@widyatama.ac.id
@widyatama.ac.id
@widyatama.ac.id
@widyatama.ac.id
@widyatama.ac.id
Abstract
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Keyword : UMKM, Covid-19, Kepatuhan Wajib Pajak, Insentif Perpajakan.
1. Introduction
Pajak merupakan tulang punggung nasional. Penerimaan pajak di Indonesia digunakan untuk
mewujudkan pembangunan dan mengelola pemerintahan. Pendanaan negara dari pajak memiliki
posisi tertinggi dari pendanaan lain yang menyokong anggaran pendapatan negara Indonesia.
Praktik pajak di Indonesia diaturdalam UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Keberhasilan suatu negara dalam mengumpulkan pajak dari warga
negaranya dipastikan akan bermanfaat bagi stabilitas ekonomi negara yang bersangkutan (Farouq,
2018: 1).
Sumber pendapatan negara dari pajak telah menjadi unsur utama dalam menunjang kegiatan
perekonomian, menggerakkan roda pemerintahan dan penyediaan fasilitas umum bagi masyarakat.
Bahkan pada beberapa Tahun belakangan ini, pajak memenuhi kurang lebih 70 persen penerimaan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini menunjukkan peranan pajak
dalam mewujudkan stabilitas roda kehidupan negeri ini harus semakin ditingkatkan, mengingat
semakin tingginya tuntutan kebutuhan dan semakin kompleksnya tantangan zaman modern
(Farouq, 2018: 127).
Wabah virus corona bermula di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China di penghujung tahun
2019. Wabah ini telah melanda hampir seluruh negara di dunia. Hingga saat ini tercatat 189 negara
yang telah terjangkit wabah virus corona dengan 39 juta kasus yang terkonfirmasi dan lebih dari
satu juta kasus kematian (BBC News). Melihat adanya kasus penyebaran virus corona yang terus
meningkat, WHO telah menetapkan bahwa wabah ini dikategorikan sebagai pandemi.
Merespon adanya ketetapan pandemi dari WHO, seluruh negara yang terjangkit wabah virus
corona ini memberlakukan system lockdown dan pembatasan wilayah di negaranya. Indonesia
termasuk dalam salah satu negara yang terjangkit wabah virus corona dan memberlakukan system
lockdown. Penyebaran virus di Indonesia dimulai sejak tanggal 02 Maret 2020.
Kondisi ini tentu berdampak pada banyak sektor di Indonesia terutama pada sektor
perekonomian. Perputaran roda perekonomian dalam negeri menjadi tidak stabil hingga
mengakibatkan perekonomian lumpuh khususnya pada sektor swasta dan masyarakat. Banyak
pihak swasta yang mau tidak mau harus menutup usahanya serta tidak sedikit juga yang harus
merumahkan sebagian besar karyawannya karena minimnya pemasukan sehingga tidak mampu
untuk membayar kegiatan operasional dan gaji karyawan (Selvi, 2020).
Langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif dari covid-19 merupakan salah satu
kewenangan pemerintah Indonesia untuk menangani kasus pandemi covid-19 dam pemulihan
ekonomi negara. Salah satunya adalah menerapkan paket kebijakan ekonomi seperti
kebijakan fiskal, moneter, dan keuangan (Gourinchas, 2020).
Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional,
kesempatan kerja, investasi nasional, dan distribusi penghasilan nasional. Salah satu bentuk
kebijakan fiskal yang ditempuh pemerintah Indonesia adalah dengan memberikan stimulus fiskal
dan menuangkannya dalam beberapa instrumen peraturan perundang-undangan, salah satunya
adalah penerbitan Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang
pertama kali diterbitkan mengenai peraturan pemberian insentif pajak bagi wajib pajak yang
terkena wabah virus corona adalah PMK No.23/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak Untuk
Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona.
Insentif pajak yang di maksud di tekankan kepada :
pajak penghasilan (PPh) pasal 21, yaitu objek pajaknya pegawai,
pajak penghasilan (PPh) pasal 22 yakni objek pajaknya atas impor,
pajak penghasilan pasal 25 angsuran pajak dan
pajak pertambahan nilai (PPN) dalam hal mempercepat pengembalian (restitusi) PPN
lebih bayar.
Peraturan tersebut mulai berlaku 1 April 2020.
2. LITERATUR
2.1 Kepatuhan Pajak
Theory of Planned Behavior yang mendasarkan asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang
rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya, secara sistematis. Orang
memikirkan Implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau
tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu (Astuti, dkk. 2016).
