Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017

“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”


Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA PADA EKOSISTEM SUNGAI BRANTAS DAN


PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MODUL BIOLOGI BERBASIS RISET UNTUK
SISWA KELAS X SMA/MA
Macro-animal diversity in Brantas River Ecosystem and Development as Biology Research-Based Module
for 1st Grade of SHS Student

Santy Pristya Putri1, Moh. Amin2, Elly Purwanti3


1
Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang
2
Dosen Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No.5 Malang
3
Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang,
Jl. Tlogomas No.246, Malang
e-mail korespondensi: santypristya@gmail.com

ABSTRAK
Pembelajaran biologi menuntut adanya interaksi antara subjek belajar dengan objek yang dipelajari sehingga
kompetensi afektif, kognitif, dan psikomotorik dapat tercapai sesuai dengan Kurikulum 2013. Salah satu materi yang
dekat dengan kehidupan siswa adalah keanekaragaman hayati. Sungai Brantas area Kampus III Universitas
Muhammadiyah Malang merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati yang dekat dengan lingkungan
pendidikan namun belum diketahui tingkat keanekaragamannya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan
keanekaragaman makrofauna ekosistem Sungai Brantas area Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang, (2)
menghasilkan modul Biologi berbasis riset untuk siswa kelas X SMA/MA, (3) menjelaskan validitas dan keterbacaan
modul Biologi berbasis riset untuk siswa kelas X SMA/MA. Metode pengumpulan data pada penelitian tahap I
dilakukan dengan pengambilan langsung makrofauna pada stasiun pengambilan sampel. Penelitian tahap II dilakukan
dengan metode pengembangan ADDIE tanpa melalui tahap Implementation. Hasil penelitian tahap I menunjukkan
makrofauna yang ditemukan adalah Parathelphusa convexa, Sulcospira testudinaria, Tarebia granifera, Barbonymus
gonionotus, Poecilia reticulate. Keanekaragaman jenis makrofauna adalah rendah. Indeks kemerataan dan
dominansinya juga tergolong rendah. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi adalah Tarebia granifera. Hasil penelitian
tahap II dihasilkan modul Biologi tentang keanekaragaman makrofauna ekosistem sungai dengan presentase validitas
ahli bahan ajar, ahli materi, praktisi pendidikan sebesar 95,63%, 92,64%, 97,50% (sangat valid) dan hasil uji
keterbacaan siswa sebesar 90,33% (sangat valid).

Kata Kunci: ekosistem sungai, keanekaragaman, makrofauna, modul berbasis riset.

ABSTRACT
Learning biology requires an interaction between subjects of study with the object being studied so that the
competence of the affective, cognitive and psychomotor can be achieved in accordance with the Curriculum of 2013.
The purpose of this study was to (1) explain the macro-animal diversity in Brantas river ecosystem of
Muhammadiyah University of Malang, (2) produce biology research-based module for class X SHS, (3) explain the
validity and legibility of biology research-based module for class X SHS. Method of data collection in the first phase
of research is done by taking macrofauna at sampling stations. Method of data collection in the 2nd phase of research
is done by ADDIE methods without Implementation. The result of 1 st phase of research found some macro-animal,
Parathelphusa convexa, Sulcospira testudinaria, Tarebia granifera, Barbonymus gonionotus, Poecilia reticulata.
Macrofauna diversity indeks is low. Evennes and domination indeks is low. Higher INP score is Tarebia granifera.
The result of 2nd is Biology Research-Based module about macro-animal diversity in river ecosystem with validity
score for teaching material experts, matter experts, and teacher are 95,63%, 92,64%, 97,50% (very valid) and
legibility score is 90,33% (very valid).

Keywords: river ecosystem, diversity, macro-animal, research-based module.

