Oleh:
130100156
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KARAKTERISTIK PASIEN TRAUMA TORAKS DI RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN
2015
SKRIPSI
Oleh:
130100156
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
i
ii
ABSTRAK
Latar Belakang: Trauma toraks dapat terjadi pada semua kelompok umur
dan jenis kelamin. Trauma toraks dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani
secara cepat dan tepat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik pasien
trauma toraks di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2015.
Metode: Penelitian menggunakan metode retrospektif deskriptif
menggunakan data rekam medis di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari-Desember 2015.
Hasil: Keseluruhan pasien yang mengalami trauma toraks sebanyak 61
kasus. Kebanyakan kasus terjadi pada lak-laki yaitu sebanyak 50 orang (82%),
dengan kelompok umur 46-65 sebanyak 21 orang (34,4%). Paling banyak trauma
toraks disebabkan trauma tumpul sebanyak 36 orang (59%). Diagnosis paling
banyak adalah hemothorax sebanyak 17 orang (27,9%). Penanganan paling
banyak dilakukan secara operatif chest tube insertion sebanyak 36 orang (59%).
Angka kematian pasien sebanyak 8 orang (13,1%).
Kesimpulan: Angka trauma toraks lebih banyak terjadi pada kelompok
usia lansia dengan diagnosis hemothorax akibat trauma tumpul atau trauma tajam.
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa yang telah menganugerahkan waktu dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Pasien Trauma Toraks di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015” dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di
Fakultas Kedokteran.
Dalam penelitian dan pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapat
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan pengharagaan, rasa hormat, dan terimakasih kepada:
1. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Doddy Prabisma Pohan, Sp.BTKV selaku Dosen Pembimbing I, atas segala
arahan dan ilmu yang diberikan dalam proses pembuatan skripsi ini.
3. dr. Malayana R. Nasution, M.Ked(Clin-Path) Sp.PK selaku Dosen
Pembimbing II, untuk arahan dan ilmu yang diberikan dalam proses pembuatan
skripsi ini.
4. dr. Aryani A. Amra, SpM (K) dan Dr. dr. Lambok Siahaan, MKT selaku Ketua
dan Anggota Penguji, atas kritik dan saran yang membangun.
5. Drs. Ahd. Zukri Lubis dan Neri Amaliah Parinduri, S.Pd, orangtua yang selalu
mendukung penulis dari segi apapun yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT untuk kebaikan
penulis.
6. Hana Fauziyah, yang selalu memberikan saran bagi penulis dalam pembuatan
skripsi ini.
7. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini.
8. Pihak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan khususnya bagian
Instalasi Rekam Medis, atas izin yang diberikan.
v
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
d. Bagi peneliti
Sebagai pengalaman penelitian bagi penulis, serta menambah
pengetahuan tentang trauma toraks, juga sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan studi penulis di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rongga toraks adalah bagian tubuh yang terletak di antara leher dan
abdomen yang biasanya disebut dengan rongga toraks.6 Toraks merupakan bagian
atas anggota gerak tubuh yang terdiri atas muskulo-skeletal di bagian eksternal,
dinding toraks, rongga internal yang terdiri atas jantung, paru-paru, esofagus,
trakea, nervus vagus dan nervus phrenicus, duktus thoracicus, pembuluh darah -
pembuluh darah sistemik dan pulmoner. Di bagian inferior rongga toraks
dipisahkan dari rongga abdomen oleh diafragma.7 Rongga toraks berbentuk
kerucut yang menyempit di bagian superior dan semakin melebar di inferiornya.
Dinding toraks terdiri atas tulang- tulang toraks dan otot yang meluas ke bagian
iga, seperti halnya kulit, jaringan subkutaneus dan fascia yang menutupi bagian
anterolateral dan posterior. Kelanjar mammae terletak di dalam jaringan
subkutaneus dinding toraks.6
- Costa verae: tujuh pasang costa paling atas, melekat pada sternum di
bagian anterior melalui cartilago costalis nya.
- Costa spuriae: pasangan costa VIII, IX, dan X di anterior melekat satu
dengan yang lain dan ke costa VII melalui cartilago costalis dan sendi
sinovial yang kecil
- Costa fluctuantes: pasangan costa XI dan XII tidak mempunyai
perlekatan di anterior.7
yang berfungsi mengatur darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan; katup
pulmonal mengatur aliran darah dari ventrikel kanan ke paru-paru; katup mitral
mengatur aliran darah dari paru-paru yang kaya akan oksigen melewati atrium kiri
ke ventrikel kiri; katup aorta mengatur aliran dari ventrikel kiri ke aorta.8
Jantung diperdarahi oleh Arteri koroner dan Vena cardiaca. Arteri koroner
merupakan cabang utama dari aorta, yang menyuplai atrium dan ventrikel. Sinus
aorta merupakan bagian dari aorta asending kemudian bercabang menjadi arteri
koroner kanan dan kiri. Arteri koroner kanan berjalan kebawah menuju sulcus
coronarius dan memberi perdarahan dari batas jantung kanan hingga ke apeks.
