Berikut akan saya paparkan macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk
dapat dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini
kita hanya familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah.
padahal banyak sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam
usaha meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan
dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang sudah kita tetapkan di awal tercapai
dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang berkualitas serta tercipta pengalaman-
pengalaman yang menarik.
Selanjutnya anda dapat mengklik metode di bawah ini, karena dalam micro teaching di
daftar mata kuliah saya dan termasuk kedalam pembahasan kependidikan jadi disini
akan dijelaskan secara singat untuk masing-masing metode tersebut.
10. MIND MAPPING
11. MAKE – A MATCH
mencari pasangan (lorna Curran 1994)
12. THINK PIR AND SHARE
13. DEBATE
14. ROLE PLAYING
15. GROUP INVESTIGATION
Sharan 1992
16. TALKING STICK
17. BERTUKAR PASANGAN
18. SNOWBALL THROWING
26. WORD SQUARE
27. SCRAMBLE
29. CONSEPT SENTENCES
30. COMPLETTE SENTENCE
34. TARI BAMBU
35. DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STRAY TWO STRAY)
SPENCER KAGAN 1992)
38. INQUIRY
1. Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-
example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media
gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa
untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan
yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis
gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada
didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih
menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas
tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek
psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti :
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP,
Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan
haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang
dapat juga melihat dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa
untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya
dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah
melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example
and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi
konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara
cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu
definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai
dengan konsep yang ada.
– Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi
yang sedang dibahas, sedangkan
– non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu
materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah
suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari
sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example
diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam
mengenai materi yang ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka
untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non
Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu
konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih
terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah
dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
1. Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai
7. Kesimpulan
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran
Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling
asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu
metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi
urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model
apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses
pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru,
berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya
harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang
dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau
software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif
picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi
urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan
logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai
berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi
Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat
mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus
menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM
yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru
memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang
menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang
baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh
tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh
temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa
akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan
selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar
dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan
undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau
dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD
dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan
teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin
menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-
penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi,
menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut
penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa
siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan
materi pelajaran
KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model
Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif
picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai
berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara
logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28)
dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam
Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi
enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang
akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa
yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18),
antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa
untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman
dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk
memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan,
karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran
yang sesuai.
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara
lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
Kelebihan:
Kekurangan:
1. Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model
pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada
kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep,
keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya,
sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi
rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan
kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari
berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT
pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari
model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan
menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur
kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian
ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti
ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam
mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih
siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara
dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Kepala
bernomor struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih
manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan
memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-
beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu
yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat
bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang
bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk
menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga
semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap
kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab
pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok
tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain
yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas
yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua
mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok
lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur
1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran
menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
2) Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya
untuk mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu
dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja
mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal
dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
Menyajikan informasi
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
h. Penutup.
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan
yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin
kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
Excellent 22,6 – 30
c) Meningkatkan komitmen
c) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota
yang pandai lebih dominan.
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat
menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian
diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa
mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep
fisika secara benar.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
student-teams.html#ixzz2uZXKTNWl
1. Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s.
Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Pada model
pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangan dibutuhkan, dengan
dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari
kelompok asal dan kelompok ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok
belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri
dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman
dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar
terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang
ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-
masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik
mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota
kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah
pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan
mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat
pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi
pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga
pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe
Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan
informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan
kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang biberikan.
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti
gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran
Jigsaw, yaitu:
Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua
sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau
menghargai prestasi kelompok.
3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
1. Kelebihan
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
1. Kelemahan
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok
menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan
pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk
mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian
memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan
secara akurat.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
jigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
INTRODUCTION)
Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses
dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya
berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh
pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa dalam
mencapai keterampilan self directed learning.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah
adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa
untuk terus belajar.
Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini
difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru
mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses
pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan
masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan
transfers pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang
berkaitan dengan PBL
Pannen (2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada
delapan tahapan, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran,
logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi
dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk
penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model,
dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu
mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam
kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam
menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi
pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah.
8. Menyajikan temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau
solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang.
Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai, pertimbangkan
presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik, atau suara.
A. Tugas Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya
model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1. Penetapan Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan
untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya ketrampilan menyelidiki,
memahami peran orang dewasa dn membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri
Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga
dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk
memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah
kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi
pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan masalah adalah
dengan menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan
misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok belajar kooperatif juga diperlukan pengembangan ketrampilan kerja
sama di anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara
bersama.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir
pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang
mereka gunakan.