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan (Sekolah Menengah Atas). Salah satu mata pelajaran di
pendidikan nasional sesuai dengan Undang-Undang SMA yang wajib dipelajari adalah mata pelajaran pada
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan bidang sains yaitu Biologi (life science), Fisika (physical
Nasional serta Kurikulum 2013 adalah dilakukannya science), dan Kimia (chemical science).
pembaharuan dan perbaikan guna meningkatkan mutu Pembelajaran sains menuntut adanya interaksi
pendidikan (Yusliana, 2010). Perbaikan tersebut dapat antara subjek belajar dengan objek yang dipelajari.
dilakukan dari berbagai aspek variabel pembelajaran salah Melalui interaksi ini diharapkan akan tercipta proses
satunya bahan ajar (Wena, 2009). Proses pembelajaran belajar yang lebih baik karena subjek belajar diharapkan
pada semua level pendidikan seyogyanya menyajikan dapat mengungkapkan gejala benda dan peristiwa secara
bahan ajar yang berkualitas, termasuk pada SMA langsung. Sesuai dengan teori konstruktivisme bahwa

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 324


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

pengetahuan dibentuk sendiri oleh subjek didik secara keanekaragaman (3) dan menganalisis validitas dan
aktif, tidak secara pasif menerima pengetahuan dari keterbacan modul berbasis penelitian keanekaragaman.
pendidik. Sehingga diperlukan pengembangan bahan ajar
yang mampu menuntun siswa untuk memperoleh METODE
pengalaman belajar secara mandiri sesuai dengan tuntutan Penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Penelitian tahap I
perkembangan proses pembelajaran abad 21. merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan
Pengembangan sumber belajar biologi merupakan suatu sampel dengan menggunakan metode eksplorasi yaitu
keharusan dalam sistem pembelajaran yang semakin mengambil sampel secara langsung pada lokasi
berkembang pesat ini (Suhardi, 2012). pengambilan sampel (hand collecting dengan bantuan
Salah satu materi dalam mata pelajaran Biologi jaring surber) kemudian dianalisis. Lokasi pengambilan
yang berkaitan erat dengan keadaan lingkungan sekitar sampel adalah perairan sungai Brantas area Kampus III
siswa adalah Keanekaragaman Hayati. Materi ini Universitas Muhammadiyah Malang yang dibagi menjadi
merupakan materi yang menarik bagi siswa, melihat 2 stasiun dengan menggunakan teknik purpossive random
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman sampling. Sampel yang diambil adalah seluruh
hayati dunia (Indriyanto, 2008). Salah satu sumber makrofauna. Makrofauna yang telah diambil kemudian
keanekaragaman hayati adalah ekosistem sungai. Sungai diidentifikasi di Laboratorium Perikanan Universitas
merupakan badan air mengalir (perairan lotic) yang Muhammadiyah Malang dan kualitas air dianalisis di
membentuk aliran di daerah daratan dari hulu menuju ke Laboratorium kualitas air Perum Jasa Tirta 1 Malang.
arah hilir dan akhirnya bermuara ke laut (Downes, et al., Penelitian tahap II dilakukan menggunakan metode
2002). penelitian pengembangan ADDIE yang terdiri atas 5
