Referat Strabismus
Referat Strabismus
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu organ indera manusia yang mempunyai
manfaat sangat besar. Kelainan yang menggangu fungsi mata salah satunya
adalah strabismus. Strabismus ini terjadi jika ada penyimpangan dari
penjajaran okular yang sempurna.1
Di Los Angeles pada usia enam bulan sampai enam tahun memiliki
prevalensi strabismus sekitar 2,5%, sedangkan temuan ini tetap konstan tanpa
memandang jenis kelamin atau etnis, prevalensi cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia.2
Strabismus terjadi pada kira-kira 2% anak-anak usia di bawah 3 tahun
dan sekitar 3% remaja dan dewasa muda. Kondisi ini mengenai pria dan
wanita dalam perbandingan yang sama. Strabismus mempunyai pola
keturunan, jika salah satu atau kedua orangtuanya strabismus, sangat
memungkinkan anaknya akan strabismus. Namun, beberapa kasus terjadi
tanpa adanya riwayat strabismus dalam keluarga. Anak-anak disarankan
untuk dilakukan pemeriksaan mata saat usia 3-4 tahun. Bila terdapat riwayat
keluarga strabismus, pemeriksaan mata disarankan dilakukan saat usia 12-18
bulan.3
Strabismus menyebabkan posisi kedua mata tidak lurus maka akan
mengakibatkan penglihatan binokuler tidak normal yang akan berdampak
pada berkurangnya kemampuan orang tersebut dalam batas tertentu. Orang
dengan kelainan ini akan terbatas kesempatan dalam kegiatannya pada
bidang-bidang tertentu.4
B. Tujuan Pembelajaran
Untuk mengetahui dan memahami tentang strabismus yang meliputi
definisi, epidemiologi, penyebab, klasifikasi, gejala, pemeriksaan yang
dilakukan, penatalaksanaan, dan komplikasinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Strabismus adalah suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke
satu arah.5 Satu mata bisa terfokus pada satu objek sedangkan mata yang lain
dapat bergulir ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah. 6 Keadaan ini bisa
menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul yang muncul dalam
keadaan tertentu saja seperti saat sakit atau stress.3
2
Gambar 1. Otot-Otot Gerak Bola Mata
3
Bayi yang baru lahir, faal penglihatan belum normal, visus hanya
dapat membedakan terang dan gelap saja. Adanya perkembangan umur,
visus juga ikut berkembang. Pada usia 5-6 tahun, visus mencapai
maksimal. Perkembangan yang pesat mulai saat kelahiran sampai tahun-
tahun pertama. Bila tidak ada anomali refraksi/kekeruhan media/kelainan
retina maka visus tetap sampai hari tua. Tajam penglihatan normal berarti
fiksasi dan proyeksi normal sehingga mampu membedakan:
1. bentuk benda
2. warna
3. intensitas cahaya
Bersamaan dengan perkembangan visus, berkembang pula penglihatan
binokularitasnya. Bila perkembangan visus berjalan dengan baik dan
fungsi ke 6 pasang otot penggerak bola mata juga baik, serta susunan saraf
pusatnya sanggup menfusi dua gambar yang diterima oleh retina mata
kanan dan kiri maka ada kesempatan untuk membangun penglihatan
binokular tunggal stereoskopik.
Gangguan gerakan bola mata terjadi bila terdapat satu atau lebih otot mata
yang tidak dapat mengimbangi gerakan otot mata lainnya maka akan terjadi
4
gangguan keseimbangan gerakan mata sumbu penglihatan akan menyilang
mata menjadi strabismus.7
C. Penyebab6
Strabismus biasanya disebabkan oleh:
1. Kelumpuhan pada 1 atau beberapa otot penggerak mata (strabismus
paralitik). Kelumpuhan pada otot mata bisa disebabkan oleh kerusakan
saraf.
2. Tarikan yang tidak sama pada 1 atau beberapa otot yang menggerakan
mata (strabismus non-paralitik). Strabismus non-paralitik biasanya
disebabkan oleh suatu kelainan di otak.
D. Klasifikasi8
1. Menurut manifestasinya
a. Heterotropia : strabismus manifes (sudah terlihat)
Suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata yang nyata dimana
kedua penglihatan tidak berpotongan pada titik fikasasi.
Contoh: esotropia, eksotropia, hipertropia, hipotropia
5
Penyimpangan sumbu penglihatan yang tersembunyi yang masih dapat
diatasi dengan reflek fusi.
Contoh: esoforia, eksoforia
2. Menurut jenis deviasi
a. Horizontal : esodeviasi atau eksodeviasi
b. Vertikal : hiperdeviasi atau hipodeviasi
c. Torsional : insiklodeviasi atau eksiklodeviasi
d. Kombinasi: horizontal, vertikal dan atau torsional
6
Diplopia
Terjadi pada otot yang lumpuh dan menjadi lebih nyata bila
mata digerakkan kearah ini.
Ocular torticollis (head tilting)
Penderita biasanya memutar kearah kerja dari otot yang
lumpuh. Kedudukan kepala yang miring, menolong diagnosa
strabismus paralitikus. Dengan memiringkan kepalanya,
diplopianya terasa berkurang.
Proyeksi yang salah
Mata yang lumpuh tidak melihat objek pada lokalisasi yang
benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh
menunjukkan suatu objek yang ada didepannya dengan tepat,
maka jarinya akan menunjukkan daerah disamping objek
tersebut yang sesuai dengan daerah otot yang lumpuh. Hal ini
disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar dibutuhkan
oleh otot yang lumpuh, dan akan menyebabkan tanggapan
yang salah pada penderita.
Vertigo, mual-mual
Disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan
ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.
Diagnosa berdasarkan :
Keterbatasan gerak
Deviasi
Diplopia.
Ketiga tanda ini menjadi nyata, bila mata digerakkan kearah
lapangan kerja dari otot yang sakit. Pada keadaan parese, dimana
keterbatasan gerak mata tak begitu nyata adanya diplopi merupakan
tanda yang penting.
Kelumpuhan otot dapat mengenai satu otot, biasanya m.rektus
lateralis, m.oblik superior atau salah satu atau beberapa otot yang
diurus oleh saraf okulomotor.
7
1) Kelumpuhan Saraf Okulomotor
Tanda-tanda:
Ptosis
Bola mata hampir tak dapat bergerak. Keterbatasan
bergerak kearah atas, kenasal dan sedikit kearah bawah.
Mata berdeviasi ketemporal, sedikit kebawah. Kepala
berputar kearah bahu pada sisi otot yang lumpuh
Sedikit eksoftalmus, akibat paralisis dari 3 mm rekti
yang dalam keadaan normal mendorong mata
kebelakang.
Pupil midriasis, reaksi cahaya negatif, akomodasi
lumpuh.
Diplopia.
Penyebab:
Kelainannya dapat terjadi pada setiap tempat dari
korteks serebri ke otot, seperti adanya eksudat,
perdarahan, periostitis, tumor, trauma, perubahan
pembuluh darah yang menyebabkan penekanan atau
peradangan pada saraf.
Jarang disebabkan peradangan atau degenerasi primer.
Infeksi akut (difteri, influenza), keracunan (alkohol),
diabetes mellitus, penyakit-penyakit sinus, trauma.
Terjadinya gejala dapat tiba-tiba ataupun perlahan-lahan,
tetapi perjalanan penyakitnya selalu menahun. Kekambuhan
sering terjadi. Bila telah terjadi lama, prognosis tidak
menguntungkan lagi karena kemungkinan terjadinya atrofi
dari otot-otot yang lumpuh dan kontraksi dari otot
lawannya.
Pengobatan :
Untuk menghindari diplopia, mata yang sakit atau mata
yang sehat ditutup.
8
Operasi
Bila setelah pengobatan kira-kira 6 bulan tetap lumpuh,
dilakukan operasi reseksi dari otot yang lumpuh disertai
resesi dari otot lawannya agar tidak terjadi atrofi dari
otot yang lumpuh. Hasil dari operasi ini sering
mengecewakan, tetapi perbaikan kosmetis mungkin
dapat memuaskan.
Kelumpuhan m.rektus medialis
Menyebabkan strabismus divergens, gangguan gerak
kearah nasal, diplopi. Kelainan ini bertambah bila mata
digerakkan kearah nasal (aduksi). Kepala dimiringkan
kearah otot yang sakit.
Kelumpuhan m.rektus superior
Terdapat keterbatasan gerak keatas, hipotropia, diplopia.
Bayangan dari mata yang sakit terdapat diatas bayangan
mata yang sehat. Kelainan bertambah pada gerakan mata
keatas.
9
digerakkan kearah temporal atas. Bayangan dari mata yang
sakit terletak lebih tinggi.
10
Baik pada anak ataupun dewasa, bila setelah 6 bulan
pengobatan belum ada perbaikan, baru dilakukan
operasi sebab bila dibiarkan terlalu lama dapat terjadi
atrofi dari otot.
b. Komitan (nonparalitik)
Sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi, mengikuti gerak mata
yang sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan
kekuatan yang sama. Deviasi primer (deviasi pada mata yang sakit)
sama dengan deviasi sekunder (deviasi pada mata yang sehat).
11
Kekurangan daya fusi
Kelainan daya fusi kongenital sering didapatkan. Daya fusi
ini berkembang sejak kecil dan selesai pada umur 6 tahun.
Ini penting untuk penglihatan binokuler tunggal yang
menyebabkan mata melihat lurus. Tetapi bila daya fusi ini
terganggu secara kongenital atau terjadi gangguan
koordinasi motorisnya, maka akan menyebabkan
strabismus. Pada kasus yang idiopatis, kesalahan mungkin
terletak pada dasar genetik. Eksotropia dan esotropia sering
merupakan keturunan autosomal dominan. Kadang-kadang
pada anak dengan esotropia, didapatkan orang tuanya
dengan esoforia yang hebat. Tidak jarang strabismus
nonakomodatif tertutup oleh faktor akomodatif, sehingga
bila kelainan refraksinya dikoreksi, strabismusnya hanya
diperbaiki sebagian saja.
Tanda-tanda :
Kelainan kosmetik, sehingga pada anak-anak yang lebih
besar merupakan beban mental.
Tak terdapat tanda-tanda astenopia.
Tak ada hubungan dengan kelainan refraksi.
Tak ada diplopia, karena terdapat supresi dari bayangan
pada mata yang berdeviasi.
Pengobatan :
Preoperatif
Pengobatan yang paling ideal pada setiap strabismus adalah
bila tercapai hasil fungsionil yang baik, yaitu penglihatan
binokuler yang normal dengan stereopsis, disamping
perbaikan kosmetik. Bila strabismus yang sudah
berlangsung lama dan anak berumur 6 tahun atau lebih pada
waktu diperiksa pertama, maka hasil pengobatannya hanya
kosmetis saja. Sedapat mungkin ambliopia pada mata yang
12
berdeviasi harus dihilangkan dengan menutup mata yang
normal. Bila pengobatan preoperatif sudah cukup lama
dilakukan, kira-kira 1 tahun, tetapi tak berhasil, maka
dilakukan operasi.
Operatif
Tindakan operatif sebaiknya dilakukan pada umur 4-5
tahun, supaya bila masih ada strabismus yang belum
terkoreksi dapat dibantu dengan latihan.
Pemeriksaan
Pemeriksaan refraksi
Harus dilakukan dengan sikloplegia, untuk menghilangkan
pengaruh dari akomodasi. Caranya :
- Pada anak-anak dengan pemberian sulfas atropin 1 tetes
sehari, tiga hari berturut-turut, diperiksa pada hari
keempat.
- Pada orang dewasa diteteskan homatropin 1 tetes setiap
15 menit, tiga kali berturut-turut, diperiksa 1 jam
setelah tetes terakhir.
Pengukuran derajat deviasi
Pemeriksaan kekuatan duksi
Mengukur kekuatan otot yang bergerak pada arah horizontal
(adduksi = m.rektus medialis; abduksi = m.rektus lateralis).
13
Pengobatan :
Koreksi dari kelainan refraksi, dengan sikloplegia.
Hindari ambliopia dengan penetesan atropin atau penutupan
pada mata yang sehat.
Meluruskan aksis visualis dengan operasi (mata menjadi
ortofori).
Memperbaiki penglihatan binokuler dengan latihan ortoptik.
a) Esotropia Akomodatif
Kelainan ini berhubungan dengan hipermetropia atau
hipermetropia yang disertai astigmat. Tampak pada umur
muda, antara 1-4 tahun, dimana anak mulai
mempergunakan akomodasinya untuk melihat benda-
benda dekat seperti mainan atau gambar-gambar. Mula-
mula timbul periodik, pada waktu penglihatan dekat atau
bila keadaan umumnya terganggu, kemudian menjadi
tetap, baik pada penglihatan jauh ataupun dekat.
