Anda di halaman 1dari 10

POLI REKAYASA Volume 11, Nomor 2, April 2016 ISSN : 1858-3709

Pemodelan Sistem dengan Metode Neural Network Back Propagation

Modeling System Using Neural Network Backpropagation

Dwi Sudarno Putra 1), Toto Sugiarto 1) & Meri Azmi 2)


1)
Jurusan Teknik Otomotif Universitas Negeri Padang Email: dwisudarnoputra@gmail.com,
totosugiarto5526@yahoo.co.id
2)
Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis Padang
Telp. 0751-72590 Fax. 0751-72576 Email: meriazmi@gmail.com

Abstract

A system can be modeled using mathematical formulation analysis method. Analysis of the system starts
from the value of inputs, processes, noise, and output processes. then sought mathematical approach. This
method is very complex, especially for some of the processes that have a higher order. In this article the author
tries to discuss a method to perform modeling on a system by using Back Propagation Neural Network method.
In the neural network method we require the initial data for network training process. Network training process
is intended to gain weight. The weight is then identified with a model system. This paper has demonstrated that
the modeling system can be done by the method of back propagation neural network

Keywords: modeling system, neural network application, back propagation.

PENDAHULUAN kategori terbimbing. Metode ini


menggunakan beberapa layer.
Pemodelan sebuah sistem pada
Seperti halnya model neural
dasarnya adalah menggantikan proses
network lain, Backpropagation melatih
sebuah sistem dengan sesuatu yang lain
jaringan untuk mendapatkan
secara teoritis sehingga jika diberi
keseimbangan antara kemampuan
masukan tertentu akan menghasilkan
jaringan untuk mengenali pola yang
sebuah keluaran yang sesuai dengan
digunakan selama pelatihan serta
sistem sebenarnya. (Benyamin 2009)
kemampuan jaringan untuk memberikan
Pemodelan matematika menjadi
respon yang benar terhadap pola masukan
salahsatu pendekatan yang sering
yang serupa (tapi tidak sama) dengan pola
digunakan dalam menganalisa proses
yang dipakai selama pelatihan.
sebuah sistem. Setelah model matematika
Kemampuan Neural Network
diperoleh seorang analis dapat dengan
Backpropagation dalam mengenali pola
mudah melakukan langkah-langkah
setelah proses pelatihan ini akan coba
strategis berikutnya berkenaan dengan
dijadikan dasar sebagai langkah
sistem yang sedang dianalisanya.
pemodelan sebuah sistem. Lihat gambar
Pemodelan matematika memerlukan
2, Parameter masukan dan keluaran
kemampuan analisis matematik dan
proses plant digunakan untuk proses
penguasaan konsep sistem yang
pelatihan. Untuk melakukan hal tersebut
komprehensif dan mendalam. Jika terjadi
maka idealnya dibutuhkan data-data
salah persepsi konsep matematis dan
eksperimen yang diambil langsung dari
konsep sistem maka hasil pemodelan juga
plant.
tidak akan maksimal.
Data yang akan digunakan untuk
Back Propagation merupakan salah
proses pelatihan tidak diambil langsung
satu metode dari neural network (jaringan
dari eksperimen terhadap plant, melainkan
syaraf tiruan) yang banyak digunakan.
dengan melakukan simulasi pada model
Lihat gambar 1. Metode ini masuk dalam
matematis dari plant. Masukan sistem

22
POLI REKAYASA Volume 11, Nomor 2, April 2016 ISSN : 1858-3709

berupa bilangan acak sebanyak 100 buah plant yang digunakan dalam tulisan kali
dengan rentang nilai antara 1 s/d 100, ini seperti pada persamaan (1)
Adapun persamaan model matematis dari

(1)

Gambar 1. Arsitektur Backpropagation (Benyamin 2009)

PROCESS
PLANT

Identification
Neural Network

Gambar 2. Konsep Pemodelan Proses (Benyamin 2009)

METODOLOGI masukan perlu kita transformasi terlebih


dahulu sedemikian rupa sehingga data
Persiapan Data Training masukan tersebut memiliki standar
Transformasi Z Score. Untuk deviasi baru senilai 1. Untuk melakukan
memperoleh Data training yang ideal hal itu kita bisa gunakan transformasi Z-
bagi proses backpropagation nilai

23
POLI REKAYASA Volume 11, Nomor 2, April 2016 ISSN : 1858-3709

score. Rumusan transformasi ini adalah Setelah didapatkan data-data x


seperti pada persamaan (2) dalam kawasan Z-score (xz(k))
(2) selanjutnya nilai xz(k) inilah yang kita
operasikan ke persamaan y(k) menjadi
Penghitungan nilai y(k). persamaan (3)
(3)

