Anda di halaman 1dari 15

PAPER PRESEPSI INTI KOMUNIKASI

DISUSUN OLEH :
Mentari Dina F. (G.311.20.0041)
Alisyukur Bapa Laot (G.311.20.0048)

Yhogi Bagus Putra M. (G.311.20.0054)


Salsabilla Imani Putri (G.311.20.0056)
Febriantika Astrid N. (G.311.20.0064)
Muhammad Khoirul H. (G.311.20.0069)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Komunikasi adalah sesuatu yang dilakukan semua manusia setiap harinya
dalam melakukan pekerjaan apapun, komunikasi sangat penting dalam hidup di
dunia ini, karena komunikasi adalah hal yang utama dalam hidup. Manusia adalah
makhluk sosial yang artinya tidak bisa hidup tanpa orang lain. Hal inilah yang
menyebabkan mereka memerlukan interakasi atau berkomunikasi dengan manusia
lainnya untuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga tercipta keharmonisan
dalam masyarakat, tetapi ada beberapa hal juga yang bisa merusak tatanan dalam
masyarkat. Dengan berkomunikasi kita bisa membangun kepercayaan diri dan
karakter dalam diri kita. Komunikasi terbagi menjadi dua yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal.

Manusia berkomunikasi setiap harinya yang artinya berinterkasi juga setiap


harinya, maka bisa saja terjadi miss comunication atau kesalahpahaman. Dalam
memahami komunikasi komunikator satu dan komunikator yang lainnya mungkin
saja tidak sepaham sehingga bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena setiap
orang memiliki sudut pandang dan pikiran mereka masing-masing, sehingga setiap
orang pasti memiliki pendapatnya sendiri-sendiri tentang sesuatu. Oleh karena itu,
kita harus bisa melihat dan memahami dari sudut padang yang berbeda. Dalam ilmu
komunikasi, illmu tentang sudut pandang yang kita maksud disebut persepsi.

2. Rumusan Masalah
1.1. Apa yang dimaksud dengan persepsi?

1.2. Macam-macam persepsi?

1.3. Kesalahan dan kegagalan persepsi?

3. Tujuan
1.1. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi
1.2. Untuk menjawab rumusan masalah 2.1.
1.3. Untuk menjawab rumusan masalah 2.2.
1.4. Untuk menjawab rumusan masalah 2.3.
BAB 2

A. PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN FISIK


Persepsi sering mengecoh kita. Kita marasa bumi datar padahal bulat. Kita
merasa bumi diam padahal bergerak dengan kecepatan ratusan meter per detik.
Seperti juga hidung dan lidah, mata yang dimiliki orang-orang berlainan tidak
akan menangkap realitas yang sama. Perhatikanlah bagaimana mata menipu kita.
Tipuan mata sering menimbulkan perbedan pendapat antara wasit, pemain dan
penonton pertandingan olahraga, misalnya sepakbola,badminton, atau tenis,
mengenai jalannya pertandingan, seperti apakah terjadi pelanggaran oleh
pemain atau tidak atau apakah bola jatuh di suatu bidang tertentu atau tidak,
padahal mereka sama-sama menyaksikan peristiwa tersebut.
Latar belakang pengalaman, budaya dan suasana psikologi yang berbeda juga
membuat persepsi kita berbeda atas suatu objek. Persepsi kita atas kulit pisang
yang tergeletak di lantai saja.

B. PERSEPSI SOSIAL
Menurut buku Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi oleh Prof. Deddy
Mulyana, MA., Ph.D. persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek
sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Persepsi saya
terhadap Anda mempengaruhi persepsi Anda terhadap saya dan pada gilirannya
persepsi Anda terhadap saya juga mempengaruhi persepsi saya terhadap Anda.
Berikut beberapa prinsip mengenai presepsi sosial yang menjadi pembenaran
atas perbeaan presepsi sosial :

1. Persepsi berdasarkan pengalaman


Persepsi manusia terhadap manusia, objek, atau kejadian dan rekasi
mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan prngalaman (dan pembelajaran)
masa lalu merekaberkaitan dengan orang, objek, atau kejadian serupa. Cara
kita bekerja dan menilai pekerjaan apa yang baik bagi kita, cara kita makan
dan menilai makanan apa yang lezat bagi kita, mengukur kecantikan, atau
merespons kuburan sangat bergantung pada apa yang telah diajarkan
budaya kita mengenai hal-hal itu.
Contoh : bersendawa pada negara barat sebagian besar wialayah Indonesia
adalah hal yang tidak sopan, bahkan di Swedia seorang tamu bersendawa
bisa membuat pemilik rumah pingsan, sedangkan di Arab, Cina, Jepang, Fiji
bersendawa adalah hal yang dianjurkan karena menandakan penerimaan
makanan dan kepuasan makan.
Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek akan
membuat seseorang menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan
semata, atau pengalaman yang mirip.
Karena terbiasa merespons suatu objek dengan cara tertentu, kita sering
gagal mempresepsi perbedaan yang samar dalam objek lain yang mirip.
Contoh : kita tidak melihat kekeliruan ejaan yang terdapat dalam teks yang
kita tulis sendiri, namun lebih sering menemukan kesalahan ejaan dalam
makalah yang ditulis orang lain.
Bila berdasarkan pengalaman kita sering melihat bahwa suatu objek
diperlakukan dengan cara yang lazim, kita mungkin akan berekasi lain
terhadap cara baru memperlakukan objek tersebut.
Contoh : pispot biasanya digunakan untuk menampung kotoran, tapi
bagaimana jika pispot digunakan untuk wadah makan.

2. Persepsi bersifat selektif


Persepsi bersifat selektif setiap anda diberondong jutaan rangsangan
indrawi. Bila harus menafsirkan semua rangsngan itu bisa membuat gila,
maka dengan persepsi ini kita hanya memperhatikan sedikit saja rangsangan.
Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama yang
menentukan selektivitas atas rangsangan tersebut. Semakin besar perbedaan
aspek-aspek tersebut secara antar individu, semakin besar perbedaan
persepsi mereka mengenai realitas.

Faktor internal yang mempengaruhi atensi :


a) Faktor biologis (lapar, haus, dsb)
b) Faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, lelah, cacat
tubuhh, dsb)
c) Faktor sosial budaya (gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, peranan, status sosial, pengalaman masa lalu, kebiasaan)
d) Faktor psikologis (kemauan, keinginan, pengharapan, motivasi,
kemarahan, kesedihan). Contoh :
- Ketika menghadiri pertemuan dikantor, dan pembicara membahas
kenaikan pangkat atau gaji yang merupakan keinginan kita, kita
mungkin akan memperhatikan pembicara tersebut.
- Seorang pengujung cafe kemungkinan besar akan memperhatikan
jenis minuman yang tersedia ketika ia haus, sedangkan pengunjung
lain akan memperhatikan jenis makanan ketika ia lapar.
- Seseorang yang senang akan kehidupan di kota akan melihat lampu
kerlap-kelip, gedung-gedung tinggi sedangkan orang yang yang
depresi dengan kehidupan di kota akan melihat sampah, kemelaratan,
kesedihan, dsb.
Baca dengan teliti, terdapat suatu kata yang diulang (ke, itu, kita) seharusnya tidak
diulang, jika tidak menemukan kesalahan pada pola kalimat, itu karena ada berharap
bahwa tidak ada yang salah pada kalimat tersebut.

Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi :

Atensi pada suatu objek juga dipengaruhi oleh faktor internal yakni atribut-
atribut objek yang dipresepsi seperti gerakan, intensitas, kontras, kebaruan,
dan perulangan objek yang dipresepsi.

- Suatu objek yang bergerak lebih menarik perhatian daripada obejk yang
diam.
Contoh : Televisi lebih menarik daripada komik sebagai gambar diam.
- Rangsangan yang intensitasnya menonjol juga akan menarik perhatian.
Contoh : Seseorang yang bersuara paling keras, yang tubuhnya paling
gemuk, yang kulitnya paling hitam, atau wajahnya paling cantik.
- Suatu peristiwa yang berulang jelas lebih potensial untuk kita perhatikan,
seperti iklan di televsisi

3. Persepsi bersifat dugaan


Persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Proses persepsi
yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan
makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Dugaan di
perlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak
lengkap lewat pengindraan itu. Persepsi juga adalah proses
mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita
ketahui dalam skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita
memperoleh makna lebih umum.

