Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

TEKNIK PERKERASAN JALAN


Pengertian, klasifikasi dan bagian jalan

Dibimbing oleh Bapak Pranoto

Oleh:

Ahmad Khairul Nafi 180522529510


Aisyah Rahmania Nora 180522529555
Alifya Wulandari 180522529524
Muhammad Choniq 180522529503
D3 Teknik Sipil & Bangunan 2018 OFFERING A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI D3 TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN
Januari 2020
A. Definisi Jalan

Jalan adalah. prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

Sedangkan definisi jalan menurut undang-undang jalan raya no 13/1980 adalah:

jalan umum: ialah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum

jalan khusus: ialah jalan selain daripada yang di atas

jalan tol: ialah jalan umum yang kepada para pemakainya dikenakan kewajiban
membayar tol.

I. Klasifikasi menurut fungsi jalan

a. Jalan Arteri

Arteri Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km per jam, lebar badan jalan
minimal 11 meter, lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu lalu lintas ulang alik,
lalu lintas lokal dan kegiatan lokal, jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi,
serta tidak boleh terputus di kawasan perkotaan.

Gambar: kondisi minimal jalan arteri primer


Arteri Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekuder kesatu, atau
kawasan kawasan sekuder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 km per jam dengan lebar badan jalan
minimal 11 meter, dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

Gambar: kondisi minimal jalan arteri sekunder

b. Jalan Kolektor

- Kolektor Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau
antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Didesain berdasarkan
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km per jam dengan lebar badan jalan
minimal 9 meter, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Gambar: kondisi minimal jalan kolektor primer

Kolektor Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan


kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per jam dengan
lebar badan jalan minimal 9 meter, dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat.

Gambar: kondisi minimal jalan kolektor sekunder

c. Jalan Lokal

Lokal Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan
pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per jam dengan lebar badan jalan
minimal 7,5 meter, dan tidak boleh terputus di kawasan perdesaan.

Lokal Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan


perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga
dan seterusnya sampai ke perumahan. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 10 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter.

Gambar: kondisi minimal jalan lokal sekunder

d. Jalan Lingkungan
Lingkungan Primer: Jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 km per jam dengan lebar badan jalan
minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3
atau lebih. Sedangkan jalan yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda
3 atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan minimal 3,5 meter.

Lingkungan Sekunder: Jalan yang menghubungkan antarpersil dalam kawasan


perkotaan. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km per jam
dengan lebar badan jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan bagi
kendaraanbermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan yang tidak diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor roda 3 atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan minimal
3,5 meter.

II. Klasifikasi jalan berdasarkan tonase

Kelas jalan diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas
dan Angkutan Jalan. Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan:
a.  Fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan jalan
dan kelancaran lalu lintas angkutan jalan.
b.  Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan
bermotor.
Pengelompokan jalan menurut Kelas Jalan terdiri dari:
i. Jalan Kelas I
Jalan Kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat
10 ton.
ii. Jalan Kelas II
Jalan Kelas II adalah jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 ton.
iii. Jalan Kelas III
Jalan Kelas III adalah jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 meter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 milimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 ton.
Dalam keadaan tertentu daya dukung Jalan Kelas III dapat ditetapkan muatan sumbu
terberat kurang dari 8 ton.
iv. Jalan Kelas Khusus
Jalan Kelas Khusus adalah jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 milimeter,
ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.
III. Klasifikasi menurut medan
Klasifikasi menurut medan jalan Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan
kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
Tabel .Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga,
1997.
Gambar : jalan datar Gambar: jalan perbukitan

Gambar : jalan pegununggan


IV. Klasifikasi jalan berdasarkan wewenang

a). Jalan Nasional


 Jalan arteri primer
 Jalan kolektor primer, yang menghubungkan antar ibukota provinsi.

 Jalan selain dari jalan yang termasuk arteri/kolektor primer yang mempunyai
nilai strategis terhadap kepentingan Nasional yakni jalan yang tidak dominan
terhadap perkembangan ekonomi tapi memiliki peranan menjamin kesatuan
dan keutuhan Nasional, melayani daerah rawan.

(b). Jalan Provinsi


 Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
Kabupaten atau kotamadya.
 Jalan kolektor primer, yang menghubungkan antara ibukota Kabupaten atau
kotamadya.

 alan selain yang disebut diatas yang mempunyai nilai strategis terhadap
kepentingan provinsi yakni jalan yang biarpun tidak dominan terhadap
perkembangan pertumbuhan ekonomi, tapi memiliki peran tertentu dalam
menjamin terselenggara nya pemerintahan yang baik dalam pemerintahan
tingkat I dan terpenuhi nya kebutuhan - kebutuhan sosial lainnya.
 Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan yang termasuk
Jalan Nasional.

