Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
karena atas berkat dan kasih-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dengan
besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak langsung
telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama penulis
Negara.
dengansabarmembimbingpenulishinggaskripsiiniselesai.
akademikpenulis.
angindanIrianiTarigan, yang
selalumemberikansemangatdanmotivasidalammendidikdanmembimbingpenuli
danjugatiadahentinyamencarirezekidariterbitfajarhinggaterbenammatahariuntu
kmenafkahikeluargadanmembiayaipendidikanpenulishinggasaatini,
sertamembantudanmemberikansemangatnamuntidakdapatdisebutkansatupersat
u.
kemanfaatannya.
semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan
balasan kebaikan berlipat dari Tuhan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
RizkyPratentaPerangin-Angin
NIM:120200563
ABSTRAK ............................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ................................................................... 1
B. PerumusanMasalah ............................................................ 8
C. TujuandanManfaatPenulisan .............................................. 8
D. KeaslianPenulisan .............................................................. 9
E. TinjauanKepustakaan ......................................................... 10
F. MetodePenelitian ............................................................... 15
G. SistematikaPenulisan ......................................................... 18
B. KriteriaProdukHewanAmandanBerkualitas
A. PengertiandanFungsiPengawasan ....................................... 38
B. PengawasanProdukPanganAsalHewan di
PanganAsalHewan .................................................................. 50
B. KendaladalamImplementasiPenyaluranDagingAman
A. Kesimpulan ........................................................................... 70
B. Saran .................................................................................... 71
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan sampai dimana batasnya, dan berhubung dengan itu, berarti juga, bahwa
ayat (2) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945tentang Hak Asasi Manusia.
2
Yusuf Adiwibowo, “Epistemologi Ideologi Keamanan Pangan”, Yuridika: Volume 31
No 1, Januari 2016, hlm 167
3
Mas Bakar, Peradilan Satu Atap Dalam Rezim Hukum Administrasi, RangkangEduction,
Yogyakarta, hlm. 6-7.
UUD 1945 yang menyatakan bahwa, “setiap orang berhak untuk hidup serta
Salah satu hal yang menarik dalam perjalanan hukum Indonesia adalah
muncul tidak hanya untuk melindungi dan meningkatkan kualitas sumber daya
hewan; menyediakan pangan yang aman, sehat, utuh, dan halal; meningkatkan
rakyat. 5
terwujudnya masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata tenterem karta
raharja, dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam sikap tingkah laku
4
Yusuf Adiwibowo, Op.Cit., hlm 167-168
5
Betharia Hasibuan.“Perlindungan Hukum Terhadap Peternak Sapi Perah Dikaitkan
Dengan Keberadaan Asosiasi Peternak Sapi Perah Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan
Peternak. Jurnal Wawasan Hukum”, Vol. 34, No. 1, Februari 2016, hlm 115.
yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak semakin meningkat,
meningkat.
Pemotongan sapi-sapi betina ini merupakan sapi-sapi betina dalam strata umur
produktif yaitu umur satu tahun sampai dengan umur dibawah delapan tahun,
strata umur ini merupakan kondisi pencapaian laju produksi puncak sapi betina
6
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta,“Paradigma”, 2010, hlm. 73
7
SriEdi Swasono, Kembali ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Neoliberalisme, Jakarta,
Yayasann Hatta, 2010, hlm 120.
8
Suswono. Pemotongan Sapi Lokal Produktif, Jakarta, Departemen Pertanian. 2009, hlm
21
Halal yang menyatakan bahwa: (1) Bahan yang berasal dari hewan yang
b. darah; c. babi; dan/atau d. hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat.
(2) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan fatwa Majelis Ulama
baik dalam produk makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk
biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan,
yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang
tentunya sesuai pula atau merupakan peencerminan dari nilai-nilai yang berlaku
Apalagi daging di pasar tidak dikemas dan tidak memiliki label tertentu,
berupa daging yang tidak memenuhi mutu, dapat menimbulkan malapetaka bagi
konsumen. Selain merugikan konsumen dari segi finansial, daging yang tidak
sangat besar bagi negara, terutama ‘larinya’ sejumlah produk pangan Indonesia ke
luar negeri demi mendapatkan sertifikat halal. Sebaliknya, untuk produk pangan
yang ada dan dijual di Indonesia sendiri belum ada jaminan halalnya. 11
dalam pelaksanaan pemotongan hewan dapat terjaga dan terkendali dengan baik.
9
AZ. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu pengantar Yogyakarta, Diadit
Media, 2001, hlm. 45.
10
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung, Citra Aditya,
2014, hlm 2.
11
Proyek Pembinaan Pangan Hlmal Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji,
Pedoman Strategi Kampanye Sosial Produk Halal, Jakarta, Departemen Agama, 2003, hlm. 34.
sarana pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging sehat. Lebih lanjut pada
Hewan dan dijelaskan lebih rinci pada Pasal 3 ayat (a) dinyatakan bahwa Rumah
penduduknya. 12
Pemotongan Hewan di satu kota dimana tempat pemotongan hewan tersebut juga
harus memenuhi standar yang baku, sehingga produk yang dihasilkan terjamin
penyangga bagi RPH dalam penyediaan daging yang aman, sehat, utuh dan halal.
Semua pihak yang terkait harus mendukung semua program pemerintah dengan
lebih memperhatikan kondisi RPH, karena kondisi lingkungan pada RPH yang
kesehatan ternak sebelum dipotong dan pencemaran daging serta karkas setelah
dipotong.
persyaratan untuk mendapatkan daging sapi yang ASUH. RPH merupakan tempat
12
Keputusan Menteri Pertanian No.13/Permentan/ OT.140/1/2010, tentang Syarat-Syarat
Pemotongan Hewan
Setelah ternak dipotong, mikroba yang terdapat pada hewan mulai merusak
jaringan sehingga bahan pangan hewani cepat mengalami kerusakan bila tidak
judul Implementasi Penyaluran Daging Aman Sehat Utuh dan Halal Berdasarkan
B. PerumusanMasalah
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu:
13
Rahayu, E.S. Amankah produk pangan kita: Bebaskan dari cemaran berbahaya.
Makalah disampaikan dalam Apresiasi Peningkatan Mutu Hasil Olahan Pertanian. Dinas Pertanian
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kelompok Pemerhati Keamanan Mikrobiologi Produk
Pangan, Yogyakarta, 1 April 2006.
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum terhadap produk daging utuh dan halal.
3. Untuk mengetahui implementasi penyaluran daging aman sehat utuh dan halal
1. Secara teoritis
D. Keaslian Penulisan
dan Fakultas Hukum Universitas yang ada di Indonesia baik secara online maupun
fisik bahwa judul Implementasi Penyaluran Daging Aman Sehat Utuh dan Halal
terdahulu. Namun ada beberapa judul berkaitan dengan ASUH, antara lain:
Lampung (2018), dengan judul penelitian Penerbitan Label Halal Pada Produk
dari HukumIslam.
(2011), dengan judul penelitian Sertifikasi Halal sebagai Upaya Perlindungan Hak
penelitian ini:
wilayah Yogyakarta.
2. Sertifikasi halal dapat menjadi upaya perlindungan hak atas keamanan dan
sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka
terhadap masukan dan kritik yang konstruktif terkait dengan data dan analisis
E. Tinjauan Pustaka
Perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang dilakukan oleh badan
warganya negaranya atau antara pemerintah dengan sebuah badan swasta atau
dalamkedudukan,tugasdanfungsinyasebagaiadministratornegara.Pemerintah
14
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Bandung, Citra
Aditya Bakti, 2001, hlm 63
15
Sadjijono, Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi, Yogyakarta,
LaksBang, 2008, hlm 16
negarayangmempunyaitugasdanwewenang politiknegarasertapemerintahan. 16
suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang
saling berkaitan erat satu sama lain. Kesatuan tersebut diterapkan terhadap
kompleks unsur- unsur yuridis seperti peraturan hukum, asas hukum dan
pengertian hukum 17
hubungan antar warga negara dan pemerintahannya dapat berjalan dengan baik
dan aman.
2. Implementasi
16
AtmosudirjoPrajudi,HukumAdministrasiNegara,Jakarta, GhaliaIndonesia,1994, hlm 12
17
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty, 2010
hlm 122
18
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, UII Press Indonesia, 2002,hlm
20
pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implemantasi
bukan sekadar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai
tujuan kegiatan. 21
19
Jaka Susila dan Handout, Hukum Administrasi Negara, Surakarta, UMS, 2010, hlm. 16
20
Hanifah Harsono, Implementasi Kebijakan dan Politik, Jakarta, Rineka Cipta, 2002,
hlm 67
21
Usman, Nurdin, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2002, hlm 70
dan melindungi masyarakat dari bahaya yang dapat mengganggu kesehatan akibat
melalui penyedian produk pangan asal hewan yang memenuhi kiriteria ASUH.
b. Sehat: Memiliki zat-zat yang berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh
c. Utuh: Tidak dicampur dengan bagian lain dari hewan tersebut atau bagian dari
hewan lainnya
d. Halal: Adalah dipotong dan ditangani sesuai dengan syariat agama Islam. 22
22
Peralatan yang digunakan untuk daging terjaga sanitasinya dan memenuhi persyaratan
terbuat dari bahan yang tidak mencemari daging, misalnya stainless steel, jangan terbuat dari kayu
Direktorat Kesmavet, 2003, hlm 21
konsumen. 23
4. Peraturan Daerah
otonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan pada dasarnya
23
Ibid
24
Mahendra Putra Kurnia, dkk. Pedoman Naskah Akademik Perda, Partisipatif,
Yogyakarta, Kreasi Total Media, 2007, hlm 18
25
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
26
Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-undangan Cetakan. Ketujuh Yogyakarta,
Kanisius, 2007, hlm. 202
yang dihadapi. 27
Bahan atau materi yang dipakai dalam skripsi ini diperoleh melalui
penelitian studi kepustakaan dan studi lapangan. Dari hasil penelitian kepustakaan
diperoleh data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Dalam konteks ini, data sekunder mempunyai
27
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana,2006, hlm 35.