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatihv
Siswa sebagai problem solverv
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasiv
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)Ø
memonitor pembelajaranØ
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )Ø
menjaga agar siswa terlibatØ
mengatur dinamika kelompokØ
menjaga berlangsungnya prosesØ
peserta yang aktifØ
terlibat langsung dalam pembelajaranØ
membangun pembelajaranØ
menarik untuk dipecahkanØ
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajariØ
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh
pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan
berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan
operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
F. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960-an di
sekolah kedokteran di McMaster University di Kanada.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui
kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang
beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat
hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,
menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan
membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat
memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL
dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga
diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-
hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar menjadi
mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan
pemecahan masalah, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru, belajar
peranan orang dewasa yang otentik,
MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
1. Pengertian
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di
kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat
pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat
luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat
dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita
bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang
alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan
bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara
mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga
dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an.
Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki
sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral
tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide
terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping
juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya
yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan
satu informasi kepada informasi yang lain.
Catatan biasa :
a. Catatan Biasa
f. Statis
Mind mapping :
a. Peta pikiran
c. Berwarna warni
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan
potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan
kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat
segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi
warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi
yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini
disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa
setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang
kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru
dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi
belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004.
Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang
diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-
tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar,
simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri
yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang
bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri
dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi
pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu
ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat.
Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan
garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang
sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk
menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal
siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok
secara berpasangan ( 2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil,
kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
7. Kesimpulan/penutup.
a. Merencana
b. Berkomunikasi
c. Menjadi Kreatif
d. Menghemat Waktu
e. Menyelesaikan Masalah
f. Memusatkan Perhatian
KESIMPULAN
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara
mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga
dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Kelebihan :
Kekurangan :
1. PENGERTIAN
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa
kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa
jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang
konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan
pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri.
Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas
dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas
permasalahan atau konsep yang dipelajari.
Ternyata suatu penelitian telah membuktikan setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil
belajar siwa tenyata dengan pendekatan seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum
maksimal. Hal ini tampak pada pencapaian nilai akhir siswa .
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang
dilakukan belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan
dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur keterampilan
siswa .
Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang
ada di lingkungan sekitarnya .Atas dasar itulah mencoba dikembangkan pendekatan
kooperatif dalam pembelajaran dengan metode make a match.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah
ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan
menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial.
Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang
meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30)
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan
metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan
merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan
metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan
kartunya diberi poin.
Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada metode ini. Di samping manfaat yang
dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan
temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main
dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul
adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja
kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika
gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati
beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada
dasarnya menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada
langkah pembukaan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a match, siswa
nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode
pencarian kartu pasangan ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat
di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas
secara bersama-sama.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode
make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih
menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan
kartunya masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian
sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116), “Motivasi yang kuat erat
hubungannya dengan peningkatan keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan
strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-
kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan,
akan tumbuh kegiatan kreatif.” Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat
membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu
menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran
mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan
keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan
kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam
kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
1. Pengertian
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan
waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di
universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair
share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam
think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan
saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa
membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan
siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru
memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok
keseluruhan.
1. Langkah-langkah
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban
atau masalah.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban
jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus
yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit
untuk berpasangan.
Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan
yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih
bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang
lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
6. Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya
untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kelas.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran
dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
16. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan
selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga
dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi
siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini
akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
20. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang
diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat
diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh
siswa dapat lebih optimal.
3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran
yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama
sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
8. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena
ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
9. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
12. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai
dengan taraf berfikir anak
13. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah
diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini
merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
14. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan
waktu yang terbatas.
16. Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu
antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
A. PENGERTIAN DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara
perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan
perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti
parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini,
debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat
dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat
legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan
menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat
sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan
aturan (“format”) yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing
mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau
beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat.
Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan
dan kemampuan debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk
menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan
pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan
kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan
atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah “debat
parlementer” sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai
format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya
sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World
Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di
tingkat universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat
sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai
pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian,
beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari
negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English
as Second Language – ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia,
Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain
Filipina dan Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi
oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di
tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang
diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti
oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang
pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas
Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun
secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih
setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan
Association for Critical Thinking (ACT).
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan
oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara
ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh
pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan
tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-
aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi
dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-
masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup
oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information – POI) mirip dengan format BP. POI
hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI
dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating
Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi
debat juga menggunakan format ini.
e. American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya
dengan susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)
California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate
League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah
dengan susunan pidato sebagai berikut:
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat
ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama
dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
Ibarat pakaian yang penuh variasi lengkap dengan berbagai corak warna dan modelnya,
semua itu adalah dengan tujuan agar si pemakai merasa nyaman, aman, terlindung,
juga agar merasa percaya diri dan dihargai/dihormati orang lain. Orang lain yang
memandang cara berpakaian pun akan merasa senang, simpati, bahkan mungkin
tertarik akan performa dan potongan/model pakaian tersebut. Maka secara lugas dapat
dikatakan bahwa tujuan daripada berpakaian sudah tercapai.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
artikulasi.html#ixzz2uZYtdYcN
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif
melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris)
bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan
yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn
standar kompetensi memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan
bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran
dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau
menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara
aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya
aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan,
manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat
memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan
ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua,
role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
Ketiga, role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing
pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita
(Bobby DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua
ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam
cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya
selain kelebihan terdapat kelemahan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-role-
playing.html#ixzz2uZYxvua6
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk
melakukan metode Group Investigationadalah:
2. Rencana Kooperatif.
3. Peran Guru.
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis
kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan
tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari
langkah 1 diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi
yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang
terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada
langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang
menarik di depan kelas.
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu
perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh
guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok, atau keduanya.
Tahap I
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi
Mengidentifikasi topik dan membagi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan
siswa ke dalam kelompok. heterogenitas.
Tahap II
Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota.
Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti,
Merencanakan tugas.
bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.
Tahap III
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi,
membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam
Membuat penyelidikan.
pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.
Tahap IV
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan
Mempersiapkan tugas akhir. dipresentasikan di depan kelas.
Tahap V
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap
Mempresentasikan tugas akhir. mengikuti.
Tahap VI Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan
dipresentasikan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-group-
investigation.html#ixzz2uZZPsRyR
1. Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya
dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui
berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Jadi ,model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan
suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan
peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa
secara maksimal.danmenekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran., Belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di
dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang
diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil penelitian
baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas
terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada
guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan
fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator,
organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat,
keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran
terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan
pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
3. Langkah-langkah pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini
saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya
untuk mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat
mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya
dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui
berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan)
Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini
saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
Keunggulan :
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
bertukar-pasangan.html#ixzz2uZZWKdYa
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis,
karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau berbicara. Akan
tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan
melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan
mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari
temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi
yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga
memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan
menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi
alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru
kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola
(kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa
yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.
Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan
keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh
kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam diri siswa. Di
sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan
kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan
imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul
dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan untuk
mata pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu pengetahuan
social adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan
pengembangan yang mendalam karena materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini
pembelajaran hanya berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat
menggunakan model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cenderung menggunakan rumus yang
relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.
Kelebihan:
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
snowball-throwing.html#ixzz2uZZZU5Zc
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya
melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide
yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pengertian-model-
pembelajaran-student.html#ixzz2uZZdtnxx
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
1. Pengertian
Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa
yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-
yel lainnya yang disukai.
Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model
pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di
dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga para siswa merasa lebih tertarik.
Karena dalam model pembelajaran course review horay ini, apabila siswa dapat
menjawab pertanyaan secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata
“hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun
individu siswa itu sendiri.
Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran
dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan
pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok
yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus
langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini pengujian
pemahaman siswa dengan menggunakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan
jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang benar
harus langsung segera menyoraki kata-kata “horay” atau menyoraki yel-yelnya.
Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka
seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse Review Horay
menjadi salah satu alternative sebagai pembelajaran yang mengarah pada pemahaman
konsep. Pembelajaran Course Review Horay, merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil.
2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan
kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu
atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak,
guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
7. Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( √ ) dan langsung berteriak horay
atau menyanyikan yel-yelnya.
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .
9. Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak
memperoleh horay.
10. Penutup
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-course-
review-horay.html#ixzz2uZZtkw00
Model Pembelajaran Talking Stick
Model Pembelajaran Talking Stick
Sejarah Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan
pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol
Locust berikut ini :The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes
as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in
council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern
would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and
begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the
talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the
stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak
had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Artinya:
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran
Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk
melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan
dan membuat siswa aktif. Langkah-langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai
berikut.
Kelebihan:
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).
D. Kesimpulan
1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang
diberikan secara bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih mental anak
didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
talking-stick.html#ixzz2uZZyAQpF
Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru
atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam
penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat,
memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di
Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya
terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa
sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman
yang berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu
besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di
Demonstrasikan.
4. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga
kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.
• Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh
guru dapat di amati
• Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi
proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada
masalah lain
• Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
• Dapat menambah pengalaman anak didik
• Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
• Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
• Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut
serta berperan secara langsung.
a. Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah ;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan
dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan
c. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
• Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
• Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga
semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
• Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
b. Pelaksanaannya:
Hal-hal yang mesti di lakukan adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6. Menghindari ketegangan
6. Evaluasi:
Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat
laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah
ataupun di rumah.
B. Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit bersama-sama
mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat
dari sesuatu aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi pendidikan agama Islam”
mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di
lakukan murid untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya
mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di
lakuka dalam mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen
adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis,
latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan
masarakat dan lain-lainnya.
Hal yang menarik tentang metode ini dalam pendidikan agama Islam ialah bahwa
metode ini ada kolerasinya dengan pendidikan agama Islam terutama bidang studi
fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk air suci
atau air najis atau air yang suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di buktikan secara
langsung dan di adakan penelitian secara ilmiah, maka metode Eksperiman dapat
membuktikannya dengan tepat.
2) Segi kekurangannya
Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen adalah sebagai
berikut;
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan
petunjuk-petunjuk seperlunya
a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang di Demonstrasikan
atau di Eksperienkan
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan
keterampilan dalam berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka
mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau
eksperimen.
Kesimpulan
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-dan-
eksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
Model pembelajaran Explicit instruction
Model pembelajaran Explicit instruction
Pengertian
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu
siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model
Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends (2001:264) juga mengatakan
hal yang sama yaitu :”A teaching model that is aimed at helping student learn basic
skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here,
the model is labeled the direct instruction model”. Apabila guru menggunakan model
pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi
tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi
atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang
dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan
balik.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,
selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa:
“The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of
procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be
taught in a step-by-step fashion.”
B. Prinsip
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
explicit-instruction.html#ixzz2uZaSlNPM
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat
dikategorikan pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu
dapat dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan
model nested (terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared
(perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model
integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk
memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk
pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus
mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah
menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan
lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan
UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk
menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to
live together), (Depdiknas, 2002).
E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini
siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan
dengan materi yang dijelaskan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circ-
cooperative.html#ixzz2uZamkHzS
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk
lingkaran kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama menghadap ke
dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE-
LINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang di
lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian
seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dengan singkat dan teratur.
Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan :
Membutuhkan ruang kelas yang besar.Ø
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga
rumit untuk dilakukan.Ø
Alasan :
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran
besar – lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi dengan
menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian
makhluk hidup sangat cocok untuk model outside – inside – circle (lingkaran besar –
lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari,
melalui penjelasan dari guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak
memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dengan informasi yang
disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan
lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak mudah
mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini
juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru
untuk membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing
masing-masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.
Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran besar –
lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside – circle) (lingkaran
besar – lingkaran kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh anak berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia
yang mengubah permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam
pertukaran pikiran dan informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan
guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan kepada
beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman
pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran outside – inside – circle materi
akan mudah dipahami oleh anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat
dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan
tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside – inside – circle
ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh anak.
St standar Kompetisi :
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
A. Indikator :
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan
B. Tujuan pembelajaran :
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
C. Materi pembelajaran :
• LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang
menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods
mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdo’a bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan tingkat
kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup
F. Sumber bahan :
– Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
– LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
– Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
G. Penilaian
– Test perbuatan dalam kegiatan
– Tes lisan
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-inside-
outside.html#ixzz2uZauLNPm
A. Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2
(dua) macam, yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan
kesulitan.
Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah
sebagai berikut :
1. siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media: :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah
pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk
menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel
pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang
isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan
ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis
didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10
cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh
duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan
kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya
CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
• tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
• yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.
JAWABAN:
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
cooperative-learning.html#ixzz2uZaxj99D
Pengertian
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang
dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan
kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar
kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
yang telah diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan
atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang
telah disediakan.
3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
A G U A N D M E N
N B A R T I R T D
G A N R N R S U S
U D G T U T G R Z
I O O L S A I U I
N R P A I P A N F
I A S O L I O A U
S R I N H B C N U
CONTOH SOALNYA :
3. Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang berbeda
disebut…
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi
yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari
jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam
berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.
3. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau
potensi yang dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-
masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis,
sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model
pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode
ceramah namun untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah
disampaikan maka diberikan lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban
yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam
mencari pilihan jawaban yang ada dengan tepat. Namun sebagaimanan model
pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word square mempunyai kekurangan
dan kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima
bahan mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa
hanya dituntut untuk mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa
masing-masing. Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan
berfikir efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat
dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-word-
square.html#ixzz2uZb6Ll3H
Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari
pertanyaan pada kolom A!
Kolom A
Kolom B
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
scramble.html#ixzz2uZbB3HCM
MODEL PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model
pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi
pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain).
Kelebihan :
Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena
mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain.
Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan
informasi.
Kelemahan:
Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang
diterima siswa lain pun akan kurang tepat.
1. Media Model Pembelajaran Take and Give
b) Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang
diberi informasi, kompetensi dan sajian materi.
1. Contoh Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI :
3. dst.
1. Langkah-langkah Umum
2. Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
3. Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan selama 45
menit.
4. Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan,
setiap siswa diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.
5. Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan
untuk saling menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus
mencatat nama teman pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.
6. Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing (take and give).
7. Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give dengan
memberikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
8. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.
9. Guru menutup pelajaran.
1. Materi Pembelajaran IPA yang Sesuai untuk Model Pembelajaran
Take and Give
2. Materi Pelajaran IPA kelas 5
Bab I Alat Pernafasan
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-take-
and-give.html#ixzz2uZbEwKLz
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik,
maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan
pada saat mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa
belajar dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata
kunci yang telah diberikan oleh guru kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan
pada kartu kata yang dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat
yang telah dipelajari sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga
siswa bersemangat untuk memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas
pola kalimat yang telah diberikan oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu
,maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari masing-masing kelompok sebanyak
dua orang kedepan .Wakil dari kelompok diharuskan membuat beberapa dari kata
kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka
mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui
tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah
dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan
secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam
hal :
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
consept-sentence.html#ixzz2uZbLHxbH
1. Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan
sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan
menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
b. Kekurangan
1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena
biasanya hanya kata hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
4. Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di
mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan
kunci jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru
namun terkadang gurunya kurang inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan
siswanya kurang terpacu untuk mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak
kaata-kata yang rumpang yang jawabannya telah disediakan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
complete-sentence.html#ixzz2uZbQhplK
Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari
penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang
demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka
harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di
sepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata
lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa
mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan
sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru
memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil
berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang
kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-time-
token.html#ixzz2uZc6sCmJ
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran
dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep.
Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa
heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
5) Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
v Langkah-langkah pembelajaran
6) Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk
atau dari kiri ke kanan
( RPP)
Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak dapat
kembali ke wujud semula.
C. Indikator
1. Menjelaskan perubahan sifat benda dan factor-faktor yang mempengaruhinya
1. Siswa dapat mengetahui perubahan sifat benda dan factor-faktor yang
mempengaruhinya
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demosntrasi
4. Tugas kelompok
5. Evaluasi
a. Sumber
b. Media Pembelajaran
3. Kertas 8. Air
5. Lilin
a. Guru memberi salam, berdo’a, menanyakan kabar siswa dan mengabsen siswa.
i. Siswa disuruh untuk mengisi table-tabel yang ada di buku paket hal.71 dan 74 dan
menyalinnya di buku tugas.
k. Siswa dalam kelompok lain juga disuruh ikut memberikan kontribusinya dan
dilaksanakan searah dengan perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
I. Penilaian
– evaluasi
J. Evaluasi
SOAL :
a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Sumber :
http://rumahdesakoe.blogspot.com
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-round-
club-atau.html#ixzz2uZcCRIFb
A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau
berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan
pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model
pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan
memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pair-cecks-spencer-kagen-
1993.html#ixzz2uZcOcgGX
1. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar .
Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah
siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan
pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
4. Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke
ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-
masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan
terus sesuai dengan kebutuhan..
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-tari-
bambu.html#ixzz2uZcS0HYt
1. Pengertian
Menurut definisi, “belajar otentik” berarti pembelajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi
dan membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk mereka.
Pendekatan ini sangat berbeda dari kelas tradisional “kuliah”, di mana profesor
memberikan fakta-fakta mahasiswa dan konten lain yang siswa kemudian harus
menghafalkan dan ulangi pada tes. misalnya, siswa tidak hanya harus terhubung sejarah
pasca-Perang Sipil untuk peristiwa terkini dan kehidupan mereka sendiri, mereka juga
harus membantu mengajar kelas dan didorong untuk memberikan pandangan mereka
sendiri pada peristiwa sejarah. Akibatnya, mereka menjadi sejarawan.
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode
tradisional pengajaran. Literatur menunjukkan bahwa pembelajaran otentik memiliki
beberapa karakteristik kunci.
• Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi peserta didik.
• Siswa terlibat dalam eksplorasi dan penyelidikan.
• Belajar, paling sering, adalah interdisipliner.
• Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
• Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan berpikir
lebih tinggi, seperti menganalisis, sintesis, merancang, memanipulasi dan mengevaluasi
informasi.
• Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
• Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar semua
membantu / pembinaan dalam proses pembelajaran.
• Pembelajar menggunakan perancah teknik.
• Siswa memiliki peluang untuk wacana sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995 Nolan &
Francis, 1992).
4. Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam
konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan
peserta didik. Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Webster’s
Revisi lengkap Dictionary , 1998). Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat
dalam masalah belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat
koneksi langsung antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah
“tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat
[belajar] transfer” (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa harus mampu
menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa ke
pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik
menyediakan sarana untuk menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa
tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan,
tetapi mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan
pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan
untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka
(Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode
tradisional pengajaran.
b. Kekurangan
– Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang memiliki
taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan secara aktif
– Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik, karena
materi yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
– Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk melaksanakannya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-otentik-
outentic-learning.html#ixzz2uZcbsNg1
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe
ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa
dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu
yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa
untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman
dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk
memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan,
karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran
yang sesuai.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
numbered-head_21.html#ixzz2uZcgQ9Hv
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa,
Inquiry merupakan perluasan proses discovery, yang digunakan lebih mendalam,
inkuiry yang dalam bahasa InggrisInquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan,
penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk
mencari atau memahami informasi.
Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
3. Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam
proses inkuiri.
1. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.
2. Inkuiri berfokus pada hipotesis
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses
ilmiah kedalam waktu yang relative singkat, Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan
weil (1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains,
produktif dalam berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan
menganalisis informasi.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki beberapa ciri
utama, yaitu:
2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang
sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4. Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemamuan
dan kemampuan berpikir.
5. Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri menurut
Sanjaya (2009).
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan
demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa
dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari
dan menemukan.
2. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah guru
sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berfikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak,
baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal.
5. Prinsip Keterbukaan
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap
langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang
siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari
jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada
setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan data
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
3. Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan
apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan
terhadap masalah pokok.
5. Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur
penunjangnya.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman
sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan,
kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa
mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa
agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat
pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya
proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat
mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafoldingyang diperlukan oleh
siswa.
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar
dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan
siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara
mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak
diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif
pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan
cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah
yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a. Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi
waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri
sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas.
Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap
diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki
secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah
dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan
yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa
berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan
sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan
permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau
melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
1. Keunggulan :
b. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
d. SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-
rata.Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
2. Kelemahan
a. SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit mengontrol kegiatan
dan keberhasilan siswa
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam
kebiasaan siswa dalam belajar
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa waktu dan
sumber yang tersedia merupakan permasalahan dalam pembelajaran. Menanggapi
permasalahan ini, Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang
telah dimodifikasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model
inkuiri ini menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi
belajarnya juga meningkat.
Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa siswa
akan menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang
prosedur ilmiah secara langsung. Selajutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya
membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Joyce dalam
Trianto (2009) menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009) mempunyai
kelebihan, yaitu :
1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang
singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan
pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.
Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses
pengumpulan data.
1. Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang
penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus
berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama
guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif
dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan
bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan
pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009).
Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
4. Melakukan percobaan untuk memperoleh Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui
informasi percobaan
Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
inquiry.html#ixzz2uZcmpOn0
Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang dipimpin oleh
Dr. A.S. Broto pada waktu itu telah menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S. Broto
khususnya disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas
permulaan SD. Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang
pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah
berlandaskan operasional dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan;
Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali
kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan
tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia
mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi
dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah.
Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan
bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu).
Segi baiknya
a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah
mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai bacaan
dengan lancar.
Segi lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah
sekolah tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini
Metode ini tidak dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata dan kartu
kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar dengan
sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata yang tersusun menjadi kalimat
yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun
kalimat, membacanya dan yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis.
Media lain selain papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat
juga digunakan.
Metode Struktural Analitik Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang
disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struktur analitik sintetik.
Metode SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu metode pembelajaran menulis
permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar
menulis dengan menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa
dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis huruf, kartu
suku kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional metode SAS mempunyai
langkah-angkah dengan urutan sebagai berikut :
(3) Sintetik yaitu melakukan penggabungan pada struktur semula. Demikian langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode
SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan Struktur Analitik Statis.
(Subana : 176).
Sementara itu, status warga negara Indonesia telah dibicarakan dalam UU RI Pasal
4 no.12 tahun 2006, yang menjadi warga negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
bersdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum
UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara
indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Indonesia
dan ibu warga negara asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara asing dan
ibu warga negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang
di akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
kewarganegaraan ayah ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan ibunya tidak
di ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan atau tidak di ketahui keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu warga
negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau janji setia.
2.Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara asas ius
sanguinis dan asas ius soli.
a. Ius soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah
atau negara tempat dimana ia dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi warga negara A,
walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut oleh negara Inggris, Mesir
Amerika Serikat dan lain-lain.
b. Ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut
pertalian darah atau keturunan dari orang tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga negara B,
maka orang tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh RRC)
Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut, sesorang warga negara dalam suatu warga
negara pada dasarnya mempunyai hak opsi dan hak repudiasi.
1. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel
pasif)
3. Cara Mendapatkan dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Pada umumnya ada 2 kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga negara
yang memperoleh status kewrganegaranya melalui stelsel pasif dikenal juga warga
negara by opertion of law dan warga negara yang memperoleh status
kewarganegaraannya melali stelsel aktif atau dikenal dengan by registration.
1. UUD 1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam pasal
26 yaitu :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2. UU No. 3 tahun 1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara adalah
peraturan derivasi dibawah dibawah UU 1945 yang digunakan untuk menegakan
kedudukan Negara RI dengan warga negaranya dan kedudukan penduduk negara RI.
4. UU No.12 tahun 2006
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang lebih
revolusioner dan aspiratif, seperti :
1. Siapa yang mnjadi warga negara Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3. Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia
5. Ketentuan pidana
6.Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu
mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam
konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27 sampai pasal
34. berikut ini dijelaskan secara lebih rinci terntang persamaan kedudukan warga
negara, dalam berbagai bidang kehidupan.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini memencarkan persamaan akan
keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan
diatur pelaksanaanya.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud persamaan kedudukan warga negara di
indonesia dalam berbagai bidang kehidupan.
1. Bidang ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti berdagang,
bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan meningkatkan taraf
hidupnya.
2. Bidang budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan seni, misalnya
berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni bangunan dsb.
3. Bidang politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih, menjadi
anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak
untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan, dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama dalam memeluk
agama, menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya, berpindah agama ataupun
belajar tentang agama tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat dan
martabat warga negara sebagai manusia, secara bersama-sama kita wajib saling
menghargai , menghormati prinsip persamaan kedudukan sesama warga negara.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-pembelajaran-
struktural-analitik.html#ixzz2uZctBaXr
Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu
sebagai berikut :
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the
driving force in the curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi
aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi)
lebih dari satu
bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan
perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan
meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang
holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar
untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk
mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan
peristiwa yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi
anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah,
tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan siswa.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata
pelajaran maupun antarmata pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses
mempunyai beberapa ciri yaitu :
1. berpusat pada siswa (student centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, bahwa dengan adanya pemaduan itu
siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa
pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antarkonsep
dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Pembelajaran terpadu tampak
lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal
pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan
diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di
sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk
berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas
dibanding hanya sekedar keterampilan.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembalajaran terpusat pada anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak,
karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara
kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan manemukan konsep serta prinsip-
prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan
perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang
membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan
berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata
didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep
lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.halini
diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapakan
perolahan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam
kehidupannya.
3. Belajar melalui proses pengalaman langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung
pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan
melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya
secara langsung dan kemudian siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan
fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru
lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin
dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk
mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan
terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai
dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu
dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat, dan kemampua siswa sehingga
memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu
gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang
yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena
pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif
dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
b. Kekurangan
1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum
menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan
secara mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep
yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena
terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
b. Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat
bagi siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi
terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
b. Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan
yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang
pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga
mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna
mencari keterkaitan dan mencari tema.
1. Kelebihan
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan
mudah memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata
pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan
belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan
belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali
informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan
banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian
tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta
didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal
ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik
(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif
dan elaboratif (menggali dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka
penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan
bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas
internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan
wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga
akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru
perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang
menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari
beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut
untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang
komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi
pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan
salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada
saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau
mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan
latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan
memadukan materi-materidari matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas
diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar
matematika bersama-sama. Cara ini tentunya memerlukan keahlian guru untuk
memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju
tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih
pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan
pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.
2. Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan
pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran
misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan
memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik
unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema
dasar. Sedangkan tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan
siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa dengan penyesuaian dari
materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut
dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema (subtema).
H. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu
yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi dan
kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan digunakan
sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Dalam
pembalajaran terpadu perencanaan yang harus dilakukan seorang guru adalah sebagai
berikut :
a. Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang
studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah
siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan
mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran
yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain,
yaitu tema yang dipilih merupakan consensus antar siswa, misal dari buku-buku
bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat dengan
mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat
perkembanagn siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru
melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian
dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan
terbentuk jaring-jaring.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
• Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau
beberapa mata pelajaran.
• Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu
dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar
oleh para siswa.
• Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas perkembangan
berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
• Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka
kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang mengandung
substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan tema adalah sebagai berikut :
Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada beberapa
kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-
sub tema atau unit tema.
Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa. Meskipun
demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas,
dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1. Janis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi :
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan daftar cek
atau skala penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c. Evaluasi siswa
d. Jurnal siswa
e. Portofolio
f. Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan merupakan suatu
kesepakatan antara guru dan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dan Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun individual,
membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen,
pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi (Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari proses
pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal terutama untuk
memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan balikan, unjuk kerja dan
pameran, serta evaluasi.
I. Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata
pelajaran maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut keprofesionalan seorang guru
dalam mengkaitkan beberapa materi dalam satu mata pelajaran atau bahkan dari
berbagai macam mata pelajaran. Guru sangat dituntut untuk berwawasan yang luas,
sehingga dalam mengkaitkan antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah,
melainkan menjadi suatu kesatuan yang utuh.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
terpadu.html#ixzz2uZczpIaO
Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan
baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
Dalam pem bel ajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau pro yek yang
kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di be rikan bantuan
secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas. Di sam ping itu, penerapan
strategi pembel ajaran berbasis proyek/ tugas ini mendo rong tumbuhnya kompetensi
nurturant seperti kreativitas, ke mandirian, tanggung jawab, keper cayaan diri, dan
berpikir kritis dan analitis.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang bersandar pada ide
bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri di dalam konteks
pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook & Brook, 1993, 1999; Driver & Leach,
1993; Fraser, 1995). Pembelajaran konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif
pebelajar dalam memperoleh pengalaman langsung (“doing”), ketimbang pasif
“menerima” pengetahuan. Dari perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni
fenomena stimulus-respon sebagaimana dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi
belajar adalah proses yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan
pembangunan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von Glaserfeld, dalam
Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang dilakukan dalam proyek memberikan pengalaman
belajar yang dapat membantu refleksi dan mendekatkan hubungan aktivitas dunia
nyata dengan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat
berkembang lebih luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino,
Zech, Bransford, & The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang mendasarkan pada
aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan
konseptual dan prosedural (Gagne, 1985), yang pada khasanah lain disebut juga
knowing that dan knowing how (Wilson, 1995). Knowing ‘that’ and ‘how’ is not
sufficient without the disposition to ‘do’ (Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman
pemahaman pengetahuan tersebut dapat diamati dengan mengukur peningkatan
kecakapan akademiknya.
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa dalam
belajar, dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti, dan
argumen-argumen.
1. Keterpusatan ( centrality)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan
pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran,
pelajaran mengalami dan belajar konsep – konsep inti suatu disiplin ilmu melalui
proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep
utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan
merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari ,
melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang mendorong
pelajar menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau
pokok dari disiplin.
Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran
terhadap proyek
1. Bersifat realisme
Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL yang
akan dibuat di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan,
pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan
menjadi enam tahapan sebagai berikut
1. Persiapan
Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan
pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan
menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung
keberhasilan pelajar dalam menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam
menjawab pertanyaan, beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang
penting untuk dibaca dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus
melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan
kurikulum, mengumpulkan pertanyaan, mencari web site atau sumber yang dapat
membantu pelajar dalam menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.
1. Penugasan/menentukan topik.
Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri,
pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari
sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada referensi alamat web yang berisi
materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang
berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir
dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan
topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.
1. Merencanakan kegiatan.
Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas.
Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub
topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya di
dalam web. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan
memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi
dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta
membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
1. Finishing.
Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil
dari kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk
pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari
kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online disajikan untuk
memungkinkan setiap individu secara langsung berkomentar dan memberikan
kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi orang lain.
1. Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar
berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
2. Kesimpulan
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran dan memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan
belajar yang ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam
perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan
pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat
bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk kehilangan minat dan melalukan
tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri
yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu
mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka
mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu.
Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan
pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan
pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya, guru menekankan
pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak
menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun
jawaban-jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan”
adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu harus
dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu
tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan
kemudian menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
1. Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas
pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap terlibata dan
mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada
rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan
di samping hakikat tugas beljar dan strategi-strategi kognitif yang telibat. Membaca di
dalam hati, laporan proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn
berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan
tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari
hari ke hari.
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa
merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk
bekerja secara mandiri, tugas tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang
menjamin kemungkinan berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas
yang diberikan guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai
pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki
tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu
yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan
pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas pekerjaan
kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk
mengetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan proses-proses kognitif yang
telibat. Monitoring ini juga termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan mengembalikan
tugas dengan umpan balik. Pad saat beberfapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka
guru dapat bekerja dengan siswa lain.a dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau
10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan apakah
mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam kelompok-
kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling di antara siswa yang bekerja secara
mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru
mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda mereka dengan
umpan balik.
Kompetensi yang telah diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan kompetensi yang
amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan
kompetensi yang amat penting di tempat kerja. Karena hakikat kerja proyek adalah
kolaboratif, maka pengembangan kompetensi tersebut berlangsung di antara pebelajar.
Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu
memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
1. Meningkatkan motivasi.
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka
tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga
melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa
melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang
lain.
1. Meningkatkan kolaborasi.
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang peserta didik
dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah ,
membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan
menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar , memilih
lokasi penelitian yang terjangkau yang tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu.
A. Pengertian
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/ CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel, sehingga dapat diterapkan dari satu permasalahan atau konteks, ke
permasalahan atau konteks lainnya.
B. Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan
merupakan salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu,
ciri-ciri pembelajaran berbasis jasa layanan harus sesuai dengan cirri-ciri pembelajaran
kontekstual. Cirri-ciri tersebut antara lain:
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka
memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
C. Kesimpulan
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-berbasis-jasa-
layanan.html#ixzz2uZdA2G4Y
Advertisements
REPORT THIS AD
REPORT THIS AD