Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai tidak adekuatnya
transpor oksigen ke jaringan yang disebabkan oleh gangguan hemodinamik.
Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan tahanan vaskuler
sistemik, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel, dan sangat
kecilnya curah jantung. Syok hipovolemik adalah keadaan tidak cukup cairan
dalam pembuluh darah atau keluaran jantung tidak cukup tinggi untuk
mempertahankan peredaran darah, syok hipovolemia disebabkan oleh
berkurangnya darah secara keseluruhan (perdarahan), plasma (luka bakar), atau
cairan interstisial (diaforesis, diabetes mellitus, diabetes insipidus, muntah, diare,
atau diuresis) dalam jumlah besar. syok hipovolemia terjadi ketika volume
intravaskular berkurang mulai 15%.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Syok Hipovolemik ?
2. Apa saja etiologi dari Syok Hipovolemik ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Syok Hipovolemik ?
4. Apa saja manifestasi klinik dari Syok Hipovolemik ?
5. Bagaimana penatalaksanaan syok ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari syok
2. Mengetahui etiologi dari syok
3. Mengetahui patofisiologi syok
4. Mengetahui manifestasi klinik dari syok

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Syok Hipovolemik


1. Pengertian
Syok hipovolemik adalah suatu kondisi dimana terdapat kehilangan
volume darah sirkulasi efektif seperti plasma darah, cairan serta elektrolit
tubuh yang biasa disebabkan oleh kondisi trauma maupun non-trauma.
Syok hipovolemik merupakan type syok yang paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravascular, cairan tubuh yang terkandung yaitu
intraselular dan intravascular.
Syok hipovolemik terjadi ketika volume intravaskular berkurang mulai
15%. Hipovolemik diawali dengan mekanisme kompensasi. laju jantung
dan resistensi vaskular sistemik meningkat, meningkatkan curah jantung
dan tekanan perfusi jaringan. cairan interstisial berpindah masuk ke dalam
pembuluh darah. Hepar dan limpa menambah volume darah dengan
mencurahkan simpanan sel darah merah dan plasma darah. Pada ginjal,
renin menstimulasi pelepasan aldosteron dan retensi natrium (sekaligus air),
sedangkan antidiuretic Hormon (ADH) dari kelenjar hipofisis posterior
meningkat retensi air. akan tetapi, bila kehilangan darah atau cairan lebih
besar dari kompensasi atau terus berlanjut, mekanisme kompensasi tersebut
gagal, mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

2. Stadium Syok Hipovolemik


a) Stadium I : Terjadi jika pasien kehilangan darah kurang dari 750cc atau
sekitar 15% dari total volume darah, ekstremitas teraba dingin, tekanan
darah dan tekanan nadi masih normal, frekuensi nafas dan nadi dalam
batas normal, tetapi pasien akan terlihat sedikit cemas ataupun gelisah.
b) Stadium II : Pasien kehilangan darah 750 – 1500cc atau sekitar 15 – 30
% dari total volume darah, yang akan ditandai dengan frekuensi nadi
dan pernafasan lebih cepat, takikardi, pasien akan terlihat cemas, serta
ekstremitas sedikit lebih dingin
c) Stadium III : Pasien kehilangan darah 1500 – 2000cc atau sekitar 30 –
40 %, ditandai dengan meningkatnya frekuensi nadi diatas 120 dan

2
pernafasan diatas 30, menurunnya tekanan darah dan tekanan nadi,
lelah, pucat, diaporesis, oliguri dan pasien akan sangat cemas.
d) Stadium IV : Kehilangan darah lebih dari 2000cc atau sekitar 40%
lebih, frekuensi nadi diatas 140 dan pernafasan diatas 35, tekanan darah
yang terus menurum dari stadium III, terjadinya penurunan kesadaran
(stupor), pucat, ekstremitas dingin, anuria.

3. Etiologi
Syok hipovolemik disebabkan oleh berkurangnya darah secara
keseluruhan (perdarahan), plasma (luka bakar), atau cairan interstisial
(diaforesis, diabetes mellitus, diabetes insipidus, muntah, diare, atau diuresis)
dalam jumlah besar. Syok hipovolemik terjadi ketika volume intravaskular
berkurang mulai 15%. Menurut Jevon Philip (2008), Syok hipovolemik dapat
disebabkan oleh :
a) Trauma
b) Perdarahan Gastroinstetinal
c) Kehamilan ektopik
d) Diare, Muntah
e) Luka Bakar
f) Peritonitis
g) Diabetes insipidus menyebabkan dieresis
h) Obstruksi

4. Manifestasi Klinis
Syok Manifestasi klinis dari syok bervariasi bergantung dari jenis syok
tersebut, tanda dan gejala syok yang dapat diamati dan diukur sering
bertentangan pada situasi sebenarnya. Keluhan subjektif pada syok biasanya
tidak spesifik. Pasien dapat mengeluh berupa merasa sakit, lemah, dingin,
demam, mual, pusing, bingung, takut, haus, maupun sesak. Tanda – tanda
syok adalah sebagai berikut :
- Kulit memucat dan dingin
- Nadi lemah
- Takikardi

3
- Pusing dan lemah karena darah-darah ke otak dan itu otot berkurang
- Oliguria-anuria
- Sesak nafas / takipnea
- Hipotensi
- Hipotensi Ortostatik
- Rasa haus karena kandungan cairan dari darah berkurang
- Kelemahan, cemas, pusing, letargi sampai dengan penurunan tingkat
kesadaran yang disebabkan oleh penurunan perfusi ke serebral.
Penderita dengan kehilangan 40% darah akan mengalami penurunan
kesadaran
- Penurunan stroke volume, CO dan perfusi jaringan
- Kegagalan fungsi ginjal dengan ditandai penurunan produksi urin
(ENA, 2005)

5. Patofisiologi

Syok hipovolemik merupakan salah satu jenis syok yang sering terjadi.
Ketika terjadi penurunan volume sirkulasi, aliran balik vena ke jantung
akan menurun dan terjadi mekanisme kompensasi berupa peningkatan
aktivitas saraf simpatik dan pengeluaran hormon kotekolamin yang
menyebabkan takikardi dan akral dingin. Penurunan volume sirkulasi ini
bisa disebabkan oleh perdarahan maupun hilangnya cairan tubuh yang
menyebabkan hilangnya plasma, darah dan ciran serta elektrolit (ENA,
2005). Menurunnya volume intravaskuler akan dapat mengakibatkan
kontraktilitas pada jantung serta CO akan menurun. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah oleh hormon
katekolamin sehingga menyebabkan gangguan perfusi (Harwood Nuss &
Wolfson, 2001, dalam Ika Setyo Rini., dkk, 2019). Apabila vasokontriksi
ini terjadi secara terus-menerus maka akan terjadi kerusakan sel yang
disebabkan oleh hipoksia dan perubahan metabolisme menjadi metabolisme
anaerob (Price & Wilson, 2001 dalam Ika Setyo Rini., dkk, 2019). Apabila
aliran darah menuju otak menurun maka akan mengakibatkan konfusi yang

4
selanjutnya akan terjadi kehilangan kesadaran dan terjadi kerusakan
jaringan otak (Campbell John E., 2004 dalam Ika Setyo Rini., dkk, 2019)

6. Penatalaksanaan
Tata laksana pertama dari syok adalah untuk menemukan dan
memperbaiki atau menghilangkan penyebab yang mendasarinya. Terapi
lebih lanjut tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan dari sindrom
syok tersebut, yang di akan didiskusikan sesuai jenis syok. Sekali siklus
umpan balik terbentuk, intervensi syok menjadi sulit. Pencegahan dan terapi
dini memberikan prognosis terbaik.
a) Pemberian oksigen dan perbaikan jalan nafas
b) Pemberian terapi cairan atau obat-obatan intra vena
- Cairan fisiologis atau runger laktat
- Pemberian tambah darah
c) Hentikan perdarahan kalau ada dan pastikan jalan nafas terbuka dan
pernafasan adekuat
d) Kontrol pendarahan. Tangani seperlunya
e) Beri oksigen
f) Bidai fraktur. Membidai fraktur mengurangi pendarahan dan
meredakan nyeri.
g) Longgarkan setiap/ pakaian ketat
h) Volume sirkulasi dimonitor melalui :
- Keadaan kesadaran
- Tekanan darah, suhu, pernafasan denyut nadi
- Keadaan ekstremitas
- Jumlah urine yang keluar
- Pemeriksaan elektrolit dan hematocrit

B. Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Syok


1. Pengkjian Primer
a) Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk
mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila
perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.

5
b) Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi
suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing,
dan kaji adanya trauma pada dada.
c) Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang
cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal
biasanya dapat dikontrol dengan melakukan balut tekan pada daerah luka,
seperti di kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam rongga
toraks dan abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak yang dapat
dilakukan. PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan
ekstermitas inferior, tetapi alat ini tidak boleh mengganggu pemasangan
infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat membantu mengurangi
perdarahan pada tulang panjang.
d) Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan
tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi motorik
dan sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak

2. Pengkajian Sekunder
a) Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga
riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang
yang mengetahui kejadiannya
b) Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan
mual, kejang-kejang.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat trauma (banyak perdarahan)
2) Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
3) Riwayat infeksi (suhu tinggi)
4) Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan
obat)

6
d) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama

e) Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti
klien sebelumnya.
f) Pemeriksaan Fisik
1) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat
sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia), Warna
pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik
dan syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase lanjut syok (sering
kering pada syok septik).
2) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih
tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal
atau meninggi pada awal syok septik)
3) Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
4) Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase
kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik, respirasi
meningkat jika kondisi menjelek)
5) Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran
dan orientasi menurun, sopor sampai koma.
6) Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)
7) Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan
(pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak
diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
8) Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik,
meninggi pada syok kardiogenik
9) Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2
menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2 karena
adanya aliran pintas di paru)
g) Pemeriksaan Penunjang
1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar
ureum, kreatinin, glukosa darah.
2) Analisa gas darah

7
3) EKG

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain (Santosa,
2005):
a. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre
load dan afterload, kontraktilitas jantung.
b. Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2,
gangguan aliran arteri dan vena
c. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume cairan
secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.

4.Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria intervensi
Kolaborasi
Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d gangguan - Cardiac Pump - Evaluasi adanya nyeri
irama jantung, stroke effectiveness dada
volume, pre load - Circulation - Catat adanya disritmia
dan afterload, Status jantung
kontraktilitas jantung. - Vital Sign - Catat adanya tanda dan
Status gejala penurunan
DO/DS: - Tissue cardiac putput
- Aritmia, perfusion: - Monitor status
takikardia, perifer pernafasan
bradikardia - Monitor balance cairan
- Palpitasi, Setelah dilakukan - Monitor respon pasien
oedem asuhan terhadap efek
- Kelelahan Selama......penurunan pengobatan
- Peningkatan/pen kardiak antiaritmia
urunan JVP output klien teratasi - Atur periode latihan
- Distensi vena dengan kriteria hasil: dan istirahat untuk
jugularis - Tanda Vital menghindari
- Kulit dingin dan dalam rentang Kelelahan
lembab normal - Monitor adanya
- Penurunan (Tekanan darah, dyspneu, fatigue,
denyut nadi Nadi,respirasi) tekipneu dan ortopneu
perifer - Dapat - Monitor TD, nadi,
- Oliguria, kaplari mentoleransi suhu, dan RR
refill lambat aktivitas, tidak - Monitor VS saat

8
- Nafas pendek/ ada kelelahan pasien berbaring,
sesak nafas - Tidak ada duduk, atau berdiri
- Perubahan edema paru, - Monitor TD, nadi, RR,
warna kulit perifer, dan sebelum, selama, dan
- Batuk, bunyi tidak ada asites setelah aktivitas
jantung S3/S4 - Tidak ada - Monitor jumlah, bunyi
- Kecemasan penurunan dan irama jantung
kesadaran - Monitor frekuensi dan
- AGD dalam irama pernapasan
batas normal - Monitor suhu, warna,
- Tidak ada dan kelembaban kulit
distensi vena - Monitor sianosis
leher - Monitor adanya
- Warna kulit tekanan nadi yang
normal melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah
Kolaborasi Hasil
Perfusi jaringan NOC : NIC :
tidak - Cardiac pump - Monitor nyeri dada
efektif b/d gangguan Effectiveness (durasi, intensitas dan
afinitas Hb oksigen, Circulation status faktor-faktor
penurunan - Tissue Prefusion : presipitasi)
konsentrasi Hb, cardiac, - Observasi perubahan
Hipervolemia, periferal ECG
Hipoventilasi, - Vital Sign Statusl - Auskultasi suara
gangguan transport jantung dan paru
O2, Setelah dilakukan asuhan - Monitor irama dan
gangguan aliran selama…ketidakefektifan jumlah denyut jantung
arteri dan vena perfusijaringan - Monitor angka PT,
DS: kardiopulmonal teratasi PTT dan AT
- Nyeri dada dengan kriteria hasil: - Monitor elektrolit
- Sesak nafas (potassium dan
DO - Tekanan systole magnesium)
- AGD dan diastole - Monitor status cairan
abnormal dalam rentang - Evaluasi oedem perifer
- Aritmia yang diharapkan dan denyut nadi
- Bronko - CVP dalam batas - Monitor peningkatan
spasme normal kelelahan dan
- Kapilare - Nadi perifer kuat kecemasan
refill > 3 dtk dan simetris - Jelaskan pembatasan
- Retraksi dada - Tidak ada oedem intake kafein, sodium,
- - Penggunaan perifer dan kolesterol
asites dan lemak
otot-otot
- Denyut jantung, - Kelola pemberian obat-

9
tambahan AGD, ejeksi obat: analgesik, anti
- fraksi dalam batas koagulan,
normal nitrogliserin,
- Bunyi jantung vasodilator dan
abnormal tidak diuretik.
ada - Tingkatkan istirahat
- Nyeri dada tidak (batasi pengunjung)
ada
- Kelelahan yang
ekstrim tidak
ada

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi
Hasil
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan - Fluid balance - Pertahankan
dengan:Kehilangan - Hydration catatan intake
volume cairan secara - Nutritional Status : dan output yang
aktif, Kegagalan Food and Fluid akurat
mekanisme pengaturan Intake - Monitor status
hidrasi
DS : Setelah dilakukan tindakan - nadi adekuat,
- Haus keperawatan selama…. tekanan darah
defisit volume ortostatik ), jika
DO: cairan teratasi dengan diperlukan
- Penurunan turgor kriteria hasil: Monitor hasil lab
kulit/lidah yang sesuai
- Membran - Mempertahankan dengan retensi
mukosa/kulit urine output cairan
kering sesuai dengan usia - (BUN , Hmt ,
- Peningkatan dan BB, BJ osmolalitas urin,
denyut nadi, urine normal, albumin, total
penurunan - Tekanan darah, protein )
tekanan darah, nadi, suhu tubuh - Monitor vital
penurunan dalam batas normal sign setiap
- volume/tekanan - Tidak ada tanda 15menit – 1 jam
nadi tanda dehidrasi, - Kolaborasi
- Pengisian vena - Elastisitas turgor pemberian cairan
menurun kulit baik, IV
- Perubahan status - membran mukosa - Monitor status
mental lembab, tidak nutrisi
- Konsentrasi urine - ada rasa haus yang - Berikan cairan
meningkat berlebihan oral
- Temperatur tubuh - Orientasi terhadap - Berikan
meningkat waktu dan penggantian
- Kehilangan berat tempat baik nasogatrik sesuai

10
badan secara - Jumlah dan irama output (50 –
tibatiba pernapasan 100cc/jam)
- Penurunan urine dalam batas normal - Persiapan untuk
output - Elektrolit, Hb, Hmt tranfusi
- HMT meningkat dalam batas - Pasang kateter
- Kelemahan normal jika perlu
- pH urin dalam - Monitor intake
batas normal dan urin output
- Intake oral dan setiap 8 jam
intravena adekuat

5. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan
sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini
diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan,
tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan keperawatan yang diberikan
mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga dapat menjadi
mandiri.

6. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi
b. Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal
c. Tercapainya volume cairan secara adequat

BAB III

11
DAFTAR KATA TIDAK DIMENGERTI

A. Daftar Istilah
1. Bone Ekspose : Fraktur Terbuka
2. Sample darah cross mach : Pemeriksaan uji silang serasi darah, untuk
melakukan transfusi darah
3. RL 2 Jalur : pemasangan infus RL yang di pasang pada 2 tempat
4. Operasi Cyto : Operasi dalam keadaan darurat dan membutuhkan tindakan
segera
5. Injeksi antitetanus : obat yang diberikan untuk mencegah infeksi pada
fraktur yang terbuka
B. Daftar Pertanyaan
1. Kenapa diberikan RL 1000 cc ?
= karena digunakan sebagai alternatif pilihan resusitasi cairan awal pada syok
yang tidak terkontrol, dan untuk mempertahankan volume vaskuler dan
pergantian cairan yang hilang pada ruang intertitial dan intraseluler.
2. Kenapa CRT > 3 detik ?
= karena ia mengalami syok, dimana jumlah aliran darah untuk sampai
kejaringan (perfusi) berkurang, berkurangnya ini karena mengalami
perdarahan yang hebat.
3. Apa yang menyebabkan akral teraba dingin ?
= karena ia mengalami vasokontriksi / syok
4. Apa yang menyebabkan nafas menjadi cepat ?
= hal tersebut merupakan bentuk dari kompensasi tubuh dalam memenuhi
kebutuhan oksigen karena Hb yang bertugas untuk mengikat oksigen kurang
akibat kejadian syok hipovolemik
Kata Kunci : Syok
- Nadi cepat teraba lemah : 120x / menit
- TD : 90 / 70 mmHg
- Jumlah perdarahan : 1500cc selebar 10 x 5 cm didaerah femur
- CRT >3 detik

BAB IV

12
ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS

A. KASUS
Seorang laki-laki berusia 27 tahun di antar ke UGD setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas antara motor dengan Metro Mini. Hasil pengkajian di UGD
pasien mengerang kesakitan, nafas spontan 30x/menit, nadi 120x/menit teraba
lemah, TD 90/70 mmhg, akral dingin, CRT >3 detik, jumlah perdarahan ±1500 cc
melalui luka selebar 10 x 5 cm di daerah femur, dan terlihat bone ekspose. Pasien
di UGD diberikan O2, dan pemasangan infus RL 2 jalur, derah luka dibersihkan,
dilakukan balut tekan dan pembidaian, diberi anagetik, injeksi antitetanus, dan
antibiotik. Pasien dilakukan pengambilan sample darah untuk pemeriksaan
laboratorium dan sample darah cross match. Pasien juga dipasang kateter urin.
Hasil observasi setelah 1 jam di UGD, pasien masih gelisah, nafas 26x/menit, TD
110/75 mmhg, perdarahan masih merembes, cairan RL masuk 1000 cc, urin 20
cc. Observasi masih terus dilakukan sambil dipersiapkan untuk dilakukan operasi
cito.

B. PENGKAJIAN
Data Subjektif : -
Data Objektif
A (Airway) :
B (Briting) :
C (Circulation) :
D (Disability) :
E (Exposure) :
- Pasien tampak mengerang kesakitan
- Pasien tampak cemas
- Terlihat bone expose di daerah femur
- Intake : 1000 cc
- Output : 20 cc
- Akral teraba dingin
- Perdarahan ±1500 cc
- CRT >3 detik
- Nadi teraba lemah
- Klien terlihat mengerang kesakitan (skala nyeri 9)

13
TTV :
- Rr : 26x/menit
- N = 120x/menit
- TD : 110 / 75 mmHg
- CRT > 3 detik
C. ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah Keperawatan


.
1 DS : - Perfusi Perifer Tidak Efektif
DO :
- Perdarahan ±1500 cc
- CRT >3 detik
- Nadi teraba lemah
- Klien terlihat mengerang
kesakitan (skala nyeri 9)

2 DS : - Defisien volume cairan


DO :
- Klien terpasang kateter,
haluaran urine 20 cc
- Nadi 120x/menit
- Nadi teraba lemah

3 DS : - Pola Napas Tidak Efektif


DO :
- Klien sudah mendapatkan
terapi oksigen,
RR:26x/menit
- Klien tampak cemas

4 DS : - Nyeri akut berhubungan dengan


DO : pasien tampak mengerang cedera fisik
kesakitan (skala nyeri 9)

D. DIAGNOSA
1. Nyeri Akut
2. Defisiensi Volume Cairan
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif
4. Pola Nafas Tidak Efektif

14
E. INTERVENSI

DAFTAR PUSTAKA

- Huether, Sue E., McCance, Kathryn L. 2017. Buku Ajar Patofisiologi. Singapore :
ELSEVIER
- Krisanty, Paula, Manurung, Santa, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat. Jakarta : CV. Trans Info Media
- Modul Pelatihan BTCLS (Basic Trauma and Cardiac Life Support), Ambulans
Gawat Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
- Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
- Rini, Ika setyo, Suharsono, Tony, Ulya, Ikhda, Suryanto, N., Dewi Kartikawati,
Fathoni, Mukhamad. 2019. Buku Ajar Keperawatan Pertolongan Pertama Gawat
Darurat (PPGD). Malang : UB Press
- Sutjahjo, Ari. 2016. Dasar-dasar ilmu penyakit dalam. Surabaya : Airlangga
University Press

15

Anda mungkin juga menyukai