USULAN PENELITIAN
Oleh :
MIRDA MUSTARI
NPM 101170028
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Varietas Ranti ”.
Di dalam penyusunan Usulan Penelitian ini, penulis tidak lepas dari bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan rasa terima
1. Yudi Yusdian. S.P M.P., Ketua Komisi Pembimbing skipsi dan Dekan
kepada penulis.
5. Kedua orang tua dan semua keluarga besar yang selalu memberikan
angkatan 2017.
i
Akhir kata penulis berharap semoga Usulan Penelitian ini dapat bermanfaat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR TABEL................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1.......................................................................................................... Latar
Belakang.......................................................................................... 1
1.2.......................................................................................................... Ident
ifikasi Masalah................................................................................ 5
1.3.......................................................................................................... Tuju
1.4.......................................................................................................... Kera
ngka Pemikiran................................................................................ 5
1.5.......................................................................................................... Hipo
tesis.................................................................................................. 8
iii
3.2. Bahan dan Alat Percobaan ........................................................... 18
iv
3.4.2. Persiapan Benih..................................................................... 21
3.4.4. Penanaman............................................................................ 21
3.4.6. Panen..................................................................................... 23
3.5. Pengamatan.................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 26
LAMPIRAN.................................................................................................. 28
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
vii
viii
I. PENDAHULUAN
Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16.
Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu jenis kacang sayur
bahan sayuran kacang buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang
Kandungan gizi dalam biji buncis setiap 100 g adalah air sekitar 10 ml,
protein 24 g, lemak 1,7 g, karbohidrat 57 g, serat 4 g, kalsium 110 mg, besi 8 mg,
tiamin, 0,5 mg, riboflavin 0,2 mg, dan nicotinamide 2 mg (Ashari, 1995). Buncis
dalam negeri terhadap buncis biasanya meningkat cukup tajam pada hari raya,
bahkan akhir-akhir ini permintaan pasar swalayan di kota-kota besar tidak hanya
berupa polong muda ukuran maksimal, tetapi juga polong muda berukuran kecil
atau disebut “baby buncis”. Adapun data buncis dimana luas, hasil produksi dan
diantaranya :
1
2
T Produktiv
a Luas itas
Produksi
h Tanaman (Ton/ha)
(Ton)
u (ha)
n
2 25.645 291.314 11,40
0
1
5
2 25.104 275.509 10,97
0
1
6
2 23.746 279.040 11,75
0
1
7
2 25.014 304.431 12,17
0
1
8
2 24.635 299.310 12,15
0
1
9
2020.
dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun
2015 produksi buncis sebesar 25,645 ton dan tahun 2016 mengalami
sebesar 379 ton. Serta hasil dari produktivitas mengalami kenaikan namun
dalam penyediaan benih sayuran bermutu tinggi seperti benih buncis di.
Indonesia yaitu rendahnya daya simpan benih dan tingkat kemasakan pada
dibutuhkan tanaman dan mengandung satu atau lebih unsur sekunder dan
sembarangan dan tidak terukur justru dapat merugikan tanaman itu sendiri,
tidak akan memberikan hasil yang maksimal apabila unsur hara yang
serta kalium (K) yang dapat meningkatkan kualitas buah dan biji. Pupuk
hara, nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) untuk meningkatkan
unsur hara nitrogen (N), meliputi tinggi tanaman, besar batang dan
keluar daun.
buncis secara intensif, sehingga kuantitas, dan kontinuitas produksinya pun dapat
kelebihan unsur hara, sehingga pertumbuhan dan hasil tidak maksimal. Pada fase
saat benih, pada saat berbunga sampai berbuah. Maka daripada itu diperlukannya
penelitian ataupun uji coba untuk mendapatkan hasil yang baik bagi pertumbuhan
dan hasil tanaman buncis dari berbagai dosis NPK yang di pakai dalam
pengaplikasian.
varietas Ranti.
6
pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis tegak
dan hasil tanaman buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.) varietas Ranti.
informasi tentang dosis pupuk NPK yang paling baik untuk pertumbuhan
dan hasil tanaman buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.) varietas Ranti,
sayuran polong sebagai salah satu sumber protein nabati yang murah dan
Khoerudin, 2003).
rentan terhadap hama dan penyakit, kualitas produksi rendah dan selain itu
dalam tanah (Sarief, 1986). Salah satu jenis pupuk majemuk yang dapat
banyak zat makanan, karena terlalu sedikit atau terlalu banyak jenis
mengandung unsur hara, nitrogen, fospor dan kalium. Pupuk ini sangat
serta hasil yang optimal, tidak semua dosis bersifat positif bagi tumbuhan,
tanah diantaranya :
1. Aliran Masa
9
Aliran massa merupakan gerakan larutan unsur hara (air dan hara
Unsur hara bergerak karena ada gradien potensial air. Aliran massa terjadi
2. Difusi
3. Intersepsi Akar
1.5 Hipotesis
varietas Ranti.