Seperti yang sering saya lihat dalam berbagai pelatihan komunikasi yang
saya arahkan, kebanyakan orang menggambar segitiga dan segiempat
berlandaskan ketiga titik dan keempat titik diatas. Persepsi adalah proses
yang cepat sekali. Anda hanya merasa bahwa bentuk paling tepat bagi ketiga
titik dan keempat titik itu adalah segitiga dan segi empat, oleh karena
keterbatasan rujukan kita itu, tidak lah mengherankan bahwa, sebagai mana
yang saya lihat dalam berbagai pelatihan komunikasi yang saya pimpin, rata-
rata peserta sulit melakukan tugas.

Pelajaran dari pengalaman ini berguna untuk menyadari asumsi yang


melandasi persepsi kita terhadap suatu objek, orang atau masalah. Cara anda
menafsirkan konteks tersebut didasarkan pada penghargaan anda mengenai
peristiwa komunikasi tersebut. Komunikasi jauh lebih rumit dari pada sekedar
membuat suatu bentuk tertentu beradasarkan sejumlah titik tertentu.

4. Persepsi bersifat evaluatif


Kebnyakan orang menjalani hari-hari mereka dengan perasaan bahwa
apa yang mereka persepsi adalah nyata. Mereka pikir bahwa meneima pesan
dan menafsirkanya sebagai proses yang alamiah. Persepsi adalah proses
kognitif psikologis dalam diri anda yang mencerminkan sikap, kepercayaan,
nilai dan pengharapan untuk memaknai objek persepsi.

Persepsi bersifat pribadi dan subjektif.menggunakan kata-kata Andrea


L.Rich,”Persepsi pada dasar nya mewakili keadaan fisik dan psikologi individu
alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang di
persepsi.dengan ungkapan Carl Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya
yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini,
bagi individu tersebut, adalah ‘realitas’. Menurut rogers, kita tidak bereaksi
terhadap realitas mutlak melainkan terhadap persepsi kita mengenai realitas
tersebut. Steve duck, seorang pakar hubungan manusia yang bereputasi
internasional menyatakan bahwa realitas tidak dapat di persepsi tanpa
melalui suatu proses unik dan alasan sangat pribadi untuk bertindak dalam
suatu hubungan sosial. Dalam konteks komunikasi massa,tidak ada satu surat
kabar,majalah,radio atau televisi pun yang objektif,independen, atau netral
dalam melaporkan fakta dan kejadian melalui beritanya, karena mereka pun
tidak hidup dalam vakum sosial dan vakum budaya. Pada dasarnya bahasa
kata-kata itu tidak netral. Tidak ada berita yang objektif dalam pengertian
murni atau mutlak. Berita merupakan (re)konstruksi pikiran wartawan
(institusi pers)mengenai peristiwa atau pernyataan yang telah lewat.

5. Persepsi bersifat kontekstual


Konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Dalam
mengorganisasikan objek,yakni meletakkannya dalam suatu konteks
tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut.

Prinsip pertama: Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau
kedekatan dan kelengkapan. Kecenderungan ini tampaknya bersifat bawaan.secara
lebih spesifik, kita cenderung mempersepsi rangsangan yang terpisah sebagai
berhubung sejauh rangsangan-rangsangan itu berdekatan satu sama lainnya,baik
deakat secara fisik ataupun dalam urutan waktu, serta mirip dalam
bentuk,ukuran,warna,atau atribut lainnya.

Maka, dalam konteks penerimaan pesan, kita cenderung melengkapi pesan yang
tidak lengkap dengan bagian-bagian (dugaan-dugaan ) yang terkesan logis untuk
melengkapi pesan tersebut.

Prinsip kedua: Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang
tediri dari objek dan latar (belakang)nya. Ketika memperhatikan gambar dalam figur
5-10,anda tidak mempersepsinya sebagai suatu campuran acak antara tanda-tanda
hitam dan ruang yang putih. Sepintas anda mungkin melihat gambar sebuah vas
bunga bewarna putih dengan latar hitam.bila fokuskan perhatian pada bagian
gambar bewarna hitam , akan melihat dua kepala manusia yang berhadapan dengan
latar putih.

C. PERSEPSI DAN BUDAYA


Factor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek
persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama
peafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideology, tingkat intelektualitas, tingkat
ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai factor internal yang jelas
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas.

Larry A. Samovar dan Ricard E. Porter mengemukakan 6 unsur budaya yang


secara langsung mempengaruhi persepsi kita ketika berkomunikasi dengan orang
dari budaya lain, yakni :

1. Kepercayaan, Nilai, dan Sikap


Kepercayaan adalah anggapan subjektif bahwa suatu objek atau
perstiwa punya ciri atau nilai tertentu, dengan atau tanpa bukti. Kepercayaan
kita tidak terbatas, misalnya Tuhan itu Esa, Adam adalah manusia pertama
dibumi, AIDS adalah penyakit berbahaya, atau kemampuan berbahasa inggris
itu tidak penting untuk meniti karir. Sering kepercayaan setiap kelompok
orang atau bangsa tidak masuk akal.

Nilai adalah komponen evaluatif dari kepercayaan kita, mancakup:


kegunaan, kebaikan, estetika, dan kepuasan. Jadi nilai bersifat normatif,
memberitahu suatu anggota budaya mengenai apa yang baik dan buruk,
benar dan salah, siapa yang harus dibela, apa yang harus diperjuangkan, apa
yang mesti kita takuti, dan sebagainya. Orang yang sangat memuja harta atau
jabatan dan menganggapnya sebagai hal yang terpenting dalam hidup akan
mencarinya dengan berbagai cara, tidak peduli halal atau haram, bahkan kalu
perlu dengan menyingkirkan atau membunuh orang lain. Sebaliknya, orang
yang menggap bahwa ketenangan hati adalah kebahagiaan terpenting dalam
hidupnya, maka akan berusaha untuk tidak mengotori hatinya dengan
meyakita orang lain. Nilai biasanya bersumber dari isu filosofi yang lebih
besar yang merupakan bagian dari lingkungan budaya, karena nilai bersifat
stabil dan sulit dirubah.

2. Pandangan Dunia
Pandangan dunia adalah orientaasi budaya terhadap tuhan,
kehidupan, kematian, alam semesta, kebenaran, materi (kekayaan), dan isu
isu filosofis lainnya yang bekaitan dengan kehidupan. Pandangan dunia
mencakup agama dan ideologi. Berbagai agama dunia punya konsep
ketuhanan dan kenabian yang berbeda. Ideologi juga punya konsep yang
berbeda mengenai hubungan anatarmanusia. Pandangan dunia merupaka
unsur penting yang mempengaruhi persepsi seseorang ketika berkomunikasi
dengan orang lain, khususnya yang berbeda budaya.

Islam mempunyai pandangan bahwa manusia adalah khalifah, yakni


wakil tuhan dibumi. Mereka berhak mengolah dan memanfaatkan alam,
namun berdasarkan aturan yang telah ditetapkan-Nya. Akan tetapi dalam
pandangan barat, manusia adalah pusat atau pengendalian alam yang
menguasai nasib nya sendiri. Mereka pada dasarnya penganut pemikiran
Protagoras bahwa manusia adalah ukuran bagi segalanya, yang nilainya tidak
terbeli dan menjadi sebab semua nilai lain. Barat berpendirian, oleh karena
manusia menjadi pengandali alam, mereka harus membebaskan diri dari
kekuatan luar, yakni memlalui pengetahuan rasional.
3. Organisasi Sosial
Organisasi sosial juga mempengaruhi kita dalam mempersepsi dunia
dan kehidupan, yang pada gilirannya mempengaruhi perilaku kita. Perangkat
aturan yang ditetapkan mempengaruhi cara kita berkomunikasi. Lembaga
yang memperngaruhi persepsi kita adalah lembaga pendidikan, kominitas
agama, kominitas etnik, kelas sosial, dan partai politik. Pemerintah melalui
aturannya menetapkan norma komunikasi warganya, baik komunikasi
langsung atupun komunikasi bermedia, termasuk komunikasi massa. Setiap
negara biasanya memiliki suatu sistem komunikasi tertentu.

Sebagai anggota kelompok, peran kita dalam kelompok tersebut,


apakah sebagai pemimpin atau sebagai anggota biasa. Norma kelompok yang
kita anut dan reputasi kelompok tersebut mempengaruhi persepsi kita
terhadap kelompok lain. Keanggotaan kita dalam partai politik juga
mempengaruhi kita dalam memandang realitas kemasyarakatan, bahkan
realitas kenegaraan. Keanggotaan dalam kelas sosial juga mempengaruhi
komunikasi kita. kelas atas cenderung bergaul dengan kelas atas, sedangkan
kelas bawah cenderung bergaul dengan kelas bawah pula. Persepsi mereka
terhadap realitas akan berbeda juga.

4. Tabiat Manusia
Pandangan kita tentang siapa kita, bagaimana sifat kita juga
mempengaruhi cara kita memepersepsi lingkungan fisik dan sosial kita. Kaum
muslim misalnya, berpandangan bahwa manusia adalah makhluk yang paling
mulia diantara makhluk lainnya karena diberkahi akal. Namun kemuliaan itu
hanya dapat diperoleh bila mereka beriman dan beramal soleh. Sebagian
kelompok lagi punya pendapat yang berbeda. Kelompok – kelompok manusai
itu punya teori yang berbeda beda mengenai apa yang membuat manusia itu
punya watak tertentu. Pandangan manusia mengenai hal ini jelas
memepengaruhi persepsi mereka, dari pandangan yang primitif-irasional,
ilmiah hingga yang religius.

Orientasi manusia mengenai hubungan manusia dengan alam juga


mempengaruhi persepsi mereka dalam memperlakukan alam. Mereka yang
memandang manusia sebagai penguasa alam dan penakluk alam akan
memanfaatkan alam demi kesejahteraan mereka. Sedangkan mereka yang
percaya bahwa manusia adalah bagian dari alam atau bersatu dengan alam,
akan berusaha bertindak selaras dengan alam, memanfaatkan alam, namun
berupaya pula memeliharanya agar tidak rusak dan punah.
5. Organisasi Kegiatan
Aspek lain yang mempengaruhi persepsi kita adalah pandangankita
tentang aktivitas. Orientasi ini paling baik dianggap sebagai suatu rentang :
dari Being (siapa seseorang) hingga Doing (apa yang dilakukan seseorang).
Dalam suatu budaya mungkin terdapat dua kecenderungan ini, namun salah
satu biasanya dominan.

Dalam budaya-budaya tertentu , di Timur khususnya , siapa seseorang


itu ( raja, anak presiden ,pejabat, keturunan ningrat, bergelar ) lebih penting
daripada apa yang dilakukan olehnya. Sedangkan di dunia Barat, apa yang
telah dilakukannya ( prestasinya ) itu lebih penting dan dipandang dari pada
siapa dirinya. Bandingkan hal ini dengan keadaan dunia Timur,khusunya di
negara kita. Pada zaman Orde baru , anak-anak presiden bisa lebih berkuas
daripada anak menteri. Gelar akademik sangat penting, sehingga banyak
orang bersedia memberi gelar dengan harga jutaan, dari lembaga-lembaga
penjual gelar yang bekerja sama dengan lembaga asing.

6. Persepsi tentang diri dan orang lain


Suatu budaya sebenarnya dapat saja memiliki kecenderungan
individualis dan kolektivis, hanya saja, seperti orientasi kegiatan, salah satu
biasanya lebih menonjol.

Dalam masyarakat kolektivis, individu terikat oleh lebih sedikit


kelompok, namun keteriktan pada kelompok lebih kuat dan lebih lama. Selain
itu hubungan antar indivudu dalam kelompok bersifat total, sekaligus
lingkungan domestik dan di ruang publik. Konsekuensinya, perilaku individu
sangat dipengaruhi kelompoknya. Individu tidak dianjurkan untuk menonjol
sendiri. Keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok. Oleh karena
identifikasi yang kuat oleh kelompok, maka kolektivis sangat peduli dengan
peristiwa-peristiwa yang menyangkut kelompoknya.

Berbeda dengan manusia yang individualis yang hanya merasa wajib


membantu keluarga langsungnya, dalam masyarakat kolektivis orang merasa
wajib membantu keluarga luas, kerabat jauh, bahkan teman sekampung,
dengan mencarikan pekerjaan meskipun pekerjaan itu tidak sesuai dengan
keahliannya. Dalam masyarakat kolektivis tidaklah diterima bila seorang
anggota keluarga kaya raya sementara anggota lainnya kekurangan.

Oleh karena masyarakat kolektivis mempunyai konsep yang berbeda


tentang diri dan hubungannya dengan orang lain, mereka menemui kesulitan
dalam berkmunikasi dengan orang yang berbudaya individualis. Mereka
mengharapkan hubungan persahabatan yang langgeng, sementara manusia
individualis tidak terbiasa demikian, dalam pandangan orang individualis
mereka tampak kekanak-kanakan dan serba bergantung ketika bergaul
dengan orang individualis yang merasa mandiri.