Arteri koroner kiri lewat diantara auricula kiri dan truncus pulmonalis.6
Aorta adalah pembuluh nadi utama yang memasok darah yang kaya
oksigen dari ventrikel kiri jantung ke jaringan- jaringan tubuh, terdiri atas Aorta
ascendens, Arcus aorta, Aorta descendens, dan Aorta abdominalis. Arcus aorta
kemudian bercabang menjadi Arteri carotis communis sinistra dan Arteri
subclavia sinistra. Sedangkan pembuluh darah balik (vena) yang menuju ke
jantung antara lain Vena brachiocephalica yang bercabang menjadi Vena
vertebralis, Vena thyroidea inferior, Vena intercostalis posterior; dan Vena cava
superior yang bercabang menjadi Vena azygos, Vena hemiazygos inferior, Vena
hemiazygos superior; dan terdapat Vena cava inferior dan vena-vena pulmonalis.7
9
a. Trauma tumpul
Trauma tumpul adalah trauma yang disebabkan oleh benda tumpul yang tidak
menembus rongga tubuh. Jenis trauma ini paling sering dijumpai pada kasus
kecelakaan atau terjatuh. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka
antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan, dan lain-lain. Adapun
definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah tidak bermata tajam, konsistensi
keras / kenyal, permukaan halus / kasar. Trauma tumpul dapat terjadi karena
2 sebab, yaitu alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif
tidak bergerak dan orang lain yang bergerak ke arah objek atau alat yang
tidak bergerak.12
b. Trauma tajam
Trauma tajam adalah trauma yang menembus rongga tubuh, seperti luka
tembak atau luka tusuk.11 Mekanisme dari trauma tajam terbagi atas tiga
kategori, yaitu (1) trauma dengan kecepatan rendah contohnya luka akibat
tusukan pisau yang mana hanya mengenai daerah yang ditusuknya, (2) trauma
dengan kecepatan medium seperti luka akibat tembakan peluru dari pistol
softgun, (3) trauma dengan kecepatan tinggi seperti luka akibat tembakan
peluru dari senjata-senjata militer. Luasnya jaringan yang rusak bergantung
pada kekuatan objek yang menembus toraks. Kekuatan ini menimbulkan
lubang yang permanen pada daerah yang ditembusnya.13
Rib fractures adalah patah tulang iga akibat trauma, baik karena trauma
tumpul atau tajam. Manifestasi klinis fraktur iga adalah nyeri lokal, hematoma,
nyeri saat inspirasi maupun saat batuk. Komplikasi penyakit yang paling sering di
jumpai adalah pneumonia, flail chest, hemotoraks, hemopneumotoraks, kontusio
paru maupun lesi vaskular.3
Mekanisme trauma yang paling sering dijumpai pada fraktur iga pada
seseorang adalah terjatuh dari ketinggian. Pada orang dewasa, kecelakaan sepeda
motor (motor vehicle accident/MVA) adalah penyebab tersering.14
Flail chest dapat diartikan sebagai patahnya tiga atau lebih tulang iga pada
dua tempat atau lebih, yang kemudian menimbulkan masalah. Hal ini dapat
mengakibatkan cedera paru dengan proses inflamasi dan memiliki angka kematian
yang tinggi bagi pasien.16 Jika trauma pada paru-paru sangat hebat, hipoksia dapat
dijumpai pada pasien tersebut. Penegakan diagnosa pada kasus ini dengan
melakukan palpasi dimana dijumpai respirasi yang abnormal dan krepitasi.
Penanganan awal dari flail chest dengan melakukan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen, resusitasi cairan dan melakukan tindakan operatif.17
2.2.7Hemothorax
2.2.9 Hemopneumothorax
Diaphragm injury lebih sering terjadi pada paru-paru sebelah kiri, karena
hati melindungi diafragma pada sisi kanan. Kerusakan diafrgama dapat
diakibatkan trauma tumpul dan trauma tajam. Angka kematian yang tinggi
dipengaruhi oleh tingkat keparahan organ lain yang juga terkena.28 Trauma tumpul
menyebabkan herniasi dimana organ-organ intra peritoneal masuk ke rongga
toraks. Diagnosa pada diaphragm injury bila pada auskultasi dicurigai terdengar
bising usus di rongga toraks. Dilakukan foto toraks untuk menyingkirkan
diagnosa banding lain seperti elevasi diafragma, dilatasi lambung akut,
hematopeneumotoraks, atau hematoma subpulmoner. Gastric tube di masukkan
menuju lambung dengan tambahan zat kontras untuk memastikan diagnosa
keadaan ini. Penanganan diaphragm injury bersifat operatif dengan memperbaiki
diafragma yang rusak.17
BAB 3
Rib Fractures
Sternum
Fractures
Flail Chest
Simple
Pneumothorax
Tension
Pneumothorax
Open
Pneumothorax
Terbagi atas:
Hemothorax
Trauma Tajam
Toraks
Tumpul Massive
Hemothorax
Cardiac Lesion
Pulmonary
Contusion
Tracheobrochial
Tree Injury
Aortic Rupture
Diaphragm
Injury
Hemopneumotho
rax
Thoracic Spine
Fractures
21
Jenis Kelamin
Kelompok Usia
Penyebab Trauma
Trauma toraks
Diagnosis
Penanganan
Hasil Akhir
22
BAB 4
Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016.
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.31 Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi penelitian
yaitu pasien dengan trauma toraks yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi dari tanggal 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2015 dan di ambil
secara total sampling.
Kriteria inklusi :
Kriteria ekslusi :
Catatan rekam medis yang tidak lengkap, yaitu tidak tercatat usia
pasien, jenis kelamin pasien, penyebab trauma toraks, diagnosis, dan
hasil akhir.
Pada penelitian ini, data dikumpulkan dari data sekunder yaitu data yang
telah tercatat pada data rekam medis pasien yang mengalami trauma toraks.
Cara Skala
Definisi Alat Ukur Hasil Ukur
ukur Ukur
Trauma toraks Melihat Rekam Ya Nominal
merupakan trauma yang rekam medis Tidak
mengenai dinding toraks medis
atau organ intra toraks,
baik karena trauma
tumpul maupun oleh
karena trauma tajam.
Jenis kelamin adalah Melihat Rekam Laki-laki Nominal
kelas atau kelompok rekam medis Perempuan
yang terdiri dari medis
perempuan dan laki-laki.
Usia adalah usia Melihat Rekam 1 - 18 tahun Ordinal
kronologis seseorang rekam medis (anak-anak)
yang di data berdasarkan medis 19 - 60 tahun
Rekam Medis (RM). (usia produktif)
> 60 tahun
(Lansia)32,33
Penyebab dapat dibagi Melihat Rekam Trauma tumpul Ordinal
menjadi trauma tumpul rekam medis KLL
dan trauma tajam. medis Terjatuh
Trauma tumpul adalah
jenis trauma yang Trauma tajam
disebabkan benda tumpul Tertusuk Pisau
yang memiliki Tertembak
permukaan yang tidak peluru
tajam, seperti terkena
lemparan batu. Trauma
25
BAB 5
Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang
berasal dari data rekam medis pasien trauma toraks di RSUP HAM Medan pada
tahun 2015. Pengambilan data dilakukan pada hari Senin, 10-12 Oktober 2016.
Data yang diambil merupakan data rekam medis sepanjang tahun 2015. Jumlah
pasien diagnosis trauma toraks berjumlah sebanyak 61 data pasien.
Dari tabel 5.1 diketahui jenis kelamin terbanyak pasien trauma toraks
adalah laki-laki yaitu sebanyak 50 orang (82%). Pasien jenis kelamin perempuan
sebanyak 11 orang (18%).
Dari tabel 5.2 diketahui kelompok usia yang terbanyak menderita trauma
toraks adalah kelompok usia 19 - 60 tahun sebanyak 44 orang (72,1%). Kelompok
usia dengan proporsi terendah adalah kelompok 1 - 18 tahun yaitu 3 orang (4,9%).
Pasien dengan kelompok >60 tahun sebanyak 14 orang (23%).
29
No Jenis Trauma n %
1 Tumpul
- Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) 29 47,5
- Terjatuh 7 11,5
2 Tajam
- Ditusuk pisau 19 31,2
- Tertembak peluru 6 9,8
Total 61 100
Dari tabel 5.3 diketahui penyebab trauma toraks terbanyak adalah trauma
tumpul karena kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 29 orang (47,5%). Pasien
terendah mengalami trauma tajam akibat tertembak peluru sebanyak 6 orang
(9,8%).
Dari tabel 5.6 diketahui bahwa sebagian besar hasil akhir pasien adalah
rawat jalan yaitu sebanyak 53 orang (86,9%). Hasil akhir pasien yang meninggal
sebanyak 8 orang (13,1%).
31
Dari tabel 5.7 diketahui bahwa kematian terbanyak terjadi pada laki-laki
sebanyak 8 orang (100%). Pada pasien perempuan tidak dijumpai kematian.
Dari tabel 5.8 diketahui bahwa kematian terbanyak terjadi pada kelompok
usia 19 - 60 tahun sebanyak 6 orang (75%), sementara pada kelompok usia 1 - 18
tahun tidak dijumpai kematian.
32
Dari tabel 5.10 diketahui bahwa pasien yang didiagnosis dengan rib fractures,
tension pneumothorax, dan hemothorax menyebabkan kematian terbanyak,
masing-masing 2 orang (25%), sementara thoracic spine fractures menyebabkan 1
orang meninggal (12,5%) dan hemopneumothorax menyebabkan 1 orang
meninggal (12,5%).
Hasil akhir
No Penanganan
Meninggal (%) Rawat jalan (%) Total
1 Operatif
- Thoracotomy 7 (87,5%) 15 (28,3%) 22 (36,1%)
- Chest tube insertion 1 (12,5%) 35 (66%) 36 (59%)
2 Konservatif 0 (0%) 3 (5,7%) 3 (4,9%)
Total 8 (100%) 53 (100%) 61 (100%)
Dari tabel 5.11 diketahui bahwa kematian terbanyak terjadi pada pasien
yang mendapatkan penanganan secara operatif sebanyak 8 orang (100%),
sementara pada pasien yang mendapatkan penanganan secara konservatif tidak
dijumpai kematian.
Dari tabel 5.12 diketahui bahwa tertusuk pisau terbanyak terjadi pada
pasien laki-laki yaitu 15 orang (79%), sementara pasien perempuan yang
mengalami tertusuk pisau sebanyak 4 orang (21%).
Penyebab Trauma
Tumpul Tajam
No Usia
KLL (%) Jatuh (%) Pisau (%) Peluru (%) Total
Jenis Kelamin
Operatif
No Diagnosis Operatif Chest Konservatif
thoracotomy Total
tube insertion (%) (%)
(%)
Dari tabel 5.15 diketahui bahwa pasien dengan diagnosis hemothorax lebih
banyak mendapatkan penanganan secara operatif berupa chest tube insertion
sebanyak 13 orang (36,1%), sementara penanganan konservatif paling banyak
dilakukan pada thoracic sipne fractures yaitu 2 orang (66,7%).
37
5.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1, dari 61 orang penderita trauma toraks, lebih banyak
laki-laki yaitu 50 orang (82%) dibandingkan perempuan sebanyak 11 orang
(18%). Hal ini sesuai dengan penelitian Aisyah yang menyatakan bahwa trauma
lebih banyak terjadi pada laki-laki.34 Laki-laki mengalami trauma toraks lebih
banyak dari perempuan karena umumnya laki-laki lebih banyak beraktivitas diluar
rumah, seperti supir, pekerja pabrik dan buruh.35
Berdasarkan tabel 5.2, dari 61 orang penderita trauma toraks, paling
banyak pada kelompok usia produktif yaitu 19-60 tahun sebanyak 44 orang
(72,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hemmati dimana
kelompok usia terbanyak yang mengalami trauma toraks adalah usia 16-59 tahun.4
Menurut Alkoumadni, usia yang cenderung mengalami trauma toraks adalah usia
produktif.36
Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa penyebab trauma paling
banyak adalah trauma tumpul sebanyak 36 orang (59%) dan trauma tajam
sebanyak 25 orang (41%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aisyah yaitu trauma paling banyak disebabkan oleh trauma tumpul daripada
trauma tajam.34 Meningkatnya angka kejadian trauma tumpul disebabkan cepatnya
industrilisasi, bertambahnya populasi, urbanisasi, dan arus lalu lintas yang
tinggi.37,38
Berdasarkan tabel 5.4, dari 61 orang penderita trauma toraks, paling
banyak menyebabkan diagnosis berupa hemothorax sebanyak 17 orang (27,9%).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yamamoto dimana
hemothorax merupakan akibat terbanyak dari trauma di rongga toraks.39 Penyebab
dari hemothorax bisa trauma tumpul atau trauma tajam yang mengenai organ
paru-paru, seluruh pembuluh darah di rongga toraks, jantung atau daerah
abdominal yang bersamaan dengan terjadinya trauma diafragma. Trauma tumpul
dan trauma tajam dapat terjadi bersamaan, yang mengakibatkan angka kematian
meningkat signifikan.41
38
(75%) dari seluruh kematian. Penelitian yang dilakukan oleh Ekpe menyatakan
bahwa dari 149 orang yang mengalami trauma toraks, 97 mengalami trauma
tumpul dan 5 orang diantaranya meninggal.46 Angka kematian dan morbiditas
meningkat pada trauma tumpul dikarenakan kecelakaan lalu lintas dan tidak
menggunakan sabuk pengaman pada penelitian yang dilakukan Demirhan.43
Dari data penelitian tabel 5.10 diketahui bahwa penyebab kematian pada
trauma toraks paling banyak disebabkan rib fractues, tension pneumothorax dan
hemothorax yaitu masing-masing 25%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yamamoto dimana rib fractures, hemothorax dan tension
pnemuthorax merupakan kejadian yang mengancam jiwa yang memerlukan
evaluasi dan penanganan selama melakukan primary survey.39 Dari tabel diatas
diketahui juga tidak ditemukan kematian yang disebabkan simple pneumothorax.
Hal ini sesuai dengan Whizar Lugo bahwa simple pneumothorax bukan
merupakan kejadian yang mengancam jiwa.3
Dari data penelitian tabel 5.11 diketahui bahwa pasien yang mendapatkan
penanganan yang bersifat operatif lebih banyak yang meninggal daripada pasien
yang mendapatkan penanganan bersifat konservatif. Pada pasien yang
mendapatkan penangan operatif, tingkat keparahan cukup tinggi sehingga
menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan penelitian Simon bahwa kematian
pada trauma toraks jarang terjadi, kematian paling sering terjadi akibat
penanganan yang terlambat, terjadi komplikasi dari trauma, dan tergantung pada
angka harapan hidup individu tersebut.47
Dari tabel 5.12 diketahui bahwa baik trauma tumpul maupun trauma tajam
terjadi paling banyak pada laki-laki. Dari 25 penderita trauma tajam didapati lebih
banyak penderita laki-laki. Laki-laki yang mengalami kejadian tertusuk pisau
lebih banyak yaitu 15 orang (79%) dibandingkan perempuan yaitu 4 orang (21%).
Hal ini sesuai dengan penelitian Malarante dimana insiden tertusuk lebih banyak
pada laki-laki akibat penganiayaan, perkelahiaan dan pengeroyokan. Hal ini
dikarenakan meningkatnya penggunaan konsumsi minuman keras yang
disalahgunakan oleh laki-laki daripada perempuan, sehingga tingkat kriminalitas
meningkat.48
40
Dari penelitian tabel 5.13 diketahui bahwa KLL paling banyak terjadi pada
kelompok umur 19-59 tahun dengan jumlah 20 orang (69%). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohta yang menyatakan KLL adalah
penyebab utama pada kelompok usia ini, karena kelompok usia ini banyak yang
bekerja dan merupakan usia produktif.37 Terjatuh dan kecelakaan lalu lintas
menjadi penyebab utama trauma terutama cedera tulang belakang di Amerika
Serikat dan insiden terjadinya trauma tumpul cenderung meningkat.44
Dari data penelitian tabel 5.14 diketahui bahwa tension pneumothorax
paling banyak disebabkan tertembak peluru. Hal ini sesuai dengan Whizar-Lugo
yang menyatakan bahwa tension pneumothorax paling banyak disebabkan oleh
trauma tajam.3 Hemothorax lebih banyak disebabkan KLL daripada trauma tajam
sesuai dengan penelitian Cobanoglu meskipun perbedaannya tidak terlalu
mencolok. Baik trauma tumpul maupun trauma tajam dapat menimbulkan
kejadian hemothorax.49 Hal ini dikarenakan trauma tumpul atau trauma tajam
dapat menyebabkan kerusakan pada parenkim paru, seluruh pembuluh darah yang
ada di rongga toraks, maupun region abdomen yang dapat menimbulkan
hemothorax.40
Dari data penelitian tabel 5.15 diketahui bahwa penanganan hemothorax
dan hemopneumothorax bersifat operatif dengan melakukan pemasangan selang
dada. Sebagian besar kasus trauma dapat ditangani tanpa operatif thoracotomy
menggunakan pemasangan selang dada, analgetik yang adekuat dan pemasangan
sungkup.36,38 Hal ini sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan Mowery dkk
yang menyatakan pemasangan selang dada dilakukan pada pasien trauma toraks
yang mengalami hemotohorax.50
41
BAB VI
6.1 Kesimpulan
1. Angka kejadian trauma toraks di RSUP HAM Medan tahun 2015
sebanyak 61 orang.
2. Pasien trauma toraks di RSUP HAM Medan tahun 2015 paling banyak
berjenis kelamin laki-laki (82%) dan pada usia 19 - 60 tahun (72,1%).
3. Penyebab terbanyak trauma toraks di RSUP HAM Medan tahun 2015
adalah trauma tumpul karena KLL (47,5%).
4. Diagnosis terbanyak pasien trauma toraks di RSUP HAM Medan tahun
2015 adalah hemothorax (27,9%).
5. Penanganan pasien trauma toraks di RSUP HAM Medan tahun 2015
paling banyak adalah dengan tindakan operatif chest tube insertion
(59%)
6. Hasil akhir pasien trauma toraks di RSUP HAM Medan tahun 2015
terbanyak adalah rawat jalan (86,9%)
6.2 Saran
1. Bagi instansi tempat penelitian agar petugas kesehatan dapat mengisi
rekam medis lebih rapi dan lengkap, agar peneliti selanjutnya mampu
mengolah data lebih mudah.
2. Bagi masyarakat umum khususnya kelompok usia produktif (19 - 60
tahun) agar lebih berhati-hati ketika melakukan aktivitas diluar rumah
seperti berkendara.
3. Bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini lebih
lanjut sehingga menjadi rujukan bagi pengetahuan dan pembelajaran.
42
DAFTAR PUSTAKA
24. Cardiac Health, Cardiac Tamponade. [serial online]. cited 2016 Nov 11.
Available from: http://www.cardiachealth.org/cardiac-tamponade
25. Bruner DI, Lipman G, Pritchard A, Hubert A. Pulmonary Contusions.
2011. AHC Media [serial online]. Available on
https://www.ahcmedia.com/articles/131881-pulmonary-contusions
26. Le Guan M, Biegelman C, Bouherned B, Wenjie Y, Marmion F, Rouby JJ.
Chest computed tomoghrapy with ultipanar reformatted images for
diagnosing traumatic bronchial rupture: A case report. 2007. 11(5).
27. Park HS, Ryu SM, Cho SJ, Park SM, Lim SH. A Treatment Case of
Deleyed Aortic Injury: The Patient with Posterior Rib Fracture. Korean J
Thoracic Cardiovascular Surgery. 2014: 406-408
28. Kadokura M. Traumatic Injury of the Diaphragm [homepage on the
internet]. 2015. [cited 2016 Apr 29]. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26197916
29. Khan An, Garg K. Imaging in Diaphragm Injury and Paresis [homepage
on internet] 2015. [cited on 2016 Nov 4]. Medscape [serial online].
Available on http://emedicine.medscape.com/article/355284-overview
30. Leahy M, Gellman H. Thoracic Spine Fractures and Dislocations.
Medscape[serial online]. 2016. [cited on 2016 Nov 2]; Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1267029-overview
31. Sastroasmoro S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed 5. Jakarta:
Sagung Seto. 2014; hal. 55
32. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Kondisi Pencapaian
Program Kesehatan Anak Indonesia. 2014. [diakses pada 11 November
2016] dikutp dari
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-
pusdatin-info-datin.html
33. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Status Gizi. 2016.
[diakses pada 11 November 2016] dikutip dari
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-
datin.html
34. Aisyah S, Afandi D, Burhanuddin L. Penentuan Derajat Luka Berdasarkan
Metode Evaluation of Impairment Pada Rekam Medis Pasien Rumah Sakit
Bhayangkara Provinsi Riau Periode Januari-Desember 2012. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Kedokteran. 2014; 1(2)
35. Dalal S, Nityasha, Vashist M, Dahiya R. Prevalence of Chest Trauma at an
Apex Institute of North India: A Retrospective Study. The Internet Journal
of Surgery. 2008; 18(1) 1-5
36. Al-Koudmani I, Darwish B, Al-Kateb K, Taifour Y. Chest trauma
experience oven eleven-year period at al-mouasst university teaching
45
The Journal of TRAUMA Injury, Infection and Critical Care: 2011; 70(2)
510-518
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Email : RizaLubis17@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan:
1. TK Al- Barqah Panyabungan (2000)
2. SDN 142594/ 088 Panyabungan (2001-2007)
3. MTsN Panyabungan (2007-2010)
4. SMAN 1 Panyabungan (2010-2013)
5. FK USU Program Studi Pendidikan Dokter (2013-sekarang)
Riwayat Pelatihan:
1. Peserta Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) FK USU 2013
2. Peserta Manajemen Mahasiswa Baru (MMB) FK USU 2013
3. Peserta Pelatihan Pekan Ta’aruf PHBI FK USU 2013
4. Peserta Seminar dan Workshop Basic Surgery Skill TBM FK USU
2013
5. Peserta Seminar Keluarga dan Workshop Sirkumsisi SCOPH FK USU
2014
6. Peserta Pelatihan Pekan Ilmiah Mahasiswa SCORE FK USU 2014
7. Peserta Seminar Kesehatan pada kegiatan Pengabdian Masyarakat
Akbar Persatuan Mahasiswa Kedokteran Tapanuli Bagian Selatan
2015
8. Peserta Seminar dan Workshop The SOB Management Medan
Emergency Meeting 2015 MER-C
9. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) Bulan Sabit Merah
Indonesia (BSMI) cab. Sumatera Utara 2016
Riwayat Kepanitiaan:
1. Anggota Seksie Pubdok Pekan Ta’aruf PHBI FK USU 2014
2. Anggota Seksie Acara Dana Usaha Try Out FK USU 2015
3. Anggota Seksie Transportasi Pengabdian Masyarakat Akbar
PERMKED TABAGSEL USU 2015
4. Ketua Panitia Cari Petunjuk Resusitasi Iman BKM Ar-Rahmah FK
USU 2015
5. Anggota Seksie Peralatan dan Tempat Pengabdian Masyarakat PEMA
FK USU 2015
RiwayatOrganisasi:
1. PHBI FK USU tahun 2014
2. PERMAKED TABAGSEL USU 2014 - sekarang
3. BKM Ar-Rahmah FK USU 2015
4. Relawan BSMI cabang Sumatera Utara 2016 - sekarang
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
DATA INDUK
KelompokUsia
PenyebabTrauma
Diagnosis
Penanganan
Hasil Akhir
Count 8 42 50
Laki-laki
% within Hasil Akhir 100.0% 79.2% 82.0%
Jenis Kelamin
Count 0 11 11
Perempuan
% within Hasil Akhir 0.0% 20.8% 18.0%
Count 8 53 61
Total
% within Hasil Akhir 100.0% 100.0% 100.0%
HasilAkhir Total
Count 0 3 3
1 - 18 tahun
% within HasilAkhir 0.0% 5.7% 4.9%
KelompokUsia
Count 6 38 44
19 - 60 tahun
% within HasilAkhir 75.0% 71.7% 72.1%
Count 2 12 14
> 60 tahun
% within HasilAkhir 25.0% 22.6% 23.0%
Count 8 53 61
Total 100.0
% within HasilAkhir 100.0% 100.0%
%
HasilAkhir Total
Meningga Rawat
l jalan
Count 6 23 29
trauma tumpul KLL % within
75.0% 43.4% 47.5%
HasilAkhir
Count 1 6 7
Trauma Tumpul
% within
terjatuh 12.5% 11.3% 11.5%
HasilAkhir
PenyebabTrauma
Count 0 19 19
trauma tajam ditusuk
% within
pisau 0.0% 35.8% 31.1%
HasilAkhir
Count 1 5 6
trauma tajam
% within
tertembak peluru 12.5% 9.4% 9.8%
HasilAkhir
Count 8 53 61
Total % within
100.0% 100.0% 100.0%
HasilAkhir
Count 2 3 5
Rib fractures
% within Hasil Akhir 25.0% 5.7% 8.2%
Count 0 6 6
Simple pneumothorax
Diagnosis % within Hasil Akhir 0.0% 11.3% 9.8%
Count 2 4 6
Tension pneumothorax
% within Hasil Akhir 25.0% 7.5% 9.8%
Count 2 15 17
Hemothorax
% within Hasil Akhir 25.0% 28.3% 27.9%
Count 1 8 9
Hemopneumothorax
% within Hasil Akhir 12.5% 15.1% 14.8%
Count 0 1 1
Cardiac lesion
% within Hasil Akhir 0.0% 1.9% 1.6%
Count 0 2 2
Pulmonary contusion
% within Hasil Akhir 0.0% 3.8% 3.3%
Count 1 6 7
Thoracic spine fractures
% within Hasil Akhir 12.5% 11.3% 11.5%
Count 8 53 61
Total
% within Hasil Akhir 100.0% 100.0% 100.0%
Count 7 15 22
Operatif thoracotomy % within Hasil
87.5% 28.3% 36.1%
Akhir
Count 1 35 36
Operatif chest tube
Penanganan % within Hasil
insertion 12.5% 66.0% 59.0%
Akhir
Count 0 3 3
Konservatif % within Hasil
0.0% 5.7% 4.9%
Akhir
Count 8 53 61
Total % within Hasil
100.0% 100.0% 100.0%
Akhir
PenyebabTrauma Total
trauma Trauma trauma trauma
tumpul Tumpul tajam tajam
KLL terjatuh ditusuk tertembak
pisau peluru
Count 22 7 15 6 50
Laki-laki % within
75.9% 100.0% 78.9% 100.0% 82.0%
JenisKela PenyebabTrauma
min Count 7 0 4 0 11
Peremp
% within
uan 24.1% 0.0% 21.1% 0.0% 18.0%
PenyebabTrauma
Count 29 7 19 6 61
Total % within 100.0
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
PenyebabTrauma %
PenyebabTrauma Total
Count 1 0 0 2 3
1 - 18
% within
tahun 3.4% 0.0% 0.0% 33.3% 4.9%
PenyebabTrauma
Count 20 4 16 4 44
Kelompok 19 - 60
% within 72.1
Usia tahun 69.0% 57.1% 84.2% 66.7%
PenyebabTrauma %
Count 8 3 3 0 14
> 60
% within 23.0
tahun 27.6% 42.9% 15.8% 0.0%
PenyebabTrauma %
Count 29 7 19 6 61
Total % within 100.0
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
PenyebabTrauma %
Penanganan Total
Operatif Operatif Konserv
thoracotomy chest tube atif
insertion
Count 5 0 0 5
Rib fractures % within
22.7% 0.0% 0.0% 8.2%
Penanganan
Count 0 6 0 6
Simple
% within
pneumothorax 0.0% 16.7% 0.0% 9.8%
Penanganan
Count 1 5 0 6
Tension
% within
pneumothorax 4.5% 13.9% 0.0% 9.8%
Penanganan
Count 4 4 0 8
Open
% within
pneumothorax 18.2% 11.1% 0.0% 13.1%
Penanganan
Count 4 13 0 17
Diagnosis Hemothorax % within
18.2% 36.1% 0.0% 27.9%
Penanganan
Count 1 8 0 9
Hemopneumotho
% within
rax 4.5% 22.2% 0.0% 14.8%
Penanganan
Count 1 0 0 1
Cardiac lesion % within
4.5% 0.0% 0.0% 1.6%
Penanganan
Count 1 0 1 2
Pulmonary
% within
contusion 4.5% 0.0% 33.3% 3.3%
Penanganan
Count 5 0 2 7
Thoracic spine
% within
fractures 22.7% 0.0% 66.7% 11.5%
Penanganan
Count 22 36 3 61
Total
% within 100.0
100.0% 100.0% 100.0%
Penanganan %
Diagnosis * PenyebabTrauma Crosstabulation
PenyebabTrauma Total
Count 4 0 1 0 5
Rib fractures
% within PenyebabTrauma 13.8% 0.0% 5.3% 0.0% 8.2%
Count 2 0 4 0 6
Simple pneumothorax
% within PenyebabTrauma 6.9% 0.0% 21.1% 0.0% 9.8%
Count 2 0 1 3 6
Tension pneumothorax
% within PenyebabTrauma 6.9% 0.0% 5.3% 50.0% 9.8%
Count 5 0 3 0 8
Open pneumothorax
% within PenyebabTrauma 17.2% 0.0% 15.8% 0.0% 13.1%
Diagnosis
Count 8 1 6 2 17
Hemothorax
% within PenyebabTrauma 27.6% 14.3% 31.6% 33.3% 27.9%
Count 4 0 4 1 9
Hemopneumothorax
% within PenyebabTrauma 13.8% 0.0% 21.1% 16.7% 14.8%
Count 1 0 0 0 1
Cardiac lesion
% within PenyebabTrauma 3.4% 0.0% 0.0% 0.0% 1.6%
Count 2 0 0 0 2
Pulmonary contusion
% within PenyebabTrauma 6.9% 0.0% 0.0% 0.0% 3.3%
Count 1 6 0 0 7
Thoracic spine fractures
% within PenyebabTrauma 3.4% 85.7% 0.0% 0.0% 11.5%
Count 29 7 19 6 61
Total
% within PenyebabTrauma 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%