Seperti halnya Frey dalam Simanjuntak, dkk, (2012: 101) mengemukakan bahwa salah
satunya kunci faktor utama kepatuhan WP mengacu pada teori moral pajak (tax morale theory),
memperkenalkan adanya motivasi intrinsik individu untuk bertindak, berdasarkan nilai-nilai yang
di pengaruhi oleh norma-norma budaya yang diyakini seseorang mengapa membayar pajak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi teori moral pajak seperti:
2.3 Insentif
Adalah Sebuah penawaran dari pemerintah, melalui manfaat pajak, dalam suatu kegiatan
tertentu, seperti kontribusi uang untuk kegiatan yang berkualitas, dinamakan insentif pajak.
Menurut Winardi (2011), pemajakan dengan tujuan memberikan rangsangan atau keringanan.
Penggunaan pajak bukan untuk maksud menghasilkan pendapatan pemerintah saja, tetapi
melainkan memberikan dorongan ke arah perkembangan ekonomi, dalam bidang tertentu. Erly
Suandy (2006), insentif pajak pada umumnya terdapat empat macam bentuk yaitu :
Insentif pajak dalam bentuk pengecualian dari pengenaan pajak merupakan bentuk insentif
yang paling banyak digunakan. Jenis insentif ini memberikan hak kepada wajib pajak agar tidak
dikenakan pajak dalam jangka waktu tertentu yang ditentukan oleh pemerintah. Namun diperlukan
kehati-hatian dalam mempertimbangkan pemberian insentif ini. Hal ini perlu diperhatikan adalah
sampai seberapa lama pembebasan pajak ini diberikan dan sampai seberapa lama investasi yang
dapat memberikan hasil. Contohnya adalah tax holiday atau tax exemption.
Jenis insentif yang kedua berupa pengurangan dasar pengenaan pajak. Jenis insentif ini
biasanya diberikan dalam bentuk berbagai macam biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
kena pajak. Pada umumnya biaya yang dapat menjadi pengurang boleh dikurangkan lebih dari
nilai yang seharusnya. Jenis insentif ini, dapat ditemui dalam bentuk double deduction, investment
allowances, dan loss carry forwards.
Jenis isentif yang ketiga adalah berupa pengurangan tarif pajak dari tarif yang berlaku umum
ke tarif khusus yang diatur oleh pemerintah. Insentif ini paling sering ditemui dalam pajak
penghasilan. Contohnya pengurangan tarif corporate income tax atau tarif witholding tax. Jenis
insentif yang terakhir adalah penangguhan pajak. Jenis ini, diberikan kepada wajib pajak sehingga
pembayar pajak dapat menunda pembayaran pajak hingga suatu waktu tertentu.
Sedangkan selama pandemi ini, pemerintah memberikan insentif berupa pengurangan tarif
pajak yaitu corporate income tax (Pajak Penghasilan Badan), serta insentif Pajak Penghasilan pasal
21 ditanggung oleh pemerintah selama masa pajak April 2020 sampai dengan Masa Pajak
September 2020. Pemberian ini diberikan di tengah wabah corona yang kian mengkhawatirkan
sektor perekonomian, dan sangat penting bagi sektor pajak di Indonesia. Tujuannya dimaksudkan
untuk memulihkan penerimaan pajak dan supaya seluruh wajib pajak tidak menunggak atau
menghindari pajak.
2.4 Covid-19
Pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease2019) yang disebabkan oleh virus SARSCoV-2
(Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2) menjadi peristiwa yang mengancam
kesehatan masyarakat secara umum dan telah menarik perhatian dunia. Pada tanggal 30 Januari
2020, WHO (World Health Organization) telah menetapkan pandemi COVID-19 sebagai keadaan
darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia internasional (Güner, Hasanoglu, &
Aktas, 2020).
Keterangan Jumlah
1. UMKM yang terdaftar di DISKOPUMKM Kota Bandung 6140
2. UMKM yang tidak berada di sekitar Daerah Cikutra (6100)
Sampel Penelitian 40
Menurut Gujarati (2001:98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R 2) yaitu angka yang
menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat
dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu
memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan
oleh variabel bebas X. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan variabel
terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya, untuk menguji hal ini digunakan rumus koefisien
determinasi sebagai berikut:
Kd = r2 × 100%
Di mana:
Kd = Seberapa jauh perubahan variabel Y di pengaruhi variabel X
r2 = Koefisien korelasi antara X dengan Y
3.3.4.2 Simultaneous Test (F Test)
Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan untuk
mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Langkah-langkah pengujian dengan
menggunakan Uji F adalah sebagai berikut :
1) Menentukan taraf nyata signifikan penelitian sebesar α = 5%
Taraf nyata signifikan penelitian 0,05 (5%) artinya kemungkinan besar hasil penarikan
kesimpulan memiliki penghindaran pajak 95% atau toleransi kesalahan 5%.