Ekosistem sungai Brantas area Kampus III tahap, yaitu Analyze, Design, Develope, Implementation,
Universitas Muhammadiyah Malang merupakan salah dan Evaluation (Branch, 2009) namun tidak melakukan
satu contoh sumber keanekaragaman hayati yang tahap Implementation karena kurangnya waktu, tenaga,
representatif karena letaknya dekat dengan lingkungan dan biaya.
pendidikan namun belum diketahui tingkat
keanekaragamannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian untuk mengetahui keanekaragaman yang ada di
area tersebut sehingga dapat diketahui keadaan Berikut adalah hasil dan pembahasan pada
ekosistemnya. Menurut Pratiwi (2015), ekosistem sungai penelitian yang diuraikian dalam dua tahap penelitian
tersusun dari beberapa komponen biotik dan abiotik yang sebagai berikut.
saling berinteraksi. Salah satu komponen biotik yang
representatif adalah makrofauna. Hal ini dikarenakan Penelitian Tahap I
makrofauna adalah hewan yang berukuran lebih dari dari Berdasarkan hasil identifikasi yang sudah
10mm dan dapat terlihat langsung oleh mata tanpa harus dilakukan, spesies makrofauna yang ditemukan pada
menggunakan alat pembesar (lup atau mikroskop) masing-masing stasiun bervariasi jenis dan jumlahnya.
sehingga mudah untuk diidentifikasi. Hal ini sangat Terdapat spesies yang hanya ditemukan pada salah satu
penting karena penelitian ini merupakan penelitian stasiun atau ditemukan pada kedua stasiun. Data spesies
dengan tujuan untuk pembelajaran siswa, sehingga makrofauna yang ditemukan beserta jumlahnya dapat
penelitian yang dilakukan harus representatif dan dapat dilihat pada Tabel 1.
dilakukan oleh siswa sesuai dengan materi yang
dikembangkan yaitu kenakeragaman hayati. Tabel 1. Spesies Makrofauna pada Semua Stasiun
Berdasarkan analisis kebutuhan yang sudah No. Nama Spesies Stasiun
dilakukan kepada siswa kelas X MIA 1 dan guru Biologi I II
SMA Panjura Malang disimpulkan bahwa dibutuhkan 1. Parathelphusa convexa 4 17
bahan ajar yang dapat menuntun siswa untuk 2. Sulcospira testudinaria 14 28
melakasanakan pembelajaran secara mandiri dan 3. Tarebia granifera 21 34
langsung. Menurut Dewi (2006), modul merupakan salah 4. Barbonymus gonionotus 0 13
satu bahan ajar yang menyediakan hampir semua yang 5. Poecilia reticulate 0 9
Jumlah 39 101
dibutuhkan oleh peserta didik diantaranya tujuan
pembelajaran, panduan penggunaan, uraian materi,
intisari, evaluasi, dan umpan balik serta tindak lanjut. Tahap selanjutnya adalah uji kualitas air dan
Kelengkapan modul dibutuhkan agar peserta didik dapat perhitungan indeks keaekaragaman, indeks kemerataan,
memahami materi pembelajaran dengan lebih optimal. indeks dominansi, dan indeks nilai penting. Data hasil uji
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah kualitas air berdasarkan beberapa parameter lingkungan
sebagai berikut: (1) menganalisis keanekaragaman dan perhitungan indeks keanekaragaman, indeks
makrofauna pada ekosistem sungai Brantas area kampus kemerataan, dan indeks dominansi dapat dilihat dari tabel
III Universitas Muhamamdiyah Malang (2) Menjelaskan 2.
langkah pengembangan modul berbasis penelitian

