Standarisasi Nasional (2005)


dalam perancangan jembatan adalah sebagai berikut :
1. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR,
1987).
2. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI).
3. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan (Bridge Management System,
1992).
4. Revisi SNI 03-2833-1992, tentang Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Jembatan.
5. RSNI T-03-2005, tentang Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan.
2.5 Pembebanan Jembatan
Perencanaaan pembebanan jembatan didasarkan pada pedoman
Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJR, 1987) dan Brigde
Management System 1992
1. Beban primer
Beben primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan
pada setiap perencanaan jembatan. Beban primer meliputi beban mati,
beban hidup, beban kejut dan gaya akibat tekanan tanah.
2. Beban sekunder
Beban sekunder merupakan beban sementara yang selalu
diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan
jembatan. Beban sekunder meliputi beban angin, gaya akibat
perbedaan selip, gaya akibat rangka susut, gaya rem, gaya akibat
gempa bumi, gaya gesekan pada tumpuan yang bergerak.
3. Beban khusus
Beban khusus merupakan beban-beban khusus untuk perhitungan
tegangan pada perencanaan jembatan. Beban khusus meliputi gaya
sentrifugal, gaya tumbuk pada jembatan layang, gaya dan beban
selama pelaksanaan, dan gaya akibat air.

Anda mungkin juga menyukai