Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PERPAJAKAN I

Pertemuan 10

Tugas ini Ditujukan Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Perpajakan I

Bapak Bapak Hafied Noor Bagja,S.H.,M.Kn.,In.

Oleh:
Yona Utama Putera Rachmat
0119124011
Reguler B2 Kelas A

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2021
Soal Esai

1. Jelaskan perbedaan pembukuan dan pencatatan yang kalian ketahui.


2. Jelaskan perbedaan subjek pembukuan dan pencatatan yang kalian ketahui.
3. Jelaskan perbedaan bentuk dan tata cara pembukuan dan pencatatan yang kalian ketahui.
4. Sebutkan peraturan-peraturan (dalam bentuk KMK, PMK, dll) dan perundangan berkaitan
dengan pembukuan dan pencatatan
5. Berkan contoh kasus manakala terdapat wajib pajak yang lalai melakukan kewajiban
pembukuan dan pencatatan, dan bagaimana penyelesaiannya.
JAWABAN:
1. Jelaskan perbedaan pembukuan dan pencatatan yang kalian ketahui.
Jawabannya :
Pembukuan Pencatatan
1. Pembukuan merupakan proses pencatatan yang Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan
data dan informasi keuangan yang meliputi bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar
harta, kewajiban, modal, penghasilan, biaya, untuk menghitung pajak terutang. Termasuk di
serta jumlah perolehan dan penyerahan dalamnya penghasilan bukan objek pajak atau
barang/jasa dalam periode pajak tersebut. dikenai pajak.
2. Pembukuan lebih menekankan pada wajib pajak Pencatatan dilakukan oleh wajib pajak pribadi.
badan atau pengusaha pencatatan dilakukan
oleh wajib pajak pribadi. wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan
peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari 4,8
miliar rupiah dan wajib pajak orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
3. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat Pencatatan, terdiri atas data yang dikumpulkan
asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas. secara teratur tentang peredaran atau penerimaan
Selain itu, pembukuan yang menggunakan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar
bahasa asing dan mata uang selain Rupiah untuk menghitung jumlah pajak yang terutang.
dapat diselenggarakan oleh wajib pajak setelah Termasuk di dalamnya penghasilan yang bukan
mendapat izin dari Menteri Keuangan. objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang
bersifat final.
Pada pembukuan sekurang-kurangnya terdiri
atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang.
2. Jelaskan perbedaan subjek pembukuan dan pencatatan yang kalian ketahui.
Jawabannya :
Perbedaan subjek pembukuan dan
pencatatan
Pembukuan Pencatatan
1. Wajib Pajak (WP) Badan 1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan bebas yang peredaran brutonya dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, satu tahun kurang dari
kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang Rp4.800.000.000,00 (empat milyar
peredaran brutonya dalam satu tahun kurang delapan ratus juta rupiah), dapat
dari Rp4.800.000.000,00 (Empat milyar menghitung penghasilan neto dengan
delapan ratus juta rupiah). menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto, dengan syarat
memberitahukan ke Direktur Jenderal
Pajak dalam jangka waktu 3 bulan
pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas

3. Jelaskan perbedaan bentuk dan tata cara pembukuan dan pencatatan yang kalian
ketahui.
Jawaban :
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai bentuk dan tata cara pembukuan dan pencatatan:
1. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus menggunakan itikad baik dan
mencerminkan keadaan kegiatan usaha yang sesungguhnya.
2. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban atau
hutang, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat
dihitung besarnya pajak terhutang.
3. Pembukuan dan pencatatan harus dilaksanakan di Indonesia.
4. Pembukuan atau pencatatan harus menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan
Menteri Keuangan. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing serta mata uang
selain rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak dalam rangka penanaman modal
asing, kontrak karya, kontrak bagi hasil, kegiatan atau badan lain setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan. Namun, pengisian SPT harus tetap dilakukan dalam
bahasa Indonesia dan mata uang rupiah.
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan metode stelsel/akrual
atau metode/stelsel kas.
6. Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan di Indonesia selama sepuluh tahun untuk:
- Wajib Pajak orang pribadi, di tempat tinggal atau tempat kedudukan
- Wajib Pajak badan di tempat kedudukan.

4. Sebutkan peraturan-peraturan (dalam bentuk KMK, PMK, dll) dan perundangan


berkaitan dengan pembukuan dan pencatatan
Jawaban :
 Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah

Wajib pajak diperkenankan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa


asing dan mata uang selain rupiah yaitu bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika
Serikat (AS). Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 196/PMK.03/2007 yang
telah diubah terakhir dengan PMK No. 1/PMK.03/2015, wajib pajak yang diperkenankan
menggunakan Bahasa Inggris dan mata uang dolar AS adalah:

1) wajib pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu wajib pajak yang
beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan PMA;
2) wajib pajak dalam rangka kontrak karya, yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RIsebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan selain pertambangan
minyak dan gas bumi;
3) wajib pajak dalam rangka kontrak kerja sama yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
4) bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(5) UU Pajak Penghasilan (PPh) atau menurut perjanjian penghindaran pajak
berganda (P3B) yang terkait;
5) wajib pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya
di bursa efek luar negeri;
6) kontrak investasi kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi
mata uang dolar AS dan telah memperoleh surat pemberitahuan efektif pernyataan
pendaftaran dari badan pengawasa pasar modal-lembaga keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal;
7) wajib pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh
perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan
istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b UU PPh;
atau
8) wajib pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang dolar AS sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku di Indonesia.

 Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan

Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan. Kewajiban pembukuan ini diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).
Namun, kewajiban pembukuan itu dikecualikan bagi wajib pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto (NPPN). Hal ini
sesuai dengan Pasal 28 ayat (2) UU KUP.
Wajib pajak yang dimaksud antara lain wajib pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah bruto dalam setahun kurang
dari Rp4,8 miliar. Sebagai penggantinya, wajib pajak dengan kriteria di atas tetap
wajib melakukan pencatatan. Kewajiban pencatatan ini juga berlaku bagi wajib
pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Pengecualian tersebut dilakukan berdasarkan prinsip kesederhanaan, terutama bagi
pengusaha skala kecil dan menengah.

 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 197/PMK.03/2017 tentang Bentuk Dan Tata
Cara Pencatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi. 

 Tata cara permohonan penyelenggaran pembukuan menggunakan Bahasa Inggris


dan mata uang dolar AS ini diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak No: PER-
23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian, Pembatalan serta
Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin Penyelenggaraan Pembukuan dengan
Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan MataUang Dolar AS.
5. Berikan contoh kasus manakala terdapat wajib pajak yang lalai melakukan
kewajiban pembukuan dan pencatatan, dan bagaimana penyelesaiannya.

Jawaban :
Contoh kasusnya : Dimana di salah satu perusahaan perdagangan dimana tidak melakukan
pencatatan keuangan dan pembukuan, sehingga kewajiban pembukuan tidak dipenuhi dan
tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang, sehingga diterbitkanlah SKP

ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen)
dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.
Penyelesain : dengan menyerahkan kepada konsultan pajak yang berafiliasi dengan
petugas pajak Dispenda dan juga KPP

Anda mungkin juga menyukai