Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2

LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan penulis kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Jurnal
Lengkap Praktikum Analisis Mesin Listrik 2 dengan tepat waktu. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan jurnal ini tidak akan tuntas tanpa adanya
dukungan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam penyusunan jurnal lengkap ini.

Penulis menyadari bahwa dalam jurnal ini masih terdapat banyak


kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
butuhkan utuk dijadikan pedoman dalam penyusunan jurnal-jurnal selanjutnya.
Semoga jurnal ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Gowa, 20 Juni 2021

Penulis
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Motor Induksi 1 Fasa
Motor induksi satu fasa adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi
energi mekanik secara induksi. Dikatakan motor induksi karena motor ini bekerja
berdasarkan induksi medan magnet dari stator ke rotornya. Arus rotornya tidak
diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai
akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar yang
dihasilkan oleh arus stator. Motor induksi dapat ditemukan pada peralatan rumah
tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air, dan penyedot debu. Didasarkan
pada cara kerjanya, motor ini dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Motor fase belah/fase bagi (split phase motor)
Motor fase belah mempunyai kumparan utama dan bantu yang tersambung
parallel. Dalam prakteknya diusahakan antara arus kumparan bantu dan kumparan
utamanya berbeda fasa mendekati 90°. Dengan cara ini maka kumparan motor
menjadi seolah-olah seperti motor induksi dua fase yang akan dapat menghasilkan
medan magnet yang seolah-olah berputar sehingga motor induksi ini dapat
berputar sendiri.
2. Motor kapasitor (capacitor motor)
Motor kapasitor merupakan bagian dari motor fasa belah, namun yang
membedakan kedua motor tersebut adalah pada saat kondisi start motor. Motor
kapasitor ini menggunakan kapasitor pada saat startnya yang dipasang secara seri
terhadap kumparan bantu. Berdasarkan penggunaan kapasitor pada motor
kapasitor, maka motor kapasitor dibagi sebagai berikut.
a. Kapasitor start (capacitor start motor)
Pada motor kapasitor, pergeseran fase antara arus kumparan utama (Iu) dan arus
kumparan bantu (Ib) didapatkan dengan memasang sebuah kapasitor yang
dipasang seri terhadap kumparan bantunya. Kapasitor yang digunakan pada
umumnya adalah kapasior elektrolik yang pemasangannya tidak permanen pada
motor. Kapasitor start direncanakan khususnya untuk waktu pemakaian yang
singkat, sekitar 3 detik, dan tiap jam hanya 20 kali pemakaian. Bila saat start dan
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

setelah putaran motor mencapai 75% dari kecepatan penuh, saklar sentrifugal
otomatis akan terbuka untuk memutuskan kapasitor dari rangkaian, sehingga yang
tinggal selanjutnya hanya kumparan utama saja.
b. Kapasitor start-kapasitor jalan (capacitor start-capacitor run motor)
Pada dasarnya motor ini sama dengan capasitor start motor, namun pada motor ini
kumparan bantunya mempunyai 2 kapasitor dan salah satu kapasitornya selalu
dihubungkan dengan sumber tegangan. Motor ini menggunakan nilai kapasitansi
yang berbeda untuk kondisi start dan jalan. Dalam susunan pensaklaran, kapasitor
start yang seri dengan saklar start dihubung secara paralel dengan kapasitor jalan
dan kapasitor yang diparalelkan itu diserikan dengan kumparan bantu. Tipe
kapasitor yang digunakan adalah tipe elektrolit dan tipe berisi minyak. Rancangan
motor ini biasanya hanya digunakan untuk penggunaan motor satu fasa yang lebih
besar dimana khususnya diperlukan untuk kopel start yang tinggi. Motor ini
bekerja dengan kapasitor nilai tinggi saat startnya, dan setelah mencapai
kecepatan 75% dari nominalnya, maka kapasitor startnya dilepas dan motor
bekerja dengan kapasitor jalan dengan nilai kapasitor yang lebih rendah.
c. Kapasitor jalan (capacitor run motor)
Motor ini mempunyai kumparan bantu yang disambung secara seri dengan sebuah
kapasitor yang terpasang secara permanen pada rangkaian motor. Kapasitor ini
selalu berada dalam rangkaian motor, baik pada waktu start maupun jalan,
sehingga motor ini tidak memerlukan saklar otomatis. Oleh karena kapasitor yang
digunakan tersebut selalu dipakai baik pada waktu start maupun pada waktu jalan
maka harus digunakan kapasitor yang memenuhi syarat tersebut yaitu kapasitor
yang berjenis kondensator minyak, atau kondensator kertas minyak.
3. Motor kutub bayangan (shaded pole motor)
Motor kutub bayangan (Shaded pole) ini menggunakan kutup magnet stator yang
dibelah dan diberi cincin pada bagian kutup yang kecil yang disebut kutup
bayangan, dan sisi kutup yang besar disebut kutub pokok (Un shaded pole)
dengan rotor yang biasa digunakan adalah rotor sangkar tupai Motor kutub
bayangan ini biasanya diterapkan untuk kapasitas yang kecil dan sering dijumpai
pada motor-motor kipas angin yang kecil.
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

I.2. Motor Induksi 3 Fasa


Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik menjadi
energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip
antara medan stator dan medan rotor. Motor induksi tiga fasa merupakan motor
elektrik yang paling banyak digunakan dalam dunia industri. Salah satu
kelemahan motor induksi yaitu memiliki beberapa karakteristik parameter yang
tidak linier, terutama resistansi rotor yang memiliki nilai yang bervariasi untuk
kondisi operasi yang berbeda, sehingga tidak dapat mempertahankan
kecepatannya secara konstan bila terjadi perubahan beban. Oleh karena itu untuk
mendapatkan kecepatan yang konstan dan peformansi sistem yang lebih baik
terhadap perubahan beban dibutuhkan suatu pengontrol.
Prinsip kerja motor induksi 3 fasa ialah pada saat belitan stator diberi
tegangan tiga fasa, maka pada stator akan dihasilkan arus tiga fasa, arus ini
kemudian akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan
sinkron. Medan putar akan terinduksi melalui celah udara menghasilkan ggl
induksi (ggl lawan) pada belitan fasa stator. Medan putar tersebut juga akan
memotong konduktor-konduktor belitan rotor yang diam. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan relatif antara kecepatan fluksi yang berputar dengan konduktor
rotor yang diam yang disebut juga dengan slip (s). Akibatnya adanya slip maka
ggl (gaya gerak listrik) akan terinduksi pada konduktor-konduktor rotor. Karena
belitan rotor merupakan rangkaian tertutup, baik melalui cincin ujung (end ring)
ataupun tahanan luar, maka arus akan mengalir pada konduktor – konduktor rotor.
Karena konduktor – konduktor rotor yang mengalirkan arus ditempatkan di dalam
daerah medan magnet yang dihasilkan stator maka akan terbentuklah gaya
mekanik (gaya lorentz) pada konduktor – konduktor rotor. Hal ini sesuai dengan
hukum gaya Lorentz, yaitu bila suatu konduktor yang dialiri arus berada dalam
suatu kawasan medan magnet, maka konduktor tersebut akan mendapat gaya
elektromagnetik (gaya lorentz) sebesar F=B.i.l.sinθ. Arah dari gaya
elektromagnetik tersebut dapat dijelaskan oleh kaidah tangan kanan (right-hand
rule). Kaidah tangan kanan menyatakan, jika jari telunjuk menyatakan arah dari
vektor arus i dan jari tengah menyatakan arah dari vektor kerapatan fluks B, maka
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

ibu jari akan menyatakan arah gaya F yang bekerja pada konduktor tersebut. Gaya
F yang dihasilkan pada konduktor – konduktor rotor tersebut akan menghasilkan
torsi (τ). Bila torsi mula yang dihasilkan pada rotor lebih besar daripada torsi
beban (τ0 > τb), maka rotor akan berputar searah dengan putaran medan putar
stator.
Putaran rotor tidak akan sama dengan putaran medan stator, karena bila rotor
berputar sama cepatnya dengan medan sta- tor, tidak akan timbul perbedaan
kecepatan sehingga tidak ada Ggl induksi yang timbul pada rotor, tidak ada arus
dan tidak ada kopel yang mendorong rotor. Itulah sebabnya rotor selalu berputar
pada kecepatan dibawah kecepatan medan putar stator. Perbedaan kecepatan
tergantung pada besarnya beban motor. Slip mutlak menunjukkan kecepatan
relatif rotor terhadap medan putar.
Slip Mutlak = Ns – Nr
Slip (S) merupakan perbandingan slip mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit
atau prosen oleh hubungan :
Ns−Nr
S= x 100 %
Ns
Dalam keadaan diam, frekuensi rotor (f2) sama besarnya dengan frekuensi sumber

tegangan, bila rotor berputar frekuensi rotor tergantung pada besar- nya kecepatan
relatif atau slip mutlak. Frekuensi yang masuk ke kumparan stator adalah
frekuensi sumber dari sistem tenaga yang digunakan yang berasal dari frekuesi
pembangkit sistem tenaga listrik. Bila kita namakan bagian pada stator ini adalah
bagian 1 (semua tanda di stator kita tanda 1) dan bagian pada rotor kita namakan
bagian 2 (semua tanda di rotor kita beri tanda 2), maka persamaan untuk f 1 adalah
sebagai berikut.
P . Ns
f 1=
120
dan besar frekuensi pada kumparan rotor f2 adalah:
P ( Ns−Nr)
f 2=
120
f2
maka berlaku hubungan: =S ⟹ f 2=S . f 1
f1
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

I.3. Generator Sinkron


Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin listrik arus bolak
balik yang menghasilkan tegangan dan arus bolak balik (alternating current, AC)
yang bekerja dengan cara merubah energi mekanik (gerak) menjadi energi listrik
dengan adanya induksi medan magnet. Perubahan energi ini terjadi karena adanya
pergerakan relatif antara medan magnet dengan kumparan generator. Pergerakan
relatif adalah terjadinya perubahan medan magnet pada kumparan jangkar (tempat
terbangkitnya tegangan pada generator) karena pergerakan medan magnet
terhadap kumparan jangkar atau sebaliknya. Alternator ini disebut generator
sinkron (sinkron = serempak) karena kecepatan perputaran medan magnet yang
terjadi sama dengan kecepatan perputaran rotor generator. Alternator ini
menghasilkan energi listrik bolak balik (alternating current, AC) dan biasa
diproduksi untuk menghasilkan listrik AC 1-fasa atau 3-fasa.
Kecepatan perputaran generator sinkron akan mempengaruhi frekuensi listrik
yang dihasilkan generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian
elektromagnet dengan suplai arus DC untuk membentuk medan magnet pada
rotor. Medan magnet rotor ini bergerak pada searah putaran rotor. Hubungan
antara kecepatan putar medan magnet pada rotor dengan frekuensi listrik pada
stator adalah:
N r. p
f e=
120
yang mana:
fe = frekuensi listrik (Hz)
Nr = kecepatan putar rotor (rpm)
p = jumlah kutub magnet pada rotor
Dari rumus di atas terlihat bahwa frekuensi yang dihasilkan generator sinkron
sangat dipengaruhi oleh keceparan putaran rotor dan jumlah kutup magnet pada
generator. Jika beban generator berobah, akan mempengaruhi kecepatan rotor
generator. Perubahan kecepatan rotor ini secara langsung akan mempengaruhi
frekuensi yang dihasilkan generator. Kecepatan perputaran rotor pada generator
sinkron akan sama dengan kecepatan medan magnet generator. Oleh karena rotor
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

berputar pada kecepatan yang sama dengan medan magnetnya, maka generator ini
disebut generator sinkron atau lebih dikenal dengan nama Alternator. Agar daya
listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi 50 Hz atau 60 Hz, maka generator harus
berputar pada kecepatan tetap dengan jumlah kutub magnet yang telah ditentukan
yang dapat dihitung melalui persamaan di atas. Sebagai contoh untuk
membangkitkan frekuensi 50 Hz pada generator 2 kutub, maka rotor harus
berputar dengan kecepatan 3000 rpm, atau untuk membangkitkan frekuensi 50 Hz
pada generator 4 kutub, maka rotor harus berputar pada kecepatan 1500 rpm.
Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan
terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar besifat reaktif, karena itu dinyatakan
sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi magnetisasi akibat pengaruh reaktansi
jangkar (Xar ). Pada generator sinkron kutup silindris, kuat medan yang terjadi
merata di sekitar permukaan kutup, sehingga pengaruhnya terhadap kumparan
jangkar juga akan merata. Karena kuat medan ya;ng merata, maka Reaktansi ini
(Xar) dapat dijumlahkan langsung bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor
pada kumparan jangkar (Xa ) yang kemudian dikenal sebagai reaktansi sinkron
(Xs). Hubungan besarnya tegangan yang dibangkitkan alternator ini (Ea) terhadap
reaktansi sinkron ini dan tegangan terminal alternator diperlihatkan pada
persamaan- persamaan sebagai berikut.
Ea =I a ( R a+ j X s ) +V φ
X s=X ar + X a
yang mana:
Ea = tegangan induksi pada jangkar yang dibangkitkan alternator (satuan Volt)
Vφ = tegangan terminal output alternator (atau boleh dibuat Vt, satuan Volt))
Ra = resistansi jangkar (satuan Ohm)
Xs = reaktansi sinkron (satuan Ohm)
Ia = arus yang melewati jangkar generator (satuan Ampere)
Dari penjabaran rumus di atas terlihat bahwa tegangan keluaran alternator
sangat dipengaruhi oleh besarnya arus dan jenis beban alternator. Makin besar
beban alternator, maka makin besar pula drop tegangan yang terjadi pada
kumparan alternator.
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

I.4. Transformator 1 Fasa

Transformator adalah suatu alat yang dapat memindahkan daya listrik bolak-
balik dari suatu rangkain ke rangkaian yang lain. Transformator (trafo) ini pada
umumnya dipergunakan untuk sistem kelistrikan, baik untuk keperluan sistem
tenaga listrik (transmisi dan distribusi tenaga listrik) maupun untuk penggunaan
pada perangkat rangkaian elektronik. Dalam sistem tenaga listrik, trafo digunakan
untuk memindahkan energi dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik
berikutnya (tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya) tanpa merubah
frekuensi. Trafo ini dapat digunakan untuk menaikan atau menurunkan tegangan
dan arus. Trafo listrik 1-fase digunakan untuk kapasitas daya yang kecil dan pada
tegangan rendah (ke konsumen rumah tangga) dan biasanya pada tegangan
110/220 volt.

Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua jenis transfor-
mator, yaitu tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type). Pada
transformator tipe inti, kumparan mengelilingi inti, dan pada umumnya inti
transformator L atau U. Peletakkan kumparan pada inti diatur secara berhimpitan
antara kumparan primer dengan sekunder. Dengan pertimbangan kompleksitas
cara isolasi tegangan pada kumparan, biasanya sisi kumparan tinggi diletakkan di
sebelah luar. Sedangkan pada transformator tipe cangkang, kumparan dikelilingi
oleh inti, dan pada umumnya intinya berbentuk huruf E dan huruf I, atau huruf F.