Kadang-kadang dapat menghilang pada usia pubertas.
Anak yang hipermetrop, mempergunakan akomodasi
pada waktu penglihatan jauh, pada penglihatan dekat
akomodasi yang dibutuhkan lebih banyak lagi.
Akomodasi dan konvergensi erat hubungannya, dengan
penambahan akomodasi konvergensinyapun bertambah
pula. Pada anak dengan hipermetrop ini, mulai terlihat
esoforia periodik pada penglihatan dekat, disebabkan
rangsangan berlebihan untuk konvergensi. Lambat laun
kelainan deviasi ini bertambah sampai fiksasi binokuler
untuk penglihatan dekat tak dapat dipertahankan lagi,
dan terjadilah strabismus konvergens untuk dekat.
Kemudian terjadi pula esotropia pada penglihatan jauh.
14
Pengobatan :
Koreksi refraksi dengan sikloplegia. Harus diberikan
koreksi dari hipermetropia totalis, dan kacamata
dipakai terus-menerus. Karena terdapat akomodasi
yang berlebihan, juga dapat diberikan kacamata untuk
dekat meskipun belum usia presbiopia, untuk
mengurangi akomodasinya. Jadi diberikan kacamata
bifokal.
Mata yang sehat ditutup atau ditetesi atropin untuk
memperbaiki visus pada mata yang sakit, 1 tetes 1
bulan 1 kali dapat juga dengan homatropin setiap hari
atau penutupan mata yang sehat. Kacamata harus
diperiksa berulang kali, karena mungkin terdapat
perubahan, sampai kelainan refraksinya tetap.
Latihan ortoptik harus dilakukan bersamaan dengan
perbaikan koreksi untuk memperbaiki pola sensorik
dari retina, sehingga memperbesar kemungkinan
untuk dapat melihat binokuler.
Kalau setelah tindakan diatas esotropianya masih ada,
dan kelainan deviasinya tidak begitu besar, dapat
diberikan koreksi dengan prisma, basis temporal.
Bila semua tindakan tidak menghilangkan kelainan
deviasinya, maka dilakukan operasi, untuk
meluruskan matanya.
Setelah operasi, diteruskan latihan ortoptik untuk
memperbaiki penglihatan binokuler.
b) Eksotropia Akomodatif
Hubungannya dengan miopia. Sering juga didapat, bila
satu mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang
lain penglihatannya tetap baik, sehingga rangsangan
15
untuk konvergensi tak ada, maka mata yang sakit
berdeviasi keluar.
Strabismus divergens biasanya mulai timbul pada waktu
masa remaja atau dewasa muda. Lebih jarang terjadi.
Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada
jarak dekat, orang miop hanya sedikit atau tidak
memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkan
kelemahan konvergensi dan timbullah kelainan
eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk
penglihatan jauhnya normal. tetapi pada keadaan yang
lebih lanjut, timbul juga eksotropia pada jarak jauh. Bila
penyebabnya divergens yang berlebihan, yang biasanya
merupakan kelainan primer, mulai tampak sebagai
eksotropia untuk jarak jauh. Tetapi lama kelamaan
kekuatan konvergensi melemah, sehingga menjadi
kelainan yang menetap, baik untuk jauh maupun dekat.
Pengobatan :
Koreksi penuh dari miopinya, ditambah overkoreksi
0,5-0,75 dioptri untuk memaksa mata itu
berakomodasi, kacamata ini harus dipakai terus-
menerus.
Latihan ortoptik, untuk memperbaiki penglihatan
binokuler, disamping terapi oklusi.
Operasi, bila cara yang terdahulu tak memberikan
pengobatan yang memuaskan.
E. Gejala
Gejalanya berupa:9
1. Mata lelah
2. Sakit kepala
3. Penglihatan kabur
16
4. Mata juling (bersilangan)
5. Mata tidak mengarah ke arah yang sama
6. Gerakan mata yang tidak terkoordinasi
7. Penglihatan ganda.
F. Diagnosis7,9,10
1. Ketajaman penglihatan
Pemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3-3,5 tahun,
sedangkan diatas umur 5-6 tahun dapat digunakan Snellen chart.
2. Cover and Uncover Test: menentukan adanya heterotropia atau
heteroforia.
17
d. Keterangan:
- Bila letak di pinggir pupil maka deviasinya 15 derajat.
- Bila diantara pinggir pupil dan limbus deviasinya 30 derajat.
- Bila letaknya di limbus deviasinya 45 derajat.
18
a. Ortoptik
1) Oklusi
Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan
merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara
menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch).
2) Pleotik
3) Obat-obatan
b. Memanipulasi akomodasi
1) Lensa plus / dengan miotik
Menurunkan beban akomodasi dan konvergensi yang menyertai
2) Lensa minus dan tetes siklopegik
Merangsang akomodasi pada anak-anak
c. Operatif
Prinsip operasinya :
- reseksi dari otot yang terlalu lemah
- resesi dari otot yang terlalu kuat
3. Tahapan:7
a. Memperbaiki visus kedua mata dengan terapi oksklusi
a. Pada anak berumur dibawah 5 tahun dapat diteteskan sulfas atropin
1 tetes satu bulan, sehingga mata ini tak dipakai kira-kira 2 minggu.
Ada pula yang menetesinya setiap hari dengan homatropin
sehingga mata ini beberapa jam sehari tak dipakai.
b. Pada anak yang lebih besar, mata yang normal ditutup dilakukan
penutupan matanya 2-4 jam sehari. Dengan demikian penderita
dipaksa untuk memakai matanya yang berdeviasi. Biasanya
ketajaman penglihatannya menunjukkan perbaikan dalam 4-10
minggu. Penutupan ini mempunyai pengaruh baik pada pola
sensorisnya retina, tetapi tidak mempengaruhi deviasi. Sebaiknya
terapi penutupan sudah dimulai sejak usia 6 bulan, untuk hindarkan
timbulnya ambliopia. Penetesan atau penutupan jangan dilakukan
19
terlalu lama, karena takut menyebabkan ambliopia pada mata yang
sehat.
c. Pada strabismus yang sudah berlangsung lama dan anak berumur 6
tahun atau lebih pada waktu diperiksa pertama, maka hasil
pengobatannya hanya kosmetis saja. Sedapat mungkin ambliopia
pada mata yang berdeviasi harus dihilangkan dengan cara
penutupan, pada anak yang sudah mengerti (3 tahun), harus
dikombinasikan dengan latihan ortoptik untuk mendapatkan
penglihatan binokuler yang baik. Kalau pengobatan preoperatif
sudah cukup lama dilakukan, kira-kira 1 tahun, tetapi tak berhasil,
maka dilakukan operasi.
b. Memperbaiki posisi kedua bola mata agar menjadi ortoforia.
Hal ini dapat dicapai dengan pemberian lensa, melaukan operasi atau
kombinasi keduanya. Tindakan operasi sebaiknya dilakukan bila telah
tercapai perbaikan visus dengan terapi okslusi. Tindakan operatif
sebaiknya dilakukan pada umur 4-5 tahun, supaya bila masih ada
strabismusnya yang belum terkoreksi dapat dibantu dengan latihan.
c. Melatih fusi kedua bayangan dari retina kedua mata agar mendapatkan
penglihatan binokuler sebagai tujuan akhir yang hasilnya tergantung
dari hasil operasi, pemberian lensa koreksi dan latihan ortoptik.
H. Komplikasi
1. Kosmetik
2. Supresi
Usaha yang tidak disadari dari penderita untuk menghindari diplopia yang
timbul akibat adanya deviasinya.
3. Ambliopia
Menurunnya visus pada satu atau dua mata dengan atau tanpa koreksi
kacamata dan tanpa adanya kelainan organiknya.
4. Adaptasi posisi kepala
20
Keadaan ini dapat timbul untuk menghindari pemakaian otot yang
mengalami kelumpuhan untuk mencapai penglihatan binokuler. Adaptasi
posisi kepala biasanya kearah aksi dari otot yang lumpuh.
I. Prognosis11
Setelah dilakukan operasi, mata bisa melihat langsung namun masalah
tajam penglihatan masih dapat terjadi. Pada anak-anak dapat
memiliki masalah membaca di sekolah, dan untuk orang dewasa lebih terbatas
dalam melakukan kegiatan. Dengan diagnosis dini dan penanganan segera
masalah dapat secepatnya teratasi. Penganan yang terlambat akan menyebabkan
kehilangan penglihatan mata secara permanen. Sekitar sepertiga anak-anak dengan
strabismus akan mengalami ambliopia sehingga harus dipantau secara ketat.
21
BAB III
PENUTUP
22