Kontras dengan mahasiswa kolektivis, orang individualis kurang


terikat dengan kelompoknya, termasuk keluarga luasnya. Manusia
individdualis lebih terlibat kepada hubungan horisontal dibandingkan
hubungan vertikal. Hubungan di antarasesama mereka sendiri tampak lebih
dsangkal dibandingkan dengan hubungan antara orang-orang kolektivis, juga
lebih kalkulatif. Hubungan akan bertahan lama sejauh menguntungkan secara
material.

D. KEKELIRUAN DAN KEGAGALAN PERESEPSI


Persepsi kita sering tidak cermat. Salam satu penyebabnya adalah asumsi
atau pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi
tersebut sebagai berikut.

1. Kesalahan atribusi.
Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami
penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui orang lain, kita
menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya, mengamati penampilan
fisik, seperti usia, gaya berpakaian, sifat sifat utama mereka. Sering juga kita
menjadikan perilaku orang sebagai sumber informasi mengenai sifat-sifat
mereka. Kita mengamati perilaku luar mereka, dan kemudian menduga sifat,
motif, atau tujuan mereka berdasarkan perilaku tersebut. Akan tetapi
caranini juga tidak selelu mebawa hasil. Orang bisa saja menyeseatkan kita.
Mereka berusaha menyembunyikan sifat-sifat asli mereka di hadapan kita.
Lagi pula perilaku mereka boleh jadi karena perilaku eksternal, bukan
perilaku yang sifatnya konsisten. Artibusi kita juga sering keliru bila kita
menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh faktro internal,
padahal justru faktor eksternal-lah yang menyebabkannya, atau sebaliknya.
Sebagai contoh ;kita melihat sebagian selebritis atau istri pejabat di negeri
kita begitu dermawan, misalnya menyantuni anak anak yatim piatu di panti
asuhan, padahal sebenarnya mereka bermaksud memperoleh pujian dan
agar kedermawanan mereka disebarluaskan oleh media massa. Perilaku yang
khas dan konsisten bisaanya dibangkitkan oleh faktor internal, misalnya
keperibadian ( sifat rajin, keinginan untuk selalu menyenangkan orang lain,
ambisi untuk maju ) atau keahliannya. Namun perilaku seseorang kurang
konsisten , kemungkinan besar perilakunya digerakkan oleh oleh faktor
eksternal, misalnya gaji yang tinggi, bonus, keinginan untuk diperhatikan atau
dipuji, dan sebagiannya. Salah satu seumber kesalahan artibusi lainya adalah
pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak lengkap, sehingga kita berusaha
menafsirkan pesan tersebut dengan menafsirkan sendiri kekurangannya.

2. Efek Halo.
Kesalahan persepsi yang disebut efek halo ( halo effects ) merujuk
pada fakta bahwa kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang
cenderung menimbulkan efek yang sangat kuat atas penilaian kita akan sifat-
sifatnya yay spesifik.  Gagasan-gagasan akan dianggap usang atau biasa bila
dikemukakan oleh orang awam dan apabila dikemukakan oleh tokoh nasional
atau selebritis akan dianggap berlian atau kreatif. Salah satu  efek halo
terbesar yang pernah ngehinggapi banyak orang Indonesia terutama para
pengagum Gus Dur adalah sengakaan bahwa Gus Dur akan menjadi presiden
RI yang sukses, tetapi nyatanya tidak karena Gus Dur tidak ajeg salam
berkomunikasi dengan bawahannya dan dengan rakyat. Akhirnya Gus Dur
dilengserkan oleh DPR. Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat
pada diri kita salam menilai orang lain. Bila kita terkesan oleh seorang, karena
kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung
memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, seolah-olah ia pun
baik dalam hal lain. Contohnya, seorang guru besar dalam bidang hukum dan
pengamat hukum yang kritis, kira mengira  bahwa ia akan menjadi menteri
kehakiman yang baik.

