Anda di halaman 1dari 3

Industri baja mulai bangkit lagi secara perlahan setelah terkena dampak dari pandemi

virus korona (covid-19). Hal tersebut terlihat dari peningkatan permintaan serta produksi
baja di pasar global dan domestik. Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA)
mengatakan, tanda-tanda pemulihan. bisa dilihat dari perkembangan permintaan dan
penjualan baja sudah jauh membaik dibanding tahun kemarin. Perkembangan ini juga
didorong peningkatan aktivitas pada sektor industri yang sebelumnya terdampak
pandemi Covid-19 seperti otomotif. Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya,
IISIA mencatat kenaikan permintaan terhadap produk baja sudah mencapai 70 sampai
90 persen dari kondisi normal. Tergantung jenis produk olahan baja yang dihasilkan.

Menurut IISIA, kondisi ini juga sejalan dengan data dari International Iron and Steel
Institute yang mencatat mulai terjadi pemulihan pada industri baja global. Dalam data
tersebut dikatakan, sejumlah negara di Asia mulai menunjukkan peningkatan produksi
baja mentah yang signifikan dibandingkan pada tahun kemarin. Data ini pun
menurutnya masih berpotensi terus meningkat, mengingat mulai terjadi peningkatan
aktivitas di sejumlah industri yang secara otomatis berdampak pada peningkatan
permintaan juga. IISIA, memproyeksikan pada kuartal 2-2021 industri baja baru dapat
kembali tumbuh normal.

Sementara itu, kondisi sektor industri baja di Indonesia masih dapat bertahan dan
bahkan tetap menorehkan prestasi pada tahun 2020 kemarin. Menurut Wordl Steel
Association dalam laporan world steel in figures tahun 2021, produksi baja mentah
Indonesia naik 120% pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya, dari produksi
sebanyak 7.8 ton baja mentah pada tahun 2020 menjadi 9.3 juta ton baja mentah pada
tahun 2020. Peringkat Indonesia dalam produsen baja mentah di dunia juga meningkat
dari peringkat 21 pada tahun 2019 menjadi peringkat 19 pada tahun 2020. Hal ini
membuktikan bahwa sektor industri baja di Indonesia tetap bisa tumbuh ditengah
pandemic covid 19 yang mengguncang dunia.

Indonesian Steel Condition 2016-2020


16
14 13.5
12.5
11.4 11.7
12
Million Tons

10 9.39.3
7.8 Production
8 6.2 Import
6 4.8 5.2 5.1
3.8 4 Export
4 2.4
1.6
2
0
2016 2017 2018 2019 2020
Year
Kondisi Industri baja di Indonesia dalam 5 tahun terakhir memiliki pertumbuhan positif.
Produksi baja meningkat dari tahun 2016 sebesar 4.8 juta ton menjadi 9.3 juta ton pada
tahun 2020. Impor baja Indonesia juga semakin menurun dari tahun ke tahun, pada
tahun 2016 impor baja sebesar 12.5 ton menjadi 9.3 juta ton tahun 2020. Ekspor baja
Indonesia terus meningkat dari tahun 2016 sebesar 1.6 juta ton menjadi 5.1 juta ton
tahun 2020. Tetapi memang Indonesia masih menjadi net importir baja karena produksi
baja indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan baja Indonesia. Sehingga ini
merupakan peluang untuk pengusaha untuk membuka usaha produksi baja di
Indonesia.
Kementrian BUMN baru saja meresmikan Pabrik Hot Strip Mill (HSM) 2 milik Krakatau
Steel pada bulan mei 2021. Pabrik dengan investsi 521 juta dola AS ini mampu
memproduksi HRC dengan spesifikasi tertentu, antara lain untuk kebutuhan otomotif.
Pabrik ini sudah memiliki teknologi dan sistem terbaru yang memiliki tingkat efisiensi
lebih tinggi. Total penghematan biaya operasional bisa mencapai 25 persen
dibandingkan dengan pabrik HSM pada umumnya karena penurunan konsumsi energi
dan penggunaan tenaga kerja yang lebih optimal. Dengan beroperasinya pabrik ini,
kapasitas produksi HRC Krakatau Steel naik menjadi 3.9 juta ton per tahun, sehingga
mampu memenuhi kebutuhan baja dalam negeri yang akan mewujudkan kemandirian
industri baja nasional sesuai dengan roadmap pengembangan industri baja nasional.
Roadmap pengembangan industri baja nasional:

 Tahun 2015-2019, target kapasitas produksi 12 juta ton, dengan pengembangan:


Iron Ore Pellet, Sponge Iron, Pig Iron, Nickel Pig Iron, Ferro Alloy dan baja untuk
keperluan khusus.
 Tahun 2020–2024, target kapasitas produksi 17Juta Ton, dengan peningkatan
kapasitas produksi: Slab, Billet, Bloom, HRC dan CRC HRP. Pengembangan:
Ferro Alloy, Stainless Steel dan baja untuk keperluan khusus (kesehatan,
pertahanan dan otomotif)
 Tahun 2025–2035, target kapasitas produksi 25JutaTon, dengan
Pengembangan: Seamless Pipe, Ferro Alloy, Stainless Steel dan baja untuk
keperluan khusus (kesehatan, pertahanan dan otomotif)
Sementara itu, untuk perkembangan harga baja global yang kita saksikan saat ini
adalah kelanjutan dari tren yang didorong oleh permintaan yang dimulai tepat setahun
yang lalu, ketika Tiongkok mengalami pemulihan yang cepat dalam aktivitas ekonomi
menyusul keberhasilannya secara cepat keluar dari kondisi lockdown, yang segera
diimbangi dengan lonjakan harga baja yang tiba-tiba. Pemulihan tersebut didukung oleh
paket stimulus Tiongkok 2020 yang berisi dukungan untuk industri sebesar ¥ 4 triliun ($
153,8 miliar) dengan lebih dari ¥ 2 triliun dalam pengeluaran fiskal yang ditargetkan
pada sektor infrastruktur. Pemulihan mengejutkan dari permintaan baja global sejak
tahun lalu telah mendorong harga bijih besi melonjak dalam beberapa bulan terakhir,
dan mendorong harga bijih besi 62% -Fe IODEX CFR China mencapai level tertinggi
sepanjang masa di $ 193,85 /ton pada bulan April 2021. Peningkatan harga bahan baku
ini diperkirakan juga akan mendorong harga baja tetap tinggi dan bahkan masih
berpotensi mengalami peningkatan.
Pada musim panas 2020, permintaan baja global juga mulai meningkat.Jerman mulai
mengalami pertumbuhan permintaan baja pada bulan Juli dan AS pada bulan Agustus
2020. Permintaan baja di kedua negara tersebut terus mengalami pertumbuhan. Sejak
musim panas 2020, pasar baja global telah mengalami reli kenaikan yang belum pernah
terjadi sebelumnya — hanya dalam sembilan bulan, harga hot-rolled coil di AS naik
lebih dari tiga kali lipat, sementara di Jerman dan Brasil naik lebih dari dua kali lipat.
Beberapa analis memperkirakan bahwa harga baja saat ini berpotensi untuk terus
mengalami kenaikan untuk beberapa waktu ke depan, didukung oleh rencana stimulus
global yang sarat dengan pembangunan infrastruktur. Yang terbesar sejauh ini rencana
infrastruktur "sekali dalam satu generasi" dari Presiden AS Joe Biden senilai $ 2 triliun
yang akan meliputi perbaikan 30.000 km jalan dan 10.000 jembatan.
Harga penawaran baja di kawasan Asia pada akhir bulan Mei 2021, yaitu untuk produk
billet dari berbagai negara ke kawasan ASEAN ditawarkan pada kisaran USD 710-
750/ton, Sementara itu, Produk HRC ditawarkan pada rentang harga USD 1020-
1050/ton. Penurunan harga billet serta tertahannya harga HRC di atas ditengarai
merupakan efek dari campur tangan Pemerintah Tiongkok untuk mengatasi meroketnya
harga produk baja dalam beberapa waktu terakhir. Sejak awal tahun 2021 hingga
pertengahan Mei, harga baja tulangan (rebar) dan HRC Tiongkok melonjak lebih dari
30%. Kondisi ini telah memicu kekhawatiran akan inflasi yang tidak terkendali sehingga
Pemerintah Tiongkok berusaha untuk menstabilkan harga baja dengan melakukan
pengelolaan pasokan dan permintaan serta pengawasan atas perubahan harga baja di
pasar spot dan pasar berjangka. Selain itu, juga dilakukan pengawasan atas harga
bahan baku hingga produk baja pada berbagai produsen utama baja. Faktor-faktor
inilah yang diperkirakan membuat harga penawaran baja cenderung menurun/tertahan,
setelah sebelumnya mengalami peningkatan tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Sumber:
 https://www.worldsteel.org/steel-by-topic/statistics/steel-statistical-yearbook.html
 https://www.iisia.or.id/post/view/id/directory-iisia-2018-
 https://www.antaranews.com/berita/2161454/erick-thohir-pabrik-baru-ks-bakal-
wujudkan-kemandirian-industri-baja#mobile-nav
 https://lokadata.id/artikel/industri-baja-nasional-pulih-perlahan-tapi-pasti
 https://www.iisia.or.id/post/id/news/12
 https://www.iisia.or.id/post/view/id/perkembangan-harga-baja-global-q1-2021
 https://www.iisia.or.id/post/view/id/update-harga-baja-kawasan-asean-minggu-
keempat-mei-2021

Anda mungkin juga menyukai