2) Menghitung Uji F yaitu sebagai berikut :
Keterangan:
R² : Koefisisen determinasi gabungan
k : Jumlah variabel independen
n : Jumlah sampel
Ho1:β1=0, artinya tidak ada pengaruh Covid 19 dan Insentif Pajak terhadap Kepatuhan
Pelaporan Pajak
Ha1:β1≠0, artinya terdapat pengaruh Covid 19 dan Insentif Pajak terhadap Kepatuhan
Pelaporan Pajak
Kriteria Pengambilan Keputusan
Ho ditolak jika F statistik < 0,05 atau Fhitung> Ftabel
Ho tidak berhasil ditolak jika Fstatistik> 0,05 atau Fhitung< Ftabel
Nilai Ftabeldidapat dari:
df1 (pembilang) : jumlah variabel independen
df2 (penyebut) : n-k-1
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model sebuah regresi, variabel
dependen dan variabel independen atau keduanya terdistribusi secara normal. Di bawah ini akan
disajikan hasil pengujian normalitasmenggunakan uji kolmogrov smirnov yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa besarnya nilai kolmogrov smirnov adalah
0,827 dengan nilai signifikansi 0,602. Oleh karena nilai signifikansi yang dihasilkan oleh
kolmogrov smirnov lebih dari atau 5% (taraf nyata signifikansi penelitian) yaitu (0,602>0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima atau data residual berdistribusi normal, dengan kata
lain model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas atau data berdistribusi
normal.
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Covid_19_X1 .0462 1.570
Insentif_Pajak_X2 .0462 1.570
a. Dependent Variable: Kepatuhan_Pajak_Y
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai tolerance di atas 0,1 (0,462 > 0,1)
dan nilai VIF di bawah 10 (1,570 < 10), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinieritas di antara variabel bebas.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 11.233 2.763 4.066 .000
Covid_19_X1 .572 1.046 .317 5.936 .003
Insentif_Pajak_X2 .825 .871 .548 7.218 .000
a. Dependent Variable: Kepatuhan_Pajak_Y
Berdasarkan hasil pada tabel di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
b1 = 0,572 bertanda positif artinya jika covid 19 meningkat dengan asumsi variabel lainnya
konstan, maka kepatuhan pajak akan bertambah sebesar 0,572.
b2 = 0,825 bertanda positif artinya jika insentif pajak meningkat dengan asumsi variabel lainnya
konstan, maka kepatuhan pajak akan bertambah sebesar 0,825.
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .862 .743 .729 2.494
a. Predictors: (Constant), Insentif_Pajak_X2, Covid_19_X1
b. Dependent Variable: Kepatuhan_Pajak_Y
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 666.622 2 333.311 53.584 .000b
Residual 230.153 37 6.220
Total 896.775 39
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 14,709 dan F table sebesar 3,23.
Dikarenakan perolehan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (14,709 > 3,23) dengan nilai signifikansi
0,000 < 0,05. Artinya H3 Covid 19 dan Insentif Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Pelaporan
pajak
Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 11.233 2.763 4.066 .000
Covid_19_X1 .572 1.046 .317 5.936 .003
Insentif_Pajak_X2 .825 .871 .548 7.218 .000
a. Dependent Variable: Kepatuhan_Pajak_Y
Berdasarkan tabel di atas, diketahui untuk variabel (X1) diperoleh nilai t hitung sebesar 5,936
dan ttable sebesar 2,024. Dikarenakan perolehan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (5,936 > 1,985)
dengan nilai signifikansi 0,003 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya Covid 19
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pelaporan pajak.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui pula untuk variabel insentif pajak (X2) diperoleh
nilai t hitung sebesar 7,218 dan ttable sebesar 2,024. Dikarenakan perolehan nilai t hitung lebih besar dari t
tabel (7,218 > 2,024) dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka H 0 ditolak dan H2 diterima.
Artinya insentif pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pelaporan pajak
4.4 Discussion
5.2 Suggestions
REFERENCES
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
No. Pernyataan SS S TS STS
I. Wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan
1. Ketepatan memenuhi kewajiban perpajakan
a. Sebagai wajib pajak, saya selalu memenuhi kewajiban
perpajakan secara tepat waktu.
b. Sebagai wajib pajak, saya selalu tepat waktu dalam
menyampaikan SPT.
2. Ketepatan dan kejujuran dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak.
a. Sebagai wajib pajak, saya mempunyai kewajiban
mengisi SPT dengan jujur, baik dan benar sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Membayar pajak dengan tepat waktu.
a. Sebagai wajib pajak, saya selalu membayar pajak
dengan tepat waktu.
4. Tidak memiliki tunggakan.