2. Salah satu dosis pupuk NPK (16:16:16) yang dicobakan dapat memberikan
Buncis merupakan salah satu jenis tanaman sayuran polong yang memiliki
banyak kegunaan. Sebagai bahan sayuran, polong buncis dapat dikonsumsi dalam
keadaan muda atau dikonsumsi bijinya. Buncis bukan tanaman asli Indonesia,
tetapi berasal dari meksiko selatan dan Amerika Tengah. Buncis yang
varietas tersebut, tanaman buncis secara garis besar dibagi dalam dua tipe, yaitu
buncis tipe membelit atau merambat dan buncis tipe tegak atau tidak merambat
(Cahyono, 2007).
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Genus : Phaseolus
(berumur pendek) seperti halnya kacang kapri, kacang panjang, kecipir, cabe,
pare, labu, mentimun, dan sebagainya. Tanaman buncis ini berbentuk semak atau
perdu. Menurut Pitojo (2004), tanaman buncis memiliki 2 tipe yaitu tipe tegak dan
11
12
tipe merambat.
Berdasarkan dari tipe tersebut, tedapat perbedaan antara tanaman buncis tipe
tegak dan buncis tipe merambat. Tanaman buncis tipe merambat umumnya
buncis bersifat majemuk, dan helai daunnya berbentuk jorong segi tiga (Rukmana,
1. Akar
serabut tumbuh menyebar (horizontal) dan tidak dalam. Perakaran tanaman buncis
dapat tumbuh dengan baik bila tanahnya subur dan mudah menyerap air (porous).
Perakaran tanaman buncis tidak tahan terhadap genangan air (tanah becek). Akar
tanaman merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi untuk berdirinya
2. Batang
Batang tanaman buncis tidak berkayu dan relatif tidak keras, serta berbuku-
buku. Buku-buku yang terletak dekat dengan permukaan tanah lebih pendek
merupakan tempat melekatnya tangkai daun. Tinggi batang tanaman pada tipe
3. Daun
Daun tanaman berbentuk bulat tonjong, ujung daun meruncing, tepi daun
Kedudukan daun tegak agak mendatar dan bertangkai pendek. Daun yang
berukuran kecil memiliki ukuran lebar 6 – 7,5 cm, dan panjang 7,5 – 9 cm,
sedangkan daun yang berukuran besar memiliki ukuran lebar 10 – 11 cm, dan
4. Bunga
1,3 cm dan lebar bagian tengahnya 0,4 cm, bunga buncis berukuran kecil, kelopak
bunga berjumlah 2 buah dan pada bagian bawah atau pangkal bunga berwarna
hijau. Bunga buncis memiliki tangkai yang panjang sekitar 1 cm. Bagian lain dari
bunga buncis adalah mahkota bunga yang memiliki warna beragam, ada yang
berwarna putih, ungu muda, dan ungu tua, tergatung pada varietasnya. Mahkota
bunga berjumlah 3 buah, dimana yang 1 buah berukuran lebih besar dari pola
yang lainnya. Bunga tanaman buncis merupakan malai (panicle). Bunga buncis
tumbuh dari cabang yang masih muda atau pucuk-pucuk muda (Cahyono, 2007).
5. Polong
pipih. Sewaktu polong masih muda berwarna hijau muda, hijau tua atau kuning,
tetapi setelah tua berubah warna menjadi kuning atau coklat, bahkan ada pula
– 13 cm atau lebih dan setiap polong mengandung biji antara 2 – 6 butir, tetapi
6. Biji
Biji terdapat pada polong. Polong yang pendek berisi 2 – 6 butir biji dan
polong yang panjang dapat berisi lebih dari 12 butir. Biji dari buncis yang bersari
bebas dapat dijadikan benih. Saat biji telah mencapai kematangan fisiologis
14
adalah saat terbaik untuk memungut buah untuk dijadikan benih. Biji yang telah
masak fisiologis ditandai dengan kulit polong yang mongering dan biji mengeras
(Pitojo, 2004).
1. Faktor Tanah
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik bila ditanam di dataran tinggi
yaitu pada ketinggian 1.000 sampai 1.500 meter. Jenis tanah yang cocok untuk
tanaman buncis adalah andosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah
mempunyai solum tanah agak tebal 1 – 2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai
coklat tua, teksturnya debu atau lempung berdebu sampai lempung, strukturnya
remah dengan konsistensi gembur, reaksi tanahnya masam sampai netral (pH 5,0
– 7,0), dan produktivitasnya sedang sampai tinggi. Buncis tegak dapat tumbuh
2. Faktor Iklim
luas tumbuh di daerah yang mempunyai iklim basah sampai kering dengan
(pegunungan).
atau sekitar 400 – 800 footcandles, dengan diperlukan cahaya dalam jumlah
a. Ketinggian Tempat
Daerah yang ideal untuk budidaya kacang buncis, khususnya kacang buncis
tipe merambat adalah di dataran tinggi, pada ketinggian 1.000 – 1.500 meter dpl.
Namun demikian, saat ini terdapat varietas unggul buncis tipe tegak yang cocok
b. Suhu
Kondisi suhu yang ideal bagi pertumbuhan buncis antara 20 – 25°C. Pada
tanaman kacang buncis terhambat dan jumlah polong menjadi sedikit. Demikian
pula pada suhu kurang dari 25°C banyak polong buncis yang hampa, karena
proses pernapasan lebih besar daripada proses fotosintesis, sehingga energi yang
c. Curah Hujan
Tanaman buncis tumbuh optimal pada daerah yang mempunyai curah hujan
1997).
signatipennis).
berat seluruh helaian daun dapat tersisa tulang daunnya saja, dan pertumbuhan
bijinya keropos.
Hama ini menyerang daun hingga berlubang dan tanaman menjadi kerdil.
Serangan cendawan ini dicirikan oleh tanaman menguning, layu, dan kerdil.
pada permukaan daun, yang semakin melebar dengan pita berwarna kuning pada
tepinya.
Daun-daun muda yang terserang virus ini berwarna kuning dan keriting,
normal.
dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat
menggumpal, hal ini sangat menguntungkan bagi petani karena sering kali sisa
pupuk itu disimpan dan digunakan kembali pada pemupukan selanjutnya. Hampir
perlakuan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi. Suatu tanaman dapat
tumbuh dengan optimal bila dosis pupuk yang diberikan tepat (Sarief, 1986).
mengganti unsur hara yang hilang karena pencucian dan yang terangkut saat
panen. Pemberian pupuk urea, TSP dan KCl sebagai sumber N, P dan K
melalui tanah (pupuk akar) maupun melalui daun tanaman (pupuk daun), apabila
terjadi kekurangan pada tanah tersebut akibat proses alamiah dan tindakan
ketersediaan unsur hara dalam tanah untuk kesuburan tanaman yang telah hilang
akibat proses penguapan, erosi, pencucian saat hujan dan terangkut pada saat
panen.
kekurangan dari salah satu unsur tersebut, maka tanaman akan kerdil, daun
tunggal dan pupuk majemuk (Sabiham dkk, 2008). Pupuk majemuk yang paling
banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung unsur hara makro yang
penting bagi tanaman yaitu: 16% N (Nitrogen), 16% P 2O5 (Phospate), 16%K2O
pupuk majemuk yang memiliki komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat
larut secara berlahan-lahan. Pupuk NPK Mutiara berbentuk padat, memiliki warna
memiliki beberapa keunggulan antara lain yang sifatnya lambat larut sehingga
dan penjerapan oleh koloid tanah. Selain itu, pupuk NPK Mutiara memiliki
kandungan hara yang seimbang, lebih efisien dalam pengaplikasian, dan sifatnya
menjadi hijau muda terutama pada daun yang sudah tua lalu menjadi kuning. Bila
pemasakan biji, menurunkan hasil dan kualitas hasil serta meningkatkan kepekaan
terhadap penyakit.
meristem sehingga terjadi peningkatan jumlah tanaman pada ujung akar dan ujung
batang.
terhambat, daun menjadi kuning dan selanjutnya menjadi jingga kecoklatan, mulai
dari pucuk hingga kepangkal daun, tulang daun, kadang daun mengkerut atau
menyebabkan warna kuning pada tepi daun dan kemudian mengering dan mati.
percobaan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2021. Ketinggian tempat 995
m di atas permukaan laut, dengan suhu 20° C – 35° C dengan curah hujan 2.354,2
mm/tahun termasuk curah hujan tipe C3 menurut Oldeman (1975), serta termasuk
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih buncis tegak
varietas Ranti, pupuk kandang ayam, pupuk NPK Mutiara (16:16:16) dan
45/80 WP). Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu cangkul, pisau, tugal,
meteran, tali rafia, pelang penanda, alat tulis, sprayer serta alat lainnya yang
mendukung penelitian.
terdiri dari enam perlakuan dengan empat ulangan. Ukuran per plot 300 cm x 120
cm, dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm dan jarak antar ulangan sebesar 30 cm,
sehingga jumlah keseluruhan terdapat 24 plot. Jumlah tanaman per plot sebanyak
40 tanaman dengan sampel per plot adalah 8 tanaman sebagai sampel (4 vegetatif
dan 4 generatif) dan jumlah sampel keseluruhan adalah 192 tanaman, sehingga
20
21
1 A 0 (kontrol)
2 B 150 kg/ha
3 C 300 kg/ha
4 D 450 kg/ha
5 E 600 kg/ha
6 F 750 kg/ha
X ij = µ + t i + r j + ε ij
Dimana, X ij = Nilai pengamatan pada perlakuan pupuk ke-i dan ulangan ke-j
Ulangan (r) r 1 = 3 ∑ Y . j2 − Y 2 … JK U KT U
t r .t DB U KT G
hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan uji F pada taraf 5%. Kemudian
dilanjutkan dengan uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5% , sebagai berikut :
LSR0,05 = SSR0,05 x Sx
Sx =
√ KT Galat
r
Keterangan :
untuk menggemburkan tanah serta membuat bedengan dan saluran drainase. Luas
per plot 300 cm x 120 cm, luas saluran drainase 30 cm, jarak tanam 30 x 30 cm,
jarak antar perlakuan 30 cm, terdapat 24 plot lahan percobaan, jumlah populasi
tanaman per plot 40 tanaman serta terdapat jumlah tanaman keseluruhan 960
tanaman, dimana jumlah sampel per plot 8 tanaman (4 vegetatif dan 4 generatif)
Jenis benih yang digunakan yaitu benih buncis tegak dengan varietas
Ranti, benih yang digunakan sehat , utuh, tidak keriput, tidak mengalami
perlakuan sesuai dengan pada Tabel 2, serta pengaplikasi dosis pupuk NPK
3.4.4 Penanaman
yang sukar dipindahkan, sehingga benih buncis dapat langsung ditanam di lahan
percobaan. Tiap lubang tanam dapat diisi 2 butir benih. Setelah itu lubang tanam
1. Pengairan.
Air yang diberikan alam sangat terbatas dan seringkali tidak sesuai dengan
pada umur 1 – 15 hari. Pelaksanaannya dilakukan 2 kali sehari, setiap pagi dan
sore. Bila penanamannya dilakukan pada musim hujan, yang perlu diperhatikan
24
adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-
2. Penyulaman
Berikutnya biji buncis dapat tumbuh setelah lima hari sejak tanam, benih
yang tidak tumbuh harus segera diganti (disulam) dengan benih yang baru.
3. Pengguludan
lebih 20 dan 40 hari. Lebih baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari
4. Pemangkasan,
5. Pemupukan
pupuk NPK ini dapat dilakukan pada umur 14 – 21 hari setelah tanam, NPK
(16:16:16) disesuaikan dengan perlakuan (Tabel 2), caranya cukup ditugal kurang
umur 4 MST dengan hama yang menyerang yaitu; ulat grayak,belalang dan
dilakukan pada saat tanaman berumur 5 MST dengan penyakit yaitu jamur akar
3.4.6 Panen
setelah tanam dan polong menunjukkan ciri-ciri, yaitu warna polong masih agak
muda dan suram, permukaan kulitnya agak kasar, biji dalam polong belum
menonjol dan polongnya belum berserat serta bila dipatahkan akan menimbulkan
bunyi meletup dan panen dengan interval 2 minggu sekali. Pelaksanaan panennya
dapat dilakukan secara bertahap setiap 3 hari sekali. Pemetikan dihentikan setelah
5 kali panen.
3.5 Pengamatan
statistik. Pengamatan ini dilakukan sejak awal percobaan sampai akhir percobaan
HST, 28 HST dan 35 HST dengan mengukur panjang sulur dari pangkal batang
vegetatif.
hari setelah tanam, 21 HST, 28 HST dan 35 HST , dengan menghitung daun
buah yang terbentuk setiap rumpun dilakukan pada sampel setiap plot.
polong (biji) yang terbentuk setiap rumpun dilakukan pada sampel setiap plot.
panen, dengan menghitung semua polong yang berisi pada setiap tanaman
sempel, serta lakukan juga sortasi untuk mendapatkan polong yang berkualitas
baik.
Berat polong plot ditimbang pada saat panen dengan tujuan mengetahui
Berat polong plot ditimbang pada saat panen dengan tujuan mengetahui
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis: Teknik Budidaya dan Analis Usaha Tani.
Kanisius Yogyakarta. 129 pp.
Gardner, F. P., Pearce, R. B., and Mitchell, R. L. 1991. Physiology of Crop Plants.
Diterjemahkan oleh H.Susilo. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Hakim, N., dan Agustian. 2006. Budidaya Titonia dan Pemanfaatannya dalam
Usaha Tani Tanaman Hortikultura dan Tanaman Pangan Secara
Berkelanjutan pada Ultisol. Laporan Penelitian Hibah Bersaing XI/III
Perguruan Tinggi. Unand. Padang. 61 halaman
Setyaningrum, H. D., dan C. Saparinto. 2011. Panen Sayur Secara Rutin di Lahan
Sempit. Penebar Swadaya, Jakarta
Toto Warsa., dan C. S. Achyar. 1982. Teknik Perancangan Percobaan (Rancangan
dan Analisis). Serial Pengenalan Dasar-dasar Statistika Terapan. Fakultas
Pertanian UNPAD, Bandung.
Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan
Resistensi Alami Tanaman. Prestasi Pustaka, Jakarta
Zulkarnain. 2013. Budidaya Sayuran Tropis, Bumi Aksara, Jakarta.
30
I II III IV
C B E D
A C D E
B D C F
D E F A
E F A B
F A B C
Keterangan : = Tanaman.
Lampiran 3. Data Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah di Kampung Cibiana, Desa
Cikalong, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Provinsi
Jawa Barat.
No Sifat Kimia Tanah Nilai Keterangan
1 Pasir (%) 8
2 Debu (%) 36 Liat
3 Liat (%) 56
4 pH (H2O) 5,03
Masam
5 pH (KCl) 4,17
6 N-Total (%) 0,15 Rendah
7 C-Organik(%) 1,62 Rendah
8 Rasio C/N 11 Sedang
9 P2O5 HCl 25 % (mg100 g) 215,94 Sangat Tinggi
10 P2O5 Brey (ppm) 9,21 Sedang
11 K2O HCl 25 % (mg100 g) 31,98 Sedang
Susunan Kation :
12 Ca (me/100 g) c mol kg-1 5,12 Rendah
13 Mg (me/100 g) c mol kg-1 0,68 Rendah
14 K (me/100 g) c mol kg-1 0,43 Sedang
15 Na (me/100 g) 0,52 Sedang
16 Kapasitas Tukar Kation (me100 g-1) 21,63 Sedang
17 Kejenuhan Basa (KB)% 31,2 Rendah
Tahun rata
Januari 207 55 235 410 416 235 490 171 191 232 2642 264,2
Februari 472 65 287 369 108 346 471 235 239 269 2861 286,1
Maret 270 238 309 273 273 388 322 152 292 223 2740 274
April 85 446 176 346 283 358 287 169 298 299 2747 274,7
Mei 175 208 63 298 300 167 260 65 124 246 1906 190,6
November 386 1208 413 67 332 401 322 421 483 271 4304 430,4
Desember 214 185 568 434 387 214 151 382 323 314 3172 317,2
Jumlah 2642 2514 2122 2501 2099 2142 3499 1802 2188 2033 23542 2354,2
BB 7 4 5 6 6 6 8 3 5 7 57 5,7
BL 2 1 1 1 1 1 4 4 3 0 18 1,8
BK 3 7 6 5 5 5 0 5 4 5 45 4,5
Keterangan :
Bulan Basah (BB) apabila jumlah curah hujan > 200 mm/bulan
Bulan Lembab (BL) apabila jumlah curah hujan 100 mm – 200 mm/bulan
Bulan Kering (BK) apabila jumlah curah hujan < 100 mm/bulan
Maret 274 BB BK = 4
April 274,7 BB
Mei 190,6 BL
Juni 55,4 BK
Juli 32 BK
Agustus 35 BK
September 59,1 BK
Oktober 135,5 BL
November 430,4 BB
Desember 317,2 BB
Berdasarkan penggolongan tipe curah hujan pada tabel diatas, maka curah
dan 4 bulan kering maka termasuk ke dalam tipe curah hujan C3.