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 325


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Tabel 2. Parameter lingkungan, indeks keanekaragaman, indeks Thiaridae, Cyprinidae, dan Poeciliidae. Perbedaan ini
kemerataan, dan indeks dominansi dikarenakan adanya pengaruh dari perbedaan faktor
Parameter abiotik yang ada. Menurut Husamah (2014) daerah aliran
No. Stasiun I Stasiun II
Pengukuran sungai yang memiliki faktor abiotik yang berbeda akan
1. Parameter Suhu 22,3°C -27 22°C-
dihuni oleh spesies berbeda. Salah satu perbedaan yang
Fisika Air Air °C 25,8°C
mencolok antara keadaan stasiun I dan stasiun II adalah
Kecepat 0,3 m/s-0,7 0,28 m/s -
an Arus m/s 0,5 m/s keadaan zona ripariannya. Seperti yang telah dijelaskan
pH 8,4 8,1 pada uraian sebelumnnya bahwa keadaan ekosistem
2. Paraemter DO 7,4 mgO2/L 7,3 mgO2/L stasiun II memiliki tepian atau zona riparian dengan
Kimia Air BOD5 5,15 mg/L 5,45 mg/L banyak tumbuhan menyebabkan adanya dua spesies ikan
COD 15,03 mg/L 25,12 mg/L Barbonymus gonionotus dan Poecilia reticulata yang
3. Indeks 0,93 1,5 ditemukan pada stasiun II tetapi tidak ditemukan pada
Keanekaragaman stasiun I. Hal ini dipertegas oleh pendapat Chang (2006)
4. Indeks Kemerataan 0,26 0,33 yang menyatakan bahwa vegetasi riparian sangat penting
5. Indeks Dominansi 0,429 0,243 bagi konservasi sumber daya air dan pelestarian habitat
ikan, pendukung rantai makanan, mempertahankan suhu,
Tabel 3. Indeks Nilai Penting Makrofauna
stabilitasi tepian sungai, perlindungan kualitas air, dan
Stasiun
No. Nama Spesies mempertahankan morfologi sungai.
I II
1. Parathelphusa convexa 35% 33%
2. Sulcospira testudinaria 73% 53%
Indeks Keanekaragaman
3. Tarebia granifera 91% 51% Keanekaragaman jenis merupakan parameter yang
4. Barbonymus gonionotus - 30% digunakan untuk mengukur struktur komunitas, parameter
5. Poecilia reticulate - 26% ini mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan dalam
suatu komunitas Bedasarkan hasil perhitungan indeks
Parameter Lingkungan keanekaragaman Shannon- Wienner didapatkan hasil
Berdasarkan hasil uji kualitas air, faktor abiotik sesuai apda tabel 2 sehingga kriteria indeks
yang dianalisis meliputi suhu air, kecepatan arus, Ph, keanekaragaman pada stasiun 1 tergolong rendah dan
BOD5, DO, dan COD. Semua nilai parameter lingkungan pada stasiun II tergolong sedang. Sesuai dengan pendapat
yang diukur masih berada dalam ambang batas kualitas Suharjono dkk (2012) dalam Husamah (2014), faktor-
air sungai Brantas sebagai sungai dengan standar baku faktor lingkungan berpengaruh terhadap kehadiran dan
mutu air kelas II sesuai dengan PP No.82 Tahun 2001 pemilihan tempat hidup suatu spesies. Setiap aliran sungai
tentang standar baku mutu air. Hal ini menunjukkan memiliki kombinasi dan perangkat faktor lingkungan
kualitas air sungai masih dalam keadaan tidak tercemar yang berbeda-beda sehingga memengaruhi struktur
sehingga masih mendukung kehidupan fauna akuatik komunitas yang ada pada ekosistem tersebut.
yang ada.
Faktor biotik ekosistem merupakan salah satu Indeks Kemerataan
faktor lingkungan yang memengaruhi keadaan suatu Nilai indeks kemerataan menunjukkan ada
ekosistem. Selain menganalisis faktor biotik, peneliti juga tidaknya dominansi spesies pada daerah tersebut. Nilai
menganalisis keadaan ekosistem sekitar sungai yaitu zona indeks kemerataan makrofauna sungai pada semua stasiun
riparian. Menurut Seminu (2013), zona riparian adalah pengambilan sampel adalah rendah. Nilai indeks
zona yang menghubungkan antara ekosistem perairan kemerataan pada stasiun I adalah 0,26 dan pada stasiun II
dengan ekosistem daratan yang dipengaruhi oleh adalah 0,33. Basmi (2000) dalam Alfin (2014),
pergerakan material dan air. Zona ini umunya didominasi menyatakan indeks kemerataan yang rendah
oleh tumbuhan dan lahan basah. Berbagai penelitian menunjukkan komunitas yang tidak stabil, komunitas
menjelaskan bahwa zona riparian dengan berbagai dalam keadaan tertekan karena mengalami tekanan
tumbuhan mempunyai habitat yang lebih beranekaragam lingkungan, atau kondisi lingkungan yang labil.
daripada zona riparian yang kosong.
Indeks Dominansi
Jenis Makrofauna yang ditemukan Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui makrofauna pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan (Odum,
ekosistem perairan Sungai Brantas yang ditemukan pada 1993). Nilai indeks dominansi makrofauna sungai pada
Stasiun I berjumlah 3 spesies dengan jumlah makrofauna stasiun I adalah 0,429 dan nilai indeks dominansi
temuan adalah 39 makrofauna dan Stasiun II berjumlah 5 makrofauna sungai pada stasiun II adalah 0,243. Oleh
spesies dengan jumlah makrofauna temuan adalah 101 karena itu, pada stasiun I dan II tidak ada spesies atau
makrofauna. Jumlah total spesies makrofauna yang jenis makrofauna sungai tertentu yang mendominansi
ditemukan pada semua stasiun adalah 5 spesies. Spesies- karena nilai indeks dominansinya mendekati 0. Nilai
spesies tersebut digolongkan kedalam 5 famili yang indeks dominansi tersebut menunjukkan pada habitat
berbeda, yaitu yaitu famili Gecarcinucidae, Pachychilidae, sungai Brantas area Kampus III Universitas

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 326


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Muhammadiyah Malang memiliki kekayaan taxa yang dan langsung sesuai dengan karakteristik pembelajaran
tinggi dengan sebaran yang merata. sains pada Kurikulum 2013. Hasil analisis kurikulum
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa yang telah dilakukan menunjukkan materi yang akan
indeks keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi dikembangkan dalam bahan ajar modul adalah materi
makrofauna ekosistem sungai Brantas tergolong rendah. Keanekaragaman Hayati yang terletak pada KD. 3.2
Sesuai dengan hasil analisis faktor abiotik diketahui “Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai tingkat
bahwa semua faktor abiotik yang ada di perairan Sungai keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di
Brantas area Kampus III Universitas Muhammadiyah Indonesia”untuk SMA Kelas X semester ganjil.
Malang masih berada dalam ambang batas kualitas air Berdasarkan hasil tersebut maka dikembangkan
sungai Brantas sebagai sungai dengan standar baku mutu modul berbasis penelitian keanekaragaman hayati untuk
air kelas II sesuai dengan PP No.82 Tahun 2001 tentang siswa kelas X SMA/MA.
standar baku mutu air. Hal ini berarti masih menjamin
kehidupan fauna akuatik yang ada didalamnya namun Design
keanekaragaman makrofauna tergolong rendah sehingga Kegiatan utama yang dilakukan pada tahap Design
ada pengaruh faktor lain yang menyebabkan adalah merancang modul biologi materi keanekaragaman
keanekaragaman makrofaunannya rendah. Salah satu hayati berbasis penelitian. Modul terdiri dari bagian
faktor tersebut adalah keadaan zona riparian. Zona pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Bagian
riparian yang ada pada lokasi pengambilan sampel pendahuluan terdiri dari (a) halaman sampul, (b) prakata,
tergolong masih kurang baik karena hanya berisi beberapa (c) latar belakang, (d) Petunjuk penggunaan modul, (e)
jenis tumbuhan bahkan pad stasiun 1 hanya ada 1 spesies uraian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator
tumbuhan. Hal ini dipertegas oleh pendapat Chang (2006) Pencapaian Kompetensi, (f) daftar isi. Bagian isi terdiri
yang menyatakan bahwa vegetasi riparian sangat penting dari uraian materi, kegiatan belajar siswa, dan instrumen
bagi konservasi sumber daya air dan pelestarian habitat penilaian siswa yang terbagi menjadi 2 unit. Bagian
ikan, pendukung rantai makanan, mempertahankan suhu, penutup terdiri dari daftar pustaka dan glossarium. Modul
stabilitasi tepian sungai, perlindungan kualitas air, dan dilengkapi dengan beberapa fitur tambahan seperti Bio-
mempertahankan morfologi sungai. story, Bio-konsep, Bio-link.

Indeks Nilai Penting Development


Persentase atau besarnya pengaruh yang diberikan Tahap ini merupakan tahap pengembangan design
suatu jenis hewan terhadap komunitasnya dapat modul yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya
ditentukan dengan menghitung indeks nilai penting. kemudian menguji validitas dan keterbacaan modul.
Spesies Tarebia granifera memiliki nilai kelimpahan Design modul dikembangkan menjadi modul jadi. Berikut
tertinggi pada stasiun I dan stasiun II. Penelitian yang adalah gambar cover modul yang sudah dikembangkan.
pernah dilakukan oleh Murtianingtyas (2006),
menunjukkan bahwa salah satu makroinvertebrata yang
memiliki kelimpahan tinggi pada perairan sungai adalah
Tarebia granifera. Hal ini disebabkan karena moluska ini
memiliki operculum yang dapat digunakan untuk
menutup cangkangnya pada saat kondisi perairan berada
di luar kisaran toleransinya.

Penelitian Tahap II
Penelitian tahap II ini merupakan penelitian
pengembangan modul berbasis penelitian (a) (b) (c)
keanekaragaman dengan menggunakan model
pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Development, Gambar 4.6 (a) Halaman sampul utama depan (b)
Implementation, dan Evaluate) tanpa tahap belakang, (c) halaman sampul kedua.
Implementation. Hasil penelitian dan pembahasan di
uraikan dalam masing-masing tahap pengembangan. Tahap selanjutnya adalah modul di-review dan
editing oleh dosen pembimbing. Tahap selanjutnya adalah
Analyze validasi modul oleh validator ahli bahan ajar, ahli materi,
Tahap ini memuat dua kegiatan utama yang dan praktisi pendidikan. Validasi dilakukan dengan
dilakukan yaitu analisis kebutuhan guru dan siswa dan memberikan modul kepada validator dan validator
analisis kurikulum. Hasil analisis kebutuhan yang memberikan penilaian sesuai dengan aspek penilaian
dilakukan kepada guru Biologi dan siswa kelas X MIA 1 masing-masing. Berikut adalah hasil validasi modul yang
SMA Panjura Malang menunjukkan bahwa dibutuhkan diuraikan pada Tabel 4.
pengembangan bahan ajar yang dapat memfasilitasi siswa
untuk melaksanakan proses pembelajaran secara mandiri

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 327


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Tabel 4. Hasil Validasi Modul sangat valid sehingga dapat digunakan dalam
No. Valdiator Hasil Validasi Kriteria pembelajaran Biologi namun dengan revisi kecil sesuai
1. Ahli bahan ajar 95,63% Sangat valid saran validator.
2. Ahli materi 92,64% Sangat valid Komentar dan saran dari vaidator ahli materi, ahli
3. Praktisi 97,50% Sangat valid bahan ajar, dan praktisi pendidikan serta siswa yang
pendidikan
menjadi subyek uji coba keterbacana modul pada
kelompok kecil digunakan sebagai pertimbangan dalam
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa proses revisi modul Biologi berbasis penelitian. Berikut
validitas modul adalah sangat valid dengan beberapa adalah beberapa contoh perbandingan modul awal dengan
revisi kecil seperti kesalahan pengetikan dan pemilihan modul hasil revisi.
warna desain modul. Tahap selanjutnya adalah melakukan
revisi sesuai dengan saran validator dan melakukan uji
keterbacaan modul oleh siswa. Uji keterbacaan adalah
tingkat kesulitan atau tingkat kemudahan bahan bacaan
bagi pembaca. Uji keterbacaan dilakukan kepada siswa
kelas X MIA SMA Panjura yang dipilih dengan metode
Cluster sampling untuk menggolongkan siswa
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Kemudian
dari masing-masing kelompok dipilih 3 anak dengan
teknik Simple random sampling sehingga jumlah sampel
(a) (b
adalah 9 siswa. Hasil uji keterbacaan siswa dapat dilihat
pada tabel 5. )
Gambar 4.8 Perbandingan contoh
keanekaragaman tingkat spesies (a) sebelum
Tabel 5. Hasil Uji Keterbacaan Modul revisi, (b) sesudah revisi.
Hasil
No. Valdiator Kriteria
Validasi
1. Komponen Modul 89,93% Sangat valid
PENUTUP
2. Kebahasaan 95,37% Sangat valid
3. Penyajian 85,55% Sangat valid Kesimpulan
4. Tampilan 88,89% Sangat valid Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh
5. Manfaat 91,67% Sangat valid kesimpulan sebagai berikut.
Rata-rata 90,33% Sangat Valid 1. Terdapat 5 jenis makrofauna yang ditemukan pada
ekosistem perairan Sungai Brantas area Kampus III
Sesuai dengan kriteria angket bahwa hasil uji Universitas Muhammadiyah Malang. Indeks
keterbacaan siswa terhadap modul yang telah keanekaragaman spesiesnya rendah untuk stasiun I
dikembangkan adalah sangat valid. Hal ini berarti isi dan sedang untuk stasiun II. Indeks dominansi dan
modul dapat dipahami siswa dan disukai, sehingga dapat kemerataannya rendah. INP tertinggi adalah spesies
menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang dapat Tarebia granifera.
digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. 2. Pengembangan modul dilakukan dengan model
Pengembangan modul ini difokuskan pada bagian isi pengembangan ADDIE yang meliputi tahap Analyze,
modul yaitu uraian materi dan gambar pendukung yang Design, Development, Implementation, dan Evaluate
merupakan hasil dari riset identifikasi yang telah namun tidak melakukan tahap Impelementation karena
dilakukan sebelumnya. Tahap ini sangat penting karena kurangnya waktu, tenaga, dan biaya.
dengan pengembangan bahan ajar berupa panduan 3. Hasil validasi modul dari ahli bahan ajar, ahli materi,
praktikum berbasis penelitian kekinian dan berbasis dan praktisi pendidikan adalah sangat valid. Hasil uji
penelitian, akan memberikan penguatan pengembangan keterbacaan modul oleh siswa adalah sangat valid
pendidikan yang dilandasi oleh perkembangan keimuan sehingga modul bisa menjadi salah satu alternatif
biologi kekinian (Amin, 2010; Amin, 2015 dan Amin, bahan ajar berbasis penelitian pada materi
2016). keanekaragaman hayati untuk siswa kelas X
SMA/MA.
Evaluate
Tahap evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini Saran
adalah evaluasi pada semua tahap penelitian Penelitian tahap I ini dilakukan pada musim
pengembangan. Hasil validasi modul ajar berbasis penghujan, untuk memperoleh data yang lebih lengkap
penelitian oleh ahli materi, ahli bahan ajar da praktisi tentang keanekaragaman makrofauna maka disarankan
pendidikan secara berturut-turut menunjukkan presentase penelitian dilakukan pada musim kemarau juga serta
92,64%, 95,63%, 97,50%. Berdasarkan kriteria kualifikasi dalam waktu yang relatif lama, area pengambilan sampel
penilaian yang diadaptasi dari Akbar (2013), modul yang lebih luas, dan jenis sampel yang berbeda. Penelitian
biologi berbasis penelitian ini termasuk ke dalam kategori tahap II tidak melakukan tahap Implementation, sehingga

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 328


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

disarankan untuk dilakukan tahap tersebut agar diketahui Indriyanto, 2008. Ekologi Hutan. Jakarta: PT. Bumi
keefektivan modul dalam meningkatkan hasil belajar Aksara.
siswa.
Murtianingtyas, Eki., 2006. Identifikasi Invertebrata
Makro sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai
DAFTAR RUJUKAN
Ranu Pakis di Kecamatan Klakah Kabupaten
Lumajang. Skripsi. FMIPA. Universitas Jember.
Alfin, Edward., 2014. Kelimpahan Makrozoobenthos di
Perairan Situ Pamulang. Jurnal Biologi. 7(2):69- Prastowo, A., 2012. Pengembangan Sumber Belajar.
73. Yogyakarta: Pedagogia.
Amin, M. 2010. Implementasi Hasil-Hasil Penelitian Odum, E.P., 1994. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga.
Bidang Biologi Dalam Pemebelajaran. Proseding Alih Bahasa: Samingan, T “Fundamental of
Seminar Biologi. Vol.1 No.7. diakses dari Ecology”. Yogyakarta: UGM Press.
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/arti
Rahayu, Fitri Ayu S., 2013. Pengembangan Modul
cle/view/1202
Keanekaragaman Reptilia Berbasis Museum
Amin, M. 2015. Biologi sebagai Sumber Belajar untuk Biologi UGM Sebagai Bahan Ajar Mandiri Siswa
Generasi Masa Kini dan Mendatang yang SMA/MA Kelas X. Skripsi. Yogyakarta:
Berintegritas dan Berperadapan Tinggi. Pidato Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (cek
Pengukuhan Guru Besar. Kemristekdikti. penulisan nama)
Universitas Negeri Malang.
Suhardi, 2003. Pengembangan Sumber Belajar Biologi.
Amin, M. 2016. Pesatnya Perkembangan Biologi dan Yogyakarta: FMIPA UNY.
Tantangan Pembelajarannya pada Abad 21.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Makalah utama pada Seminar Nasional Sain
Pendidikan Nasional.
Teknologi dan Pembelajarannya di Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 21 Mei 2016. Wena, Made., 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. (cek
Branch, R. M., 2009. Instructional Design: The ADDIE
penulisan nama)
approach. New York: Spinger Science+Bussines
Media, LLC. Yusliana, W. 2010. Implementasi Model Pembelajaran
LC “5E” dengan mengoptimalkan media
Husamah, 2014. Ekologi Hewan (Pengayaan Ekologi
pembelajaran worksheet untuk meningkatkan
Collembola Tanah di DAS Brantas Hulu Kota
motivasi belajar siswa pokok bahasan segiempat.
Batu. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas
Surakarta.
Negeri Malang.

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 329


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Anda mungkin juga menyukai