3. Stereotip 
Kesulitan komunikasi  akan muncul dari penstereotipan
(stereotyping), yakin menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit
informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan
keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain,
penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke
dalam kategori-kategori yang dianggap sesuai, ketimbang berdasarkan
karakteristik individual mereka. Contoh stereotip :
- Laki-laki berpikir logis
- Wanita persikap emosional
- Orang berkulit hitam pencuri
- Orang Yahudi cerdas
- Orang Batak kasar
- Orang Padang pelit 

4. Prasangka
Sangat dekat dengan stereotip. prasangka adalah sikap yang tidak adil
terhadap seseorang atau suatu kelompok. Beberapa pakar cenderung
menganggap bahwa stereotip itu identik dengan prasangka, seperti Donald
Edgar dan Joe R. fagin mengatakan bahwa stereotip merupakan komponen
kognitif (kepercayaan) dari prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi
perilaku. Jadi prasangka ini konsekuensi dari stereotip, dan lebih teramati
daripada stereotip. Richard W. brislin mendefinisikan prasangka sebagai sikap
tidak adil, menyimpang  atau tidak toleran terhadap sekelompok orang.
Meskipun terdapat posisi dan negatif, prasangka umumnya bersifat negatif.
Yang populer adalah prasangka rasial, kesukuan (etnik), gender, dan Agama.

5. Gegar Budaya
Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-
tanda sosial yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial.
“Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk
ketidakmampuan menyesuaikan diri yang merupakan reaksi terhadap upaya
sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri denan lingkungan baru.
Meskipun gegar budaya sering dikiatkan dengan fenomena memasuki suatu
budaya asing, yang merujuk pada agama baru, sekolah atau universitas baru,
lingkungan kerja, keluarga baru ( mertua,ipar,dan sebagianya ). Gegar budaya
pada dasarnya adalah benturan peresepsi, yang diakibatkan penggunaan
peresepsi yang berdasarkan faktor internal. Gegar budaya ini dalam berbagai
bentuk adalah fenomena yang alamiah saja. Intensitasnya dipengarui oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Gegar budaya pada
dasarnya adalah benturan persepsi, yang diakibatkan pengguanan persepsi
berdasarkan faktor-faktor intenal ( nilai-nilai budaya ) yang telah dipelajari
oleh orang yang bersangkutan dalam lingkungan baru yang nilai-nilai
budayanya berbeda dan belum ia pahami. Kita biasanya menerima begitu
saja nilai-nilai yang kita anut dan kita bawa sejak lahir, yang juga
dikonfirmasikan oleh orang-orang disekitar kita. Namun, ketika memasuki
lingkungan baru,kita menghadapi situasi yang membuat kita
mempertanyakan kembali asumsi-asumsi kita itu, tentang apa yang disebut
kebenaran, moralitas, kebaikan, kewajaran, kesopanan, kebijakan, dan
sebagiannya. Kita tidak langsung mengalami gegar budaya ketika kita
memasuki lingungan baru. Fenomena itu dapat digambarkan dalam
beberapa tahap. Peter S. Adler, mengemukakan lima tahap dalam
pengalaman teradisional ini: kontak, disintegrasi, reintegrasi, otonomi, dan
indenpedensi.Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah fenomena
yang alami saja. Inetensitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktro yang pada
dasarnya terbagi menjadi dua: yakni faktor internal ( ciri-ciri keperibadian
orang yang bersangkutan ) dan faktor eksternal ( kerumitan budaya atau
lingkungan baru yang dimasuki). Tidak ada kepastian kapan gegar budayaini
akan muncul dihitung sejak kita memasuki budaya lain.
Kesimpulan : Komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan tersampaikan sesuai dengan
maksud dari pihak komunikator (kesamaan persepsi), karena persepsi memiliki hubungan
yang erat dengan komunikasi, yang mana adalah merupakan pandangan yg dihasilkan dari
seseorang atas pesan yg diterima oleh inderanya. Dalam hal ini maka dapat disimpulkan
bahwa persepsi dapat mempengaruhi kelancaran komunikasi, menghasilkan persepsi,
merubah persepsi, menyamakan persepsi, menumbuhkan sikap saling terbuka dan tidak
saling menghakimi, serta menumbuhkan sikap saling menghargai.
Saran : Kami menyadari dalam penyusunan paper ini masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya agar bisa menjadi yang lebih baik.

Daftar pustaka

Mulyana, Deddy, 2017, Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar, Remaja


Rosdakaryana, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai