DISUSUN OLEH :
Mentari Dina F. (G.311.20.0041)
Alisyukur Bapa Laot (G.311.20.0048)
2. Rumusan Masalah
1.1. Apa yang dimaksud dengan persepsi?
3. Tujuan
1.1. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi
1.2. Untuk menjawab rumusan masalah 2.1.
1.3. Untuk menjawab rumusan masalah 2.2.
1.4. Untuk menjawab rumusan masalah 2.3.
BAB 2
B. PERSEPSI SOSIAL
Menurut buku Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi oleh Prof. Deddy
Mulyana, MA., Ph.D. persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek
sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Persepsi saya
terhadap Anda mempengaruhi persepsi Anda terhadap saya dan pada gilirannya
persepsi Anda terhadap saya juga mempengaruhi persepsi saya terhadap Anda.
Berikut beberapa prinsip mengenai presepsi sosial yang menjadi pembenaran
atas perbeaan presepsi sosial :
Atensi pada suatu objek juga dipengaruhi oleh faktor internal yakni atribut-
atribut objek yang dipresepsi seperti gerakan, intensitas, kontras, kebaruan,
dan perulangan objek yang dipresepsi.
- Suatu objek yang bergerak lebih menarik perhatian daripada obejk yang
diam.
Contoh : Televisi lebih menarik daripada komik sebagai gambar diam.
- Rangsangan yang intensitasnya menonjol juga akan menarik perhatian.
Contoh : Seseorang yang bersuara paling keras, yang tubuhnya paling
gemuk, yang kulitnya paling hitam, atau wajahnya paling cantik.
- Suatu peristiwa yang berulang jelas lebih potensial untuk kita perhatikan,
seperti iklan di televsisi
Seperti yang sering saya lihat dalam berbagai pelatihan komunikasi yang
saya arahkan, kebanyakan orang menggambar segitiga dan segiempat
berlandaskan ketiga titik dan keempat titik diatas. Persepsi adalah proses
yang cepat sekali. Anda hanya merasa bahwa bentuk paling tepat bagi ketiga
titik dan keempat titik itu adalah segitiga dan segi empat, oleh karena
keterbatasan rujukan kita itu, tidak lah mengherankan bahwa, sebagai mana
yang saya lihat dalam berbagai pelatihan komunikasi yang saya pimpin, rata-
rata peserta sulit melakukan tugas.
Prinsip pertama: Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau
kedekatan dan kelengkapan. Kecenderungan ini tampaknya bersifat bawaan.secara
lebih spesifik, kita cenderung mempersepsi rangsangan yang terpisah sebagai
berhubung sejauh rangsangan-rangsangan itu berdekatan satu sama lainnya,baik
deakat secara fisik ataupun dalam urutan waktu, serta mirip dalam
bentuk,ukuran,warna,atau atribut lainnya.
Maka, dalam konteks penerimaan pesan, kita cenderung melengkapi pesan yang
tidak lengkap dengan bagian-bagian (dugaan-dugaan ) yang terkesan logis untuk
melengkapi pesan tersebut.
Prinsip kedua: Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang
tediri dari objek dan latar (belakang)nya. Ketika memperhatikan gambar dalam figur
5-10,anda tidak mempersepsinya sebagai suatu campuran acak antara tanda-tanda
hitam dan ruang yang putih. Sepintas anda mungkin melihat gambar sebuah vas
bunga bewarna putih dengan latar hitam.bila fokuskan perhatian pada bagian
gambar bewarna hitam , akan melihat dua kepala manusia yang berhadapan dengan
latar putih.
2. Pandangan Dunia
Pandangan dunia adalah orientaasi budaya terhadap tuhan,
kehidupan, kematian, alam semesta, kebenaran, materi (kekayaan), dan isu
isu filosofis lainnya yang bekaitan dengan kehidupan. Pandangan dunia
mencakup agama dan ideologi. Berbagai agama dunia punya konsep
ketuhanan dan kenabian yang berbeda. Ideologi juga punya konsep yang
berbeda mengenai hubungan anatarmanusia. Pandangan dunia merupaka
unsur penting yang mempengaruhi persepsi seseorang ketika berkomunikasi
dengan orang lain, khususnya yang berbeda budaya.
4. Tabiat Manusia
Pandangan kita tentang siapa kita, bagaimana sifat kita juga
mempengaruhi cara kita memepersepsi lingkungan fisik dan sosial kita. Kaum
muslim misalnya, berpandangan bahwa manusia adalah makhluk yang paling
mulia diantara makhluk lainnya karena diberkahi akal. Namun kemuliaan itu
hanya dapat diperoleh bila mereka beriman dan beramal soleh. Sebagian
kelompok lagi punya pendapat yang berbeda. Kelompok – kelompok manusai
itu punya teori yang berbeda beda mengenai apa yang membuat manusia itu
punya watak tertentu. Pandangan manusia mengenai hal ini jelas
memepengaruhi persepsi mereka, dari pandangan yang primitif-irasional,
ilmiah hingga yang religius.
1. Kesalahan atribusi.
Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami
penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui orang lain, kita
menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya, mengamati penampilan
fisik, seperti usia, gaya berpakaian, sifat sifat utama mereka. Sering juga kita
menjadikan perilaku orang sebagai sumber informasi mengenai sifat-sifat
mereka. Kita mengamati perilaku luar mereka, dan kemudian menduga sifat,
motif, atau tujuan mereka berdasarkan perilaku tersebut. Akan tetapi
caranini juga tidak selelu mebawa hasil. Orang bisa saja menyeseatkan kita.
Mereka berusaha menyembunyikan sifat-sifat asli mereka di hadapan kita.
Lagi pula perilaku mereka boleh jadi karena perilaku eksternal, bukan
perilaku yang sifatnya konsisten. Artibusi kita juga sering keliru bila kita
menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh faktro internal,
padahal justru faktor eksternal-lah yang menyebabkannya, atau sebaliknya.
Sebagai contoh ;kita melihat sebagian selebritis atau istri pejabat di negeri
kita begitu dermawan, misalnya menyantuni anak anak yatim piatu di panti
asuhan, padahal sebenarnya mereka bermaksud memperoleh pujian dan
agar kedermawanan mereka disebarluaskan oleh media massa. Perilaku yang
khas dan konsisten bisaanya dibangkitkan oleh faktor internal, misalnya
keperibadian ( sifat rajin, keinginan untuk selalu menyenangkan orang lain,
ambisi untuk maju ) atau keahliannya. Namun perilaku seseorang kurang
konsisten , kemungkinan besar perilakunya digerakkan oleh oleh faktor
eksternal, misalnya gaji yang tinggi, bonus, keinginan untuk diperhatikan atau
dipuji, dan sebagiannya. Salah satu seumber kesalahan artibusi lainya adalah
pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak lengkap, sehingga kita berusaha
menafsirkan pesan tersebut dengan menafsirkan sendiri kekurangannya.
2. Efek Halo.
Kesalahan persepsi yang disebut efek halo ( halo effects ) merujuk
pada fakta bahwa kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang
cenderung menimbulkan efek yang sangat kuat atas penilaian kita akan sifat-
sifatnya yay spesifik. Gagasan-gagasan akan dianggap usang atau biasa bila
dikemukakan oleh orang awam dan apabila dikemukakan oleh tokoh nasional
atau selebritis akan dianggap berlian atau kreatif. Salah satu efek halo
terbesar yang pernah ngehinggapi banyak orang Indonesia terutama para
pengagum Gus Dur adalah sengakaan bahwa Gus Dur akan menjadi presiden
RI yang sukses, tetapi nyatanya tidak karena Gus Dur tidak ajeg salam
berkomunikasi dengan bawahannya dan dengan rakyat. Akhirnya Gus Dur
dilengserkan oleh DPR. Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat
pada diri kita salam menilai orang lain. Bila kita terkesan oleh seorang, karena
kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung
memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, seolah-olah ia pun
baik dalam hal lain. Contohnya, seorang guru besar dalam bidang hukum dan
pengamat hukum yang kritis, kira mengira bahwa ia akan menjadi menteri
kehakiman yang baik.
3. Stereotip
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan
(stereotyping), yakin menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit
informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan
keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain,
penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke
dalam kategori-kategori yang dianggap sesuai, ketimbang berdasarkan
karakteristik individual mereka. Contoh stereotip :
- Laki-laki berpikir logis
- Wanita persikap emosional
- Orang berkulit hitam pencuri
- Orang Yahudi cerdas
- Orang Batak kasar
- Orang Padang pelit
4. Prasangka
Sangat dekat dengan stereotip. prasangka adalah sikap yang tidak adil
terhadap seseorang atau suatu kelompok. Beberapa pakar cenderung
menganggap bahwa stereotip itu identik dengan prasangka, seperti Donald
Edgar dan Joe R. fagin mengatakan bahwa stereotip merupakan komponen
kognitif (kepercayaan) dari prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi
perilaku. Jadi prasangka ini konsekuensi dari stereotip, dan lebih teramati
daripada stereotip. Richard W. brislin mendefinisikan prasangka sebagai sikap
tidak adil, menyimpang atau tidak toleran terhadap sekelompok orang.
Meskipun terdapat posisi dan negatif, prasangka umumnya bersifat negatif.
Yang populer adalah prasangka rasial, kesukuan (etnik), gender, dan Agama.
5. Gegar Budaya
Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-
tanda sosial yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial.
“Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk
ketidakmampuan menyesuaikan diri yang merupakan reaksi terhadap upaya
sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri denan lingkungan baru.
Meskipun gegar budaya sering dikiatkan dengan fenomena memasuki suatu
budaya asing, yang merujuk pada agama baru, sekolah atau universitas baru,
lingkungan kerja, keluarga baru ( mertua,ipar,dan sebagianya ). Gegar budaya
pada dasarnya adalah benturan peresepsi, yang diakibatkan penggunaan
peresepsi yang berdasarkan faktor internal. Gegar budaya ini dalam berbagai
bentuk adalah fenomena yang alamiah saja. Intensitasnya dipengarui oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Gegar budaya pada
dasarnya adalah benturan persepsi, yang diakibatkan pengguanan persepsi
berdasarkan faktor-faktor intenal ( nilai-nilai budaya ) yang telah dipelajari
oleh orang yang bersangkutan dalam lingkungan baru yang nilai-nilai
budayanya berbeda dan belum ia pahami. Kita biasanya menerima begitu
saja nilai-nilai yang kita anut dan kita bawa sejak lahir, yang juga
dikonfirmasikan oleh orang-orang disekitar kita. Namun, ketika memasuki
lingkungan baru,kita menghadapi situasi yang membuat kita
mempertanyakan kembali asumsi-asumsi kita itu, tentang apa yang disebut
kebenaran, moralitas, kebaikan, kewajaran, kesopanan, kebijakan, dan
sebagiannya. Kita tidak langsung mengalami gegar budaya ketika kita
memasuki lingungan baru. Fenomena itu dapat digambarkan dalam
beberapa tahap. Peter S. Adler, mengemukakan lima tahap dalam
pengalaman teradisional ini: kontak, disintegrasi, reintegrasi, otonomi, dan
indenpedensi.Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah fenomena
yang alami saja. Inetensitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktro yang pada
dasarnya terbagi menjadi dua: yakni faktor internal ( ciri-ciri keperibadian
orang yang bersangkutan ) dan faktor eksternal ( kerumitan budaya atau
lingkungan baru yang dimasuki). Tidak ada kepastian kapan gegar budayaini
akan muncul dihitung sejak kita memasuki budaya lain.
Kesimpulan : Komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan tersampaikan sesuai dengan
maksud dari pihak komunikator (kesamaan persepsi), karena persepsi memiliki hubungan
yang erat dengan komunikasi, yang mana adalah merupakan pandangan yg dihasilkan dari
seseorang atas pesan yg diterima oleh inderanya. Dalam hal ini maka dapat disimpulkan
bahwa persepsi dapat mempengaruhi kelancaran komunikasi, menghasilkan persepsi,
merubah persepsi, menyamakan persepsi, menumbuhkan sikap saling terbuka dan tidak
saling menghakimi, serta menumbuhkan sikap saling menghargai.
Saran : Kami menyadari dalam penyusunan paper ini masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya agar bisa menjadi yang lebih baik.
Daftar pustaka