Anda di halaman 1dari 154

2 AUG 2014 TEGUHTW

41 MACAM MODEL METODE PEMBELAJARAN EFEKTIF

Populernya model metode pembelajaran ceramah  dan 41 model pembelajaran yang


sering terlupakan….

Berikut akan saya paparkan macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk
dapat dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini
kita hanya familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah.
padahal banyak sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan  efektif dalam
usaha meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan
dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang sudah kita tetapkan di awal tercapai
dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang berkualitas serta tercipta pengalaman-
pengalaman yang menarik.

Selanjutnya anda dapat mengklik metode di bawah ini, karena dalam micro teaching di
daftar mata kuliah saya dan termasuk kedalam pembahasan kependidikan jadi disini
akan dijelaskan secara singat untuk masing-masing metode tersebut.

1. EXAMPLE NON EXAMPLE


Contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD
2. PICTURE NON PICTURE

3. NUMBERED HEADS TOGETHER


(Kepala bernomor, Spencer Kagan 1992)
4. COOPERATIVE SCRIPT
(Dansereau Cs 1985)
5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
(Modifikasi dari number heads)
6. STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi
7. JIGSAW -MODEL TIM AHLI
(Aronssn – Braney – Stephen – Sikes – and Snapp 1978)
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah
9. ARTIKULASI

10. MIND MAPPING

11. MAKE – A MATCH
mencari pasangan (lorna Curran 1994)
12. THINK PIR AND SHARE

13. DEBATE
14. ROLE PLAYING

15. GROUP INVESTIGATION
Sharan 1992
16. TALKING STICK

17. BERTUKAR PASANGAN

18. SNOWBALL THROWING

19. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING


Siswa/ peserta mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya
20. COURSE REVIEW HORAY

21. DEMONSTRATION DAN EKSPERIMEN


( Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen )
22. EXPLISIT INSTRUCTION
Pengajaran langsung ( Rosenshina and Stevens 1986 )
23. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Kooperative membaca dan menulis (Steven and Slavin 1995)
24. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
oleh Spencer Kagan
25. COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)

26. WORD SQUARE

27. SCRAMBLE

28. TAKE AND GIVE

29. CONSEPT SENTENCES

30. COMPLETTE SENTENCE

31. TIME TOKEN AREND 1998

32. PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993

33. ROUND CLUB (KELILING KELOMPOK)

34. TARI BAMBU
35. DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STRAY TWO STRAY)
SPENCER KAGAN 1992)

36. STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS)

37. PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)

38. NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

38. INQUIRY

39. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

40. BERBASIS PROYEK DAN TUGAS

41. PEMBELAJARAN BERBASIS JASA DAN LAYANAN (SERVICE LEARNING)

Model Pembelajaran EXAMPLE NON EXAMPLE

EXAMPLE NON EXAMPLE

1. Pengertian

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-
example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran.  Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media
gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa
untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan
yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis
gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada
didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih
menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas
tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek
psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti :

a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,


b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya

Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP,
Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan
haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang
dapat juga melihat dengan jelas.

B. Ciri-ciri 

Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa
untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya
dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah
melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example
and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi
konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara
cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu
definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai
dengan konsep yang ada.
– Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi
yang sedang dibahas, sedangkan
– non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu
materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah
suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari
sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example
diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam
mengenai materi yang ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka
untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non
Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu
konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih
terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah
dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.

1. Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk    
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat    pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai
7. Kesimpulan

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran
Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling
asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu
metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi
urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model
apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses
pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru,
berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya
harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang
dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau
software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif
picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi
urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan
logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai
berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi
Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat
mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus
menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM
yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru
memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang
menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang
baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh
tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh
temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa
akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan
selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar
dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan
undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau
dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD
dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan
teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin
menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-
penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi,
menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut
penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa
siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan
materi pelajaran

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:


Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai

KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model
Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif
picture and picture adalah sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai
berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara
logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan


strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan
dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah

            Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28)
dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural


Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat  orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah


sebagai berikut :
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu
yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam
Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi
enam langkah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok


Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5
orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai
dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang
akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban


Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan


Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa
yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18),
antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi

KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa
untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman
dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk
memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan,
karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran
yang sesuai.

Metode Belajar Cooperative script

metode belajar Cooperative script


 

Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara
lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Langkah-langkah:

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.


2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan
ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi /
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat /
menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7.

Kelebihan:

 Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.


 Setiap siswa mendapat peran.
 Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Kekurangan:

 Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu


 Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi
hanya sebatas pada dua orang tersebut).
 

model pembelajaran Kepala bernomor struktur

Model pembelajaran Kepala bernomor struktur

1. Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model
pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada
kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep,
keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya,
sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi
rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh


pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan
semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar
akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together).
Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk
kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota
memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam
kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut
Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya
merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya
menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih
dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin
keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan
tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.

Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan
kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari
berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT
pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari
model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan
menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur
kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian
ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti
ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam
mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih
siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara
dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Kepala
bernomor struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih
manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan
memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-
beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu
yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat
bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang
bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk
menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga
semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap
kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab
pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok
tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain
yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.

3. Langkah – langkah Kepala bernomor struktur

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas
yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua
mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok
lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur

5. Kelebihan dan kekurangan

1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran
menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.

2) Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya
untuk mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu
dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja
mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.

Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS


(STAD)

Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model


pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan
struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka
harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta
pengembangan keterampilan sosial.

1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD

1.      Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif


merupakan model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim
kecil,yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda (heterogen)
2.      Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran
kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja sama.

3.      Slavin ( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran


kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran
selama ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat
menngkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan
harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan.

2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.

      a.   Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan

dalam kelompoknya.

b.   Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok

mempunyai tujuan yang sama.

c.   Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama

diantara anggota kelompoknya.

d.   Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e.   Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan


keterampilan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f.    Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

3. Ciri Pembelajaran Kooperatif


Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai

a.   Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai


kompetensi

dasar yang akan dicapai.

b.   Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal
dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

c.   Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

4. Sintaks Model Pembelajaran STAD

Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti

Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD

Langkah Indikator Tingkah laku guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan


pembelajaran dan
  memotivasi siswa mengkomunikasikan kompetensi
dasar
   
yang akan dicapai serta
memotivasi siswa
   
 
   
Guru menyajikan informasi
    kepada siswa

  Menyajikan informasi  

Langkah 2   Guru menginformasikan


pengelom-pokkan
   
 
 
Langkah 3
Mengorganisasikan siswa ke
 
dalam kelompok- kelompok Siswa
belajar
 
 
 
 
Guru memotivasi serta
Membimbimg kelompok belajar memfasilitasi kerja siswa dalam
Langkah 4
kelompok-kelompok belajar
 
 
 
 
 
Guru mengevaluasi hasil belajar
  tentang
 
  materi pembelajaran yang telah
  dilaksanakan
Evaluasi
Langkah 5  
 
   
 
   
 
  Guru memberi penghargaan hasil
  belajar
 
  individual dan kelompok
 
 
 
Memberikan penghargaan
Langkah 6

Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di


Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok
dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki
dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang
lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.

Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :

a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

b. Guru menyajikan pelajaran.

c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota


kelompok

d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota


kelompok

     lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab

    kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.

f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin

g. Guru memberikan evaluasi.

h. Penutup.

Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh

kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.

Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan

pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD

Skor Kuis Poin peningkatan


Lebih dari 10 point di bawah skor dasar 5

1-10 point di bawah skor dasar 10

Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30

Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar 30

Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar

(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)

Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan

yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin

peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan

kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok

Kriteria Nilai Perkembangan

Excellent 22,6 – 30

The best teams 15,1 – 22,5

Good teams 7,6 – 15,0

General teams ≥7,5


 (Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)

5. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD

A)    Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD

Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :

a)      Meningkatkan kecakapan individu

b)      Meningkatkan kecakapan kelompok

c)      Meningkatkan komitmen

d)     Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya

e)      Tidak bersifat kompetitif

f)       Tidak memiliki rasa dendam

B)    Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD

a)      Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:

b)      Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

c)      Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota
yang pandai lebih dominan.

1. Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi


Belajar Siswa

Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat
menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian
diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa
mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep
fisika secara benar.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten


baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi
(daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007).
Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi
dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Pengajaran fisika yang disajikan dengan model pembelajaran STAD memungkinkan
untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung
jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok
merupakan tugas bersama.

Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang


berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran
akan perbedaan. Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan
melatih siswa untuk menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan
diamati. Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model
pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh
guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas,
pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan penerapan model
pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
student-teams.html#ixzz2uZXKTNWl

Model Pembelajaran Jigsaw

Model Pembelajaran Jigsaw

1. Pengertian

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s.
Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Pada  model
pembelajaran jigsaw  ini keaktifan siswa (student centered)  sangan dibutuhkan, dengan
dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari
kelompok asal dan kelompok ahli.

Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok
belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri
dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman
dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar
terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang
ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-
masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik
mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota
kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah
pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan
mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat
pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi
pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga
pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal.  Kunci tipe
Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan
informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan
kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang biberikan.

1. Langkah- Langkah  dalam metode jigsaw

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti
gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran
Jigsaw, yaitu:

1. Awal kegiatan pembelajaran


a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan
tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian
pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya
konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang
heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang
sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau
nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2.

Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua
sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau
menghargai prestasi kelompok.
3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
1. Kelebihan

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran


Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli


yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat

3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.

1. Kelemahan

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :

1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok
menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan
pertanyaan apabila tidak mengerti.

2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk
mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian
memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan
secara akurat.

3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.


Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang
menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
jigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt

4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
INTRODUCTION)

PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH 

Sejarah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster University
di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968. (Neufeld & Barrows,
1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah besar mereka pengetahuan
ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama kemudian, tiga sekolah medis lain –
University of Limburg di Maastricht (Belanda), University of Newcastle (Australia), dan
University of New Mexico (Amerika) mengambil McMaster model pembelajaran
berbasis masalah. (diadopsi oleh lain program-program sekolah kedokteran (Barrows,
1996) dan juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et
al, 2001. ; Amador et al, 2006))

Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk
meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning (PBL).
Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi
pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991)
secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan
penerimaan. Proses-proses kognitif yang disebut metakognisi mempengaruhi
penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan kontektual mempengaruhi
pembelajaran.

A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Suherman (2003: 7)


Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam
kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah
suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan
dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan dalam
proses pembelajaran.

Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses
dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.

Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya
berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh
pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa dalam
mencapai keterampilan self directed learning.

Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Departemen Pendidikan Nasional (2003)


Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri,
artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai,
terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses
belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.

Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah
adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa
untuk terus belajar.

Muslimin Ibrahim (2000:7)


Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi
pembelajar yang mandiri.

Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini
difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru
mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses
pembelajaran.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan
masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan
transfers pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru

B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang
berkaitan dengan PBL

1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional


didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala
pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui
repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi
oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan.
Pemanggilan kembali informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number)
yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif
modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan
disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar
terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan
semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga
bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.

2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.


Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar
mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada
metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai
elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do),
strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan
pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body
of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai
tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor
prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan
apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?

3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini


adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki
pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan
tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian
pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian
tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun
studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam
menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan
bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-maslah
fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).

Bridges (1992) dan Charlin (1998)


Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah
menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut.
1. Pembelajaran berpusat dengan masalah.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan
dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun
berdasarkan masalah.
4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5. Siswa aktif dengan proses bersama.
6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.
7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.

Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah


1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa
bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga setiap
siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak,sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu
untuk mempelajarinya.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Pannen (2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada
delapan tahapan, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran,
logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi
dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk
penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model,
dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu
mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.

Berikut langkah-langkah PBM.


1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi
oleh siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan
mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka
pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap penting.
6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka
peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di
kelas.

Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam
kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam
menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi
pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah.

2. Daftar hipotesis, ide, atau firasat


Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide tentang
bagaimana untuk memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung atau menolak ide-
ide sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar ide yang berbeda lain yang perlu ditangani.

3. Daftar apa yang dikenal.


Buat pos berjudul “Apa yang kita ketahui?” pada selembar kertas. Kemudian temukan
informasi yang terkandung dalam skenario.

4. Mengembangkan sebuah pernyataan masalah.


Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda ketahui.
Dalam satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa yang grup Anda sedang
mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi, menanggapi, tes, atau mencari tahu.
Pernyataan masalah mungkin harus direvisi sebagai informasi baru ditemukan dan
dibawa ke menanggung pada situasi.

5. Daftar apa yang dibutuhkan.


Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah.
Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul: “Apa yang kita perlu tahu?” Beberapa
jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa orang mungkin alamat konsep atau
prinsip-prinsip yang perlu dipelajari untuk mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin
dalam bentuk permintaan untuk informasi lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan ini akan
membimbing pencarian yang mungkin akan terjadi on-line, di perpustakaan, atau
dalam pencarian out-of-kelas yang lain.

6. Daftar tindakan yang mungkin.


Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: “Apa yang harus kita
lakukan?”. Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin termasuk
mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau mengunjungi perpustakaan.

7. Mengumpulkan dan Menganalisis informasi.


Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis, dan
menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang anda
kumpulkan. Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Anda dapat
mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda mungkin akan
merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa masalah
mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan solusi yang dianjurkan atau pendapat
(berdasarkan data riset Anda) mungkin tepat.

8. Menyajikan temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau
solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang.
Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai, pertimbangkan
presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik, atau suara.

Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah


Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003)
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu
pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai
pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada
situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti
permasalahan sambil mengajukkan dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan
mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan
refleksi terhadap proses pemecahan masalah.

A. Tugas Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya
model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.

1. Penetapan Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan
untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya ketrampilan menyelidiki,
memahami peran orang dewasa dn membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri
Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga
dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa

2. Merancang situasi masalah yang sesuai


Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa untuk
memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan motivasi siswa.
Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa ),
mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama,
bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.

3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.


Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya dan
merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam model pembelajaran
ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material dan peralatan, pelaksanaan
dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.

B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk
memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah
kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi
pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan masalah adalah
dengan menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan
misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok belajar kooperatif juga diperlukan pengembangan ketrampilan kerja
sama di anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara
bersama.

3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.


a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa
diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis informasi
yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan menjadi
penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk memecahkan
masalah tersebut. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide
tersebut. Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber,
siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis
informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru
memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaan
artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape dsb. Tugas guru pada tiap
akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan penyelidikan yang
mereka gunakan.

4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir
pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang
mereka gunakan.

C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen


Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk
mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan sehingga
terciptanya kenyamanan, kemudahan siswa dalam melakukan aktivitasnya.

D. Asesmen dan evaluasi


Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil ( paper
and paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternative yang dapat
digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Penetapan kriteria penilaian tugas-tugas
kinerja/ hasil karya harus dilakukan pada awal-awal pembelajaran dan harus dapat
dikerjakan oleh pebelajar (Fottrell, 1996). Kriteria penilaian itu harus didiskusikan
terlebih dahulu bersama pebelajar di kelas. Diskusi ini meliputi berapa grade yang
harus mereka capai dan siapa yang akan menilai mereka (pembelajar, pebelajar, atau
ahli luar).
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan tujuan
untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa terhadap
tanggung jawab belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar ( learning to learn ),
penyelesaian dan penggunaan sumber serta pengembangan ketrampilan memecahkan
masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam mengembangkan
aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan sekedar sumber pengetahuan dan
penyebar informasi. Disamping itu siswa bukan sebagai pendengar yang pasif tetapi
berperan aktif sebagai problem.

Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatihv
Siswa sebagai problem solverv
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasiv
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)Ø
memonitor pembelajaranØ
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )Ø
menjaga agar siswa terlibatØ
mengatur dinamika kelompokØ
menjaga berlangsungnya prosesØ
peserta yang aktifØ
terlibat langsung dalam pembelajaranØ
membangun pembelajaranØ
menarik untuk dipecahkanØ
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajariØ

Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran


berbasis masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat ke putusan-
keputusan khusus pada fase-fase perencanaan, interaksi dan setelah pembelajaran.

Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh
pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan
berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan
operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).

E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam


Pemanfaatannya

Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai


berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah
ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai


berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan
pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi
secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang
lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan
yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban
kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), “PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih
pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda,” (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk
belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup
sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat
menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja
keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk “melepaskan kontrol” dan
menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat
daripada menyerahkan mereka solusi

F. Kesimpulan

Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960-an di
sekolah kedokteran di McMaster University di Kanada.

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang keterlibatan


siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode
ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan
pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat
dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya
tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk
memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik
untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui
kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang
beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat
hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,
menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan
membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat
memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL
dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga
diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-
hari.

Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar menjadi
mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan
pemecahan masalah, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru, belajar
peranan orang dewasa yang otentik,

Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses konstruktif dan


bukan penerimaan, Knowing About Knowing (metakognisi) mempengaruhi
pembelajaran, danFaktor-faktor kontekstual dan sosial mempengaruhi pembelajaran.

Kriteria pemilihan bahan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :


1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa

Langkah- langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yaitu :


1. Orientasi siswa kepada masalah
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah adalah sebagai berikut.


A. Tugas Perencanaan.
1. Penetapan Tujuan.
2. Merancang situasi masalah yang sesuai.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen.
D. Asesmen dan evaluasi
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh
pebelajar yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).

Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai


berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai


berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk
belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.

 
MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

1. Pengertian

Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di
kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat
pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat
luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat
dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.

Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita
bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang
alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan
bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa..

Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara
mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga
dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.

Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini


membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih
mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa
membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.

Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an.
Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki
sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral
tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide
terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping
juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya
yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan
satu informasi kepada informasi yang lain.

Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa


menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak
bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya
ingat hingga 78%.

Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping

 Catatan biasa :
a.       Catatan Biasa

b.      Hanya berupa tulisan-tulisan saja

c.       Hanya dalam satu warna

d.      Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama

e.       Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama

f.       Statis

 Mind mapping :

a.       Peta pikiran

b.      Berupa tulisan, simbol, dan gambar

c.       Berwarna warni

d.      Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek

e.       Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif

f.       Membuat individu menjadi kreatif

Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan
potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan
kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat
segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi
warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi
yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini
disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa
setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang
kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru
dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi
belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004.
Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)

Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang
diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-
tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar,
simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri
yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang
bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri
dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi
pelajaran.

Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu
ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat.
Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan
garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang
sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk
menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.

Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal
siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok
secara berpasangan ( 2 orang ).

Langkah-langkah pembelajarannya :

1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2.      Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

3.      Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.

4.      Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil,
kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.

5.      Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya


dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil
wawancaranya.

6.      Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami


siswa.

7.      Kesimpulan/penutup.

2. Prinsip Dasar Mind Mapping

Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata


kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan
menggunakan teknik pohon.
3. Kelebihan dan Kekurangan mind mapping

Beberapa manfaat memiliki mind maping antara lain :

a.       Merencana

b.      Berkomunikasi

c.       Menjadi Kreatif

d.      Menghemat Waktu

e.       Menyelesaikan Masalah

f.       Memusatkan Perhatian

g.      Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran

h.      Mengingat dengan lebih baik

i.        Belajar Lebih Cepat dan Efisien

j.        Melihat gambar keseluruhan

Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini,


yaitu :

a.       Cara ini cepat

b.      Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala


anda

c.       Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

d.      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

Kekurangan model pembelajaran mind mapping:

a.       Hanya siswa yang aktif yang terlibat

b.      Tidak sepenuhnya murid yang belajar


c.       Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan

KESIMPULAN

Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model pembelajaran untuk


menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk
mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model
pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa
atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara
berpasangan ( 2 orang ).

Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata


kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan
menggunakan teknik pohon.

Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara
mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga
dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.

Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini


membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih
mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa
membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.

Kelebihan :

a.       Cara ini cepat

b.      Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala


anda

c.       Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

d.      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

Kekurangan :

a.       Hanya siswa yang aktif yang terlibat

b.      Tidak sepenuhnya murid yang belajar

c.       Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan


METODE MAKE A MATCH

METODE MAKE A MATCH

1. PENGERTIAN
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa
kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa
jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang
konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan
pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri.
Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas
dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas
permasalahan atau konsep yang dipelajari.

Ternyata suatu penelitian telah membuktikan setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil
belajar siwa tenyata dengan pendekatan seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum
maksimal. Hal ini tampak pada pencapaian nilai akhir siswa .

Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang
dilakukan belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan
dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur keterampilan
siswa .

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang
ada di lingkungan sekitarnya .Atas dasar itulah mencoba dikembangkan pendekatan
kooperatif dalam pembelajaran dengan metode make a match.

Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah
ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan
menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial.
Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang
meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30)

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan
metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan
merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan
metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan
kartunya diberi poin.

2. PRINSIP ATAU CIRI-CIRI


Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya:
pemegang kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan dengan kartu yang
bertuliskan soal “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada negara dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara” .
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang
cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode
make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih
menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan
kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif
seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa, “Pembelajaran kooperatif ialah
pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.”

3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa, di
antaranya sebagai berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara
klasikal 87,50% .
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada metode ini. Di samping manfaat yang
dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan
temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main
dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul
adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja
kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika
gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati
beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada
dasarnya menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada
langkah pembukaan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a match, siswa
nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode
pencarian kartu pasangan ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat
di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas
secara bersama-sama.

Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode
make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih
menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan
kartunya masing-masing.

Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian
sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116), “Motivasi yang kuat erat
hubungannya dengan peningkatan keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan
strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-
kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan,
akan tumbuh kegiatan kreatif.” Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat
membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu
menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran
mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan
keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan
kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam
kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)

Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)

Strategi think –pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagai adalah


merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa.

1. Pengertian

Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan
waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di
universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair
share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam
think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan
saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa
membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan
siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru
memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok
keseluruhan.

1. Langkah-langkah

Langkah 1 : Berpikir ( thinking )

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban
atau masalah.

Langkah 2 : Berpasangan ( pairing )

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban
jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus
yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit
untuk berpasangan.

 Langkah 3 : Berbagi ( sharing )

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan


keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan
mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo,
(2003).

Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan
yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih
bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang
lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran

Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :

1.  Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

2.  Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.

3.  Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan

mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4.  Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok


permasalahan

    dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

1. Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)

1.      Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.

2.      Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.

3.      Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.

4.      Interaksi lebih mudah.

5.       Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.

6.      Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya
untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7.      Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kelas.

8.      Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam


komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil.

9.      Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi


secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat
kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah
evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

10.  Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan


mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh
pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan
materi yang diajarkan.

11.  Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran
dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

12.  Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam


kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

13.  Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan


seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

14.  Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses


pembelajaran.

15.  Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran


TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau
permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa
mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada
pertemuan selanjutnya.

16.  Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan
selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga
dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi
siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini
akan mempengaruhi hasil belajar mereka.

17.  Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat


memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik
daripada pembelajaran dengan model konvensional.
18.  Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa
merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang
disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan
siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih
menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.

19.  Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran


konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar
rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa
lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran
TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan
yang diberikan oleh guru.

20.  Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang
diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat
diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh
siswa dapat lebih optimal.

21.  Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang


diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama
dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat
orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

1. Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)

1.      Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.

2.      Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.

3.      Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran
yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama
sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.

4.      Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.

5.      Lebih sedikit ide yang muncul.

6.      Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.

7.      Menggantungkan pada pasangan.

8.      Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena
ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
9.      Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.

10.  Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.

11.  Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran


berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.

12.  Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai
dengan taraf berfikir anak

13.  Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah
diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini
merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.

14.  Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan
waktu yang terbatas.

15.  Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

16.  Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu
antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.

MODEL PEMBELAJARAN DEBAT

Model pembelajaran DEBAT

A. PENGERTIAN DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara
perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan
perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti
parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini,
debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat
dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.

Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat
legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan
menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat
sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan
aturan (“format”) yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing
mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau
beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat.
Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan
dan kemampuan debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk
menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan
pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan
kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan
atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah “debat
parlementer” sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai
format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya
sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World
Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di
tingkat universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat
sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai
pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian,
beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari
negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English
as Second Language – ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia,
Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain
Filipina dan Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi
oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di
tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang
diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti
oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang
pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas
Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun
secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih
setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan
Association for Critical Thinking (ACT).

2. Berbagai gaya debat parlementer


Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1. jumlah tim dalam satu debat
2. jumlah pembicara dalam satu tim
3. giliran berbicara
4. lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5. tatacara interupsi
6. mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
7. tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
8. hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
9. jumlah juri dalam satu debat
10. kisaran penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) – apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya
beberapa saat sebelum debat dimulai (impromptu)
Lama waktu persiapan – untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15
menit (WUDC) hingga 1 jam (WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan – beberapa debat hanya menggunakan victory point
(VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin)
nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3
juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)
Sistem kompetisi – sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi
(perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem
yang biasa digunakan adalah power matching
Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat
parlemen sebenarnya:

Topik debat disebut mosi (motion)


Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah
(Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan
sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)

a. Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary (“Australs”)


Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke
kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai
format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-
masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah
(Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai
berikut:
Pembicara pertama pihak Pemerintah – 7 menit
Pembicara pertama pihak Oposisi – 7 menit
Pembicara kedua pihak Pemerintah – 7 menit
Pembicara kedua pihak Oposisi – 7 menit
Pembicara ketiga pihak Pemerintah – 7 menit
Pembicara ketiga pihak Oposisi – 7 menit
Pidato penutup pihak Oposisi – 5 menit
Pidato penutup pihak Pemerintah – 5 menit

Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan
oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara
ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh
pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan
tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-
aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi
dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Tidak ada interupsi dalam format ini.


Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel
berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui
musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun
split decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer
terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan
format ini adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian
Varsity English Debate (IVED).

b. Asian Parliamentary (“Asians”)


Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam
kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi
(Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk
pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools
Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang
diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas Indonesia].

c. British Parliamentary (“BP”)


Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak
negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format
ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat,
dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition),
dengan susunan sebagai berikut:
Opening Government: Opening Opposition:
Prime Minister Leader of the Opposition
Deputy Prime Minister Deputy Leader of the Opposition
Closing Government: Closing Opposition
Member of the Government Member of the Opposition
Government Whip Opposition Whip

Urutan berbicara adalah sebagai berikut:


Prime Minister – 7 menit
Leader of the Opposition – 7 menit
Deputy Prome Minister – 7 menit
Deputy Leader of the Opposition – 7 menit
Member of the Government – 7 menit
Member of the Opposition – 7 menit
Government Whip – 7 menit
Opposition Whip – 7 menit

Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara


menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of
Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi
diberikan waktu maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang
kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat,
juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut.
Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak
tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder’s Trophy yang
diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap
tahun.

d. Format World Schools


Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship
(WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas
dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan
pidato adalah sebagai berikut:
Pembicara pertama Proposisi – 8 menit
Pembicara pertama Oposisi – 8 menit
Pembicara kedua Proposisi – 8 menit
Pembicara kedua Oposisi – 8 menit
Pembicara ketiga Proposisi – 8 menit
Pembicara ketiga Oposisi – 8 menit
Pidato penutup Oposisi – 4 menit
Pidato penutup Proposisi – 4 menit

Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-
masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup
oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information – POI) mirip dengan format BP. POI
hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI
dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating
Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi
debat juga menggunakan format ini.

e. American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya
dengan susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)

Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di


tingkat pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association
(NPDA), American Parliamentary Debate Association (APDA), dan National
Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer
tingkat universitas dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister – 7 menit
Leader of the Opposition – 8 menit
Member of the Government – 8 min
Member of the Opposition – 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal – 4 min
Prime Minister Rebuttal – 5 min

California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate
League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah
dengan susunan pidato sebagai berikut:

Prime Minister – 7 menit


Leader of the Opposition – 7 menit
Member of the Government – 7 menit
Member of the Opposition – 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal – 5 menit
Prime Minister Rebuttal – 5 menit

Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat
ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama
dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

3. Debat kompetitif selain debat parlementer


Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang
sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang
diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah.
Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif
(menentang proposal). Pada prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya
memiliki satu topik yang sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka
waktu lainnya yang sudah ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada
hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang
lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang
membuat proposal utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen
dalam debat ini. Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap
pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah
“memenangkan” argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan.
Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk
mengambil keputusan karena semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan
debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang
dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal
tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini
diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate
Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan Great Plains
Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap
debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9
menit) yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6
menit) yang tidak boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru
untuk membantu sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan
diberikan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas
pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah
diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua pernyataan yang
dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat
Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini
diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering
disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta
pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

C. KEGIATAN LAIN YANG SERUPA


Model United Nations
Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan
universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi
internasional, negara yang diwakili umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim
tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International
School (JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler
ini.
Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.

D. MODEL PEMBELAJARAB DEBATE


Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok
kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh
masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu
kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara
bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya bila perlu.
E. MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF
Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali
caranya. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan model debat aktif.

Model debat aktif


Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari model-model diskusi
terbuka yang terjadi di kalangan kampus. Bagaimana membawa suasana debat tersebut
di pada jenjang pendidikan yang lebih rendah. Dimana pelaku debat adalah siswa SD
yang belum banyak menguasai konsep atau argumentasi yang kuat untuk
mempertahankan pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita berikan
sebelumnya. Misalnya “ayam sebenarnya juga termasuk binatang carnivora (pemakan
daging)”.
Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas.
Satu kelompok adalah sebagai kelompok “PRO” atau pendukung pernyataan tersebut,
sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau kelompok
yang menolak pernyataan tersebut.
Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung pernyataan
tersebut. Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan tersebut?
Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya tersebut
juga disertai dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi “Debat kusir”.

F. LANGKAH LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN DEBAT


1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua
kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok pro
untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide darisetiap
pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
G. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah
diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

H. KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT


1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen
hanya diam dan pasif.

MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI

MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI

Ibarat pakaian yang penuh variasi lengkap dengan berbagai corak warna dan modelnya,
semua itu adalah dengan tujuan agar si pemakai merasa nyaman, aman, terlindung,
juga agar merasa percaya diri dan dihargai/dihormati orang lain. Orang lain yang
memandang cara berpakaian pun akan merasa senang, simpati, bahkan mungkin
tertarik akan performa dan potongan/model pakaian tersebut. Maka secara lugas dapat
dikatakan bahwa tujuan daripada berpakaian sudah tercapai.

Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam strategi pembelajaran, pendekatan,


metode pembelajaran dan juga model pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya berbagai
macam strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan model pembelajaran adalah
agar guru/pendidik lebih mudah, lebih efektif dan efisien dalam menerapkan suatu
pembelajaran sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai
secara maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi, tertantang
sehingga pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif
Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ). Tidak ada lagi pembelajaran yang
monoton dan menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena selalu
ada inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan guru/pendidik, ahli pendidikan
dan kaum cerdik cendikiawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan oleh
kecanggihan suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya tidak ada satu
model pembelajaran pun yang terbaik. Model pembelajaran yang terbaik adalah model
pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari sekian model
pembelajaran, berikut penulis sampaikan salah satu contoh model pembelajaran yakni
model pembelajaran Artikulasi.

1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi

Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan


berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan
menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model
pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’
sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa
aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-
masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman
kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan
dalam mode pembelajaran ini.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil,
kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya
dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil
wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami
siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
3. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A. Kelemahannya:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
B. Kelebihannya:
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
artikulasi.html#ixzz2uZYtdYcN

Model Pembelajaran Role Playing

Model Pembelajaran Role Playing

A. Metode Role Playing


adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi
dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan.
B. Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan
untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak,
dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada
diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak
agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih
anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman
terhadap orang lain beserta masalahnya.

C. langkah-langkah model pembelajaran role playing


Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario
pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut,
pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk
melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang
dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan
refleksi.

D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing

Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-


peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan
masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat
bagi pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan
terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan
pemain dalam melakukan permainan peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan
sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi
di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu,
2000).

Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif
melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris)
bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan
yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn
standar kompetensi memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan
bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran
dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau
menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara
aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya
aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan,
manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat
memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan
ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua,
role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
Ketiga, role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing
pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita
(Bobby DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing

Kelebihan Metode Role Playing

Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai


kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat
belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini
adalah, sebagai berikut:

1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.


2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi
dan waktu yang berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu
melakukan permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping
merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan
penuh antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik
butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat
menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja

Kelemahan Metode Role Playing

Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua
ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam
cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya
selain kelebihan terdapat kelemahan.

Kelemahan metode role palying antara lain:

1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak


2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid.
Dan ini tidak semua guru memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan
suatu adegan tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan
saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak
tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-role-
playing.html#ixzz2uZYxvua6

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION


Group Investigationn merupakan  salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif 
yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi
(informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya
dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.  Siswa dilibatkan sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group
Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.
Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap
akhir pembelajaran.

Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian


atau enquiri, pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic
of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses
dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah
tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan
suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan
berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling
beragumentasi.

Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk
melakukan metode Group Investigationadalah:

1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok.

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat


kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari
informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa
mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan
lembar kerja.

2. Rencana Kooperatif.

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka


butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan
proyek mereka di dalam kelas.

3. Peran Guru.

Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok


memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur
pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi
kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen,
(Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan
berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa
memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik
yang  telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan
kelas.

1. Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation

Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat


dikemukakan sebagai berikut:

1. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis
kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

2. Merencanakan kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan
tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari
langkah 1 diatas.

3. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi
yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang
terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada
langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang
menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu
perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh
guru.

6. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok, atau keduanya.

1. Tahapan-tahapan Dalam Group Investigation

Enam Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group


Investigationdapat dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh
(2005:29-30):

Tahap I
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi
Mengidentifikasi topik dan membagi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan
siswa ke dalam kelompok. heterogenitas.

Tahap II
Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota.
Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti,
Merencanakan tugas.
bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.

Tahap III
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi,
membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam
Membuat penyelidikan.
pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.

Tahap IV
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan
Mempersiapkan tugas akhir. dipresentasikan di depan kelas.

Tahap V
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap
Mempresentasikan tugas akhir. mengikuti.

Tahap VI Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan
dipresentasikan.

1. Ciri-Ciri Model Group Investigation

Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit diterapkan


dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni
sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationberpusat pada


siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan
aktif dalam pembelajaran.
2. pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa
dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan
beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapi kelompok.
3. pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationsiswa dilatih untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan
suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa
dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik
tersebut.
4. adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5. pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationsuasana belajar
terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan
semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan
berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.
1. Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation

Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran group


investigation juga mempunyai kelemahan dan kelebihan, yakni sebagai berikut:

Kelebihan pembelajaran model group investigation:

1. Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak


positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
4. Model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
5. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Kelemahan pembelajaran dengan model group investigation:

Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang


kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation juga
membutuhkan waktu yang lama.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-group-
investigation.html#ixzz2uZZPsRyR

Model Pembelajaran Bertukar Pasangan

Model Pembelajaran Bertukar Pasangan

1. Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya
dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui
berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).

Jadi ,model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan
suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan
peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa
secara maksimal.danmenekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran., Belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di
dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang
diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil penelitian
baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas
terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada
guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan
fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator,
organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat,
keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran
terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan
pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan)


Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan
memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran
tertentu. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan
ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.

3. Langkah-langkah pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini
saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.

4. Keunggulan dan Kelemahannya


Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran
menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.

Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya
untuk mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.

5. Contoh model pembelajarannya


Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan Nasional.
misalnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing masing mempunyai tugas
berbeda. Misalnya mempelajari sikap kritis terhadap peraturan perundangan yang tidak
mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap patuh terhadap peraturan perundangan
nasional.
Kemudian masing-masing anggota kelompok membentuk kelompok baru,sehingga
kelompok baru tersebut tersebut berisi siswa dari grup sikap kritis dan sikap patuh dan
seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang
telah dipelajari.Ada penilaian antar siswa dalam kelompok baru tersebut. Meliputi
keaktivan, dalam diskusi serta kemampuan menerangkan dan kemampuan menjawab
pertanyaan.

KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya
dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui
berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan)
Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.

Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini
saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.

Keunggulan :

1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.


2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran
menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya
untuk mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
bertukar-pasangan.html#ixzz2uZZWKdYa

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

Pengertian model pembelajaran snowball throwing


Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang
menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat diartikan sebagai model
pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat
berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota
kelompok. Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran siswa Pkn,
model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan
keterampilan proses.

Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis,
karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau berbicara. Akan
tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan
melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan
mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari
temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi
yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga
memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan
menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi
alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru
kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola
(kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa
yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.

Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan
keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh
kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam diri siswa. Di
sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan
kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan
imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul
dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan untuk
mata pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu pengetahuan
social adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan
pengembangan yang mendalam karena materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini
pembelajaran hanya berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat
menggunakan model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cenderung menggunakan rumus yang
relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.

Kelebihan:
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
snowball-throwing.html#ixzz2uZZZU5Zc

Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model


pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat
pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa
berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam
merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran
pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu
dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.

Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya
melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide
yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.

Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining:


1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkap
apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan
dipresentasikan maka siswa akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk
mengungkapkan ide, selain itu juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam
mengembangkan potensi mengungkapkan gagasan berpendapat.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pengertian-model-
pembelajaran-student.html#ixzz2uZZdtnxx
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY

MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY

1. Pengertian

Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa
yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-
yel lainnya yang disukai.

Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model
pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di
dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga para siswa merasa lebih tertarik.
Karena dalam model pembelajaran course review horay ini, apabila siswa dapat
menjawab pertanyaan secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata
“hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun
individu siswa itu sendiri.
Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran
dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan
pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok
yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus
langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.

Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini pengujian
pemahaman siswa dengan menggunakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan
jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang benar
harus langsung segera menyoraki kata-kata “horay” atau menyoraki yel-yelnya.

Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka
seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse Review Horay
menjadi salah satu alternative sebagai pembelajaran yang mengarah pada pemahaman
konsep. Pembelajaran Course Review Horay, merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil.

Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu pembelajaran


dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang
diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling
terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya.
Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam
menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Course Review Horay


1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.

4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan
kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu
atau kotak yang nomornya disebutkan guru.

6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak,
guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.

7. Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( √ ) dan langsung berteriak horay
atau menyanyikan yel-yelnya.

8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .

9. Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak
memperoleh horay.

10. Penutup

C. Kelebihan Model Pembelajaran Corse Review Horay

a. Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun kedalamnya.


b. Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana
tidak menegangkan.
c. Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung
menyenangkan
d. Melatih kerjasama

D. Kelemahan Model Pembelajaran Course Review Horay

a. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan


b. Adanya peluang untuk curang

Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-course-
review-horay.html#ixzz2uZZtkw00
 Model Pembelajaran Talking Stick
 Model Pembelajaran Talking Stick
 Sejarah Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan
pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol
Locust berikut ini :The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes
as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in
council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern
would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and
begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the
talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the
stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak
had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Artinya:

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian


sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering
digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara.
Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang
tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau
menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke
orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua
mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan
rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda
seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran/bergantian.

B. Talking Stick Sebagai Model Pembelajaran

Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran
Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk
melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan
dan membuat siswa aktif. Langkah-langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai
berikut.

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.


2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok,
setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak
bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
10. Guru menutup pembelajaran.

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).

Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).

D. Kesimpulan

1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang
diberikan secara bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih mental anak
didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun

 Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
talking-stick.html#ixzz2uZZyAQpF

 METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN



 METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN
 Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya
atau praktek dengan menggunaka peragaan yang di tujukan pada siswa yang tujuannya
ialah agar supaya semua sisiwa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekan dari
apa yang telah di perokehnya dan dapat mengatasi sutu permasalah apabila terdapat
perbedaan .

Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi

Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan


menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada
siswa.

Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru
atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam
penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat,
memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.

2. prinsip-prinsip metode demonstrasi sebagai berikut:

a. Menciptakan suasana/hubungan baik dengan siswa sehingga ada keinginan dan


kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang didemonstrasikan;
b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas bagi siswa yang sebelumnya tidak
memahami, mengingat siswa belum tentu dapat memahami apa yang dimaksud dalam
demonstrasi karena keterbatasan daya ingat;
c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok bahasan/topik
tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui siswa sambil memikirkan dan
mencari cara untuk mengatasinya.
Aspek penting dalam metode demonstrasi:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang digunakan untuk
mendemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa;
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa
sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas mereka sebagai
pengalaman yang berharga;
c. Tidak semua hal yang didemonstrasikan di dalam kelas, misal alat terlalu besar;
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis;
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan
didemonstrasikan;
f. Persiapan dan perencanaan yang matang
g. Metode belajar sebagai tindakan dan langkah konkrit tidak dapatlepas dari filosofi
yang mendasarinya. Dasar filosofi ini bersifat lebih abstrak yang melihat totalitas
manusia sebagai pelaksana pendidikan baiksebagai pendidik maupun peserta didik.
Sebagai pendidik, manusia mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan pada peserta didik.
Sebagai peserta didik, manusia dilihat sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan sumber dayanya, baik aspek penalarannya, aspek sikap hatinya
maupun aspek keterampilan perilakunya. Sebagai khalifah/wakil Allah di muka bumi,
manusia harus mencerminkan sifat-sifat Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi
ini. Untuk dapat memerankannya manusia harus mengembangkan
potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya.
Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan
3. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah:

a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di
Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya
terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa
sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman
yang berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu
besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di
Demonstrasikan.

Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus


terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-
muridnya yang sesuai dengan petunjuk.

4. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga
kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.

Kelebihan metode demonstran adalah:

• Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh
guru dapat di amati
• Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi
proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada
masalah lain
• Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
• Dapat menambah pengalaman anak didik
• Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
• Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
• Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut
serta berperan secara langsung.

Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka


dalam bidang setudi agama, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama
dalam bidang ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat dan yang lainnya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik,
maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Dan apabila anak
didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari langkah
dari setiap gera-gerik murid tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban
memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya
akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna guru telah memberi
pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan Demonstrasi
ataupun bagi yang menyaksikannya.

Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah:

• Memerlukan waktu yang cukup banyak


• Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien
• Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya
• Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
• Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.

5. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:

a. Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah ;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan
dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan
c. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
• Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
• Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga
semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
• Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik

b. Pelaksanaannya:
Hal-hal yang mesti di lakukan adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6. Menghindari ketegangan

6. Evaluasi:

Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat
laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah
ataupun di rumah.

7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut


adalah:
• Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
• Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai
dengan skenario yang telah di rencanakan.
• Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
• Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan
sebenarnya.

B. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit bersama-sama
mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat
dari sesuatu aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi pendidikan agama Islam”
mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di
lakukan murid untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya
mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di
lakuka dalam mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen
adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis,
latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan
masarakat dan lain-lainnya.

b. Metode Eksperimen dalam pendidikan Agama Islam

Hal yang menarik tentang metode ini dalam pendidikan agama Islam ialah bahwa
metode ini ada kolerasinya dengan pendidikan agama Islam terutama bidang studi
fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk air suci
atau air najis atau air yang suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di buktikan secara
langsung dan di adakan penelitian secara ilmiah, maka metode Eksperiman dapat
membuktikannya dengan tepat.

c. Target metode Eksperimen

Adapun target Metode Eksperimen adalah


1) Murit dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku
2) Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya

d. Langkah-langkah metode eksperimen


• Menerangkan Metode Eksperimen
• Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat
• Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang harus
di variebel-variebel apa yang harus di kontrol
• Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses
kegiatan, dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman murit

e. Kelebihan dan kekurangan Metode Eksperimen ialah:


1) Kelebihannya

• Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah permasalahan


• Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik

2) Segi kekurangannya

• Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini


• Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik hasilnya.

Sebaiknya Metode Eksperimen ini di terapkan bagi pelajaran-pelajaran yang belum di


ajarka atau di terangkan oleh metode lain sehingga Metode Eksperimen ini terasa benar
fungsinya bagi siswa.

Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen adalah sebagai
berikut;
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan
petunjuk-petunjuk seperlunya

1. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang


telah di rencanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi untuk
membuktikn kebenaranya
2. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.

C. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode Demonstrasi Dan Eksperimen ini cocok digunakan apabila:


1. Untuk memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa.
2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung mengetahui dan
dapat terampil dan melakukannya.
3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat dan teliti.

Keuggulan Metode Demonstrasi dan Eksperiaen ini adalah:

a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang di Demonstrasikan
atau di Eksperienkan
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan
keterampilan dalam berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka
mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau
eksperimen.

Kelemahan Metode Demonstrasi dan Eksperimen adalah:


1. Persiapa dan pelaksanaannya memakan waktu lama
2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di tunjang dengan peralatan yang lengkap
sesuai dengan kebutuhan
3. Sukar di laksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya

Saranya Untuk Metode Demonstrasi dan Eksperimen


1. Lakukan Metode Demonstrasi dan Eksperimen dalam hal-hal yang bersifat praktis
dan urgent dalam masarakat
2. Arahkan pendemonstrasian dan eksperimen agar murid-murid mendapatkan
pengertian yang jelas, pembentukan sikap serta kecakapan praktis
3. Usahakan agar semua anak dapat mengikuti demonstrasi dan eksperimen
4. Berilah pengertian sejelas-jelasmya landasan teori dari apa yang hendak di
demonstrasikan maupun di eksperimenkan

Kesimpulan

Metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan menggunakan


peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
melakukan sesuatu dengan jalan mendemonstrasikan terlebih dulu kepada siswa
Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga siswa akan semakin memahami
materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan agar metode ini
dapat berjalan dengan efektif dan efesien.

Metode Eksperimen adalah suatu metode di mana murid melakukan pekerjaan


akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menyaksikan peragaan-peragaan
tersebut.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang Metode Demonstrasi dan
Eksperimen ialah karna kedua metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan.



Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-dan-
eksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
 Model pembelajaran Explicit instruction
 Model pembelajaran Explicit instruction
 Pengertian

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang


pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola
selangkah demi selangkah.

Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu
siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model
Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends (2001:264) juga mengatakan
hal yang sama yaitu :”A teaching model that is aimed at helping student learn basic
skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here,
the model is labeled the direct instruction model”. Apabila guru menggunakan model
pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi
tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi
atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang
dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan
balik.

Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,
selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa:
“The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of
procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be
taught in a step-by-step fashion.”

Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: ”Direct instruction is a teacher-


centered model that has five steps:establishing set, explanation and/or demonstration,
guided practice, feedback, and extended practiceA direct instruction lesson requires
careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and
task-oriented.” Hal yang sama dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a : 27), bahwa
suatu pelajaran dengan model pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1)
penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) pemahaman/presentasi
materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3)
memberikan latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan
balik, (5) memberikan latiham mandiri.

B. Prinsip

Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-


prosedural, langkah demi langkah bertahap.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola
selangkah demi selangkah.
Langkah-langkah:
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
Sintaknya adalah:
1. sajian informasi kompetensi,
2. mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural,
3. membimbing pelatihan-penerapan,
4. mengecek pemahaman dan balikan,
5. penyimpulan dan evaluasi,
6. refleksi.
C. Kesimpulan
Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara
langsung agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan
secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini
sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil pengetahuan
agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.

D. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan:
1. Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
2. Semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu.

 Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
explicit-instruction.html#ixzz2uZaSlNPM

MODEL PEMBELAJARAN CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)


A. Pengertian Model Pembelajaran CIRC
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara
koperatif –kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC
(Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus
Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok,
pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.

Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat
dikategorikan pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu
dapat dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan
model nested (terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared
(perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model
integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.

Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk
memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk
pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus
mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah
menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan
lingkungan.

Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan
UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk
menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to
live together), (Depdiknas, 2002).

B. Langkah – Langkah Pembelajaran CIRC


Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu
konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi.
Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk
mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan
menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini
menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan
pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan
fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal
siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama
proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi
dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk
menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil
temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas.
Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil
pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan
barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan,
saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.

C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC


Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan
anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak
didik akan dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat)
sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar
yang dinamis, optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam
mengajar (Saifulloh, 2003).

D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC


Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang
menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran
seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.

E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini
siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan
dengan materi yang dijelaskan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circ-
cooperative.html#ixzz2uZamkHzS

MODEL PEMBELAJARAN INSIDE – OUTSIDE – CIRCLE (LINGKARAN BESAR –


LINGKARAN KECIL)
Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside – outside – circle)
dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar
saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang
membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu keunggulan
teknik ini adalah adanya struktur yang jelas yang memungkinkan siswa untuk berbagi
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat danteratur. Selain itu siswa bekerja
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.

Langkah-langkah :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk
lingkaran kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama menghadap ke
dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE-
LINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang di
lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian
seterusnya.

Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dengan singkat dan teratur.

Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan :
Membutuhkan ruang kelas yang besar.Ø
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga
rumit untuk dilakukan.Ø

Materi yang cocok dengan model pembelajaran.


1. IPA kelas 5 Bab V
Penyesuaian Makhluk Hidup
a. Penyesuaian diri pada hewan
1. Penyesuaian diri untuk memperoleh makanan.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
b. Penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.

Alasan :
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran
besar – lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi dengan
menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian
makhluk hidup sangat cocok untuk model outside – inside – circle (lingkaran besar –
lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari,
melalui penjelasan dari guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak
memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dengan informasi yang
disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan
lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak mudah
mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini
juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru
untuk membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing
masing-masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.

2. IPA Kelas 5 Bab XIV


Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi

Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran besar –
lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside – circle) (lingkaran
besar – lingkaran kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh anak berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia
yang mengubah permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam
pertukaran pikiran dan informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan
guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan kepada
beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman
pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran outside – inside – circle materi
akan mudah dipahami oleh anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat
dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan
tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside – inside – circle
ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh anak.

3. Pendidikan kewarganegaraan kls XI Semester II


Pentingnya nilai dalam kehidupan
Pentingnya nilai dalam kehidupan bangsaØ
Pancasila sebagai sumber nilaiØ
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran IOC
dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat pemikiran
siswa karna yang dibahas dalam materi ini menyangkut kehidupan sehari-hari dan
bangsa.

Contoh RPP model pembelajaran ini :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )


Model pembelajaran IOC

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan


Kelas / semester : XI / (dua)
Hari / tanggal :
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit

St standar Kompetisi :
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan

K kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik

A. Indikator :
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan

B. Tujuan pembelajaran :
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik

C. Materi pembelajaran :
• LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang
menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods
mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdo’a bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan tingkat
kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup

F. Sumber bahan :
– Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
– LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
– Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara

G. Penilaian
– Test perbuatan dalam kegiatan
– Tes lisan

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-inside-
outside.html#ixzz2uZauLNPm

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)


MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)

A. Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2
(dua) macam, yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan
kesulitan.

Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan


pembelajaran aktif yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan
peserta didik sebagai center stage performance, dengan proses pembelajaran yang
menarik sehingga siswa dapat merespon pemelajaran dengan suasana yang
menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa atau peserta didik mampu dan dapat
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan
sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat
terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan
peserta didik yang cinta terhadap lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode
Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media
kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak
kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu
jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk
belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran IPS dalam ingatan
siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan
media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran IPS.

Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah
sebagai berikut :
1. siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media: :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah
pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk
menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel
pada dahi ataudiselipkan di telinga.

Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang
isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan
ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis
didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10
cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh
duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan
kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya

CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
• tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
• yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.

TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU…?

JAWABAN:

TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN

B. Prinsip atau Ciri-Ciri


• Pembelajaran berlangsung menyenangkan
• Siswa diarahkan untuk aktif
• Menggunakan media kartu
C. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pemanfaatannya
• Kelebihannya :
a. anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
b. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
c. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
• Kekurangannya :
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena
waktu terbatas.
D. Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model pembelajaran
Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang menarik agar siswa menjadi
berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam menanamkan konsep-
konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa
atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
cooperative-learning.html#ixzz2uZaxj99D

MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE


MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE

 Pengertian 

Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah


yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah
yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran
sebagaimana disebutkan oleh Mujiman (2007)

Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan


kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada
kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi  Teka-Teki Silang tetapi bedanya
jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan
dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini
sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat memprogram
sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih
sikap teliti dan kritis.

Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang
dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan
kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar
kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
yang telah diajarkan.

Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan
atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang
telah disediakan.

 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square

Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut :

1.      Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

2.      Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.

3.      Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
secara vertikal, horizontal maupun diagonal.

4.      Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

CONTOH JAWABAN (Untuk Mapel PKn)


S Y E N I E K K K

A G U A N D M E N

N B A R T I R T D

G A N R N R S U S

U D G T U T G R Z

I O O L S A I U I

N R P A I P A N F

I A S O L I O A U

S R I N H B C N U

CONTOH SOALNYA :

1.      Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat orang


tersebut dilahirkan disebut asas…

2.      Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan yang


disebut asas ius…

3.      Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari  dua Negara yang berbeda
disebut…

4.      Hak dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut hak…

5.      Penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan…


 Kekurangan dan Kelebihan Model Pmebelajaran Word Square

Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:

1.      Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

2.      Melatih untuk berdisiplin.

3.      Dapat melatih sikap teliti dan kritis.

4.      Merangsang siswa untuk berpikir efektif.

Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi
yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari
jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam
berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.

Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:

1.      Mematikan kreatifitas siswa.

2.      Siswa tinggal menerima bahan mentah.

3.      Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau
potensi yang dimilikinya.

Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-
masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis,
sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model
pembelajaran word square ini.

Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode
ceramah namun untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah
disampaikan maka diberikan lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban
yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam
mencari pilihan jawaban yang ada dengan tepat. Namun sebagaimanan model
pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word square mempunyai kekurangan
dan kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima
bahan mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa
hanya dituntut untuk mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa
masing-masing. Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan
berfikir efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat
dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-word-
square.html#ixzz2uZb6Ll3H

Model pembelajaran Scramble

Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word Square,


bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah
dituliskan namun dengan susunan yang acak, nah siswa nanti bertugas mengkoreksi
( membolak-balik huruf ) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/
benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square,
bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah
dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi
(membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat /
benar.

Kelebihan Model pembelajaran Scramble :


1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin

Kekurangan model pembelajaran scramble


1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah

Langkah-langkah Model pembelajaran scramble :


1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi pelajaran
tentang “Tata Surya”
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar kerja
dengan jawaban yang diacak susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya

Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari
pertanyaan pada kolom A!

Kolom A

1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …


2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang … saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai …
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut …
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai …
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut …
9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk membayar
sejumlah uang disebut …

Kolom B

1. TARREB ……………………………. ( Contoh : jawaban yang benar……BARTER )


2. GANU …………………………………
3. TRASEK ………………………………
4. KISTRINI ………………………………
5. LIRI ………………………………………
6. SRUK …………………………………
7. MINALON ………………………….
8. SAKSITRAN …………………………
9. KEC ……………………………………

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
scramble.html#ixzz2uZbB3HCM

MODEL PEMBELAJARAN 

TAKE AND GIVE

 
 

1. Pengertian Model Pembelajaran Take and Give

Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model
pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi
pelajaran yang diberikan  guru dan teman sebayanya (siswa lain).

Kelebihan :

 Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena
mendapatkan informasi dari      guru dan siswa yang lain.
 Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan  penguasaan siswa akan
informasi.

Kelemahan:

 Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang
diterima siswa lain pun akan kurang tepat.
1. Media Model Pembelajaran Take and Give

     a)      Siapkan Kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah siswa.

     b)      Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang
diberi informasi, kompetensi dan sajian materi.

1. Contoh Kartu :

NAMA SISWA :

SUB MATERI  :

NAMA YANG DIBERI :

3. dst.

1. Langkah-langkah Umum
2. Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
3. Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan selama 45
menit.
4. Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan,
setiap siswa diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.
5. Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan
untuk saling menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus
mencatat nama teman pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.
6. Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing (take and give).
7. Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give dengan
memberikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
8. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.
9. Guru menutup pelajaran.
1. Materi  Pembelajaran IPA yang Sesuai untuk Model Pembelajaran
Take and Give
2. Materi Pelajaran IPA kelas 5
 Bab  I  Alat Pernafasan

Sub Materi : Alat pernafasan pada manusia

 Bab II  Pencernaan Makanan Pada Manusia

Sub Materi : Alat pencernaan pada manusia

 Bab V Penyesuaian Diri Makhluk Hidup terhadap Lingkungannya.

Sub Materi : Cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Materi Pelajaran IPA kelas 6


 Bab 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup

Sub Materi :  ciri khusus hewan terhadap lingkungannya.

 Bab 4 Keseimbangan Ekosistem

Sub Materi : kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.

 Bab 11 Energi dalam kehidupan Sehari-hari

Sub Materi : guna energi listrik dalam rumah tangga

1. Alasan Pemilihan Materi  yang Sesuai


Pemilihan materi yang sesuai untuk model pembelajaran take and give adalah materi
yang mengandung informasi yang singkat, jelas dan padat. Hal ini dikarenakan   model
pembelajaran ini lebih menekankan pada unsur ingatan dengan materi yang ringan dan
mudah serta membutuhkan pemahaman yang cepat. Pembelajaran model ini pun tidak
memerlukan pemahaman materi dengan teknik pelajaran praktek maupun diskusi.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-take-
and-give.html#ixzz2uZbEwKLz

Model Pembelajaran Consept Sentence

Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan


aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta
didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar
berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik,
maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan
pada saat mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa
belajar dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata
kunci yang telah diberikan oleh guru kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan
pada kartu kata yang dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat
yang telah dipelajari sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga
siswa bersemangat untuk memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas
pola kalimat yang telah diberikan oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu
,maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari masing-masing kelompok sebanyak
dua orang kedepan .Wakil dari kelompok diharuskan membuat beberapa dari kata
kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka
mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui
tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah
dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan
secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam
hal :

• Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok


• Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
• Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap
individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
• Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya
lebih berhasil.
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata
kunci sesuai materi yang disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4
kata kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
consept-sentence.html#ixzz2uZbLHxbH

Model Pembelajaran Complete Sentence

1. Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan
sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan
menggunakan kunci jawaban yang tersedia.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :


1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau
modul dengan waktu secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca
sampai mengerti atau hafal.
8. Kesimpulan.A

2. Prinsip/ ciri-ciri Complete sentence


a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/ arti
kalimat tersebut belum dapat dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum
sempurna serta belum dimengerti maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan

3. Kelebihan/kekurangan model pembelajaran complete sentence


a. Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang/tidak
jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi

b. Kekurangan
1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena
biasanya hanya kata hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.

4. Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di
mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan
kunci jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru
namun terkadang gurunya kurang inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan
siswanya kurang terpacu untuk mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak
kaata-kata yang rumpang yang jawabannya telah disediakan.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
complete-sentence.html#ixzz2uZbQhplK

PEMBELAJARAN TIME TOKEN

PEMBELAJARAN TIME TOKEN

1. MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN

Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari
penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang
demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka
harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di
sepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata
lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa
mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan
sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru
memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil
berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang
kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.

B. LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS


Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah
sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3. Guru memberi tugas pada siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada
tiap siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau
memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah
bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi.
Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara bergiliran dan
siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan menggunakan kupon
berbicara)

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN


ARENDS
Kelebihan Model Time Token Arends
– Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
– Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
– Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
– Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
– Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
– Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi,
memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
– Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
– Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap
permasalahan yang ditemui.
– Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kekurangan Model Time Token Arends
– Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
– Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
– Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena
semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
– Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat
digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa
mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan dengan
tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time token digunakan
agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi. Dengan membatasi waktu berbicara
misalnya 30 detik, diharapkan siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk
berbicara.

D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Time Token


Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap
siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil
berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang
kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
6. Demikian seterusnya.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-time-
token.html#ixzz2uZc6sCmJ

MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK

MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK

Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran
dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep.
Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa
heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok


mendapat serta pemikiran anggota lain.

v  Kelebihan Round Club Atau Keliling Kelompok

1)      Adanya tanggung jawab setiap kelompok

2)      Adanya pemberian sumbnagan ide pada kelompoknya


3)      Lebih dari sekedar belajar kelompok

4)      Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil


pemikiran

5)      Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala

6)      Dapat membina dan memperkaya emosional

v  Kekurangan Round Club Atau Keliling Kelompok

1)      Banyak waktu yang terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok

2)      Suasana kelas menjadi rebut

3)      Tidak dapat diterapkan pada mata pelajaran yang memerlukan pengayaan

v  Langkah-langkah pembelajaran

1)      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar

2)      Guru membagi siswa menjadi kelompok

3)      Guru memberikan tugas atau lembar kerja

4)      Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan


pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan

5)      Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya

6)      Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk
atau dari kiri ke kanan

v  unsur-unsur yang perlu diperhatikan

1)      Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka

2)      Ketika suatu kelompok mempresentasikan hasil dari deskripsinya, maka kelompok


lain lebih bertanya dari hasil deskripsi materinya
3)      Setelah selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau kelompok
selanjutnya yang mempresentasikan dan yang alinnya bisa mengajukan pandangan dan
pemikiran anggota lainnya

4)      Kegiatan tersebut terus-menerus sampai kelompok yang terakhir yang


silaksanakan arah perputaran jarum jam

Contoh RPP model pembelajaran ini :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP)

Mata Pelajaran            : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA )

Tema                           : Perubahan Sifat Benda

Kelas/Semester            : V/II

Alokasi Waktu            : 2 X 35 Menit

A.  Standar Kompetensi

      Mengenal berbagai macam perubahan sifat-sifat benda

B.  Kompotensi Dasar

      Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak dapat
kembali ke wujud semula.

C.  Indikator

      1.  Menjelaskan perubahan sifat benda dan factor-faktor  yang mempengaruhinya

      2.  Mengetahui sifat-sifat benda

      3.  Menjelaskan macam –macam perubahan sifat benda

D.  Tujuan Pembelajaran

      1.   Siswa dapat mengetahui perubahan sifat benda dan factor-faktor yang
            mempengaruhinya

2. Siswa dapat mengetahui sifat-sifat benda


3. Siswa dapat mengetahui macam-macam perubahan sifat benda.

E.   Materi Pokok

      Perubahan sifat-sifat benda

F.   Metode Pembelajaran

1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demosntrasi
4. Tugas kelompok
5. Evaluasi

G.  Sumber dan Media Pembelajaran

      a. Sumber

1.Buku IPA saling Temas, kelas 5, Penerbit Intan Pariwara

2.Buku Sains IPA, kelas 5, Penerbit Erlangga

b. Media Pembelajaran

      Bahan-bahan buat percobaan seperti :

1.      Tanah liat              6. Buah

2.      Batu bara               7. Paku

3.      Kertas                    8. Air

4.      Korek api              9. Gula

5.      Lilin

H.  Langkah-langkah Pembelajaran


1. Kegiatan awal ( ± 5 menit )

a.       Guru memberi salam, berdo’a, menanyakan kabar siswa dan mengabsen siswa.

b.      Guru dan siswa menyiapkan materi atau bahan pelajaran

c.       Guru memberitahukan indicator dan tujuan yang akan di capai setelah


pembelajaran

d.      Guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab

2.  Kegiatan Inti (± 60 menit )

a.       Guru menjelaskan materi pelajaran

b.      Guru memberikan contoh bagaimana perubahan sifat benda tersebut

c.       Guru menjelaskan sifat-sifat benda seperti bentuk, warna, kelenturan, kekerasan


dan bau

d.      Guru menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi perubahan sifat benda

e.       Guru mendemostrasikan  bagaimana penyebab perubahan sifat benda itu dapat


terjadi

f.       Guru menjelaskan dan mendemostrasikan macam-macam perubahan sifat benda

g.      Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa secara lisan

h.      Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

i.        Siswa disuruh untuk mengisi table-tabel yang ada di buku paket hal.71 dan 74 dan
menyalinnya di buku tugas.

j.        Siswa disuruh memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang


sedang mereka kerjakan

k.      Siswa dalam kelompok lain juga disuruh ikut memberikan kontribusinya dan
dilaksanakan searah dengan perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.

3. Kegiatan akhir (± 5 menit )


a.       Guru memberikan motivasi dan penguatan

b.      Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang materi yang dipelajarinya.

c.       Guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal-soal untuk PR

d.      Guru menutup pelajaran

I.    Penilaian

            Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan

1. Tes lisan : – ketepatan jawaban

     – keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak

            Bentuk tes : Tanya jawab

2. Tes tertulis : – tugas kelompok

         – evaluasi

            Bentuk istrumen : tes isian

J.    Evaluasi

SOAL :

1. Proses perubahan dari cair ke padat disebut ?

a. memhuap

b. membeku

c. menyublim

d. mencair

e. mengembun

Sumber :
http://rumahdesakoe.blogspot.com

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-round-
club-atau.html#ixzz2uZcCRIFb

PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993

A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau
berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan
pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model
pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan
memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.

Berikut ini langkah dari model pair check


1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2
pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang
patner.
3. Guru membagikan soal kepada si patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal
yang benar pelatih memberi kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6. Guru membagikan soal kepada si patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal
yang benar pelatih memberi kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal dan tim
mengecek jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah

C. Langkah-langkah Pembelajarannya, sebagai berikut :


1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan
mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam
menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran
kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif,
lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.

D. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihannya
1. Dipandu belajar melalui bantuan rekan
2. Menciptakan saling kerjasama di antara siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan pemahaman
konsep dan / atau proses
4. menmemenimelatih berkomunikasi
Kekurangannya
1. memerlukan banyak waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pair-cecks-spencer-kagen-
1993.html#ixzz2uZcOcgGX

Model Pembelajaran Tari Bambu

Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi


informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu
singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran
pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.Meskipun namanya Tari Bambu tetapi
tidak menggunakan bambu. Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.

