LP Pneumonia Angky
LP Pneumonia Angky
OLEH:
62602820
KUPANG
2021
A. Pengertian
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah
akut dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan oleh
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
benda asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsulidasi
(Nurarif & kusuma 2016). pneumonia adalah terjadinya suatu radang paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
B. KLASIFIKASI
Menurut (Nurarif, 2015), klasifikasi penumonia terbagi berdasarkan anatomi dan
etiologis :
1. Pembagian Anatomis
a. Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian
besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru
terkena maka dikenal sebagai pneumonial bilateral atau
ganda.
b. Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada
ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsulidasi
dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
c. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi
yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstinium) dan
jaringan peribronkial serta interlobular.
2. Pembagian etiologis
a. Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus,
streptokokus hemolytikus, streptococcus aureus,
Hemophilus infuinzae, Bacilus Friedlander,
Mycobacterium tuberculosis.
b. Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza,
Adenovirus.
c. Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus
Neuroformans, Blastornyces Dermatitides
d. Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah),
cairan amnion,benda asing
e. Pneumonia Hipostatik
f. Sindrom Loeffler
C. ETIOLOGI
Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein(MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan
antibiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015).
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda klinis utama pneumonia bervariasi tergantung pada respon
sistemik terhadap infeksi, agen etiologi, tingkat keterlibatan paru dan obstruksi
jalan nafas. Tanda dan gejalanya antara lain: takipneu, demam, dan batuk disertai
penggunaan otot bantu nafas dan suara nafas abnormal (Terry & Sharon, 2013).
E. PATOFISIOLOGI
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar dan
respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme memasuki
saluran pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring.
Aspirasi dapat terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada pasien dengan
penurunan kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk,
pneumonia sangat jarang tersebar secara hematogen.
Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur
trakeobronkial yang bercabang-cabang mencegah mikroorganisme dengan mudah
memasuki saluran pernapasan. Faktor lain yang berperan adalah refleks batuk dan
refleks tersedak yang mencegah aspirasi.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveeolus, tubuh masih
memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag
membunuh mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme
bertahan hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi respons inflamasi host. Pada saat
inilah manifestasi klinis pneumonia akan muncul. Respons inflamasi tubuh akan
memicu pelepasan mediator inflamasi seperti IL (interleukin) dan TNF (Tumor
Necrosis Factor) yang akan menghasilkan demam. Neutrofil akan bermigrasi ke
paru-paru dan menyebabkan leukositosis perifer sehingga meningkatkan sekresi
purulen.
Mediator inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler
alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan menyebabkan
hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrat pada hasil
radiografi dan rales pada auskultasi serta hipoxemia akibat terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat mengganggu vasokontriksi
hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan
menyebabkan hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan
perubahan mekanisme paru dan menyebabkan perubahan mekanisme paru dan
volume paru dan shunting aliran darah sehingga berujung pada kematian.
F. PATHWAY
Radang bronkial
nyeri pleuritik
intoleransi aktivitas
Kelelahan kompensasi
N nyeri Frekwensi nafas
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan keperawatan klien dengan gngguan sistem pernapasan.
Jakarta : salemba medika.
Nurarif & Kusuma, 2016. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis.
Yogyakarta : MediAction
Nurarif, A. H & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & North American nursing Diagnosis Association, jilid 2 Edisi revisi,
Yogyakarta mediaction publishing.
Teery & Sharon. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan pediatrik ed. Jakarta : penerbit
Buku Kedokteran (EGC).