(c). Jalan Kabupaten


 Jalan kolektor primer, yang tidak termasuk dalam kelompok jalan Nasional
dan jalan Provinsi.
 Jalan lokal primer.

 Jalan sekunder lain, selain sebagaimana dimaksud sebagai Jalan Nasional dan
Jalan Provinsi.

 Jalan selain dari yang disenutkan diatas yang mempunyai nilai strategis
terhadap kepentingan Kabupaten yakni jalan yang mempunyai peranan
tertendu dalam menjamin terselenggarannya pemerintahan dalam
pemerintahan Daerah.

(d). Jalan Kotamadya


 Jaringan Jalan sekunder didalam Kotamadya.

(e) Jalan Desa


 Jaringan jalan sekunder ddidalam desa yang merupakan hasil swadaya
masyarakat, baik yang berada di desa maupun kelurahan.

f). Jalan Khusus


 Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh Instansi atau Badan Hukum atau
Perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing.

B. Bagian Jalan
DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan)
Merupakan ruas sepanjang jalan yang dilewati oleh lebar, tinggi dan tinggi ruang
bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan diperuntukkan bagi median,
perkuatan jalan, ikatan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, pelindung
pengaman timbunan dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan dan bangunan
pelengkaplainnya. Lebar Damaja ditentukan oleh Pembina Jalan sesuai dengan
keperluannya. Tinggi minimum 5.0 meter dan kedalaman mimimum 1.5 meter
diselesaikan dari permukaan perkerasan.
DAMIJA (Daerah Milik Jalan)
Merupakan ruas sepanjang jalan yang dilalui oleh lebar dan tinggi tertentu
yang dikuasai oleh Pembina Jalan guna peruntukkan daerah Manfaat jalan dan
perlebaran jalan juga menambah jalur lalu lintas dikemudian hari dan kebutuhan
ruangan untuk pengamanan jalan. Lebar Minimum Lebar Damija sekurang-rata sama
dengan lebar Damaja. Tinggi atau kedalaman, yang ditentukan dari permukaan lalu
lintas, serta penentuannya atas keamanan, Jalan pemakai dengan menggunakan Jalan
Daerah Milik, Daerah Manfaat Jalan serta ditentukan oleh Jalan Pembina.
DAWASJA (Daerah Pengawasan Jalan)
Merupakan ruas disepanjang jalan di luar Daerah Milik Jalan yang ditentukan
berdasarkan kebutuhan terhadap pandangan pengemudi, ditetapkan oleh Pembina
Jalan. Daerah Pengawasan Jalan disetujui oleh: Lebar ditentukan dari Sebagai Jalan.
- Untuk Jalan Arteri Primer tidak kurang dari 20 meter.
- Untuk Jalan Arteri Sekunder tidak kurang dari 20 meter.
- Untuk Jalan Kolektor Primer tidak kurang dari 15 meter.
- Untuk Jalan Kolektor Sekunder tidak kurang dari 7 meter.
- Untuk Jalan Lokal Primer tidak kurang dari 10 meter.
- Untuk Jalan Lokal Sekunder tidak kurang dari 4 meter.
- Untuk Jembatan tidak kurang dari 100 meter ke arah hulu dan hilir.
Tinggi yang ditentukan dari permukaan jalur lalu lintas dan ditentukan atas
dasar keamanan pemakai jalan baik di jalan lurus, maupun di tikungan dalam hal
pandangan bebas pengemudi, ditentukan oleh Pembina Jalan.
Berdasarkan ini di atas dapat juga disebut Garis Sepadan Jalan (GSB). Apa itu GSB?
Garis sepadan bangunan atau sering disebut GSB merupakan batas bangunan
yang ditentukan dari pagar halaman atau batas muka kaveling hingga dengan garis
dinding depan bangunan. Garis ini menunjukkan batas batas dinding terluar bangunan
yang menghadap kejalan, melampaui garis batas tersebut tidak diperbolehkan adanya
bangunan. Dalam menentukan sepadan bangunan tidak termasuk kantilever atau
tonjolan-tonjolan dinding. Garis sepadan bangunan / GSB merupakan rencana awal
dalam pelaksanaan bangunan.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan pemerintah nomer 34 tahun 2006

Undang-undang jalan raya n0 13/1980

Anda mungkin juga menyukai