Anda di halaman 1dari 10

KEHAMILAN EKTOPIK

A. Definisi
Kehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana sel telur yang dibuahi oleh
spermatozoa berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus1 .
Berdasarkan tempat implantasinnya . Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan
implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk
terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi
di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis
uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.
Kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan
 Tuba Fallopii
 Uterus (diluar endometrium kavum uterus)
 Ovarium
 Intraligamenter
 Abdominal
 Kombinasi kehamilan didalam dan diluar uterus

Berdasarkan penggolongan diatas, maka kehamilan ektopik paling sering


terjadi di Tuba ( 97% ), yang mana 55% muncul di pars ampullaris, 25% di
isthmus, dan 17 % di fimbriae. Sisa 3 % berlokasi di uterus, ovarium, abdominal,
dan intraligamenter, dimana sekitar 2-2,5% muncul di kornu uterus.

B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, namun sebagian besar
penyebabnya masih tidak diketahui. Pada tiap kehamilan akan dimulai dengan
pembuahan didalam ampulla tuba, dan dalam perjalanan kedalam uterus telur
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih berada di tuba, atau nidasinya
di tuba dipermudah. Resiko terjadinya kehamilan ektopik ini meningkat dengan
adanya beberapa factor, termasuk riwayat infertilitas, riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, operasi pada tuba, infeksi pelvis, paparan Diethylstil-bestrol (DES),
penggunaan IUD, dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba. Faktor-faktor ini
mungkin berbagi mekanisme umum yang dapat berupa mekanisme anatomis,
fungsional, atau keduanya. Pastinya, sangat sulit untuk menilai penyebab dari
implantasi ektopik dengan tidak adanya alat pendeteksi kelainan tuba.
Normalnya, seperti disebut diatas, sel telur dibuahi di tuba fallopii dan berjalan
kedalam tuba ketempat implantasi. Mekanisme apapun yang mengganggu fungsi
normal dari tuba fallopii selama proses ini meningkatkan resiko terjadinya kehamilan
ektopik. Kehamilan ovarium dapat terjadi apabila spermatozoa memasuki folikel de
Gaaf yang baru pecah dan membuahi sel telur yang masih tinggal dalam folikel, atau
apabila sel telur yang dibuahi bernidasi di daerah endometriosis di ovarium.
Kehamilan intraligamenter biasanya terjadi sekunder dari kehamilan tuba atau
kehamilan ovarial yang mengalami rupture dan mudigah masuk di antara 2 lapisan
ligamentum latum. Kehamilan servikal berkaitan dengan faktor multiparitas yang
beriwayat pernah mengalami abortus atau operasi pada rahim termasuk seksio
sesarea. Sedangkan kehamilan abdominal biasanya terjadi sekunder dari kehamilan
tuba, walau ada yang primer terjadi di rongga abdomen.
Secara ringkas dapat dipisahkan faktor-faktor pada tuba yang dapat mendukung
terjadinya kehamilan ektopik :
1. Faktor dalam lumen tuba :
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlengketan endosalping, sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu;
b. Lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk yang dapat terjadi pada hipoplasia
uteri. Hal ini dapat disertai kelainan fungsi silia endosalping;
c. Lumen tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan sterilisasi
yang tidak sempurna.
2. Faktor pada dinding tuba :
a. Endometriosis tuba, dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam
tuba;
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur
yang dibuahi ditempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba :
a. Perlekatan peritubal dengan distorsiatau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur;
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba;
4. Faktor lain :
a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovum kanan ke tuba kiri- atau
sebaliknya- dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus.
Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
premature;
b. Fertilisasi in vitro.

Diantara faktor-faktor tersebut diatas, salpingitis akut merupakan penyebab


utama. Sequele morfologik berpengaruh pada setengah dari episode awal
kehamilan ektopik. Tempat keluar ovum pada ovulasi di ovarium juga disinyalir
mempunyai peran dalam kehamilan ektopik. Ovulasi yang berasal dari arah
kontralateral dari ovarium telah dianggap sebagai penyebab dari terlambatnya
transport blastokist, dan oleh Breen, dilaporkan bahwa ovulasi dari arah
kontralateral ditemukan pada sepertiga dari gestasi tuba yang diobati dengan
laparatomi. Bagaimanapun juga, Saito dkk. mengamati bahwa bagian dari tuba
dimana terjadi implantasi pada wanita dengan kehamilan ektopik adalah sama
pada apakah korpus luteum berada di ipsilateral atau kontralateral. Jika
transmigrasi adalah salah satu faktor, hipotesis dari mereka adalah ada banyak
insiden terjadinya kehamilan di distal tuba dengan ovulasi dari kontralateral
ovarium.

Penyebab lain yang lebih fisiologik adalah ketidakseimbangan hormonal,


yang mana peningkatan kadar estrogen atau progesterone yang beredar dapat
merusak kontraktilitas normal tuba. Kenaikan rata-rata kehamilan ektopik
dilaporkan terjadi pada wanita yang digambarkan secara fisiologis dan
farmakologis mempunyai kadar progestin yang meningakat. Secara iatrogenik,
dapat terjadi peningkatan estrogen dan progesterone setelah induksi ovulasi baik
itu dengan clomiphene citrate atau human menopausal gonadotrophins, dan
dilaporkan terjadi kenaikan angka kehamilan ektopik pada wanita dengan
perlakuan seperti itu. Kemungkinan penyebab lainnya adalah perkembangan
embrionik yang abnormal. Stratford memeriksa 44 konseptus dari gestasi ektopik
dengan mikrodiseksi dan potongan histologik dan menemukan sekitar duapertiga
abnormal dan setengahnya mempunyai binormalitas struktural umum. Kelainan
abnormal-abnormal ini dapat mengganggu transport normal di tuba.

Bahwa kehamilan yang mucul yang dikarenakan kegagalan beberapa


metode kontrasepsi mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menjadi
ektopik dibandingkan pada wanita yang hamil karena tidak memakai alat
kontrasepsi. Wanita yang menjadi hamil sewaktu memakai IUD Copper T380
atau kontrasepsi oral progestin saja, mempunyai kemungkinan 5% lebih tinggi
untuk mengalami kehamilan ektopik. Wanita yang menjadi hamil selama
memakai progesterone-releasing IUD bahkan lebih tinggi, sekitar 25%, bahkan
bila dibandingkan dengan wanita yang tidak memakai alat kontrasepsi sama
sekali, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih besar dua lipat. Hal ini
disebabkan progesterone menghambat kontraksi tuba. Walaupun pada banyak
laporan yang mengatakan bahwa riwayat aborsi yang diinduksi meningkatkan
resiko terjadinya kehamilan ektopik. menunjukkan metode statistik yang
digunakan untuk mengontrol efek dari faktor-faktor resiko, riwayat dari satu
aborsi yang diinduksi tidak meningkatkan secara bermakna kemungkinan terjadi
kehamilan ektopik. Efek itu baru akan nyata bila sudah dua atau lebih aborsi.

C. Gambaran Klinik
Pada wanita dengan faktor resiko untuk kehamilan ektopik, dengan penggunaan
tes hormonal awal dan sonografi vagina, sekarang dimungkinkan untuk menegakkan
diagnosis dari kehamilan ektopik sebelum keluar gejala. Namun, bila umur gestasi
sudah meningkat dan perdarahan intraperitoneal muncul karena keluarnya dari dari
fimbriae atau ruptur, maka dapat timbul gejala. Bila memang terjadi kehamilan
ektopik namun belum muncul gejala, maka kita sebut kehamilan ektopik belum
terganggu.
Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias nyeri abdomen,
amenore, dan perdarahan pervaginam. Gambaran tersebut menjadi sangat penting
dalam memikirkan diagnosis pada pasien yang datang dengan kehamilan di trimester
pertama. Namun sayangnya, hanya 50% pasien dengan kehamilan ektopik ini yang
menampilkan gejala-gejala tersebut secara khas. Pasien yang lain mungkin muncul
gejala-gejala yang umumnya terjadi pada masa kehamilan awal termasuk mual, lelah,
nyeri abdomen ringan, nyeri bahu, dan riwayat disparenu baru-baru ini. Sedangkan
gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu, seperti tersebut diatas, dapat berbeda-
beda, dari yang khas sampai tidak khas sehingga sukar untuk mendiagnosisnya.
Pada pemeriksaan fisik harus difokuskan pada tanda vital dan pemeriksaan
abdomen dan pelvik. Hipotensi dan takikardi yang dapat terjadi akibat perdarahan
banyak akibat ruptur tuba tidak dapat memperkirakan adanya kehamilan ektopik
walau tanda itu menunjukkan perlunya resusitasi segera, bahkan faktanya kedua hal
tersebut lebih khas pada komplikasi kehamilan intrauterin. Lebih jauh lagi, tanda vital
yang normal tidak dapat menyingkirkan adanya kehamilan ektopik. Pada pemeriksaan
dalam, dapat teraba kavum douglas yang menonjol dan terdapat nyeri gerakan
serviks. Adanya tanda-tanda peritoneal, nyeri gerakan serviks, dan nyeri lateral atau
bilateral abdomen atau nyeri pelvik meningkatkan kecurigaan akan kehamilan
ektopik dan merupakan temuan yang bermakna. Disisi yang lain, ketidakadaan tanda
dan gejala ini tidak menyingkirkan kehamilan ektopik. Terabanya massa adneksa juga
tidak dapat memperkirakan kehamilan ektopik secara tepat. Dalam penelitian ini
massa adneksa hanya muncul kurang dari 10% pada pasien yang di diagnosis dengan
kehamilan ektopik. Satu yang harus diingat juga adalah pemeriksaan pelvik benar-
benar normal pada kira-kira 10% pasien dengan kehamilan ektopik. Kesimpulannya,
beberapa riwayat dan penemuan pemeriksaan fisik menngkatkan kecurigaan terhadap
kehamilan ektopik. Untuk itu, bagaimanapun juga, tidak ada kombinasi penemuan
yang boleh dianggap oleh seorang dokter di ruang gawat darurat yang menyimpulkan
adanya kehamilan ektopik berdasarkan penemuan klinik saja.
Macam - macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
1. Kehamilan Abdominal Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum
(sinonim : kehamilan intra perito neal)
2. Kehamilan Ampula Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii.
Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
3. Kehamilan Servikal Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi
berimplantasi dalam kanalis servi kalis uteri.
4. Kehamilan Heterotopik Kombinasi Kehamilan bersamaan intrauterine dan
ekstrauterin.
5. Kehamilan Kornu Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
6. Kehamilan Interstisial Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
7. Kehmailan Intraligamenter Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan
ligamentum latum, setelah rupturnya keha milan tuba melalui dasar dari tuba
fallopii.
8. Kehamilan Ismik Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
9. Kehamilan Ovarial Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis
berimplantasi pada permuka an ovarium.
10. Kehamilan Tuba Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.

D. Diagnosis
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik yang belum
terganggu sangat besar, sehingga pasien harus mengalami rupture atau abortus dahulu
sehingga menimbulkan gejala. Dalam menegakkan diagnosis, dengan anamnesis yang
teliti dapat dipikirkan kemungkinan adanya kehamilan ektopik, namun untuk
menegakkan diagnosis pasti harus dibantu dengan pemeriksaan fisik yang cermat dan
dibantu dengan alat bantu diagnostik. Sekarang ini, peran alat bantu diagnostik
sangatlah penting, dan sudah merupakan sesuatu yang harus dilakukan,apabila
memang tersedia, untuk menentukan diagnosis.
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan terlambat haid untuk beberapa
waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Terdapat nyeri
perut bagian bawah, nyeri bahu, dan kadang-kadang tenesmus. Perdarahan
pervaginam dapat terjadi, dan biasanya terjadi setelah muncul keluhan nyeri perut
bagian bawah, berapa jumlah perdarahannya, warna dari darahnya, apakah mengalir
seperti air atau hanya seperti tetesan saja, dan apakah keluar gumpalan-gumpalan.
Ditanyakan juga riwayat kehamilan sebelumnya, bila sudah pernah hamil, riwayat
menstruasinya.
Pada pemeriksaan umum, penderita dapat tampak pucat dan kesakitan. Pada
perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda syok dan pasien
merasakan nyeri perut yang mendadak. Pada jenis yang tidak mendadak, mungkin
hanya terlihat perut bagian bawah yang sedikit menggembung dan nyeri tekan.

E. Klasifikasi
1. Kehamilan ektopik belum terganggu
a. Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui,karena biasanya penderita
tidak menyampaikan keluhan yang khas.
b. Amenorea atau gangguan haid dilaporkan oleh 75%-95% penderita.
Tandakehamilan muda seperti nausea hanya dilaporkan oleh 10%-25% kasus.
c. Disamping gangguan haid,keluhan yang paling sering disampaikan ialah nyeri
diperut bawah yang tidak khas,walaupun kehamilan ektopik belum mengalami
rupture. Kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang
sukar ditentukan. Keadaan ini pun masih harus dipastikan dengan alat bantu
diagnostik yang lain,seperti Ultrasonografi dan Laparoskopi.
d. Bagaimana pun juga,mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan
berakhir dengan abortus atau rupture yang disertai perdarahan dalam rongga
perut yang apabila terlambat diatasi akan membahayakan jiwa penderita,maka
pada setiap wanita dengan gangguan haid dan lebih-lebih setelah diperiksa
dicurigai akan adanya kehamilan ektopik ,harus ditangani dengan sungguh-
sungguh dengan menggunakan alat bantu diagnostic yang ada,sampai
diperoleh kepastian diagnostic kehamilan ektopik.
2. Kehamilan ektopik terganggu
a. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut) biasanya
tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk
beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian
bawah dan penesmus. Dapat terjadi perdarahan pervaginam.
b. Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan
ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam rongga perut. Pada
pemeriksaan ginekologik ditemukan servik yang nyeri bila digerakkan dan
kavum douglas yang menonjol dan nyeri raba.
c. Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis
apitik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan
muda tidak jelas,demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita
tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat terjadi apabila perdarahan pada
kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung lambat. Dalam keadaan
demikian,alat bantu diagnostik amat diperlukan untuk memastikan diagnosis.
3. Kehamilan ektopik lanjut
Yaitu kehamilan ektopik diman janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup
zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke
jaringan sekitarnya, misalnya ligamentum latum, uterus, dasar panggul ,dan
sebagainya.
Pada pemeriksaan dalam mungkin ditemukan tanda-tanda kehamilan
muda. Perabaan serviks dan gerakkannya menyebabkan nyeri. Bila uterus dapat
diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor
disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas juga
teraba menonjol dan nyeri raba yang menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
Kadang terdapat suhu yang naik, sehingga menyulitkan perbedaan dengan infeksi
pelvik.
Pemeriksaan laboratorium biasanya menggunakan beta-human chorionic
gonadotropin (βhCG) untuk mendiagnosis kehamilan, dan untuk membantu
menentukan potensi pasien mengalami kehamilan ektopik. β-hCG diproduksi oleh
trofoblas dan dapat dideteksi dalam serum pada kira-kira 1 minggu sebelum haid
berikutnya. Jika serum β-hCG negative, kemunkinan besar tidak terjadi
kehamilan. Hanya ada sedikit sekali kasus yang dilaporkan pasien dengan tes
serum β-hCG negative dengan kehamilan ektopik. Dinamika normal kenaikan
kadar β-hCG dua kali lipat kira-kira setiap 1,4 sampai 2,1 hari sampai mencapai
puncaknya 100.000 mIU/ml. kenaikan ini akan melambat bila sudah mencapai
nilai puncaknya, dan pada saat itu sudah harus dilakukan diagnosis dengan USG.
Pemeriksaan tunggal tes β-hCG kuantitatif ini berguna untuk mendiagnosis
kehamilan, namun tidak dapat membedakan antara kehamilan ektopik atau
kehamilan intrauterine. Pemeriksaan laboratorium umum lainnya adalah
pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui kadar hemoglobin yang dapat rendah
bila terjadi perdarahan yang sudah lama. Juga dinilai kadar leukosit untuk
membedakan apakah terjadi infeksi yang bisa disebabkan oleh kehamilan ektopik
ini atau dugaan adanya infeksi pelvik. Pada infeksi pelvik biasanya lebih tinggi
hingga dapat lebih dari 20.000.

F. Penatalaksanaan
Ada banyak opsi yang dapat dipilih dalam menangani kehamilan ektopik, yaitu
terapi bedah dan terapi obat. Ada juga pilihan tanpa terapi, namun hanya bisa
dilakukan pada pasien yang tidak menunjukkan gejala dan tidak ada bukti adanya
rupture atau ketidakstabilan hemodinamik. Namun pada pilihan ini pasien harus
bersedian diawasi secara lebih ketat dan sering dan harus menunjukkan
perkembangan yang baik. Pasien juga harus menerima segala resiko apabila terjadi
rupture harus dioperasi.

1. TERAPI BEDAH
Sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik akan membutuhkan
tindakan bedah. Tindakan bedah ini dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif
(biasanya salpingotomi) dan tindakan itu dilakukan dengan jalan laparaskopi atau
laparatomi. Laparatomi merupakan teknik yang lebih dipilih bila pasien secara
hemodinamik tidak stabil, operator yang tidak terlatih dengan laparaskopi,
fasilitas dan persediaan untuk melakukan laparaskopi kurang, atau ada hambatan
teknik untuk melakukan laparaskopi. Pada banyak kasus, pasien-pasien ini
membutuhkan salpingektomi karena kerusakan tuba yang banyak, hanya beberapa
kasus saja salpingotomi dapat dilakukan. Pada pasien kehamilan ektopik yang
hemodinamiknya stabil dan dikerjakan salpingotomi dapat dilakukan dengan
teknik laparaskopi. Salpingotomi laparaskopik diindikasikan pada pasien hamil
ektopik yang belum rupture dan besarnya tidak lebih dari 5 cm pada diameter
transversa yang terlihat komplit melalui laparaskop.
Linier salpingektomi pada laparaskopi atau laparatomi dikerjakan pada
pasien hamil ektopik yang belum rupture dengan menginsisi permukaan
antimesenterik dari tuba dengan kauter kecil, gunting, atau laser. Kemudian
diinjeksikan pitressin dilute untuk memperbaiki hemostasis. Gestasi ektopik
dikeluarkan secara perlahan melalui insisi dan tempat yang berdarah di kauter.
Pengkauteran yang banyak didalaam lumen tuba dapat mengakibatkan terjadinya
sumbatan, dan untuk itu dihindari. Penyembuhan secara sekunder atau dengan
menggunakan benang menghasilkan hasil yang sama. Tindakan ini baik untuk
pasien dengan tempat implantasi di ampulla tuba. Kehamilan ektopik ini
mempunyai kemungkinan invasi trofoblastik kedalam muskularis tuba yang lebih
kecil dibandingkan dengan implantasi pada isthmus.

2. TERAPI OBAT
Diagnosis dini yang telah dapat ditegakkan membuat pilihan pengobatan
dengan obatobatan memungkinkan. Keuntungannya adalah dapat menghindari
tindakan bedah beserta segala resiko yang mengikutinya, mempertahankan
patensi dan fungsi tuba, dan biaya yang lebih murah. Zat-zat kimia yang telah
diteliti termasuk glukosa hiperosmolar, urea, zat sitotoksik ( misl: methotrexate
dan actinomycin ), prostaglandin, dan mifeproston (RU486). Disini akan dibahas
lebih jauh mengenai pemakaian methotrexate sebagai pilihan untuk terapi obat.
METHOTREXATE
Penggunaan methotrexate untuk kehamilan pada intersisial. Kemudian
yang menggunakannya sebagai terapi garis pertama pada kehamilan ektopik.
Sejak itu banyak dilaporkan pemakaian methotrexate pada berbagai jenis
kehamilan ektopik yang berhasil. Lalu, dengan semakin banyaknya keberhasilan
memakai obat, maka mulai diperbandingkan pemakaian methotrexate dengan
terapi utama salpingostomi 3 . Perdarahan intra-abdominal aktif merupakan
kontraindikasi bagi pemakaian methotrexate. Ukuran dari massa ektopik juga
penting dan methotrexate tidak digunakan pada massa kehamilan itu lebih dari 4
cm. Keberhasilannya baik bila usia gestasi kurang dari 6 minggu, massa tuba
kurang dari 3,5 cm diameter, janin sudah mati, dan β-hCG kurang dari 15.00
mIU. Kontraindikasi lainnya termasuk menyusui, imunodefisiensi, alkoholisme,
penyakit hati atau ginjal, penyakit paru aktif, dan ulkus peptic.
Methotrexate merupakan suatu obat anti neoplastik yang bekerja sebagai
antagonis asam folat dan poten apoptosis induser pada jaringan trofoblas. Pasien
yang akan diberikan methotrexate harus dalam keadaan hemodinamika yang
stabil dengan hasil laboratorium darah yang normal dan tidak ada gangguan
fungsi ginjal dan hati. Methotrexate diberikan dalam dosis tunggal (50 mg/m2
IM) atau dengan menggunakan dosis variasi 1 mg/kgBB IM pada hari ke 1,3,5,7
ditambah Leukoverin 0,1 mg/kgBB IM pada hari ke 2,4,6,8. Setelah pemakaian
methotrexate yang berhasil, β-hCG biasanya menghilang dari plasma dalam
ratarata antara 14 dan 21 hari. Kegagalan terapi bila tidak ada penurunan β-hCG,
kemungkinan ada massa ektopik persisten atau ada perdarahan intraperitoneal.

G. Prognosis
Kematian ibu karena kehamilan ektopik terganggu cenderung menurun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Namun bila pertolongan terlambat,
maka angka kematian akan meningkat. Sedangkan janin pada kehamilan ektopik
biasanya akan mati dan tidak dapat dipertahankan karena tidak berada pada tempat
dimana ia seharusnya tumbuh. Pada umumnya kelainan yang menyebabkan
kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian wanita dapat menjadi steril setelah
mengalami kehamilan ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik lagi pada
tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6 %.
Dengan kemajuan terapi yang ada sekarang, kemungkinan ibu untuk dapat hamil
kembali membesar, namun ini harus didukung kemampuan untuk menegakkan
diagnosis dini sehingga dapat diintervensi secepatnya.

Referensi

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2002. Kehamilan Ektopik.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu kebidanan dan Penyakit Kandungan, 2008. Edisi III.
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya.

Prawiro, Sarwono, 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. PT Bina Pustaka, Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Gangguan Bersangkutan Dengan Konsepsi. Ilmu Kandungan edisi
kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 250-260.

Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Kehamilan Ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 198-210.

Anda mungkin juga menyukai