28
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,Surabaya, Bayu
Media Publishing, 2005, hlm. 46.
29
Ibid
Konsumen.
Peraturan Perundang-undangan.
Kesehatan Hewan.
Halal.
yang memusatkan perhatian pada data sekunder, maka pengumpulan data utama
yang berkaitan dengan penelitian,dan untuk melengkapi data yang berasal dari
3. Analisis data
metode kualitatif dengan logika induktif yaitu berfikir dengan hal-hal yang khusus
data sekunder.
G. Sistematika Penulisan
dan Halal Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2014 Ditinjau dari
agar terciptanya karya ilmiah yang baik. Oleh karena itu, penulis membagi skripsi
bersifat berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat
sistematika penulisan.
DAN HALAL
aman dan berkualitas (aman, sehat, utuh dan halal) dan pengaturan
Penyaluran Daging Aman Sehat Utuh dan Halal pada PD. RPH Medan
Bab ini merupakan bab terakhir dalam skripsi ini yaitu sebagai bab
diperbolehkan, legal, dan sesuai hukum Islam atau syariah. Jika dikaitkan
Pasal 1 huruf aNomor 518 Tahun 2001 tentang Pedoman dan Tata
pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk
syariat Islam.
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
Jaminan Produk Halal, Produk Halal adalah produk yang telah dinyatakan
halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan haram atau
atau bahan yang haram atau dilarang untuk ikonsumsi umat Islam, baik
yang menyangkut bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, bahan bantu
dan bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan yang diolah melalui
jadi ada yang tersembunyidibalik produk makanan tersebut yang tidak baik
32
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Kencana Prenada Media
Group, 2013, hlm.109-110
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses
bahanyang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik yang
bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses
dasar setiap muslim. Hal ini bukan saja terkait dengan keyakinan beragama,
maka dituntut peran yang lebih aktif negara dalam pengaturan sistem
regulasi. 36
dan Halal)
asal hewan yang ASUH Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Medan
dibuka secara resmi oleh Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kegiatan diikuti
oleh 25 orang peserta terdiri dari pedagang atau penjual daging dan unsur
masih rendah kurang lebih 7 kg per kapita per tahun, kenyataan ini masih
36
Ali Yafie dkk, Fikih Perdagangan Bebas, Jakarta, Teraju, 2004, hlm. 77.
optimis dan tetap menyediakan daging yang mengacu pada Good Hygiene
Practices (GHP) yaitu seluruh praktek yang berkaitan dengan kondisi dan
Bahan makanan beku disimpan pada suhu di bawah 18oC dan harus
dikemas baik. Untuk masa simpan bahan daging yang dibekukan juga
berbeda, seperti contohnya daging segar 3-6 bulan, daging giling (segar) dan
sosis segar 3-4 bulan, ikan segar 3-6 bulan dan daging ayam 6 bulan. Untuk
Foods (PHF) yang bervariasi untuk setiap jenis makanan. Daging panggang
(roast, rare) suhu bagian dalam harus mencapai minimal 54 oC dengan lama
pemasakan 121 menit; pengolahan telur, daging sapi, babi (selain roast) dan
pemasakan 15 detik.
(roast) minimal 63oC selama 3 menit dan unggas minimal 74oC selama 15
detik.
bertujuan untuk menghasilkan pangan yang aman (safe) dan layak (suitable)
dengan bahan lain serta halal yaitu sesuai dengan syariat agama Islam.
