Anda di halaman 1dari 2

KASUS POSISI JUDICIAL REVIEW UU APARATUR SIPIL NEGARA

Febriyan adalah Warga Negara Indonesia, sebagai Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah
Kabupaten Bintan, tahun 2012 dijatuhi hukuman 1 (satu) tahun oleh Pengadilan Negeri Tanjungpinang
Putusan Nomor 11/PID.B/2016/ PN.TPI, karena tindak pidana korupsi dan seusai menjalani hukuman,
tanggal 7 Maret 2012 diberikan Surat Lepas Nomor W.27.PAS.4-PK.02.02-27/12, dari Lembaga
Pemasyarakatan Tanjungpinang, setelah memperoleh kebebasan, pada tahun 2012 diaktifkan kembali
sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Keputusan Bupati Bintan Nomor 328/VI/2012 tanggal 17
April 2012 tentang Pengaktifan Kembali Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan Sementara Dari
Jabatan Negeri An. Febriyan. Dan pada tahun 2012 diturunkan pangkat setingkat lebih rendah selama 3
(tiga) tahun berdasarkan Keputusan Bupati Bintan Nomor 329/VI/2012 tanggal 12 Juni 2012.
Febriyan saat ini merasa ketakutan dikarenakan terbitnya Keputusan Bersama Menteri Dalam
Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 182/6597/SJ, Nomor 15 Tahun 2018, dan Nomor 153/KEP/2018 tentang
Penegakan Hukum Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang Telah Dijatuhi Hukuman Berdasarkan
Putusan Pengadilan Yang Berkekuatan Hukum Tetap Karena Melakukan Tindak Pidana Kejahatan
Jabatan atau Tindak Pidana Kejahatan yang Ada Hubungannya Dengan Jabatan, tertanggal 13
September 2018.
Ketakutan itu dikarenakan Keputusan Bersama, menyatakan PNS yang telah dijatuhi hukuman
berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan, harus
diberhentikan dengan katagori tidak dengan hormat, dan memerintahkan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian dan Pejabat Yang Berwenang untuk melaksanakannya dengan Keputusan Pemberhentian
Tidak Dengan Hormat, selambat-lambatnya harus terselesaikan selambat-lambatnya pada bulan
Desember 2018, dan apabila tidak menerbitkan keputusan akan dikenai sanksi.
Peraturan Perundang-undangan yang menjadi landasan mengingat Keputusan Bersama antara
lain, Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Aparatur Sipil Negara
dan Peraturan Pemerintah tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil. keresahan itu timbul karena
sewaktu-waktu Febriyan akan atau potensial menerima keputusan pemberhentian tidak dengan hormat
pada saat Febriyan telah aktif bekerja di instansi Pemerintah Kabupaten Bintan sejak terbitnya
keputusan pengaktifan tahun 2012, dan 6 (enam) tahun kemudian akan berakhir (2018) dengan tragis
serta memilukan.
Pemberhentian tidak dengan hormat yang dijatuhkan kepada seorang PNS, berarti seluruh
pengabdiannya berdinas tidak ada lagi artinya, tidak lagi menerima hak-hak pensiun kecuali tabungan
hari tua, tidak lagi mempunyai kehormatan sebagai warga negara dan kesulitan bersosialisasi di
masyarakat dan yang lebih parah adalah tidak ada lagi kehormatan keluarga, anak-anak akan malu
sekolah dan dijauhkan dari teman-temannya, pada pokoknya akan runtuh kebahagiaan keluarga.
UU yang menjadi landasan pemberhentian PNS dengan katagori pemberhentian tidak dengan
hormat adalah Pasal 87 ayat (2) dan (4) UU Aparatur Sipil Negara. Pasal 87 ayat (2) dan (4) dianggap
sebagai pasal fallacy of equivocation, selain itu juga dalam pasal tersebut juga terdapat
ketidakkonsistenan norma yang dibangun. Pemberhentian sebagai Aparatur Sipil Negara dapat
diasumsikan sebagai Hukuman Tambahan di luar putusan pengadilan yang tidak sejalan dengan apa
yang diatur dalam Pasal 10 KUHP. Oleh sebab itu Febriyan mengajukan Judicial Review di Mahkamah
Konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai