Pertemuan 10
Oleh:
Yona Utama Putera Rachmat
0119124011
Reguler B2 Kelas A
3. Jelaskan perbedaan bentuk dan tata cara pembukuan dan pencatatan yang kalian
ketahui.
Jawaban :
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai bentuk dan tata cara pembukuan dan pencatatan:
1. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus menggunakan itikad baik dan
mencerminkan keadaan kegiatan usaha yang sesungguhnya.
2. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban atau
hutang, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat
dihitung besarnya pajak terhutang.
3. Pembukuan dan pencatatan harus dilaksanakan di Indonesia.
4. Pembukuan atau pencatatan harus menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan
Menteri Keuangan. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing serta mata uang
selain rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak dalam rangka penanaman modal
asing, kontrak karya, kontrak bagi hasil, kegiatan atau badan lain setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan. Namun, pengisian SPT harus tetap dilakukan dalam
bahasa Indonesia dan mata uang rupiah.
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan metode stelsel/akrual
atau metode/stelsel kas.
6. Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan di Indonesia selama sepuluh tahun untuk:
- Wajib Pajak orang pribadi, di tempat tinggal atau tempat kedudukan
- Wajib Pajak badan di tempat kedudukan.
1) wajib pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu wajib pajak yang
beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan PMA;
2) wajib pajak dalam rangka kontrak karya, yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RIsebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan selain pertambangan
minyak dan gas bumi;
3) wajib pajak dalam rangka kontrak kerja sama yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
4) bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(5) UU Pajak Penghasilan (PPh) atau menurut perjanjian penghindaran pajak
berganda (P3B) yang terkait;
5) wajib pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya
di bursa efek luar negeri;
6) kontrak investasi kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi
mata uang dolar AS dan telah memperoleh surat pemberitahuan efektif pernyataan
pendaftaran dari badan pengawasa pasar modal-lembaga keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal;
7) wajib pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh
perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan
istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b UU PPh;
atau
8) wajib pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang dolar AS sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku di Indonesia.
Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan. Kewajiban pembukuan ini diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).
Namun, kewajiban pembukuan itu dikecualikan bagi wajib pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto (NPPN). Hal ini
sesuai dengan Pasal 28 ayat (2) UU KUP.
Wajib pajak yang dimaksud antara lain wajib pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah bruto dalam setahun kurang
dari Rp4,8 miliar. Sebagai penggantinya, wajib pajak dengan kriteria di atas tetap
wajib melakukan pencatatan. Kewajiban pencatatan ini juga berlaku bagi wajib
pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Pengecualian tersebut dilakukan berdasarkan prinsip kesederhanaan, terutama bagi
pengusaha skala kecil dan menengah.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 197/PMK.03/2017 tentang Bentuk Dan Tata
Cara Pencatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
Jawaban :
Contoh kasusnya : Dimana di salah satu perusahaan perdagangan dimana tidak melakukan
pencatatan keuangan dan pembukuan, sehingga kewajiban pembukuan tidak dipenuhi dan
tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang, sehingga diterbitkanlah SKP
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen)
dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.
Penyelesain : dengan menyerahkan kepada konsultan pajak yang berafiliasi dengan
petugas pajak Dispenda dan juga KPP