tubuh
3. Utuh: Tidak dicampur dengan bagian lain dari hewan tersebut atau
tingkat rumah tangga dan konsumen. Pengujian mutu bahan pangan asal
deterioration). 38
Kriteria halal pada makanan yang ditetapkan oleh para ahli Lembaga
37
M. Sahardi, dkk, Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
Keamanan Pangan Asal Ternak Ruminansia Di Sulawesi Selatan, Lokakarya Nasional
Keamanan Pangan Produk Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Provinsi
Sulawesi Selatan, 2004, hlm 113
38
Ibid
mulai dari bahan baku yang digunakan, bahan tambahan, bahan penolong,
hanya berasal dari babi atau bukan, tetapi juga meliputi cara penyembelihan,
dilakukan dengan berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya
39
Asri, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk Pangan Yang
Tidak Bersertifikat Hlmal, JurnalIuS| Vol IV | Nomor 2 | Agustus 2016, hlm 5
etik. 40
produk-produk pangan yang tidak bersertifikat halal dan tidak berlabel halal
tidak lagi bisa beredar di Indonesia, baik yang di produksi di dalam negeri
maupun yang berasal dari luar negeri. Komitmen negara sangat jelas dalam
antara lain:
1. Bukan terdiri dari atau mengandung bagian atau benda dari binatang
40
Ibid., hlm 8-9
41
Ibid., hlm 9
e) nanah
Daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal merupakan daging yang
konsumen. 43
keamanan pangan, maka dibuat UU. No. 18 tahun 2012 tentang Pangan dan
42
Moh. Bahruddin, “Problem Sertifikasi Hlmal Produk Pangan Hewani ASAS”,
Vol.2, No.1, Januari 2010, hlm 8
43
http://www.halalunmabanten.id/halal/index.php/component/k2/item/37-produk-
asuh-aman-sehat-utuh-dan-halal-hewan-ruminansia, diakses tanggal 1 Juli 2018
menjamin proses yang dilakukan dan produk yang dihasilkan telah sesuai
keamanan pangan. Konsep ini dapat diterapkan pada seluruh rantai produksi
makanan dari mulai bahan baku sampai pemasaran dan distribusi. Sistem
jaminan kehalalan produk. Sistem ini terdiri atas penerapan enam prinsip
HrACCP yaitu:
44
Ibid
semakin mahal, apalagi jika bahan pangan itu berkualitas bagus tentunya
segar dengan kualitas bagus harganya selalu lebih mahal daripada daging
beku ataupun daging di pasar tradisional yang sudah dikerubuti oleh lalat. 45
yang terdiri dari unsur-unsur hukum, dimana di antara unsur hukum yang
subsistem hukum yang berlaku di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari yang
lain, sehingga mirip dengan tubuh manusia, unsur hukum bagaikan satu
organ yang keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari organ yang lain. 46
menjadi payung hukum berbagai macam jenis produk halal pada produk
45
R. Sanjaya Perdhana Putra, Tinjauan Yuridis Tentang Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Pengawasan Daging “Gelonggongan”Sebagai Upaya Melindungi
Hak-Hak Konsumen, Artikel Ilmiah, Universitas Brawijaya Fakultas Hukum Malang, 2015
46
lhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia: Prinsip-Prinsip dan Implementasi Hukum
di Indonesia, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2012, hlm 39
tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai syariat Islam
Pasal 1 huruf (d) Nomor 518 Tahun 2001 tentang Pedoman dan Tata
yang dinyatakan halal, baik bahan yang berasal dari bahan baku hewan,
penyajian produk.
produk dari bahan yang berasal dari bahan yang diharamkan dengan
47
Zulham, Op.Cit., hlm 111
dilihat, dibaca, tidak mudah terhapus, dan merupakan bagian yang tidak
dibuat laporan hasil audit untuk diajukan kepada Sidang Komisi Fatwa MUI
lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak MUI menerima hasil pemeriksaan
48
Zulham, Op.Cit., hlm 118
49
Ibid., hlm 121
Pemasukan daging dari luar negeri dan KEPMENAG No.518 Tahun 2001
tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan dan izin dari BPOM, Keputusan
merupakan aspek penting untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance), yakni untuk memastikan dapat berjalan atau tidaknya fungsi
50
Ahmad Fikri Hadin, Eksistensi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Era
Otonomi Daerah, Yogyakarta, Genta Press, 2013, hlm. 21-22.
ditetapkan tersebut.” 51
cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar
tujuan organisasi. 53
merupakan proses untuk menjaga agar kegiatan terarah menuju pencapaian tujuan
51
Sule Erni Trisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Edisi Pertama,
Jakarta; Prenada Media,2005, hlm 317
52
Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Glora Madani Press,
2004, hlm. .12
53
Sofyan Sari Harahap, Sistem Pengawasan Manajemen (Management Control System,
Jakarta, Pustaka Quantum, 2001, hlm 14.
54
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, cetakan keenambelas, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2010, hlm 94.
ditemukan.
banyak dikonsumsi masyarakat saat ini terutama menjelang hari besar keagamaan
tubuh, namun produk pangan asal hewan merupakan produk yang mudah rusak
(perishable food). Hal ini disebabkan karena produk pangan asal hewan seperti
daging, telur, dan susu sangat mudah tercemar oleh bakteri apabila proses
pengolahan dan cara penyimpanannya tidak benar. Oleh karena itu, Dirjen
pengawasan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh tim yang dibentuk
55
Maringan Masri Simbolon, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 2004, hlm 62
56
Sule Erni Trisnawati dan Kurniawan Saefullah, Op.Cit., hlm 12
a. LPH
c. Kehalalan Produk
12-21 Juni 2017 dengan lokasi rumah potong hewan, pasar moderen, pasar
pedagang juga sudah mempersiapkan stok yang lebih untuk pesediaan selama hari
lebaran mengingat truk pengangkut tidak dapat beroperasi secara bebas pada hari
tim yang di bentuk secara terpadu setiap menjelang HBKN yang terdiri atas
Hewan (BPMSPH), Kementerian Agama (BPJPH), dan instansi lain yang terkait.
diperlukan. 60
dan fisik barang serta melakukan tindakan yang tepat bila terdapat
59
Ibid
60
Ibid
Hewan. 61
RPH Medan:
1. KepalaDinas
2. KepalaBidangPeternakan
3. KepalaSeksiKeswandanKesmavet
4. KepalaUPTDPuskeswan
5. Petugaspelaksana
6. Dinasterkait(DinasKesehatan,Disperindagkop)
7. Pelakuusahapeternakan
8. LaboratoriumKesehatanMasyarakatVeteriner. 62
3. Pedagang/pengusahapanganasalhewandibantuolehpetugasmempersiapkans
ampelyangakandiperiksasesuaidengankebutuhan
4. Petugasmelaksanakanujilapangan(ujicepat)untukmenilailayaktidaknyabaha
npanganasalhewantersebutdikonsumsiolehkonsumen/masyarakat.
61
http://kesmavet.ditjenpkh.pertanian.go.id/index.php/berita/berita-2/176-was-produk-
2018, diakses tanggal 1 Juni 2018
62
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
didistribusikan ke konsumen
6. Jika pada uji cepat dinyatakan tidak layak, sampel segera dikirim ke
asal hewan dengan dengan tanggal produksi yang sama, disita/ ditunda
8. Jika hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa bahan pangan asal hewan
tersebut layak untuk dikonsumsi, maka bahan pangan asal hewan tersebut
9. Jika dari hasil uji laboratorium dinyatakan tidak layak untuk dikonsumsi,
10. PetugaspelaksanasegeramenyusunkonseplaporankepadaKepalaUPTDPusk
eswan.KepalaUPTDPuskeswansegeramelaporkanhasilkegiatanpemeriksaa
nbahanpanganasalhewankepadaKepalaDinas. 63
1. MemoKepalaDinaskepadaKepalaBidang
2. Dokumenyangtelahditentukandalamsosialisasidanbimbinganteknis
63
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
4. LaporanPelaksanaanTugas
5. ProgramKerjadanHasilpengujianLaboratorium 64
coercive measure that results from failure to comply with a law, rule, or order (a
sanction for discovery abuse)”atau sebuah hukuman atau tindakan memaksa yang
hukum publik yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas
Administrasi Negara.” Berdasarkan definisi ini tampak ada empat unsur sanksi
64
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
65
Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Bacaan Wajib Swakelola Pengadaan Barang/Jasa,
Jakarta, Visimedia Pustaka, 2014, hlm. 191.
66
Ridwan HR, Op.Cit., hlm 315
dwangsom
diterbitkan. 68
label halal pada produk. Selain itu, pun harus menjaga kehalalan, memperpanjang
masa berlaku sertifikat, serta membedakan proses pembuatan produk halal dan
tidak halal.
Pelaku usaha juga wajib melapor jika ada pengubahan komposisi bahan
mencantumkan label tidak halal pada produk nonhalal. Adapun kriteria produk
(1) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan sebagaimana dimaksud
1. bangkai
2. darah
3. babi
(2) Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan fatwa MUI.
halal dari luar negeri. Disebutkan bahwa, produk tersebut tidak perlu mengajukan
sertifikasi halal ketika masuk ke Indonesia. Hal itu berlaku jika lembaga yang
produk halal dari luar negeri wajib mendaftar di BPJPH sebelum beredar. Jika
69
https://blog.bplawyers.co.id/sanksi-mengabaikan-sertifikasi-hlmal/diakses tanggal 1
Juni 2018.
70
Ibid
halal itu terdapat kandungan tidak halal/haram di dalamnya, maka berarti pelaku
usaha yang bersangkutan telah melanggar kewajiban. Atas pelanggaran ini, pelaku
memperoleh sertifikat halal dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). 72
Produk Halal, bagi pelaku usaha yang tidak melakukan registrasi dikenai sanksi
berupa:
a. peringatantertulis;
b. dendaadministratif; atau
berupa:
71
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
72
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, Pasal 56
73
Ibid, Pasal 48
b. peringatantertulis; atau
c. dendaadministratif.
dandendaterhadappelanggarankesrawan.
1. Setiaporangdilarangmenganiayadan/ataumenyalahgunakanHewan,
sehinggamengakibatkancacatdan/atautidakproduktifdipidanadenganpidanakur
unganpalingsingkat1(satu) bulandanpalinglama6(enam)
2. Mengetahuiadanyaperbuatansebagaimanadimaksuddiatasdantidakmelaporkan
kepadapihakyangberwenang,dipidanadenganpidanakurunganpalingsingkat 1
(satujutarupiah)danpalingbanyakRp. 3.000.000,-(tigajutarupiah).
Hewan
yang bersifat luas. Kebijakan merupakan usaha mencapai tujuan tertentu dengan
mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik
perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat.
Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota
masyarakatdalam berperilaku.
bersifat adaptif dan interpretatif, meskipun kebijakan juga mengatur “apa yang
boleh, dan apa yang tidak boleh”. Kebijakan pemerintahan juga diharapkan dapat
bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan
untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantorpemerintah. 75Anderson
dimasyarakat. 77
Medan didasarkan atas pangan yang ASUH. Hal tersebut sejalan dengan
penyakit dan residu, serta unsur lain yang dapat menyebabkan penyakit dan
dan seimbang bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh. Utuh berarti tidak dicampur
75
William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi kedua. Yogyakarta, Gajah
Mada University Press, 2006, hlm 64.
76
Leo Agustino, Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI, 2006, hlm 41
77
Ibid
lain. 78
antara lain:
pengaduan untuk dicatat dan didata atau melalui kotak saran /pengaduan 79
daging yang ASUH. Untuk menciptakan daging yang berkualitas dan ASUH,
maka pemotongan dilakukan dengan menganut tata cara dalam Syariat Islam dan
cap/stempel “Baik Kota Medan” dengan harapan daging layak untuk di konsumsi
masyarakat. 80
78
Hasil wawancara dengan Daud, selaku Staf Operasional RPH Kota Medan, 31 Mei
2018
79
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
80
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
hewan yang dibeli/dikonsumsi berasal dari sarana usaha yang telah memenuhi
ekspor impor yang beredar. Labelisasi merupakan tanda bahwa keamanan dan
berasal dari unti sarana produksi yang telah memenuhi persyaratan kesmavet dan
HACCP. 82
81
Hasil wawancara dengan Daud, selaku Staf Operasional RPH Kota Medan, 31 Mei
2018
82
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
diterapkan bila suatu sarana produksi telah memenuhi persyaratan dasar Nomor
kesmavet dapat terdiri dari Dokter Hewan Berwenang, Dokter Hewan Pengawas
Kesmavet, atau Dokter Hewan Sawsta di unit sarana produksi pangan asal hewan
berbagai faktor yang dapat menentukan kualitas akhir dari produk ternak tersebut.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada tahap pra produksi antara lain:
1. Lingkungan dimana ternak dipelihara meliputi keadaan tanahnya dan air yang
lainnya.
83
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PD RPH) Kota Medan secara
Kelurahan Mabar Hilir. PD RPH berada dalam naungan Pemerintah Kota Medan
berdiri dari tahun 1992 hingga saat ini. Kegiatan yang ada di PD RPH Kota
yang sehat dan bermutu. Jenis hewan yang termasuk dalam kegiatan PD RPH ini
23.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB tersebut, dihasilkan air limbah berupa darah,
kotoran, sisa pakan, isi rumen serta serpihan daging dan lemak yang tercampur
berikut:
84
Hasil wawancara dengan Daud, selaku Staf Operasional RPH Kota Medan, 31 Mei
2018
melalui penyediaan jasa sesuai dengan tujuan dan kegiatan usaha Perusahaan
Daerah
ternak yang dilakukan secara halal dan baik dan harus memenuhi persyaratan
peternakan.
implementasi penyaluran daging ASUH pada PD. RPH Medan, salah satunya
85
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Perusahaan Daerah
Rumah Potong Hewan Kota Medan, Pasal 7
jam operasional hanya 12 orang untuk mengerjakan seluruh proses produksi mulai
dari persiapan hingga pembersihan kandang, hal tersebut sangat tidak efisien dan
membuat para pekerja harus bekerja dengan terlalu berat. Untuk itu salah satu
strategi yang dapat diterapkan oleh RPH Kota Medan adalah melakukan
penambahan tenaga kerja dan juga pelatihan tenaga kerja terutama masalah
internasional. 86
ternak yang bermutu dan aman untuk konsumsi manusia. Apabila faktor-faktor
tersebut dapat dikontrol dengan baik, sehingga tidak merugikan pertumbuhan dan
b. Konsumen lebih terjamin dan lebih percaya terhadap mutu daging yang
dihasilkan.
d. Produk asal ternak yang berupa daging dapat bersaing di pasar internasional
86
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
g. Hewan atau ternak tumbuh lebih cepat dan dapat dijual lebih cepat.
h. Dapat mengurangi jumlah atau bagian produk ternak yang ditolak atau
nasional. 87
sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa sakit, rasa takut dan tertekan,
87
Hasil wawancara dengan Daud, selaku Staf Operasional RPH Kota Medan, 31 Mei
2018
Bila daging dikatakan “sehat” jika memiliki zat-zat yang berguna bagi
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang digunakan untuk sumber tenaga
atau energi, zat pembangun dan zat pengatur dalam tubuh.Sehat berarti bahan
pangan berasal dari hewan yang sehat serta tidak mengalami pencemaran kuman
mulai dari proses penyembelihan ternak dan motongan daging, hingga penyediaan
2. Utuh
Utuh artinya daging tidak dicampur dengan bagian lain dari hewan
tersebut atau bagian dari hewan lain. Misalnya, daging berasal dari ternak hidup
hasil penyembelihan dicampur dengan daging berasal dari bangkai atau daging
berasal dari ternak yang disembelih secara halal dicampur dengan yang tidak
halal.
Utuh berarti benar-benar murni dari satu jenis hewan ternak sembelihan
tertentu, tidak tercampur dengan bagian hewan lain atau Bahan Tambahan
BMT adalahBahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya
bukan merupakan ingridien khas makanan (1) mempunyai atau tidak mempunyai
nilai gizi, (2) sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi
3. Halal
halal dan baik (halalan thayyiban) dan harus memenuhi persyaratan higien
Berkenaan dengan pangan (daging), paling tidak terdapat dua hal yang
harus diperhatikan.
dalam implementasi penyaluran daging ASUH pada PD. RPH Medan, antara lain:
Ketahanan Pangan.
88
Haslizen Hoesin, https://lizenhs.wordpress.com/2011/05/07/mutu-produk-halal-dan-
asuh/diakses tanggal 1 Juli 2018
89
Ibid
asasi setiap rakyat Indonesia. Pangan tersebut dapat berasal dari bahan nabati atau
hewani dengan fungsi utama sebagai sumber zat gizi. Tingkat konsumsi hasil
ternak bagi masyarakat Indonesia, dinilai masih jauh dibawah kecukupan gizi
yang dianjurkan. Berdasarkan analisis dari Pola Pangan Harapan (PPH), tingkat
konsumsi masyarakat Indonesia akan protein asal ternak baru mencapai 5,1
g/kap/hr yang setara dengan konsumsi susu 7,5 kg/kap/th, daging 7,7 kg/kap/th,
90
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
91
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
92
Ditjen PKH, 2004. Statistik Peternakan 2004. Direktorat Jenderal Peternakan.
Departemen Pertanian RI.
penanganan daging ternak yang ASUH agar aman dikonsumsi oleh masyarakat. 93
dikonsumsi. Seperti apapun kondisi produk pangan yang disediakan, apabila tidak
aman maka tidak mungkin dapat dikonsumsi,oleh karena itu, faktor keamanan
pangan merupakan prasyarat bagi mutu pangan yang baik. Untuk hasil ternak,
faktor halal juga menjadi bagian penting bagi kelayakan produk untuk
dikonsumsi. Masih banyaknya penjualan ayam bangkai yang jelas tidak halal
adalah contoh kasus mutu dan keamanan pangan yang harus ditangani secara
intensif. Demikian pula dengan daging sapi gelonggongan yang masih sering
melakukan sertifikasi seperti sertifikat HACCP, ISO, SNI dan sertifikat halal.
Sistem HACCP (Hazard Analysis of Critical Control Point) atau Analisis Bahaya
terhadap identifikasi dan penilaian bahaya serta risiko yang berkaitan dengan
93
Ibid
94
Ibid
serta sarana uji/ kontrol mutu dan keamanan produk. Salah satu contoh metoda uji
bermutu baik pula. Penerapan sanksi hukum terhadap pelanggaran mutu dan
kadaluwarsa, manipulasi produk tidak halal sebagai produk halal, dan penggunaan
bahan berbahaya pada produk pangan adalah identik dengan kejahatan. Bagi
produsen atau fihak tertentu yang melakukan kejahatan pangan harus ditindak
(zoonosis) dan penyakit yang ditularkan dari produk panganasal hewan (food
kuda, kerbau, domba, kambing, dan babi adalah pemeriksaan kesehatan hewan,
penyembelihan, eviserasi dan pemotongan karkas. bahwa syarat ternak yang akan
dipotong adalah kondisi ternak harus dalam keadaan sehat dan segar, untuk itu
setelah ternak tiba dirumah potong perlu diistirahatkan terlebih dahulu sampai
kondisi ternak kembali segar. Untuk hewan betina besar bertanduk, boleh
memberantas penyakit).
lelah, segera setelah diturunkan dari truk atau alat angkut lainnya, ternak ternak
ini digiring ke tempat yang sudah tersedia air untuk minum dan dilakukan
penyemprotan dengan air dingin, hal ini bukan saja agar ternak menjadi bersih
namun juga akan dapat mengurangi stress serta menekan adanya bilur-bilur darah
pada bagian dibawah kulit (sub-cutan). Lama waktu istirahat dianjurkan selama 2
hari, meskipun kadang-kadang istirahat selama 2 hari ini belum mencukupi. Pada
saat istirahat semua ternak harus diberi makan dan minum yang baik dan cukup
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keadaan dari tempat penampungan
bakteri pathogen,karena ada kemungkinan ternak yang pernah datang berasal dari
suatu daerah, sedang ada dalam keadaan infeksi subklinis dan hal ini akan sangat
dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan, karena jika diantara ternak
yang sehat terdapat ternak yang menderita penyakit Salmonelosis, maka besar
kemungkinan akan terjadi penularan yang cepat yang dapat menimbulkan risiko
menyenangkan bagi ternaknya dan lebih baik lagi bila kandang disekat-sekat
menjadi unit-unit yang lebih kecil, guna mencegah gerombolan yang terlalu
banyak. Jalan menuju ruang penyembelihan harus mudah dan apabila ternak yang
maka pada sisi lorong harus dipagari dengan menggunakan tiang-tiang yang kuat.
konsumen.
ternak yang akan dipotong. Hal lain yang juga penting yaitu perlakuan terhadap
ternak itu sendiri. Perlakuan yang kasar pada ternak sebelum dipotong akan
menyebabkan memar pada daging sehingga akan menurunkan kualitas dari pada
karkas. Oleh karena itu untuk mengurangi penurunan kualitas karkas, stress
lingkungan harus dihindari dan ternak harus diperlakukan dengan baik. Pada
umumnya petugas RPH sepanjang dan setiap waktu kerjanya berhubungan dengan
kemungkinan penyakit yang yang dapat menular pada manusia, misalnya penyakit
anthrax, penyakit mulut dan kuku, penyakit cacing dan lain-lain. Apabila ternak
pengobatan, kalau keadaannya sangat parah maka ternak tersebut harus dibunuh
setiap ternak yang akan dipotong harus diperiksa secara ante mortem oleh petugas
95
Ibid
juga penting dilakukan yaitu dengan memeriksa bagian karkas, alat-alat dalam
urat nadi yang ada pada lehernya supaya hewan mati. Pada hewan-hewan tertentu
pada unggas terutama kalkun dan pada babi, atau dengan cara menusukkan pisau
tajam ke leher mengarah ke jantung hewan misalnya dikerjakan pada babi, atau
dengan cara menusukkan pisau tajam melalui mulut hewan misalnya dikerjakan
pada unggas.
langsung yaitu setelah diperiksa dan dinyatakan sehat, maka terrnak langsung
kambing atau hewan-hewan besar lainnya kecuali babi, sebelum disembelih harus
diistrahatkan dan tidak diberi makan supaya lapar, maka akan tenang sehingga
sesudah disembelih dagingnya akan cepat menjadi kaku sehingga mutunya akan
97
turun.
96
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
97
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
makan. Unggas dan babi kalau lapar menjadi ribut dengan kawan-kawannya,
pengistrahatan ternak yang akan dipotong bervariasi. Ternak sapi yang akan
dipotong sebaiknya diistrahatkan selama 24-36 jam, hal yang harus diperhatikan
ternak . 98
Kendala dalam Implementasi Penyaluran Daging ASUH pada PD. RPH Medan,
yaitu:
ASUH.
3. Melakukan sanksi kepada setiap orang atau badan hukum yang melanggar
Halal. 99
98
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
99
Hasil wawancara dengan Musa Jasmen Perangin-Angin, selaku Kordinator RPH Kota
Medan, 31 Mei 2018
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengaturan hukum terhadap produk daging utuh dan halal diatur dalam
B. Saran
penyakit
Buku
Agustino, Leo. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI, 2006
Bakar, Mas. Peradilan Satu Atap Dalam Rezim Hukum Administrasi, Yogyakarta,
Rangkang Eduction, 2004.
Prajudi,Atmosudirjo.HukumAdministrasiNegara,Jakarta, GhaliaIndonesia,1994.
Susila, Jaka dan Handout, Hukum Administrasi Negara, Surakarta, UMS, 2010.
Jurnal/Artikel/Makalah
Asri, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk Pangan Yang Tidak
Bersertifikat Hlmal, JurnalIuS| Vol IV | Nomor 2 | Agustus 2016.
Proyek Pembinaan Pangan Hlmal Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji,
Pedoman Strategi Kampanye Sosial Produk Hlmal, Jakarta, Departemen
Agama, 2003.
Wiku Adisasmito, Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM dalam Labeling
Obat dan Makanan, Jakarta, Case Study : Analisis Kebijakan Kesehatan tidak
diterbitkan, 2008.
Website
Hasil wawancara dengan Daud, selaku Staf Operasional RPH Kota Medan, 31
Mei 2018