: input layer
: hidden layer
: output layer
Gambar 3. Ilustrasi Penyusunan data training

Setelah nilai y(k) kita dapatkan untuk hendaknya diperoleh dengan eksperimen
masing-masing k, selanjutnya kita plant.
linearisasi nilai y(k) ini ke dalam range
antara +1 dan -1. Hal ini dilakukan karena Penyusunan data training
proses backpropagation akan bekerja Selanjutnya data yang sudah diperoleh
optimal pada range +1 dan -1. Selanjutnya yakni xz(k) dan yz(k) kita gunakan sebagai
nilai hasil linearisasi kita notasikan sebagai data training sesuai dengan konsep
yz(k). Sekali lagi, idealnya nilai y(k) konfigurasi back propagation. Dalam tulisan

24
POLI REKAYASA Volume 11, Nomor 2, April 2016 ISSN : 1858-3709

kali ini digunakan sebanyak 10 neuron neuron hiden layer. Dan untuk outputnya
masukan (5 neuron dari data masukan xz dan adalah sebuah neuron output yang nilainya
5 neuron dari data keluaran yz). Kemudian akan dibandingkan dengan keluaran sistem
sebuah layer pada hiden layer dengan 5 buah guna mendapatkan eror.

Keterangan Gambar : garis biru (tegas) output sistem dan garis hijau (samar) output model
Gambar 4. Hasil pengujian aktivasi
a) Dengan Fungsi Aktivasi Sigmoid Biner
b) Dengan Fungsi Aktivasi Sigmoid Bipolar
Setelah didapatkan, eror selanjutnya (5)
digunakan pada proses backward untuk
Penggunaan Neural Network.
mengkoreksi nilai-nalai dari bobot neural
Algoritma Neural Network
network. Untuk lebih jelasnya lihat
Backpropagation yang digunakan di
Gambar 3.
tulisan ini sebelumnya telah berhasil
Pelatihan Neural Network diujicoba pada proses pengenalan pola
Backpropagation data.
Neural Network Backpropagation yang Proses Training Neural Network.
digunakan di tulisan ini menggunakan Proses training data dilakukan dengan
fungsi aktifasi berupa fungsi sigmoid data acak seperti yang telah disinggung di
bipolar, karena data yang akan diproses atas. Seperti terlihat di gambar 3 output
adalah data antara +1 dan -1. sistem juga digunakan sebagai masukan
(4) untuk unit input Neural Network nya. Hal
dengan turunan ini dilakukan karena tujuan dari
implementasi adalah untuk memperoleh

25
POLI REKAYASA Volume 11, Nomor 2, April 2016 ISSN : 1858-3709

pemodelan sistem, sehingga selain HASIL DAN PEMBAHASAN


memanfatkan masukan sistem, keluaran
sistem juga digunakan sebagai acuan. Pengujian Fungsi Aktivasi
Tujuan dari proses training adalah Pengaruh fungsi aktivasi tidak
untuk mendapatkan bobot-bobot begitu terlihat jika masukan sinyal ada di
konvergen yang bisa mewakili range 0 s/d 1. Karena itu uji fungsi
karakteristik sistem. aktivasi

Gambar 5. Hasil uji Variasi I

26
POLI REKAYASA Volume 11, Nomor 2, April 2016 ISSN : 1858-3709

Gambar 6. Hasil uji Variasi II

ini akan terlihat jelas bedanya pada saat Dari kedua hal tersebut dapat
kita melakukan pengujian dengan diambil kesimpulan bahwa pemilihan
menggunakan fungsi masukan acak yang fungsi aktivasi hendaknya disesuaikan
memiliki range -1 s/d +1. Lihat Gambar dengan karakteristik sistem dan juga
4. respon sistem yang kita harapkan.
Dari hasil ujicoba tersebut jelas
terlihat bila kita menggunakan fungsi Pengujian Pola Data Masukan
aktivasi Sigmoid biner maka siyal output Tujuan dari pengujian ini adalah
model akan terpangkas di batas bawah 0 untuk mendapatkan pola masukan yang
dan batas atas 1. Sedangkan saat kita paling sesuai. Untuk itu pola masukan (di
gunakan fungsi aktivasi Sigmoid Bipolar input layer) divariasikan. Pola masukan
kita akan mendapati bahwa output model yang dimaksud di sini adalah nilai –nilai
bisa mencapai -1 s/d +1.

27
POLI REKAYASA Volume 11, Nomor 2, April 2016 ISSN : 1858-3709

Gambar 7. Hasil uji Variasi III

28
POLI REKAYASA Volume 11, Nomor 2, April 2016 ISSN : 1858-3709

Gambar 8. Hasil pengujian dengan fungsi masukan yang bervariasi

yang diberikan pada neural network Variasi III, dengan target yz(k)
melalui input layernya. input adalah 5 data sebelumnya yang
Variasi I, dengan target yz(k), input disusun sejajar. Sehingga susunan data
adalah data sekarang dan 4 data inputannya menjadi [xz(k-1)][xz(k-
sebelumnya. Sehingga susunan data 2)][xz(k-3)][xz(k-4)][xz(k-5)] [yz(k-
inputannya menjadi: [xz(k)] [xz(k-1)] 1)][yz(k-2)][yz(k-3)][yz(k-4)][yz(k-5)].
[xz(k-2)] [xz(k-3)] [xz(k-4)] [yz(k)] Gambar 7 menunjukkan hasil 6 kali
[yz(k-1)] [yz(k-2)] [yz(k-3)] [yz(k-4)]. simulasinya dengan data testing x(k)=
Gambar 5 menunjukkan hasil 6 kali sin((k2pi)/10).
simulasinya dengan data testing x(k)= Dari ketiga masukan tersebut
sin((k2pi)/10). diperoleh kalau variasi ke II lah yang
Variasi II, dengan target yz(k) input memiliki model respon yang relative
adalah data sekarang yang disusun sama/sesuai dengan target keluaran
sejajar. Sehingga susunan data inputannya (output sistem). Seperti diketahui bahwa
menjadi [xz(k)] [xz(k)] [xz(k)] [xz(k)] dalam hal ini output juga digunakan
[xz(k)] [yz(k)] [yz(k)] [yz(k)] [yz(k)] sebagai referensi masukan pada Neural
[yz(k)]. Gambar 6 menunjukan hasil 6 Network sehingga respon Neural
kali simulasinya dengan data testing Network tentunya akan semakin baik
x(k)= sin((k2pi)/10).

29
POLI REKAYASA Volume 11, Nomor 2, April 2016 ISSN : 1858-3709

ketika semakin banyak referensi yang untuk mengikuti kendati secara umum
memuat parameter yang sama. bentuk output masih relative sama (fungsi
sinus) namun jelas terlihat bahwa output
Pengujian Variasi Fungsi Masukan model seakan terpangkas di level 1.
Tujuan dari pengujian ini adalah Untuk mengatasi hal ini, yaitu agar
untuk mengetahui parameter masukan output dari model bisa senantiasa
yang ideal untuk sistem yang kita mengikuti output sistem maka kita harus
modelkan. melakukan normalisasi terlebih dahulu
Dari ke enam hasil ujicoba pada pada output sistem sebelum kita
gambar 8 dapat ditarik analisa bahwa masukkan ke neural network. Sebagai
ketika sinyal keluaran sistem yang masih contoh, jika kita menormalisasi output
dibawah level 1 maka output model sistem untuk input 6sin((k2pi)/10) maka
masih bisa mengikutinya. Namun pada akan didapatkan hasil simulasi seperti
saat output sistem telah melebihi level 1 pada gambar 9.
maka output model tidak mampu lagi

Gambar 9. Hasil pengujian setelah adanya proses normalisasi

SIMPULAN tersebut berupa data masukan dan data


keluaran dari sistem. Hasil output dari
Neural Network Backpropagation Neural Network kemudian dibandingkan
terbukti dapat digunakan untuk dengan output sistem guna memperoleh
memodelkan sebuah sistem. Untuk nilai erornya, kemudian nilai eror inilah
melakukan training, guna mendapatkan yang digunakan untuk mengkoreksi bobot
bobot yang mewakili model sistem, neural network begitu seterusnya hingga
diperlukan data-data eksperimen dari sistem kondisi konvergen tercapai.
yang akan dimodelkan. Data eksperimen

30
POLI REKAYASA Volume 11, Nomor 2, April 2016 ISSN : 1858-3709

SARAN

Penelitian yang telah dilakukan masih


dapat dilanjutkan dengan variasi-variasi
yang lain. Serta disarankan pula agar
mencoba dengan metode neural network
yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Benyamin Kusumoputro,(2009), Bahan
Belajar Mahasiswa, Jaringan
Neural Buatan; Universitas
Indonesia, Jakarta.
Jong Jek Siang,(2009), Jaringan Syaraf
Tiruan & Pemrogramannya
Menggunakan MATLAB, Penerbit
Andi,Yogyakarta.
BrianR.Hunt,RonaldL.Lipsman and
JonathanM.Rosenberg(2000), A
Guide to MATLAB For Beginners
and Experienced Users, Cambridge
University Press, New York.

31

Anda mungkin juga menyukai