Langkah-Langkah pembelajarannya sebagai berikut :

1. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar .
Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah
siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan
pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
4. Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke
ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-
masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan
terus sesuai dengan kebutuhan..

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-tari-
bambu.html#ixzz2uZcS0HYt

PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)

PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)

1. Pengertian
Menurut definisi, “belajar otentik” berarti pembelajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi
dan membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk mereka.

Pendekatan ini sangat berbeda dari kelas tradisional “kuliah”, di mana profesor
memberikan fakta-fakta mahasiswa dan konten lain yang siswa kemudian harus
menghafalkan dan ulangi pada tes. misalnya, siswa tidak hanya harus terhubung sejarah
pasca-Perang Sipil untuk peristiwa terkini dan kehidupan mereka sendiri, mereka juga
harus membantu mengajar kelas dan didorong untuk memberikan pandangan mereka
sendiri pada peristiwa sejarah. Akibatnya, mereka menjadi sejarawan.

Otentik belajar juga merupakan pendekatan untuk pembelajaran yang kokoh


didasarkan pada penelitian tentang belajar dan kognisi. Satu secara luas teori belajar
diadakan, konstruktivisme, mendalilkan bahwa siswa belajar terbaik dengan terlibat
dalam tugas-tugas belajar otentik, dengan mengajukan pertanyaan, dan dengan
menggambar pada pengalaman masa lalu. Singkatnya, untuk belajar terjadi bagi siswa,
itu harus dilakukan dengan cara dan di tempat yang relevan dengan “nyata” kehidupan
mereka, baik di dalam maupun di luar kelas.

Pembelajaran otentik (authentic learning) adalah sebuah pendekatan pembelajaran


yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara
bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata
dan proyek yang relevan dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah
‘otentik’ berarti asli, sejati, dan nyata (Webster’s Revised Unabridged Dictionary, 1998).
Pembelajaran ini dapat digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun
siswa dengan berbagai macam tingkat kemampuan.

belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk


mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam
konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan
peserta didik (Donovan, Bransford, & Pellegrino, 1999). Istilah yang otentik
didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Webster’s Revisi lengkap Dictionary ,
1998). Kamus, 1998Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam
masalah belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi
langsung antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah
“tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat
[belajar] transfer” (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa harus mampu
menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa ke
pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik
menyediakan sarana untuk menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa
tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan,
tetapi mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan
pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan
untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka
(Mehlinger, 1995).

instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode
tradisional pengajaran. Literatur menunjukkan bahwa pembelajaran otentik memiliki
beberapa karakteristik kunci.
• Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi peserta didik.
• Siswa terlibat dalam eksplorasi dan penyelidikan.
• Belajar, paling sering, adalah interdisipliner.
• Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
• Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan berpikir
lebih tinggi, seperti menganalisis, sintesis, merancang, memanipulasi dan mengevaluasi
informasi.
• Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
• Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar semua
membantu / pembinaan dalam proses pembelajaran.
• Pembelajar menggunakan perancah teknik.
• Siswa memiliki peluang untuk wacana sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995 Nolan &
Francis, 1992).

2. Prinsip Pembelajaran Otentik


pengalaman belajar otentik menganut prinsip yaitu:
• Ruang kelas ber-berpusat. Pada berpusat-kelas pelajar, fakultas memperhatikan apa
yang siswa membawa mereka ke dalam kelas, masing-masing pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan keyakinan. Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan,
terlibat dalam wacana sosial, dan menemukan jawaban mereka sendiri Dalam
pengaturan ini, peran profesor bergerak lebih dari seorang “konstruktor-co”
pengetahuan dari pemberi konten.. Marc Richards pernyataan bahwa “Pada akhirnya,
kita semua akan sejarawan profesional, pelajar, dan guru bersama-sama”
menggambarkan bagaimana ia struktur kelas untuk menjadi pembelajar berpusat. Juni
Dodd juga menegaskan bahwa peserta didik dia mengambil tengah panggung di kedua
membangun dan program pengajaran dan mereka sendiri “mini” kursus.
• Mahasiswa adalah pembelajar aktif. Sama seperti peran perubahan profesor, peran
mahasiswa harus berubah sehingga mereka melakukan lebih dari pasif duduk dan
mendengarkan ceramah profesor mereka. Mereka harus menjadi peserta aktif dalam
proses pembelajaran, dengan menulis, membahas, menganalisis dan mengevaluasi
informasi. Singkatnya, siswa harus mengambil tanggung jawab lebih untuk
pembelajaran mereka sendiri, dan menunjukkan kepada profesor mereka dengan cara
lain dari pada ujian. mahasiswa Marc Geisler, misalnya, menunjukkan pemahaman
mereka tentang Shakespeare dengan melakukan interpretasi kelompok mereka sendiri
dan kinerja Pekerjaan Bard’s. Tag Stan juga berpendapat bahwa “siswa harus ditantang
untuk membuat seni, untuk membuat, untuk melakukan, dan untuk berpartisipasi
dalam humaniora melalui karya mereka sendiri, bukan hanya dengan mempelajari apa
yang orang lain lakukan.”
• Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin tampak jelas, tetapi pengalaman
belajar otentik harus menggabungkan tugas-tugas otentik. Ini adalah tugas, yang, sebisa
mungkin, memiliki “dunia nyata” yang berkualitas untuk mereka dan siswa menemukan
orang yang relevan dengan kehidupan mereka. siswa Juni Dodd mengambil peran
instruktur dalam Pengantar ke kelas Pendidikan Jarak Jauh, bergiliran isi kursus
mengajar satu sama online lainnya, dan membuat program mereka sendiri secara online
berdasarkan proses desain instruksional. Profesor Dodd bekerja dengan masing-masing
siswa untuk menyesuaikan proyek ini berdasarkan kerja masa lalu mereka dan
pengalaman pendidikan serta potensi untuk pengiriman aktual instruksi dalam
kehidupan profesional mereka.

3. Ciri Pembelajaran Otentik


Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran yang
tradisional. Ciri-ciri pembelajaran otentik:
• Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu siswa.
Tugas otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan siswa;
• Siswa terlibat dalam kegiatan menggali dan menyelidiki;
• Belajar bersifat interdisipliner;
• Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
• Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi,
seperti menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan mengevaluasi informasi;
• Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar kelas;
• Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru, orangtua, dan
narasumber bersifat membantu atau mengarahkan;
• Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan bantuan
seperlunya saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas manakala mereka sanggup
melakukannya sendiri;
• Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;
• Siswa bekerja dengan banyak sumber;
• Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk berdiskusi
dalam rangka memecahkan masalah.

4. Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam
konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan
peserta didik. Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Webster’s
Revisi lengkap Dictionary , 1998). Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat
dalam masalah belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat
koneksi langsung antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah
“tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat
[belajar] transfer” (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa harus mampu
menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa ke
pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik
menyediakan sarana untuk menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa
tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan,
tetapi mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan
pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan
untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka
(Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode
tradisional pengajaran.

5. Kelebihan dan Kekurangan


a. Kelebihan
– Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran dapat terjadi
dimana saja.
– Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana social
– Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya
– Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa memahami materi
secara utuh

b. Kekurangan
– Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang memiliki
taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan secara aktif
– Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik, karena
materi yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
– Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk melaksanakannya.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-otentik-
outentic-learning.html#ixzz2uZcbsNg1

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT


Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para
siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari
materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif
adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif
dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran
serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe
ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa
dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural


Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi
enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5
orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai
dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang
akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa
yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18),
antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah


sebagai berikut :

Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu
yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa
untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman
dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk
memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan,
karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran
yang sesuai.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
numbered-head_21.html#ixzz2uZcgQ9Hv

Model Pembelajaran Inquiry

Model Pembelajaran Inquiry

Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan seni penciptaan situasi-situasi


sedemikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-
situasi ini siswa   berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam,
mengajukan penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan
melakukan pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka,
menganalisis data, menarik kesimpulan dari data eksperimen, merancang dan
membangun model, atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas.

Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa,
Inquiry merupakan perluasan proses discovery, yang digunakan lebih mendalam, 
inkuiry yang dalam bahasa InggrisInquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan,
penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk
mencari atau memahami informasi.

Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat 
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah :

1.      Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar

2.      Keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar

3.      Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam
proses inkuiri.

Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi


siswa adalah :

1.      Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.
2.      Inkuiri berfokus pada hipotesis

3.      Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta )

Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai


berikut:

1.      Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.

2.      Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan

3.      Penanya , menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat

4.      Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas

5.      Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan

6.      Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas

7.      Rewarder, memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses
ilmiah kedalam waktu yang relative singkat, Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan
weil (1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains,
produktif dalam berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan
menganalisis informasi.

Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry

Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang


menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan
(Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab
antara guru dan siswa.

Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki beberapa ciri
utama, yaitu:

1. Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk


mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri. Dalam
strategi pembelajaran inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai
fasilitator dan motivator belajar siswa.
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.

Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :

1.      Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu


permasalahan yang ingin dipecahkan.

2.      Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang
sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3.      Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

4.      Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemamuan
dan kemampuan berpikir.

5.      Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.

6.      Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.

Prinsip–prinsip Penggunaan Inquiri

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri menurut
Sanjaya (2009).

1.      Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan
demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa
dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari
dan menemukan.

2.      Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3.      Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah guru
sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.

4.      Prinsip Belajar untuk Berfikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berfikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak,
baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal.

5.      Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai


kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukan.

Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri

Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan


intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan
keterampilan.

Secara umum proses pembelajaran SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai


berikut :

1.      Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

a.     Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa
b.     Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap
langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan

c.     Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.

2.      Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang
siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari
jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3.      Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada
setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4.      Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk


menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya.

5.      Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6.      Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh


berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Langkah – langkah menerapkan model pembelajaran inquiry didalam kelas :

1.    Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk


berdasarkan rentang intelektal dan keterampilan-keterampilan social

2.    Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok


diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.

3.    Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan
apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan
terhadap masalah pokok.

4.    Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.

5.    Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur
penunjangnya.

6.    Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes

7.    Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok

8.    Menilai proses kelompok.

Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya


intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru
kepada siswanya.

Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:

1.    Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)

Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing


siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan
tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa
yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini
siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa
dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi
kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik
suatu kesimpulan secara mandiri.

Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman
sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan,
kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa
mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa
agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat
pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya
proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat
mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafoldingyang diperlukan oleh
siswa.

2.    Inkuiri Bebas (free inquiry approach).

Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar
dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan
siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara
mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.

Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak
diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif
pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan
cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah
yang diselidiki.

Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

a.    Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi
waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,

b.    Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki,


ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam
kurikulum,

c.    Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda,


sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang
diperoleh siswa,
d.    Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada
kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki
oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana
yang diharapkan.

3.    Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri
sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas.
Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap
diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki
secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah
dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan
yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.

Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa
berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan
sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan
permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau
melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.

Keunggulan dan Kelemahan SPI

1.    Keunggulan :

a.    SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan


aspek kognitif kognitif,afektif dan psikomotor secara seimbang,sehingga pembelajaran
melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b.    SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.

c.    SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi


modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan.

d.   SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-
rata.Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.

2.      Kelemahan
a.    SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit mengontrol kegiatan
dan keberhasilan siswa

b.    Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam
kebiasaan siswa dalam belajar

c.    Kadang kadang dalam implementasimnya,memerlukan waktu yang panjang


sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d.   Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa


menguasai materi pelajaran,maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman

Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa waktu dan
sumber yang tersedia merupakan permasalahan dalam pembelajaran. Menanggapi
permasalahan ini, Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang
telah dimodifikasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model
inkuiri ini menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi
belajarnya juga meningkat.

Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa siswa
akan menyadari tentang  proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang
prosedur ilmiah secara langsung. Selajutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya
membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Joyce dalam
Trianto (2009) menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.    Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang sebenarnya

2.    Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada di sekeliling kondisi tersebut.

3.    Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut.

4.    Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan


jawabannya  “ya’ atau “tidak”.

5.    Membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.

Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan 


yang diajukan pada siswa sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data.

Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009) mempunyai
kelebihan, yaitu :
1.    Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang
singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan
pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.

2.    Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.

Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses
pengumpulan data.

Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa


mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model pembelajaran inkuiri
menurut Schuman harus memperhatikan :

1.    Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang
penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus
berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama
guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif
dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan
bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.

2.    Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan


siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal
ini memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan harus dapat dijawab “ya” atau
“tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan
tersebut dengan melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa
sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi
mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.

3.    Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep


IPA Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya 
sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan
untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta
yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan
pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009).
Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

Tahap Pembejaran Inkuiri

Fase Perilaku Guru


Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan
1.    Menyajikan pertanyaan atau masalah masalah dituliskan di papan. Guru membagi siswa dalam
kelompok.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah


pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru
2.    Membuat hipotesis membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang
relevan  dengan permasalahan  dan memproiritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk


menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan
3.    Merancang percobaan
hipotesis yang akan dilakukan . Guru membimbing siswa
mengurutkan langkah-langkah percobaan

4.    Melakukan percobaan untuk memperoleh Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui
informasi percobaan

Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok


5.    Megumpulkan dan menganilisis data untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul.

6.    Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Kesimpulan

Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat 
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara


maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam
proses kegiatan belajar , mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa
yang ditemukan dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya, pembelajaran
inkuiri ini memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam mengontrol siswa,
ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang
panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam implementasi yang
dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.

Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut orientasi, merumuskan


masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan
kesimpulan.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
inquiry.html#ixzz2uZcmpOn0

Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang dipimpin oleh
Dr. A.S. Broto pada waktu itu telah menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S. Broto
khususnya disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas
permulaan SD. Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang
pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah
berlandaskan operasional dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan;
Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali
kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan
tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia
mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi
dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah.
Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan
bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu).

Prosedur penggunaan Metode SAS

1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian


Bagian pertama Membaca permulaan tanpa buku
Bagian pertama Membaca permulaan buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai kontak
permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan, muncullah
kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.
4. Membaca kalimat secara structural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati

Segi baiknya
a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah
mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai bacaan
dengan lancar.

Segi lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah
sekolah tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini
Metode ini tidak dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata dan kartu
kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar dengan
sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata yang tersusun menjadi kalimat
yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun
kalimat, membacanya dan yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis.
Media lain selain papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat
juga digunakan.
Metode Struktural Analitik Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang
disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struktur analitik sintetik.
Metode SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu metode pembelajaran menulis
permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar
menulis dengan menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa
dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis huruf, kartu
suku kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional metode SAS mempunyai
langkah-angkah dengan urutan sebagai berikut :

 (1) Struktur yaitu menampilkan keseluruhan,

 (2) Analitik yaitu melakukan proses penguraian,

 (3) Sintetik yaitu melakukan penggabungan pada struktur semula. Demikian langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode
SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan Struktur Analitik Statis.
(Subana : 176).

Kegiatan pembelajaran menulis permulaan dengan metode Struktural


Analitik Sintetik (SAS) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Guru bercerita atau berdialog dengan siswa.


2. Memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan isi cerita.
3. Menulis beberapa kalimat sebagai kesimpulan dari isi cerita.
4. Menulis satu kalimat yang diambil dari isi cerita.
5. Menulis kata-kata sebagai uraian dari kalimat.
6. Menulis suku-suku kata sebagai uraian dari kata-kata.
7. Menuliskan huruf –huruf sebagai uraian dari suku-suku kata.
8. Mensintesiskan huruf-huruf menjadi suku-suku kata.
9. Menyatukan kata-kata menjadi kalimat.

Agar siswa memiliki kemampuan menulis, maka setiap langkah tersebut


dilakukan oleh siswa dengan cara menyalin tulisan yang ditulis guru dalam setiap
langkah pembelajaran.
Demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis permulaan
dengan metode SAS sehingga hasil belajar ini benar-benar menghasilkan struktur
analitik sintetik.
Bagaimana menunjukkan bahwa untuk menentukan jenis tulisan yang
harus diajarkan pada saat siswa belajar menulis permulaan bukan pekerjaan yang
sederhana. Guru harus dapat menentukan jenis tulisan yang akan diajarkan.
Menurut Hagin (Lovitt, 1989 : 227), ada lima alasan perlunya diajar
menulis huruf cetak lebih dulu pada awal belajar menulis :
1. Huruf cetak lebih mudah dipelajari karena bentuknya sederhana.
2. Buku-buku menggunakan huruf cetak sehingga anak-anak tidak perlu
mengakomodasikan dua bentuk tulisan.
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan huruf
sambung.
4. Kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah dieja karena huruf-huruf
tersebut berdiri sendiri-sendiri.
Dengan memperhatikan berbagai alasan tersebut di atas maka alangkah
baiknya pada awal belajar menulis ini siswa diajar menulis dengan menggunakan
huruf cetak lebih dulu

1. Pengertian Warga Negara


Warga Negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian darisuatu penduduk yang
menjadi unsur negara.
AS. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara merupakan terjemahan dari citizen
adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.

Sementara itu, status warga negara Indonesia telah dibicarakan dalam UU RI Pasal
4 no.12 tahun 2006, yang menjadi warga negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
bersdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum
UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara
indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Indonesia
dan ibu warga negara asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara asing dan
ibu warga negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang
di akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
kewarganegaraan ayah ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan ibunya tidak
di ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan atau tidak di ketahui keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu warga
negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau janji setia.
2.Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara asas ius
sanguinis dan asas ius soli.
a. Ius soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah
atau negara tempat dimana ia dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi warga negara A,
walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut oleh negara Inggris, Mesir
Amerika Serikat dan lain-lain.
b. Ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut
pertalian darah atau keturunan dari orang tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga negara B,
maka orang tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh RRC)

3.Pengertian Pewarganegaraan (Naturalisasi)


Pewarganegaraan atau naturalusasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi negara
asing setelah memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan. Didalam UU RI No.12 tahun 2006, permohonan pewarganegaraan dapat
diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertampat tinggal di wilayah negara
Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak
berturut-turut.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD negara
Republik Indonesia tahun 1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana 1 tahun atau lebih.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadii
berkewarganegaraan ganda.
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap.
8. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.
Didalam natuarlisasi istimewa dapat diberikan bagi mereka (warga asing) yang telah
berjasa kepada negara RI. kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji setia
(tidak perlu memenuhi syarat sebagai mana dalam naturalisasi biasa). Cara ini
diberikan oleh presiden dengan persetujuan DPR RI.

4.Problematika status kewarganegaraan


Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status
kewarganegaraan. Sedangkan Bipatride merupakan istilah yang digunaklan untuk
orang-orang yang mempunyai status kewarganegaraan rangkap atau dengan istilah lain
dikenal dengan dwikewarganegaraan. Sementara yang dimaksud dengan multipatride
adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan status kewrganegaraan seseorang
yang memiliki 2 atau lebih status kewarganegaraan.

Kondisi seseorang dengan status dwikewarganegaraan, sering terjadi pada penduduk


yang tinggal di daerah perbatasan diantara 2 negara.
Dalam menentukan status kewarganegaraan, pemerintah lazim menggunakan stelsel
aktif dan stelsel pasif.

Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut, sesorang warga negara dalam suatu warga
negara pada dasarnya mempunyai hak opsi dan hak repudiasi.
1. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel
pasif)
3. Cara Mendapatkan dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Pada umumnya ada 2 kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga negara
yang memperoleh status kewrganegaranya melalui stelsel pasif dikenal juga warga
negara by opertion of law dan warga negara yang memperoleh status
kewarganegaraannya melali stelsel aktif atau dikenal dengan by registration.

1. Seseorang warga negara juga bisa kehingan kewarganegaran Indonesia. UU


RI No.12 tahun 2006 pasal 23, menyatakan bahwa seseorang bisa kehiolngan
kewarganegaraan indonesia apabila memenuhi hal-hal berikut :
2. Memperoleh kewarganegaran lain atas kemauannya sendiri.
3. Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaran lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.
4. Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh Presiden atas permohonannya sendiri,
yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal diluar
negeri, dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa
kewarganegaraanya.
5. Bertempat tinggal diluar wilayah negara Indonesia selama 5 tahun terus menerus
bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak
menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga negara Indonesia sebelum jangka
waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak
mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan
Republik Indonesia di wilayah kerjanya meliputi tempat tingal yang bersangkutan
padahal perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan kepada yang
bersangkutan, sepajang yang tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh kembali
kewrganegaraannya apabila memenuhi syarat-syarat seperti yang tertera dalam pasal 31
dan 32. UU RI No.3 tahun 1976 tentang perubahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958 yaitu
:
1. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan karena 5 tahun berturut-turut tinggal
diluar negeri tanpa keterangan, dapat memperoleh kewarganegaraan RI kembali jika ia
bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan kartu ijin masuk dan menyatakan ingin
kembali menjadi warga negara Indonesia
2. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Rikarna sebab lain, dapat memperoleh
kembali kewarganegaraan RI jika ia mlaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk
kembali ke kewarganegaaan RI kepada perwakilan RI dinegara tempat tinggalnya dalam
jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU No.3 tahun 1976
pada 5 April 1976.
5.Kedudukan Warga Negara di Indonesia
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada dasarnya
adalah sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara yang berdaulat dan
merdeka Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan negara lain di dunia,
pada dasarnya kedudukan warga negara bagi negara Indonesia diwujudkan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan tentang kewarganegaraan, yaitu :

1. UUD 1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam pasal
26 yaitu :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2. UU No. 3 tahun 1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara adalah
peraturan derivasi dibawah dibawah UU 1945 yang digunakan untuk menegakan
kedudukan Negara RI dengan warga negaranya dan kedudukan penduduk negara RI.

3. UU No. 62 tahun 1958


UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarga negaraan
yang terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tenang kewarganegaraan RI merupakan produk
hukum derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang sampai saat ini masih berlaku
dan tetap digunakan sebagai sumber hakum yang mengatur masalah kewarganegaraan
di Indonesai setelah kurang lebih 48 tahun berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak
sesuai lagi. Pernasalahan kewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak
mampu ditampung oleh undang-undang ini.

4. UU No.12 tahun 2006
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang lebih
revolusioner dan aspiratif, seperti :
1. Siapa yang mnjadi warga negara Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3. Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia
5. Ketentuan pidana
6.Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu
mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam
konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27 sampai pasal
34. berikut ini dijelaskan secara lebih rinci terntang persamaan kedudukan warga
negara, dalam berbagai bidang kehidupan.

1. Persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah


Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya
didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.” Pasal ini juga memperlihatkan kepada kita adanya
kepedulian adanya hak asasi dalambidang hukum dan politik.

2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini memencarkan persamaan akan
keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan
diatur pelaksanaanya.

3. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan berkumpul (politik)


Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara
Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab bagi
setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang
politik.

4. Persamaan dalam HAM


Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara
memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM.
Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A sampai
dengan pasal 28 J.
5. Persamaan dalam agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.” Berdasar pasal ini tersurat jelas bahwa begara
menjamin persamaan setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan
keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

6. Persamaan dalam upaya pembelaan negara


Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat
ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara jelas dapat
kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga
negara yang ingin membela Indonesia.

7. Pesamaan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan


Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan
kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini
menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli terhadap pendidikan dan kebudayaan
warga negara Indonesia. Setiap warga negara mendapat porsi yang sama dalam kedua
masalah ini.

8. Persamaan dalam perekonomian dan kesejahteraan sosial


Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan diatur
dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur masalah perekonomian nasional
yang diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan dengan prinsip demokrasi
ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat
ketentuan tentang kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan
anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
(pasal 3).

7Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara di Indonesia


Dalam NKRI, semua warga negar mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang
ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, agama dan pertahanan keamanan.

Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud persamaan kedudukan warga negara di
indonesia dalam berbagai bidang kehidupan.
1. Bidang ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti berdagang,
bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan meningkatkan taraf
hidupnya.
2. Bidang budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan seni, misalnya
berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni bangunan dsb.
3. Bidang politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih, menjadi
anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak
untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan, dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama dalam memeluk
agama, menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya, berpindah agama ataupun
belajar tentang agama tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat dan
martabat warga negara sebagai manusia, secara bersama-sama kita wajib saling
menghargai , menghormati prinsip persamaan kedudukan sesama warga negara.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-pembelajaran-
struktural-analitik.html#ixzz2uZctBaXr

MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur


sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
A. Pengertian pembelajaran terpadu
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11
April 2003) kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan
kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah,
sedangkan pembelajaran terpadu merupakan
metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapabidang mata
pelajaran yang sesuai.
Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat
saling dipertukarkan. Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu
startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan
untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna
bagi anak (Atkinson, 1989:9dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa
mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan
pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar
dari hasil pengalamannya sendiri.

Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu
sebagai berikut :
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the
driving force in the curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi
aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi)
lebih dari satu
bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan
perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan
meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang
holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar
untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk
mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan
peristiwa yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi
anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah,
tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan siswa.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata
pelajaran maupun antarmata pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses
mempunyai beberapa ciri yaitu :
1. berpusat pada siswa (student centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.

Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, bahwa dengan adanya pemaduan itu
siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa
pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antarkonsep
dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Pembelajaran terpadu tampak
lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal
pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan
diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di
sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk
berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas
dibanding hanya sekedar keterampilan.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembalajaran terpusat pada anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak,
karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara
kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan manemukan konsep serta prinsip-
prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan
perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang
membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan
berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata
didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep
lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.halini
diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapakan
perolahan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam
kehidupannya.
3. Belajar melalui proses pengalaman langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung
pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan
melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya
secara langsung dan kemudian siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan
fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru
lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin
dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk
mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan
terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai
dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu
dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat, dan kemampua siswa sehingga
memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu
gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang
yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena
pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif
dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.

C. Tujuan Pembelajaran Terpadu


Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang
telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan
informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang
diperlukan dalam kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain,
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
D. Kemanfaatan Pembalajaran Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan
keterampilannya melalui berbagai kegiatan.
2. Meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif.
3. Meningkatkan kecakapan berpikir anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep
dengan yang dipelajari siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya
yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmata pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter
dan antarmata pelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara
yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir
kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan
jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam
kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi
pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.
10. Meningkatkan interaksi sosial anak.
11. Meningkatkan profesionalisme guru.

E. Model-model pembelajaran terpadu

1. Pembelajaran Terpadu Tipe Terhubung (Connected)


Connected Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan secara
jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep lainnya, satu
kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu hari dengan hari lainnya, dalam
satu mata pelajaran.
Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) :
Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan
konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator
yang digabungkan;
2. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;
3. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga
transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan
terus-menerus;
4. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang
dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan,
memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.

b. Kekurangan
1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum
menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan
secara mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep
yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena
terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.

2. Pembelajaran Terpadu Model Jaring Laba-Laba (Webbed)


Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model
jaring laba-laba di TK, yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiapbidang
pengembangan untuk masing-masing kelompok usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema;
3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui
tema dan subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada
indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih;
5. menyusun Rencana Kegiatan Mingguan;
6. menyusun Rencana Kegiatan Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba (webbed) ini
adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran
dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir air,
air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran
matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
a. Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari
ilmu-ilmu yang berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada
minat siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang
berbeda dapat saling berhubungan.

b. Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat
bagi siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi
terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.

3. Pembelajaran Terpadu Model Integrated (Terpadu)


Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan
pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap
yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model adalah model
pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang
pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak
tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang
pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada awalnya guru
menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu
semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa.
Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki
keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang
dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran;
2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk
mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar
berbagai disiplin ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.

b. Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan
yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang
pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga
mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna
mencari keterkaitan dan mencari tema.

F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu

1. Kelebihan
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan
mudah memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata
pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan
belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan
belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali
informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan
banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian
tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta
didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal
ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik
(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif
dan elaboratif (menggali dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka
penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan
bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas
internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan
wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga
akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru
perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang
menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari
beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut
untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang
komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi
pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan
salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada
saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau
mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan
latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan
memadukan materi-materidari matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas
diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar
matematika bersama-sama. Cara ini tentunya memerlukan keahlian guru untuk
memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju
tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih
pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan
pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.
2. Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan
pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran
misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan
memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik
unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema
dasar. Sedangkan tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan
siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa dengan penyesuaian dari
materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut
dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema (subtema).
H. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu
yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi dan
kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan digunakan
sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Dalam
pembalajaran terpadu perencanaan yang harus dilakukan seorang guru adalah sebagai
berikut :
a. Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang
studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah
siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan
mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran
yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain,
yaitu tema yang dipilih merupakan consensus antar siswa, misal dari buku-buku
bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat dengan
mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat
perkembanagn siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru
melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian
dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan
terbentuk jaring-jaring.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
• Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau
beberapa mata pelajaran.
• Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu
dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar
oleh para siswa.
• Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas perkembangan
berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
• Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka
kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang mengandung
substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan tema adalah sebagai berikut :
Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada beberapa
kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-
sub tema atau unit tema.
Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa. Meskipun
demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas,
dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1. Janis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi :
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan daftar cek
atau skala penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c. Evaluasi siswa
d. Jurnal siswa
e. Portofolio
f. Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan merupakan suatu
kesepakatan antara guru dan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dan Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun individual,
membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen,
pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi (Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari proses
pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal terutama untuk
memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan balikan, unjuk kerja dan
pameran, serta evaluasi.

I. Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata
pelajaran maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut keprofesionalan seorang guru
dalam mengkaitkan beberapa materi dalam satu mata pelajaran atau bahkan dari
berbagai macam mata pelajaran. Guru sangat dituntut untuk berwawasan yang luas,
sehingga dalam mengkaitkan antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah,
melainkan menjadi suatu kesatuan yang utuh.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
terpadu.html#ixzz2uZczpIaO

Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas


MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK ATAU TUGAS
1. Pengertian

Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan
baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.

Pembelajaran berbasis proyek/tugas (project-based/task learning) membutuhkan suatu


pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar
siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk
pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna
lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam
mengkostruksikannya dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).

Dalam pem bel ajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau pro yek yang
kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di be rikan bantuan
secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas. Di sam ping itu, penerapan
strategi pembel ajaran berbasis proyek/ tugas ini mendo rong tumbuhnya kompetensi
nurturant seperti kreativitas, ke mandirian, tanggung jawab, keper cayaan diri, dan
berpikir kritis dan analitis.

Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori-teori


belajar konstruktivistik.Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan
luas yang bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun pengetahuannya sendiri
di dalam konteks pengalamannya sendiri.

Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis


Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat
mendorong pebelajar mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan melalui
pengalaman langsung. Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun
berdasarkan ide-ide pebelajar sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil
tertentu, dan pebelajar mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara
langsung.

Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang bersandar pada ide
bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri di dalam konteks
pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook & Brook, 1993, 1999; Driver & Leach,
1993; Fraser, 1995). Pembelajaran konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif
pebelajar dalam memperoleh pengalaman langsung (“doing”), ketimbang pasif
“menerima” pengetahuan. Dari perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni
fenomena stimulus-respon sebagaimana dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi
belajar adalah proses yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan
pembangunan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von Glaserfeld, dalam
Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang dilakukan dalam proyek memberikan pengalaman
belajar yang dapat membantu refleksi dan mendekatkan hubungan aktivitas dunia
nyata dengan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat
berkembang lebih luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino,
Zech, Bransford, & The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).

Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang mendasarkan pada
aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan
konseptual dan prosedural (Gagne, 1985), yang pada khasanah lain disebut juga
knowing that dan knowing how (Wilson, 1995). Knowing ‘that’ and ‘how’ is not
sufficient without the disposition to ‘do’ (Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman
pemahaman pengetahuan tersebut dapat diamati dengan mengukur peningkatan
kecakapan akademiknya.

Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa dalam
belajar, dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti, dan
argumen-argumen.

2. Katakteristik pembelajaran berbasis proyek / tugas

Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberikan


pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa ( Gear, 1998).
Sedangkan menurut Buck Institute For Education (1999)dalam Made (2000, 145)
belajar berbasis proyek memiliki karakteristik yaitu  :

1. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja


2. Terdapat masalah yang pemecahannya  tidak ditentukan sebelumnya
3. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
4. Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan
5. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
6. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan
7. Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya
8. Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan perubahan.
3. Ciri – ciri dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas

Ada lima criteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran


berbasis proyek , lima criteria itu yaitu :

1. Keterpusatan ( centrality)

Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan
pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran,
pelajaran mengalami dan belajar konsep – konsep inti suatu disiplin ilmu melalui
proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep
utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan
merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari ,
melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.

1. Berfokus pada pertanyaan atau masalah

Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang mendorong
pelajar menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau
pokok dari disiplin.

1. Investigasi konstruktif atau desain

Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi konstruktif dapat berupadesain,


pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, deskoveri akan
tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus meliputi transformasi dan kontruksi
pengetahuan

1. Bersifat otonomi pembelajaran

Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran
terhadap proyek

1. Bersifat realisme

Pembelajaran berebasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata , berfokus pada


pertanyaanatau masalah autentik bukan simulative dan pemecahannya berpotensi
untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya.

4. Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek atau tugas

Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL yang
akan dibuat di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan,
pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan
menjadi enam tahapan sebagai berikut

1. Persiapan

Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan
pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan
menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung
keberhasilan pelajar dalam menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam
menjawab pertanyaan, beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang
penting untuk dibaca dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus
melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan
kurikulum, mengumpulkan pertanyaan, mencari web site atau sumber yang dapat
membantu pelajar dalam menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.

1. Penugasan/menentukan topik.

Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri,
pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari
sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada referensi alamat web yang berisi
materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang
berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir
dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan
topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.

1. Merencanakan kegiatan.

Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas.
Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub
topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya di
dalam web. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan
memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi
dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta
membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.

1. Investigasi dan penyajian.

Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui e-mail,


memeriksa web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan serta melakukan
survei melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen,
dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui chating.
Lalu penyajian hasil dapat berupa gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan dan
lain-lain. Secara rutin, orang tua dan pengajar berkomunikasi untuk memantau
kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.

1. Finishing.

Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil
dari kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk
pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari
kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online disajikan untuk
memungkinkan setiap individu secara langsung berkomentar dan memberikan
kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi orang lain.

1. Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar
berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
2. Kesimpulan

Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan


pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas
yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran dan memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan
belajar yang ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam
perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.

1. Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang

Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan
pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat
bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk kehilangan minat dan melalukan
tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.

Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri
yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu
mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka
mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu.
Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan
pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.

Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan
pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya, guru menekankan
pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak
menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun
jawaban-jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan”
adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu harus
dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu
tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan
kemudian menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.

1. Menganekaragamkan Tugas-tugas

Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas
pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap terlibata dan
mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada
rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan
di samping hakikat tugas beljar dan strategi-strategi kognitif yang telibat. Membaca di
dalam hati, laporan proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn
berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan
tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari
hari ke hari.

1. Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan

Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa
merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk
bekerja secara mandiri, tugas tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang
menjamin kemungkinan berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas
yang diberikan guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai
pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki
tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu
yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan
pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.

1. Memonitor Kemajuan Siswa

Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas pekerjaan
kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk
mengetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan proses-proses kognitif yang
telibat. Monitoring ini juga termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan mengembalikan
tugas dengan umpan balik. Pad saat beberfapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka
guru dapat bekerja dengan siswa lain.a dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau
10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan apakah
mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam kelompok-
kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling di antara siswa yang bekerja secara
mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru
mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda mereka dengan
umpan balik.

Kompetensi yang dikembangkan selain kompetensi disiplin ilmu (discipline-based


competencies) dan kompetensi interpersonal (interpersonal competencies ) dan
kompetensi intrapersonal ( intrapersonal competencies) dalam diri siswa. Kompetensi
disiplin ilmu berkaitan dengan pemahaman konsep, prinsip dan teori dari disiplin ilmu.
Kompetensi interpersonal mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi,
berperilaku sopan dan baik, menangani konflik, bekerjasama, membantu orang lain,
dan menjalin hubungan dengan orang lain dan masyarakat. Kompetensi intrapersonal
mencakup apresiasi terhadap keragaman, melakukan refleksi diri, disiplin, beretos kerja
tinggi, membiasakan diri hidup sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan
mempunyai motivasi.

 Kompetensi yang telah diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan kompetensi yang
amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan
kompetensi yang amat penting di tempat kerja. Karena hakikat kerja proyek adalah
kolaboratif, maka pengembangan kompetensi tersebut berlangsung di antara pebelajar.
Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu
memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.

6. Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek atau tugas

è Keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi.

Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka
tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga
melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa
melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang
lain.

1. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan


perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan
perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan
masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek
membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.

1. Meningkatkan kolaborasi.

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan


mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja
kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif
dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan
bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam
lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).

1. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.

Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk


menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang
diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

1. Increased resource – management skills


Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik menberikan kepada
siswa pembelajaran dan praktik dalam pengorganisasian proyek dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperi perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

è Kelemahan dari pembelajaran ini yaitu :

1. Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah


kedisiplinan , untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan menfasilitasi
peserta didik dalam menghadapi masalah .
2. Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan
masalah.
3. Memerlukan biaya yang cukup banyak
4. Banyak peralatan yang harus disediakan

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang peserta didik
dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah ,
membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan
menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar , memilih
lokasi penelitian yang terjangkau yang tidak membutuhkan banyak  biaya dan waktu.

PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)

PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)

A. Pengertian

Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/ CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel, sehingga dapat diterapkan dari satu permasalahan atau konteks, ke
permasalahan atau konteks lainnya.

Jadi dalam pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mampu memahami makna


materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, sehingga siswa memiliki ketrampilan yang
dapat diterapkan dalam kehidupan nyata berkaitan dengan materi yang diajarkan
tersebut. Kehidupan nyata siswa tersebut berkaitan dengan kehidupan sosialnya,
kehidupan pribadinya maupun kehidupan budaya dari lingkungan siswa tersebut.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment).
Jadi pembelajaran kontekstual menitikberatkan pada suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa.
Salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual ini dapat kita temui dalam
pembelajaran berbasis jasa layanan, yakni menempatkan siswa di dalam konteks
bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah,
guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan hubungan antara
pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan
ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan
berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui
proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.

B. Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan
merupakan salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu,
ciri-ciri pembelajaran berbasis jasa layanan harus sesuai dengan cirri-ciri pembelajaran
kontekstual. Cirri-ciri tersebut antara lain:

1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)


Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan
pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran
akademik, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri,
berarti mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar.
Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar
menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL

2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)


Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di
dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan siswa.

3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)


Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri,
melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari
dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri,
memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.

4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka
memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.

5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)


Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir
tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan
nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah,
menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian serta
ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu

6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)


Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-
kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian:
integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dan
sebagainya. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor dan
mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat,
kebutuhan dan kemampuannya.

7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)


Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai
keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan dia dibantu oleh
gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.

8. Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assessment)


Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan
keterampilan akademik baru dalam situasi nayata untuk tujuan tertentu. Penilaian
autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik memberi
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil
mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.

Penjelasan-penjelasan di atas merupakan ciri-ciri pembelajaran kontekstual, dari ciri-


ciri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan
mengandung ciri bahwa:

1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan kerjasama


kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk
memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas
terstruktur).

C. Kesimpulan

Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang


mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah,
guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan hubungan antara
pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan
ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan
berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui
proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran
efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pembelajaran berbasis jasa layanan
mengandung ciri bahwa:

1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan kerjasama


kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk
memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas
terstruktur).

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-berbasis-jasa-
layanan.html#ixzz2uZdA2G4Y

Advertisements
REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

Anda mungkin juga menyukai