Untuk membentuk sebuah transformator tipe Inti maupun Cangkang, inti dari
transformator yang berbentuk huruf ter- sebut disusun secara berlapis-lapis (la-
minasi), jadi bukan berupa besi pejal. Tujuan utama penyusunan inti secara
berlapis ini adalah untuk mengurangi kerugian energi akibat ”Eddy Current” (arus
pusar), dengan cara laminasi seperti ini maka ukuran jerat induksi yang berakibat
terjadinya rugi energi di dalam inti bisa dikurangi. Proses penyusunan inti
transformator biasanya dilakukan setelah proses pembuatan lilitan kumparan
transformator pada rangka (koker) selesai dilakukan.
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

Rasio lilitan transformator merupakan hubungan perbandingan antara lilitan


primer trafo terhadap lilitan sekunder trafo yang dapat dinyatakan sebagai berikut.
N1
=a
N2
Rasio lilitan ini juga disebut sebagai perbandingan transformasi .Untuk trafo ideal,
maka perbandingan transformasi ini juga dapat dibuatkan sebagai berikut.
I2 V 1 N1
= = =a
I1 V 2 N2
Parameter-parameter transformator 1-fasa dapat ditentukan dengan
melakukan berbagai macam pengujian. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
watak kerja trafo dengan memperhitungkan parameter-parameter utamanya yang
dapat dijabarkan sebagai berikut..
1. Resistansi ekivalen trafo yang dilihat dari sisi primer (R e1) atau dilihat dari
sisi sekunder (Re2)
2. Reaktansi bocor trafo dilihat dari sisi primer (Xe1) atau dilihat dari sisi
seakunder (Xe2)
3. Konduktansi rugi inti (G0) yang merupakan kebalikan dari resistansi R0
4. Suseptansi magnetisasi (B0) merupakan kebalikan dari reaktansi X0
Kempat parameter tersebut dapat dengan mudah ditentukan melalui dua macam
pengujian umum yang bisa dilakukan, yaitu pengujian tanpa beban (beban nol)
dan pengujian hubung singkat.
Dalam prakteknya apabila sisi kumparan sekunder transformator diberi beban
maka besar tegangan yang diinduksikan (E2) tidak akan sama dengan tegangan
pada terminal (V2), hal ini terjadi karena adanya kerugian pada kumparan
transformator. Apabila transformator diberi beban ZL maka arus I2 akan mengalir
pada beban tersebut, arus yang mengalir ini akan mengakibatkan timbulnya gaya
gerak magnet (ggm) N2.I2 yang mana arahnya cenderung melawan arah fluks
bersama yang telah ada disebabkan arus magnetisasi I m. Untuk menjaga agar

fluks bersama yang telah ada bisa dijaga dipertahankan nilainya, maka pada sisi
kumparan primer arus mengalir arus I’2 yang menentang fluks yang dibangkitkan
oleh arus beban I’2.
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

I.5. Transformator 3 Fasa


Sesuai dengan namanya maka transformator tiga fasa bekerja pada tegangan
yang memiliki tiga buah fasa. Sebuah transformator tiga fasa secara prinsip sama
dengan sebuah transformator satu fasa, perbedaan yang paling mendasar adalah
pada sistem kelistrikannya yaitu sistem satu fasa dan tiga fasa. Sehingga sebuah
transformator tiga fasa bisa dihubung bintang, segitiga, atau zig-zag.
Transformator tiga fasa banyak digunakan pada sistem transmisi dan
distribusi tenaga listrik karena pertimbangan ekonomis. Transformator tiga fasa
banyak sekali mengurangi berat dan lebar kerangka, sehingga harganya dapat
dikurangi bila dibandingkan dengan penggabungan tiga buah transformator satu
fasa dengan “rating” daya yang sama. Tetapi transformator tiga fasa juga
mempunyai kekurangan, diantaranya bila salah satu fasa mengalami kerusa- kan,
maka seluruh transformator harus dipindahkan (diganti), tetapi bila trans-
formator terdiri dari tiga buah transfor- mator satu fasa, bila salah satu fasa
transformator mengalami kerusakan. Sistem masih bisa dioperasikan dengan
sistem “open delta“.
Secara umum dikenal tiga cara untuk menyambung rangkaian listrik sebuah
transformator tiga fasa, yaitu hubungan bintang, hubungan segitiga, dan hubu-
ngan Zig-zag.
1. Hubungan Bintang – Bintang
Hubungan dari tipe ini lebih ekonomis untuk arus nominal yang kecil,
transformator tegangan tinggi. Jumlah dari lilitan perfasa dan jumlah isolasi

minimum karena tegangan fasa 1 tegangan jala-jala (Line), juga tidak ada
√3
perubahan fasa antara tegangan primer dengan sekunder. Bila beban pada sisi
sekunder dari transformator tidak seimbang, maka tegangan fasa dari sisi beban
akan berubah kecuali titik bintang dibumikan.
2. Hubungan Segitiga – Segitiga
Hubungan ini umumnya digunakan dalam sistem yang menyalurkan arus be- sar
pada tegangan rendah dan terutama saat kesinambungan dari pelayanan harus
dipelihara meskipun satu fasa mengalami kegagalan.
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

3. Hubungan Bintang – Segitiga

Hubungan transformator tipe ini pada prinsipnya digunakan, dimana tegangan


diturunkan (Step - Down), seperti pada jaringan transmisi. Pada hubungan ini,
1
perbandingan tegangan jala-jala kali perbandingan lilitan transformator dan
√3
tegangan sekunder tertinggal 30 dari tegangan primer.
4. Hubungan Segitiga – Bintang
Hubungan ini umumnya digunakan, dimana diperlukan untuk menaikkan
tegangan (Step-Up), misalnya pada awal sistem transmisis tegangan tinggi. Dalam
hubungan ini perbandingan tegangan √ 3 kali perbandingan lilitan transformator
dan tegangan sekunder mendahului sebesar 30°.
5. Hubungan Zig – Zag
Kebanyakan transformator distribusi selalu dihubungkan bintang, salah satu syarat
yang harus dipenuhi oleh transformator tersebut adalah ketiga fasanya harus
diusahakan seimbang. Apabila beban tidak seimbang akan menyebabkan
timbulnya tegangan titik bintang yang tidak diinginkan, karena tegangan pada
peralatan yang digunakan pemakai akan berbeda-beda. Untuk menghindari
terjadinya tegangan titik bintang, diantaranya adalah dengan menghubungkan sisi
sekunder dalam hubungan zig-zag. Dalam hubungan zig-zag sisi sekunder terdiri
atas enam kumparan yang dihubungkan secara khusus.
Vektor tegangan primer dan sekunder sebuah transformator sangat tergantung
pada cara melilit kumparannya. Pada transformator 3 fasa, arah tegangan
menimbulkan perbedaan fasa. Arah dan besar perbedaan fasa tersebut
menyebabkan adanya berbagai kelompok hubungan pada transformator. Untuk
penentuan kelompok hubungan ini dipergunakan tiga jenis tanda atau kode, yaitu :
Kelompok sisi tegangan tinggi terdiri atas kode D, Y, Z. Kelompok sisi tegangan
rendah terdiri atas kode d, y, z. Angka jam menyatakan bagaimana letak sisi
kumparan tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah. Jarum jam panjang
dibuat selalu menunjuk angka 12 dan berimpit dengan vektor tegangan tinggi.
PRAKTIKUM ANALISIS MESIN LISTRIK 2
LABORATORIUM MESIN-MESIN LISTRIK DEPARTEMEN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

Letak vektor tegangan rendah menunjukkan arah jarum jam pendek. Sudut antara
jarum panjang dan pendek adalah pegeseran vektor tegangan tinggi dan rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Zuriman. 2018. Mesin Listrik Dasar. Padang: ITP Press


Denis, dkk. 2013. Penghasutan Balik Putaran Motor Induksi 3 Fasa Berbasis
SMS Controller Menggunakan Bahasa Pemrograman Bascom. Jurnal
Transient, Vol 2, No 4
Jie, Samuel. 2009. Pemodelan Dan Pengendalian Kecepatan Motor Induksi Tiga
Fasa. Makassar: Universitas Hasanuddin
Joni, Alpensus. 2013. Pemanfaatan Motor Induksi Satu Fasa Sebagai Generator.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Sumardjati, Prih, dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik untuk Sekolah
Menengah Kejuruan Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan
Wijaya, Mochtar. 2001. Dasar-Dasar Mesin Listrik. Jakarta: Penerbit Djambatan
Zuhal. 2000. Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai