PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Asam dan Basa
2. Untuk mengetahui Teori Asam dan Basa
3. Untuk mengetahui Sifat-Sifat Asam dan Basa
4. Untuk mengetaui Kekuatan Asam dan Basa
5. Untuk mengenal Gangguan Keseimbangan Asam Basa, Gejala, dan Cara
Mengatasinya
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum zat-zat yang berasa masam mengandung asam, contohnya asam sitrat
pada jeruk, asam cuka, dan asam semut pada semut. Sedangkan, basa umumnya mempunyai
sifat yang licin dan terasa pahit, contohnya sabun. Di laboratorium, asam dan basa secara
sederhana dapat dikenali dengan menggunakan kertas lakmus. Dalam larutan asam, kertas
lakmus biru akan berubah menjadi warna merah, sedangkan dalam larutan basa kertas lakmus
2
merah akan berubah menjadi warna biru. Larutan asam dan basa adalah contoh dari larutan
elektrolit, sehingga di dalam air akan terurai menjadi ion-ionnya.
Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion H+.
Basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion OH−.
Gas asam klorida (HCl) yang sangat larut dalam air tergolong asam Arrhenius,
sebagaimana HCl dapat terurai menjadi ion H+dan Cl− di dalam air. Berbeda halnya dengan
metana (CH4) yang bukan asam Arrhenius karena tidak dapat menghasilkan ion H+ dalam air
meskipun memiliki atom H. Natrium hidroksida (NaOH) termasuk basa Arrhenius,
sebagaimana NaOH merupakan senyawa ionik yang terdisosiasi menjadi ion Na+ dan
OH− ketika dilarutkan dalam air. Konsep asam dan basa Arrhenius ini terbatas pada kondisi
air sebagai pelarut.
Jika ditinjau dengan teori Brønsted–Lowry, pada reaksi ionisasi HCl ketika dilarutkan dalam
air, HCl berperan sebagai asam dan H2O sebagai basa.
HCl berubah menjadi ion Cl− setelah memberikan proton (H+) kepada H2O. H2O menerima
proton dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada atom O untuk berikatan dengan
H+ sehingga terbentuk ion hidronium (H3O+).
Sedangkan pada reaksi ionisasi NH3 ketika dilarutkan dalam air, NH3 berperan sebagai basa
dan H2O sebagai asam.
NH3 menerima proton (H+) dari H2O dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada
atom N untuk berikatan dengan H+ sehingga terbentuk ion ammonium (NH4+). H2O berubah
menjadi ion OH− setelah memberikan proton (H+) kepada NH3.
3
Kelebihan definisi oleh Brønsted–Lowry dibanding definisi oleh Arrhenius adalah
dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam–basa dalam fase gas, padat, cair, larutan dengan pelarut
selain air, ataupun campuran heterogen. Sebagai contoh, reaksi antara gas NH3 (basa) dan gas
HCl (asam) membentuk asap NH4Cl.
Beberapa zat dapat bertindak sebagai asam, namun juga dapat sebagai basa pada
reaksi yang lain, misalnya H2O, HCO3−, dan H2PO4−. Zat demikian disebut amfiprotik. Suatu
zat amfiprotik (misalnya H2O) akan bertindak sebagai asam bila direaksikan dengan zat yang
lebih basa darinya (misalnya NH3) dan bertindak sebagai basa bila direaksikan dengan zat
yang lebih asam darinya (misalnya HCl).
Berdasarkan definisi Lewis, asam yang berperan sebagai spesi penerima pasangan
elektron tidak hanya H+. Senyawa yang memiliki orbital kosong pada kulit valensi seperti
BF3 juga dapat berperan sebagai asam. Sebagai contoh, reaksi antara BF3 dan NH3 merupakan
reaksi asam–basa, di mana BF3 sebagai asam Lewis dan NH3 sebagai basa Lewis.
NH3 memberikan pasangan elektron kepada BF3 sehingga membentuk ikatan kovalen
koordinasi antara keduanya.
Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam–
basa lain dalam fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer
proton. Misalnya, reaksi-reaksi antara oksida asam (misalnya CO2 dan SO2) dengan oksida
basa (misalnya MgO dan CaO), reaksi-reaksi pembentukan ion kompleks seperti [Fe(CN)6]3−,
[Al(H2O)6]3+, dan [Cu(NH3)4]2+, dan sebagian reaksi dalam kimia organik.
4
2.3 Kekuatan Asam Dan Basa
Pada larutan elektrolit telah dijelaskan bahwa ada larutan yang menghantarkan arus
listrik dengan baik meskipun konsentrasinya kecil dan ada larutan menghantarkan arus
dengan buruk. Baik buruknya suatu larutan dalam menghantarkan arus listrik tergantung dari
jumlah zat yang mengalami terurai menjadi ionnya atau mengalami reaksi ionisasi
(terionisasi). Bilangan yang menyatakan perbandingan zat yang terionisasi dengan zat mula-
mula disebut sebagai derajat ionisasi yang diberi lambang α.
α= jumlah zat yang terionisasi : Jumlah zat mula-mula
Asam Kuat
Larutan elektrolit kuat akan terurai seluruhnya menjadi ion-ionnya. Larutan asam kuat
merupakan larutan elektrolit kuat yang mempunyai harga derajat ionisasi =1. Konsentrasi ion
H+ yan dihasilkan suatu larutan asam kuat sama dengan konsentrasi larutan asam tersebut.
Contoh larutan asam kuat : H2SO4, HCl, HBr, HNO3. Karena semua asam dapat terionisasi
menjadi ion H+ , maka konsentrasi H+ dapat dihitung sesuai koefisien ion H+ yang dihasilkan
dari senyawa asalnya.
Basa Kuat
Basa kuat merupakan elektrolit kuat yang mampu terionisasi seluruhnya menjadi ion OH– dan
sisa basa. Basa kuat terionisasi seluruhnya dalam air sehingga harga derajat disosiasinya 1 (α
= 1).
NaOH(aq) ——–> Na+(aq) + OH–(aq)
Ba(OH)2(aq) ———-> Ba2+(aq) + 2 OH–(aq)
Karena reaksi basa kuat adalah reaksi berkesudahan maka konsentrasi ion OH– dapat dihitung
sesuai koefisien OH– dari basa tersebut.
Basa lemah
Basa lemah merupakan elektrolit lemah sama dengan asam lemah sehingga terionisasi
sebagian dalam air 0< α < 1. Reaksi kesetimbangan basa yang terjadi:
5
NH4OH(aq) ———-> NH4+(aq) + OH–(aq)
Perhitungan untuk menentukan konsentrasi OH– pada prinsipnya sama dengan perhitungan
ion H+ pada asam lemah.
6
Pusing
Sakit kepala
Nafsu makan menurun
Mudah mengantuk
Mudah lelah
Napas cepat dan dalam
Detak jantung meningkat
3) Alkalosis respiratorik
Gejala umum alkalosis respiratorik adalah bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam.
Kondisi tersebut dikenal dengan hiperventilasi. Gejala lain yang dapat terjadi akibat
rendahnya kadar karbondioksida dalam darah, antara lain:
Pusing
Kembung
Mulut kering
Kram otot di tangan dan kaki
Kesemutan
Nyeri dada
Sesak napas
Gangguan irama jantung
4) Alkalosis metabolik
Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu kondisi ketika
penderita bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal. Kondisi ini menyebabkan kadar
oksigen dalam darah terlalu sedikit. Sebaliknya, kadar karbondioksida dalam tubuh
meningkat.
Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah, juga sering menyertai
alkalosis metabolik. Oleh karena itu, penderita dapat mengalami gejala seperti mudah lelah,
nyeri otot, sering buang air kecil (poliuria), dan gangguan irama jantung (aritmia).
Gejala lain pada penderita alkalosis metabolik meliputi kulit atau kuku membiru, sesak napas,
kram dan kejang otot, serta mudah marah.
7
Asma.
Penyakit paru obstruktif kronis.
Edema paru.
Gangguan pada sistem saraf dan otot, misalnya multiple sclerosis dan distrofi otot.
Kondisi lain yang membuat sesorang terganggu dalam bernapas, misalnya obesitas
atau skoliosis.
Sedangkan asidosis respiratorik akut umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:
Henti jantung.
Penyakit paru-paru, misalnya asma, pneumonia, dan emfisema.
Kelemahan otot pernapasan.
Terdapat sumbatan pada saluran pernapasan.
Overdosis obat penenang.
2) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau saat
ginjal hanya mampu membuang sedikit asam melalui urine. Asidosis metabolik terbagi dalam
beberapa jenis, yaitu:
Selain beberapa kondisi di atas, asidosis metabolik juga dapat disebabkan oleh penyakit
ginjal, dehidrasi berat, dan keracunan aspirin.
3) Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu kondisi
ketika seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Hiperventilasi tersebut bisa
disebabkan oleh perasaan panik dan cemas. Kondisi lain yang dapat memicu alkalosis
respiratorik adalah:
Demam tinggi
Berada di dataran tinggi
Penyakit paru
Penyakit liver
Kekurangan oksigen
Keracunan salisilat
8
4) Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan
basa. Beberapa hal yang dapat memicu kondisi tersebut adalah:
pH darah
Tingkat keseimbangan asam basa dinilai normal bila pH darah berada dalam kisaran
7,35 sampai 7,45. Kadar pH yang kurang dari 7,35 dinilai terlalu asam.
Bikarbonat
Bikarbonat adalah zat kimia yang berfungsi menyeimbangkan kadar asam dan basa.
Kadar bikarbonat normal berkisar antara 22-28 mEq/L.
Saturasi oksigen
Saturasi oksigen adalah ukuran kadar oksigen yang dibawa oleh hemoglobin di dalam
sel darah merah. Nilai saturasi oksigen (SaO2) normal berkisar antara 94-100 persen.
Tekanan parsial oksigen (PaO2) merupakan ukuran tekanan oksigen yang larut dalam
darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik oksigen mengalir dari paru-paru ke darah. PaO2
normal berada dalam rentang 75-100 mmHg.
Tekanan parsial karbondioksida (PaCO2) adalah ukuran tekanan CO2 yang larut
dalam darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik CO2 keluar dari tubuh. Nilai normal
PaCO2 berada dalam kisaran 38-42 mmHg.
2) Tes darah metabolik
9
Tes darah untuk melihat kelainan metabolik dilakukan dengan mengambil sampel
darah pasien melalui pembuluh darah vena di tangan atau lengan. Selain digunakan untuk
mengukur kadar pH darah, tes ini juga mengukur sejumlah unsur kimia dalam darah seperti
gula darah, protein, kalsium, dan elektrolit.
3) Pemeriksaan paru-paru
Pada pasien yang diduga mengalami asidosis respiratorik, dokter akan menjalankan
Rontgen dada untuk melihat kondisi paru-parunya. Selain Rontgen dada, dokter dapat
menjalankan tes fungsi paru seperti spirometri dan plethysmography. Spirometri adalah
pemeriksaan untuk mengukur jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan.
Sedangkan plethysmography bertujuan mengukur volume udara di dalam paru-paru.
Selain melalui pemeriksaan sampel darah, gangguan keseimbangan asam basa dapat
didiagnosis melalui tes urine (urinalisis). Melalui urinalisis, dapat menjadi tanda perubahan
kadar asam basa pada pasien.
Pada penderita asidosis laktat, dokter dapat memberikan suplemen bikarbonat atau
suntik pengganti cairan tubuh. Pemberian oksigen atau antibiotik juga dapat dilakukan,
tergantung kepada penyebab yang mendasarinya.
3) Alkalosis respiratorik
10
Pada alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hiperventilasi, dokter dapat
menyarankan pasien menghirup karbondioksida. Pertama-tama, buang napas ke dalam
kantong kertas. Kemudian, hirup karbondioksida di dalam kantong tadi. Ulangi langkah
tersebut hingga beberapa kali. Cara ini bisa membantu menaikkan kadar karbondioksida
dalam darah.
Perlu diketahui bahwa metode di atas hanya boleh dilakukan bila dokter telah
memastikan hiperventilasi terjadi akibat gangguan keseimbangan asam basa. Jika Anda baru
pertama kali mengalami gejala tersebut, sangat disarankan untuk segera mencari pertolongan
medis ke rumah sakit.
4) Alkalosis metabolik
Penanganan alkalosis metabolik tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pada
sejumlah kasus, dokter dapat memberikan beberapa jenis obat di bawah ini:
Batu ginjal
Gagal ginjal
Penyakit tulang
Terhambatnya proses tumbuh kembang
Kegagalan sistem pernapasan
Syok
Seperti halnya asidosis, alkalosis yang tidak ditangani dapat menimbulkan sejumlah
komplikasi, yaitu:
11
Menjaga berat badan ideal, karena obesitas (berat badan berlebih) dapat membuat
Anda susah bernapas.
Alkalosis dapat dicegah dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi, dan menjalani pola
makan yang sehat. Memilih makanan bergizi dan tinggi kalium dapat membantu mencegah
kekurangan elektrolit. Contoh makanan berkadar kalium tinggi adalah bayam, kacang-
kacangan, pisang, dan wortel.
Sedangkan untuk mencegah dehidrasi, disarankan melakukan sejumlah hal berikut:
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme
dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia
diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi
CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.
3.2 Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan kesempurnaan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://pengertianahli.id/2014/01/pengertian-asam-dan-basa-kimia.html
http://vietriy.blogspot.com/2014/12/makalah-keseimbangan-asam-basa.html
https://www.studiobelajar.com/teori-asam-basa/
https://ajarkimia.wordpress.com/kimia-xi/larutan-asam-dan-larutan-basa/materi/b-kekuatan-asam-
basa/
https://www.alodokter.com/gangguan-keseimbangan-asam-basa
https://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Kimia/Materi:Asam,_Basa,_Garam
14