Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki
sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk
menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama
menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan
warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat
asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan
juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pHmerupakan suatu parameter yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang
dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH
suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meter. Dengan
penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang keseimbangan asam basa
setra berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa.
Serta menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien dengan
gangguan keseimbangan asam dan basa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian Asam dan Basa?
2. Bagaimana Sifat-Sifat Asam dan Basa?
3. Apa saja Teori Asam dan Basa?
4. Bagaimana kekuatan Asam dan Basa?
5. Apa saja Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Asam dan Basa
2. Untuk mengetahui Teori Asam dan Basa
3. Untuk mengetahui Sifat-Sifat Asam dan Basa
4. Untuk mengetaui Kekuatan Asam dan Basa
5. Untuk mengenal Gangguan Keseimbangan Asam Basa, Gejala, dan Cara
Mengatasinya

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asam Dan Basa


Asam dan basa adalah dua senyawa kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Pengertian Asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan ke dalam air akan
menghasilkan ion hidronium (H+). Asam umumnya adalah senyawa kovalen dan akan
bersifat asam bila sudah larut ke dalam air. Contohnya, gas hidrogen klorida bukan
merupakan asam, tetapi bila sudah dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion H+.
Dipandang dari jumlah ion yang dihasilkan, jenis asam dibedakan menjadi asam
kuat dan asam lemah. Asam kuat adalah asam yang mudah terionisasi dan banyak
menghasilkan ion H+ dalam larutannya. Sedangkan, asam lemah adalah asam yang sedikit
terionisasi dan menghasilkan sedikit ion H+ dalam larutannya. Contoh asam kuat antara lain
HCl. HBr, HI, H2SO4 HNO3, dan HClO4.
Sifat-sifat asam ialah :

- Dapat menimbulkan korosif


- Mengubah kertas lakmus biru menjadi merah
- Ph < 7
- Menghasilkan ion H+

Sedangkan, Pengertian Basa adalah suatu senyawa yang di dalam air (larutan) dapat


menghasilkan ion OH-. Umumnya basa terbentuk dari senyawa ion yang mengandung gugus
hidroksida (OH-) di dalamnya. Amonia (NH3) meskipun merupakan suatu senyawa kovalen,
tetapi di dalam air termasuk senyawa basa, sebab setelah dilarutkan ke dalam air dapat
menghasilkan ion OH-. Berdasarkan daya hantar listriknya, jenis basa dibedakan ke
dalam basa kuat dan basa lemah. Basa kuat adalah basa yang terionisasi sempurnya,
contohnya KOH, NaOH, Ba(OH)2, dan Ca(OH)2. Sedangkan, basa kuat adalah basa yang
hanya sedikit terionisasi dalam air, contohnya NH3 dan Al(OH)3.
Sifat-sifat basa ialah :

- Terasa licin di kulit


- Mengubah kertas lakmus merah menjadi biru
- Ph > 7
- Menghasilkan OH- dalam air

Secara umum zat-zat yang berasa masam mengandung asam, contohnya asam sitrat
pada jeruk, asam cuka, dan asam semut pada semut. Sedangkan, basa umumnya mempunyai
sifat yang licin dan terasa pahit, contohnya sabun. Di laboratorium, asam dan basa secara
sederhana dapat dikenali dengan menggunakan kertas lakmus. Dalam larutan asam, kertas
lakmus biru akan berubah menjadi warna merah, sedangkan dalam larutan basa kertas lakmus

2
merah akan berubah menjadi warna biru. Larutan asam dan basa adalah contoh dari larutan
elektrolit, sehingga di dalam air akan terurai menjadi ion-ionnya.

2.2 Teori Asam Dan Basa


 Teori Asam Basa Arrhenius
Teori ini pertama kalinya dikemukakan pada tahun 1884 oleh Svante August
Arrhenius. Menurut Arrhenius, definisi dari asam dan basa, yaitu:

 Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion H+.
 Basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion OH−.

Gas asam klorida (HCl) yang sangat larut dalam air tergolong asam Arrhenius,
sebagaimana HCl dapat terurai menjadi ion H+dan Cl− di dalam air. Berbeda halnya dengan
metana (CH4) yang bukan asam Arrhenius karena tidak dapat menghasilkan ion H+ dalam air
meskipun memiliki atom H. Natrium hidroksida (NaOH) termasuk basa Arrhenius,
sebagaimana NaOH merupakan senyawa ionik yang terdisosiasi menjadi ion Na+ dan
OH− ketika dilarutkan dalam air. Konsep asam dan basa Arrhenius ini terbatas pada kondisi
air sebagai pelarut.

 Teori Asam Basa Brønsted–Lowry


Pada tahun 1923, Johannes N. Brønsted dan Thomas M. Lowry secara terpisah
mengajukan definisi asam dan basa yang lebih luas. Konsep yang diajukan tersebut
didasarkan pada fakta bahwa reaksi asam–basa melibatkan transfer proton (ion H+) dari satu
zat ke zat lainnya. Proses transfer proton ini selalu melibatkan asam sebagai pemberi/donor
proton dan basa sebagai penerima/akseptor proton. Jadi, menurut definisi asam basa
Brønsted–Lowry,
 Asam adalah donor proton.
 Basa adalah akseptor proton.

Jika ditinjau dengan teori Brønsted–Lowry, pada reaksi ionisasi HCl ketika dilarutkan dalam
air, HCl berperan sebagai asam dan H2O sebagai basa.

HCl(aq) + H2O(l) → Cl−(aq) + H3O+(aq)

HCl berubah menjadi ion Cl− setelah memberikan proton (H+) kepada H2O. H2O menerima
proton dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada atom O untuk berikatan dengan
H+ sehingga terbentuk ion hidronium (H3O+).
Sedangkan pada reaksi ionisasi NH3 ketika dilarutkan dalam air, NH3 berperan sebagai basa
dan H2O sebagai asam.

NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

NH3 menerima proton (H+) dari H2O dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada
atom N untuk berikatan dengan H+ sehingga terbentuk ion ammonium (NH4+). H2O berubah
menjadi ion OH− setelah memberikan proton (H+) kepada NH3.

3
Kelebihan definisi oleh Brønsted–Lowry dibanding definisi oleh Arrhenius adalah
dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam–basa dalam fase gas, padat, cair, larutan dengan pelarut
selain air, ataupun campuran heterogen. Sebagai contoh, reaksi antara gas NH3 (basa) dan gas
HCl (asam) membentuk asap NH4Cl.

NH3(g) + HCl(g) → NH4Cl(s)

Beberapa zat dapat bertindak sebagai asam, namun juga dapat sebagai basa pada
reaksi yang lain, misalnya H2O, HCO3−, dan H2PO4−. Zat demikian disebut amfiprotik. Suatu
zat amfiprotik (misalnya H2O) akan bertindak sebagai asam bila direaksikan dengan zat yang
lebih basa darinya (misalnya NH3) dan bertindak sebagai basa bila direaksikan dengan zat
yang lebih asam darinya (misalnya HCl).

 Teori Asam Basa Lewis


Pada tahun 1923, G. N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih luas
dibanding kedua teori sebelumnya dengan menekankan pada pasangan elektron yang
berkaitan dengan struktur dan ikatan. Menurut definisi asam basa Lewis,

 Asam adalah akseptor pasangan elektron.


 Basa adalah donor pasangan elektron.

Berdasarkan definisi Lewis, asam yang berperan sebagai spesi penerima pasangan
elektron tidak hanya H+. Senyawa yang memiliki orbital kosong pada kulit valensi seperti
BF3 juga dapat berperan sebagai asam. Sebagai contoh, reaksi antara BF3 dan NH3 merupakan
reaksi asam–basa, di mana BF3 sebagai asam Lewis dan NH3 sebagai basa Lewis.
NH3 memberikan pasangan elektron kepada BF3 sehingga membentuk ikatan kovalen
koordinasi antara keduanya.

Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam–
basa lain dalam fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer
proton. Misalnya, reaksi-reaksi antara oksida asam (misalnya CO2 dan SO2) dengan oksida
basa (misalnya MgO dan CaO), reaksi-reaksi pembentukan ion kompleks seperti [Fe(CN)6]3−,
[Al(H2O)6]3+, dan [Cu(NH3)4]2+, dan sebagian reaksi dalam kimia organik.

4
2.3 Kekuatan Asam Dan Basa
Pada larutan elektrolit telah dijelaskan bahwa ada larutan yang menghantarkan arus
listrik dengan baik meskipun konsentrasinya kecil dan ada larutan menghantarkan arus
dengan buruk. Baik buruknya suatu larutan dalam menghantarkan arus listrik tergantung dari
jumlah zat yang mengalami terurai menjadi ionnya atau mengalami reaksi ionisasi
(terionisasi). Bilangan yang menyatakan perbandingan zat yang terionisasi dengan zat mula-
mula disebut sebagai derajat ionisasi yang diberi lambang α.
α= jumlah zat yang terionisasi : Jumlah zat mula-mula
 Asam Kuat
            Larutan elektrolit kuat akan terurai seluruhnya menjadi ion-ionnya. Larutan asam kuat
merupakan larutan elektrolit kuat yang mempunyai harga derajat ionisasi =1. Konsentrasi ion
H+ yan dihasilkan suatu larutan asam kuat sama dengan konsentrasi larutan asam tersebut.
Contoh larutan asam kuat : H2SO4, HCl, HBr, HNO3. Karena semua asam dapat terionisasi
menjadi ion H+ , maka konsentrasi H+ dapat dihitung sesuai koefisien ion H+ yang dihasilkan
dari senyawa asalnya.

 Asam lemah 0< α < 1


Larutan asam lemah merupakan elektrolit lemah sehingga larutan itu akan terionisasi
sebagian menjadi ion H+ dan ion sisa asamnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi
kesetimbangan sehingga mempunyai harga tetapan kesetimbangan jika diukur pada suhu dan
tekanan tetap.
Contoh : CH3COOH,H2S,H2CO3

 Basa Kuat
Basa kuat merupakan elektrolit kuat yang mampu terionisasi seluruhnya menjadi ion OH– dan
sisa basa. Basa kuat terionisasi seluruhnya dalam air sehingga harga derajat disosiasinya 1 (α
= 1).
NaOH(aq)             ——–>            Na+(aq)    +     OH–(aq)
Ba(OH)2(aq)     ———->              Ba2+(aq)   + 2 OH–(aq)
Karena reaksi basa kuat adalah reaksi berkesudahan maka konsentrasi ion OH– dapat dihitung
sesuai koefisien  OH– dari basa tersebut.

 Basa lemah
Basa lemah merupakan elektrolit lemah sama dengan asam lemah sehingga terionisasi
sebagian dalam air 0< α < 1. Reaksi kesetimbangan basa yang terjadi:

5
NH4OH(aq)     ———->       NH4+(aq)   +   OH–(aq)
Perhitungan untuk menentukan konsentrasi OH– pada prinsipnya sama dengan perhitungan
ion H+ pada asam lemah.

2.4 Gangguan Keseimbangan Asan Dan Basa


Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam dan basa dalam
darah tidak seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja berbagai organ.
Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH
darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila pH
kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan asidosis. Sedangkan darah dengan nilai pH
lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.

 Jenis gangguan keseimbangan asam basa


Keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh fungsi paru-paru. Manusia bernapas
menghirup oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbondioksida (CO2). CO2 adalah zat
yang bersifat asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar akan memengaruhi keseimbangan pH
darah, sehingga dapat menimbulkan asidosis atau alkalosis. Asidosis dan alkalosis yang
disebabkan oleh gangguan pada paru-paru atau pernapasan disebut dengan asidosis
respiratorik dan alkalosis respiratorik.
Asidosis dan alkalosis juga dapat terjadi ketika produksi asam basa dalam tubuh tidak
seimbang atau bisa juga terjadi akibat ginjal tidak bisa membuang kelebihan asam atau basa
dari dalam tubuh. Asidosis dan alkalosis yang terjadi akibat dua kondisi di atas disebut
asidosis metabolik dan alkalosis metabolik.

 Gejala Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Gejala gangguan keseimbangan asam basa tergantung kepada jenis gangguan yang
dialami. Di bawah ini akan dijelaskan dengan lebih rinci mengenai gejala pada masing-
masing gangguan tersebut.
1) Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka panjang
(kronis). Umumnya asidosis respiratorik kronis tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun
pada beberapa kasus, penderita dapat mengalami hilang ingatan, gangguan tidur, dan
perubahan kepribadian.
Sedangkan pada asidosis respiratorik akut, gejala awalnya adalah sakit kepala, cemas,
gelisah, bingung, dan penglihatan kabur. Bila tidak segera ditangani, dapat muncul gejala lain
seperti lemas, sesak napas, penurunan kesadaran, hingga koma.
2) Asidosis metabolik
Gejala asidosis metabolik cukup beragam. Beberapa penderita kondisi ini umumnya
memiliki napas yang beraroma buah. Gejala tersebut merupakan tanda ketoasidosis
diabetik atau asidosis metabolik yang terjadi pada pasien diabetes. Ketoasidosis diabetik
termasuk kondisi berbahaya, yang dapat mengganggu fungsi hati dan ginjal.
Gejala lain asidosis metabolik meliputi:

6
 Pusing
 Sakit kepala
 Nafsu makan menurun
 Mudah mengantuk
 Mudah lelah
 Napas cepat dan dalam
 Detak jantung meningkat

3) Alkalosis respiratorik
Gejala umum alkalosis respiratorik adalah bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam.
Kondisi tersebut dikenal dengan hiperventilasi. Gejala lain yang dapat terjadi akibat
rendahnya kadar karbondioksida dalam darah, antara lain:

 Pusing
 Kembung
 Mulut kering
 Kram otot di tangan dan kaki
 Kesemutan
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Gangguan irama jantung

4) Alkalosis metabolik
Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu kondisi ketika
penderita bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal. Kondisi ini menyebabkan kadar
oksigen dalam darah terlalu sedikit. Sebaliknya, kadar karbondioksida dalam tubuh
meningkat.
Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah, juga sering menyertai
alkalosis metabolik. Oleh karena itu, penderita dapat mengalami gejala seperti mudah lelah,
nyeri otot, sering buang air kecil (poliuria), dan gangguan irama jantung (aritmia).
Gejala lain pada penderita alkalosis metabolik meliputi kulit atau kuku membiru, sesak napas,
kram dan kejang otot, serta mudah marah.

 Penyebab Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Masing-masing jenis gangguan keseimbangan asam basa, disebabkan oleh kondisi
yang berbeda pula. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik disebabkan oleh gangguan
pada paru-paru. Sedangkan asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dipicu oleh masalah
pada organ ginjal.
Di bawah ini akan dijelaskan penyebab pada tiap jenis gangguan keseimbangan asam basa.
1) Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain yang
memengaruhi fungsi paru-paru dalam membuang karbondioksida (CO2). Dengan kata lain,
asidosis respiratorik terjadi ketika tubuh hanya dapat membuang sedikit CO2. Sejumlah
kondisi yang dapat memicu asidosis respiratorik kronis, antara lain:

7
 Asma.
 Penyakit paru obstruktif kronis.
 Edema paru.
 Gangguan pada sistem saraf dan otot, misalnya multiple sclerosis dan distrofi otot.
 Kondisi lain yang membuat sesorang terganggu dalam bernapas, misalnya obesitas
atau skoliosis.

Sedangkan asidosis respiratorik akut umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:

 Henti jantung.
 Penyakit paru-paru, misalnya asma, pneumonia, dan emfisema.
 Kelemahan otot pernapasan.
 Terdapat sumbatan pada saluran pernapasan.
 Overdosis obat penenang.

2) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau saat
ginjal hanya mampu membuang sedikit asam melalui urine. Asidosis metabolik terbagi dalam
beberapa jenis, yaitu:

 Asidosis diabetik. Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik terjadi ketika tubuh


kekurangan insulin, sehingga lemak yang dipecah bukan karbohidrat. Pemecahan
lemak ini mengakibatkan keton darah yang bersifat asam meningkat. Kondisi ini
lazim lebih sering terjadi pada pasien diabetes tipe 1 yang tidak terkontrol.
 Asidosis hiperkloremik. Asidosis hiperkloremik disebabkan oleh kurangnya kadar
natrium bikarbonat dalam tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh diare
 Asidosis laktat. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kelebihan asam laktat. Asidosis laktat
dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol (ketoasidosis alkoholik), kanker, gagal
jantung, kejang, gagal hati, kadar gula darah rendah, serta kekurangan oksigen dan
olahraga yang berlebihan.

Selain beberapa kondisi di atas, asidosis metabolik juga dapat disebabkan oleh penyakit
ginjal, dehidrasi berat, dan keracunan aspirin.
3) Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu kondisi
ketika seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam. Hiperventilasi tersebut bisa
disebabkan oleh perasaan panik dan cemas. Kondisi lain yang dapat memicu alkalosis
respiratorik adalah:

 Demam tinggi
 Berada di dataran tinggi
 Penyakit paru
 Penyakit liver
 Kekurangan oksigen
 Keracunan salisilat

8
4) Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau kelebihan
basa. Beberapa hal yang dapat memicu kondisi tersebut adalah:

 Muntah berkepanjangan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan elektrolit.


 Penggunaan obat diuretik yang berlebihan.
 Penyakit kelenjar adrenal.
 Penggunaan obat pencahar dan obat maag (antasida).

 Diagnosis Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Ada beberapa metode pemeriksaan untuk mendiagnosis gangguan keseimbangan
asam basa, di antaranya adalah:
1) Analisa gas darah
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien melalui pembuluh
darah arteri di pergelangan tangan, lengan, atau selangkangan. Analisa gas darah mengukur
sejumlah unsur yang memengaruhi keseimbangan asam basa, meliputi:

 pH darah

Tingkat keseimbangan asam basa dinilai normal bila pH darah berada dalam kisaran
7,35 sampai 7,45. Kadar pH yang kurang dari 7,35 dinilai terlalu asam.

 Bikarbonat

Bikarbonat adalah zat kimia yang berfungsi menyeimbangkan kadar asam dan basa.
Kadar bikarbonat normal berkisar antara 22-28 mEq/L.

 Saturasi oksigen

Saturasi oksigen adalah ukuran kadar oksigen yang dibawa oleh hemoglobin di dalam
sel darah merah. Nilai saturasi oksigen (SaO2) normal berkisar antara 94-100 persen.

 Tekanan parsial oksigen

Tekanan parsial oksigen (PaO2) merupakan ukuran tekanan oksigen yang larut dalam
darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik oksigen mengalir dari paru-paru ke darah. PaO2
normal berada dalam rentang 75-100 mmHg.

 Tekanan parsial karbondioksida

Tekanan parsial karbondioksida (PaCO2) adalah ukuran tekanan CO2 yang larut
dalam darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik CO2 keluar dari tubuh. Nilai normal
PaCO2 berada dalam kisaran 38-42 mmHg.
2) Tes darah metabolik

9
Tes darah untuk melihat kelainan metabolik dilakukan dengan mengambil sampel
darah pasien melalui pembuluh darah vena di tangan atau lengan. Selain digunakan untuk
mengukur kadar pH darah, tes ini juga mengukur sejumlah unsur kimia dalam darah seperti
gula darah, protein, kalsium, dan elektrolit.
3) Pemeriksaan paru-paru
Pada pasien yang diduga mengalami asidosis respiratorik, dokter akan menjalankan
Rontgen dada untuk melihat kondisi paru-parunya. Selain Rontgen dada, dokter dapat
menjalankan tes fungsi paru seperti spirometri dan plethysmography. Spirometri adalah
pemeriksaan untuk mengukur jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan.
Sedangkan plethysmography bertujuan mengukur volume udara di dalam paru-paru.
Selain melalui pemeriksaan sampel darah, gangguan keseimbangan asam basa dapat
didiagnosis melalui tes urine (urinalisis). Melalui urinalisis, dapat menjadi tanda perubahan
kadar asam basa pada pasien.

 Pengobatan Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Pengobatan gangguan keseimbangan asam basa tergantung kepada jenis gangguan
yang dialami.
1) Asidosis respiratorik
Salah satu metode pengobatan pada asidosis respiratorik adalah dengan obat-obatan,
yang meliputi:

 Antibiotik, untuk menangani infeksi.


 Bronkodilator, untuk melebarkan saluran pernapasan.
 Diuretik, untuk mengurangi kelebihan cairan di jantung dan paru-paru.
 Kortikosteroid, guna mengurangi peradangan.

Asidosis respiratorik juga dapat ditangani dengan metode yang disebut continuous


positive airway pressure (CPAP). Pada terapi ini, pasien akan diminta mengenakan masker di
hidung dan/atau mulut. Kemudian, mesin yang terhubung ke masker tadi, akan mengalirkan
udara bertekanan positif ke saluran pernapasan.
2) Asidosis metabolik
Pengobatan asidosis metabolik tergantung pada penyebab yang mendasarinya, di
antaranya:

 Infus natrium bikarbonat pada asidosis hiperkloremik.


 Suntik insulin pada penderita asidosis diabetik.
 Pemberian pengganti cairan tubuh melalui suntik.
 Detoksifikasi pada asidosis yang mengalami keracunan obat atau alkohol.

Pada penderita asidosis laktat, dokter dapat memberikan suplemen bikarbonat atau
suntik pengganti cairan tubuh. Pemberian oksigen atau antibiotik juga dapat dilakukan,
tergantung kepada penyebab yang mendasarinya.
3) Alkalosis respiratorik

10
Pada alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hiperventilasi, dokter dapat
menyarankan pasien menghirup karbondioksida. Pertama-tama, buang napas ke dalam
kantong kertas. Kemudian, hirup karbondioksida di dalam kantong tadi. Ulangi langkah
tersebut hingga beberapa kali. Cara ini bisa membantu menaikkan kadar karbondioksida
dalam darah.
Perlu diketahui bahwa metode di atas hanya boleh dilakukan bila dokter telah
memastikan hiperventilasi terjadi akibat gangguan keseimbangan asam basa. Jika Anda baru
pertama kali mengalami gejala tersebut, sangat disarankan untuk segera mencari pertolongan
medis ke rumah sakit.
4) Alkalosis metabolik
Penanganan alkalosis metabolik tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pada
sejumlah kasus, dokter dapat memberikan beberapa jenis obat di bawah ini:

 Diuretik golongan penghambat karbonik anhydrase, seperti acetazolamide.


 Diuretik hemat kalium seperti spironolactone.
 ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril.
 Kortikosteroid, seperti dexamethasone.
 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen.

 Komplikasi Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Asidosis yang tidak ditangani dapat memicu sejumlah komplikasi. Di antaranya
adalah:

 Batu ginjal
 Gagal ginjal
 Penyakit tulang
 Terhambatnya proses tumbuh kembang
 Kegagalan sistem pernapasan
 Syok

Seperti halnya asidosis, alkalosis yang tidak ditangani dapat menimbulkan sejumlah
komplikasi, yaitu:

 Gangguan irama jantung (aritmia)


 Gangguan elektrolit, terutama hipokalemia
 Koma

 Pencegahan Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Asidosis tidak dapat dicegah sepenuhnya. Akan tetapi, ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan untuk menurunkan risikonya. Pencegahan tergantung kepada jenis asidosis
yang dialami, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.
1) Pencegahan asidosis respiratorik:

 Berhenti merokok untuk mencegah kerusakan paru-paru.

11
 Menjaga berat badan ideal, karena obesitas (berat badan berlebih) dapat membuat
Anda susah bernapas.

2) Pencegahan asidosis metabolik:

 Menjaga cairan tubuh tetap cukup dengan banyak minum.


 Mengontrol gula darah untuk mencegah ketoasidosis.
 Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol agar penumpukan asam laktat tidak
terjadi.

Alkalosis dapat dicegah dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi, dan menjalani pola
makan yang sehat. Memilih makanan bergizi dan tinggi kalium dapat membantu mencegah
kekurangan elektrolit. Contoh makanan berkadar kalium tinggi adalah bayam, kacang-
kacangan, pisang, dan wortel.
Sedangkan untuk mencegah dehidrasi, disarankan melakukan sejumlah hal berikut:

 Minum 8-10 gelas air putih perhari.


 Rutin minum sebelum, saat, dan setelah olahraga.
 Minum pengganti elektrolit saat sedang menjalani olahraga berat.
 Hindari minuman berkadar gula tinggi, seperti soda.
 Batasi minuman berkafein, seperti kopi dan teh.

Khusus untuk alkalosis respiratorik, pencegahan dapat dilakukan dengan menangani


penyebab hiperventilasi, seperti stres dan panik. Di antaranya dengan meditasi, latihan
pernapasan, atau olahraga rutin.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme
dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia
diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi
CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.

3.2 Saran
Demi kesempurnaan makalah ini,  kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan kesempurnaan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://pengertianahli.id/2014/01/pengertian-asam-dan-basa-kimia.html

http://vietriy.blogspot.com/2014/12/makalah-keseimbangan-asam-basa.html

https://www.studiobelajar.com/teori-asam-basa/

https://ajarkimia.wordpress.com/kimia-xi/larutan-asam-dan-larutan-basa/materi/b-kekuatan-asam-
basa/

https://www.alodokter.com/gangguan-keseimbangan-asam-basa

https://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Kimia/Materi:Asam,_Basa,_Garam

14

Anda mungkin juga menyukai