Anda di halaman 1dari 4

Nama : Leony Dwi Sasmitha

Nim : A310180062

BAB II
BAGAIMANA MANUSIA MEMPERSEPSI UJARAN

1. Penelitian Mengenai Persepsi Ujian


Dari tahun 1936-39 Dudly dari bell Telephone, Laboratory, Amerika mengembangka
n mesin yang dinamakan vocoder. Pada tahun 1940-an perusahaan telephone ini meng
embangkan spektograf, yakni alat untuk merekam suara dalam bentuk garis-garis teba
l-tipis dan panjang-pendek yang dinamakan spektogram.

2. Masalah Dalam Mempersepsi Ujaran


Dalam bahasa Inggris orang rata-ratauya mengeluarkan 125-180 kata tiap menit. Peny
ajt herita di televisi mencapai 210 kata dan pelelang bisa mencapar lebih dari itu (Glei
tson dan Rainer 1998). Jumlali ini tentunya didasarkan pada kenyataan bahwa sebagia
n hesar kata dalam bahasa ini bersuku satu: book, go, at, come, dsh. Untuk bahasa Ind
onesia belum ada orang yang telah menelitinya, tetapi karena kala-kata dalan bahasa I
ndone- sia pada omumnya bersuku dua atau lebih (akan, tidur. mem- hawa, menyelesa
ikan) maka jumlali kata per menit yang diu- jarkan oleh orang Indonesia pastilah lebih
kecil dari angkn di atas: mungkin sekitar 80-110 kata. Kalau dilihat dari jumlah bunyi
vang diujarkan, telah dida- pali bahwa untuk bahasa Inggris ata-rittanya hunyi ifone
m) tiap detik (Ratner & Gileason 1998).

3. Mekanis Ujaran
1. Bibir: bibir atas dan bibir bawah. Kedua bibir ini dapat dirapatkan untuk membent
uk bunyi yang dinamakan bilabial yang artinya doa bibir bertemu, Bunyi seperti [pl.
[b], dan Im | adalah bunyi bilabial.
2. Gigi: untuk ujaran hanya gigi ataslah yang mempunyai peran. Contoh untuk bunyi
seperti ini adalah bunyi [dan [v]. Gigi juga dapat berlekatan dengan ujung lidah untuk
membentuk bunyi gigi seperti bunyi [t] dan [d] dalam bahasa Indonesia.
3. Alveolar: dakrah ini berada persis di belakang pangkal gigi atas. Pada alveolar dap
at ditempelkan ujung lidah untuk membentuk bunyi yang dinamakan bunyi alveolar.
Bunyi t dan [d] dalam bahasa Inggris adalah contoh bunyi alveolar.
4. Palatal keras (palatum durum): daerah ini ada di rongga atas mulut, persis di belak
ang daerah alveolar. Pada daerah ini dapat ditempelkan bagian depan lidah untuk me
m- hentuk bunyi yang dinamakan alveopalatal seperti bunyi [c] dan [I].
5. Palatal lunak (soft palate): dacrah ini, yang juga dina- makan velum, ada di bagian
belakang rongga nulut atas. Pada palatal lunak dapat dilekatkan bagian belakang fida
h untuk membentuk bunyi yang dinamakan velar Neperti hunyi (k | dan (g).
6. Uvula. Pada ujung rahang alas terdapul ulang lunak yang dinamakan uvula.

7. Lidah: lidah adalah bagian mulut yang lebih fleksibel ia dapat digerakan dengan len
tur.
8. Pita Suara : pita suara adalah sepasang selaput yang ada pada jakun.
9. Faring : saluran udara yang menuju ke rongga mulut atau rongga hidung.
10. Rongga hidung
11. Rongga mulut

3.1 Bagaimana Bunyi Dibuat


Bunyi juga dapat menjadi dua yaitu konsonan dan vokal

3.1.1 Pembuatan Bunyi Konsonan


Faktor kedua dalam membuat bunyi konsonan adalah edi artikulusi, yakni, bagaimana
caranya udara dari paru-paru i kita lepaskan. Apabila udara itu kita tahan dengan ketat
di mul lalu kemudian kita lepaskan dengan serentak maka bunyi T akan menimbulkan
semacanm letupan, Karena itu, bunyi in namakan bunyi plosil atau stop Dalam bahasa
Indonesia sering dipakai istilah hunyi hambat. Kalau sekarang kita perhatikan bunyi
[p] dan [b] sekali maka akan kita rasakan bahwa dalam membuat bunyi ini kedu bibir
kita dirapatkan untuk menahan udara yang keluar dan paru paru. U dara itu kemudian
kita lepas secara serentak se hingga seolah-olah menimbulkan letupan udara. Begitu j
uga dengan bunyi [1] dan (d]. Perbedaannya hanyalah bahwa artiku- lator yang nmena
han udara itu bukanlah bibir atas dan bibu bawah tetapi ujung lidah dan gigi atas. Unt
uk bunyi [k| dan g| udaranya ditahan olch bagian belakang lidah yang berlekatan deng
an daerah velum. Udara ini pun kemudian dilepas secara lay screntak. Dengan kata lai
n. [pl. [b). [t). [d], [k], dan [g] termasuk dalam satu kategori bunyi yang sama, yakni,
bunyi plosif, stop, atau hamhat Akan tetapi al pa perbedaan antara p| bl. Idt. dan [k]-fg
Masing-masing pasangan bunyi ini memang berbeda dan perbedaan ini disebabkan ol
eh faktor ketiga, yakni, status pita suara.

3.1.2 Pembuatan Bunyi vokal


Bila lidah berada di posisi tinggi, maka ruang diturunkan. Naik-turunnya lidah menye
babkan ukuran rongga itu lentur, maka lidah dapat digerakkan untuk dinaikkan atau li
dah, (3) gangguan lidah, dan (4) bentuk bibir. Karena lidah bentuk bunyi vokal adala
h (1) tinggi-rendahnya lidah, (2) berbeda dengan konsonan, kriteria yang dipakai untu
k mem- au bunyi di antara dua kurung siku

3.1.4 Struktur Sukukata


Dalam bahasa Indonesia, dan bahasa manapun, bila ada dua konsonan atau lebih yang
mendahului neklues maka konsonan yang lebih dekat dengan nukleus selalu lebih son
oran-suatu sifat bunyi yang kdar fonetiknya lebih dekat dengan nukleus selalu lebih so
noran-suatu sifat bunyi yang kadar fonetiknya didominan oleh ciri-ciri yang berkaitan
dengan vois.

3.1.5 Fitur Distingingtif


Fitur-fitur distingtif yang ada pada konsonan adalah: a. Vokalik dan Konsonantal: se
mua konsonan adalal [+ konsonantal] dan [-vokalik] sedangkan semua vo. kal adalah
[+ vokalik] dan [-konsonantal] b. Anterior: bunyi yang dibuat di bagian depan mulut
adalah [+ anterior]. Jadi, bunyi / p / adalah [+ anterior] sedangkan / k / adalah [-anteri
or]. c. Koronal (koronal): bunyi yang dibuat di bagian tengah atas mulut adalah [+ k
oronal]. Jadi, bunyi se- perti / p / adalah [-koronal] tetapi / s / adalah [+ koronal]. d.
Kontinuan (continuant): bunyi yang dibuat dengan aliran udaranya bisa terus berlanjut
Tentu saja bunyi / d / adalah (-kontinuan] sedangkan / f / adalah [+ konti- nuan]. E. S
traiden (melengking): bunyi yang dibuat dengan iring- an desahan suara Dengan defin
isi ini maka / g / ada- lah | -straiden sedangkan / s / adalah [+ straiden]. f Nasal: bunyi
yang dibuat dengan udara keluar mela- lui hidung. Karena itu, / m / adalah [+ nasal] te
tapi // adalah [-nasal]. Pois: bunyi Yang getaran pada pita suara Semua vokal adalah
[+ vois] sedangkan / s / adalah [- Vois dan / z adalah [+ vois].

3.1.6 Voice Onset Time


Voice Onset Time, yang sering disingkat sebagai VOT, ada- lah waktu antara (a) lepa
snya udara untuk pengucapan suatu konsonan dengan getaran pita suara untuk bunyi v
okal yang mengikutinya. Dalam contoh kata Inggris manusia, karena m / adalah [+ vo
is], yang berarti bahwa pita suaranya pastilah ber- getar, maka celah waktu untuk bun
yi ini meluncur ke bunyi læ adalah nol.

4. Persepsi Terhadap Ujaran


Persepsi terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh
manusia karena ujaran merupakan suatu aktivitas verbal yang meluncur tanpa
ada batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata yang lain. Pada
dasarnya ada tiga tahap dalam pemrosesan persepsi bunyi (Clark & Clark
1977) :
1. Tahap Auditori
2. Tahap Fonetik
3. Tahap Fonologis
1. MODEL-MODEL UNTUK PERSEPSI
Dalam rangka memahami bagaimana manusia mempersepsi bunyi sehingga
akhirnya nanti bisa terbentuk komprehensi, para ahli psikolinguistik
mengemukakan model-model teoritis yang diharapkan dapat menerangkan
bagaimana proses persepsi itu terjedi.
1.1 Model Teori Motor untuk Persepsi Ujaran
Model yang diajukan oleh Liberman dkk ini, yang dalam Bahasa inggris
disebut sebagai Motor Theory of Speech Perception, menyatakan bahwa
manusia mempersepsi bunyi dengan memakai acuan seperti pada saat dia
memperoduksi bunyi itu (Liberman dkk 1967 dalam Gleason dan Ratner,
1998).
1.2 Model Analisis dengan Sintesis
Manusia bervariasi dalam ujaran mereka, tergantung pada berbagai faktor
seperti keadaan kesehatan, keadaan sesaat (gembira atau sedih), dan
keadaan alat ujaran (sedang merokok atau tidak). Karena itu, diajukanlah
suatu model yang dinamakan Model Analisis dengan Sintesis (Analysis-
by-Synthesis).
1.3 Fuzzy Logical Model
Dalam model ini ada bentuk pootipe, yakni bentuk yang memiliki semua
nilai ideal yang ada pada suatu kata, termasuk fitur-fitur distingtifnya.
Model ini dinamakan fuzzy (kabur) karena bunyi, sukukata, atau kata yang
kita dengar tidak mungkin persis 100% sama dengan prototype kita.
1.4 Model Cohort
Bila kita mendengar kata /prihatin/ maka semua kata yang mulai dengan
/p/ akan teraktifkan : pahala, pujaan, priyayi, prakata, dsb. Kata-kata yang
termunculkan inilah yang disebut sebagai cohort.
1.5 Model TRACE
Model ini mula-mulanya adalah model untuk persepsi huruf tetapi
kemudian dikembangkan untuk mempersepsi bunyi (McClellad dan
Rumelhart 1981: Elman dan McClellad 1984;1986). Model TRACE
berdasarkan pada pandanganya yang koneksionis dan mengikuti proses
top-down. Artinya konteks leksikal dapat membantu secara langsung
pemrosesan secara perseptual dan secara akustik.

2. PERSEPSI UJARAN DALAM KONTEKS


Di atas telah digambarkan bagaimana manusi memproses ujaran yang kita
dengar secara satu per satu. Persepsi terhadap suatu bunyi dalam deretan bunyi
bisa pula dipengaruhi oleh kecepatan ujaran. Suatu bunyi yang diucapkan
dengan bunyi-bunyi yang lain secara cepat akan sedikit banyak berubah
lafalnya. Akan tetapi, sebagai pendengar kita tetap saja dapat memilah-
milahnya dan akhirnya menentukanya.

SOAL

1. Jelaskan tahap Fonologis! Pada tahap ini mental kita menerapkan aturan fonologis
pada deretan bunyi yang kita dengar untuk menentukan apakah bunyi-bunyi tadi
sudah mengikuti aturan fonotatik yang pada bahasa kita. Psikolinguistik, Soenjono
Dardjowidjojo, 2018: 51
2. Apa saja bunyi vokal diatingtif? (1) Tinggi, (2) Vokalik, (3) Belakang, (4) Bundar,
dan (5) Tegang.Psikolinguistik, Soenjono Dardjowidjojo, 2018: 44
3. Kriteria apa saja yang dipakai untuk membentuk bunyi voakal? (1) Tinggi
rendahnya lidah, (2) posisi lidah, (3) Ketegangan lidah, (4) Bentuk bibir.
Psikolinguistik, Soenjono Dardjowidjojo, 2018: 38
4. sumber dari bunyi adala?Paru-paru Psikolinguistik, Soenjono Dardjowidjojo, 2018:
32
5. Ada berapa taha dalam pemrosesan persepsi bunyi? Ada tiga tahap. Psikolinguistik,
Soenjono Dardjowidjojo, 2018: 50-51
6. Tahap Apa saja dalam pemrosesan persepsi bunyi?Tahap Auditori, tahap fonetik,
tahap fonologis. Psikolinguistik, Soenjono Dardjowidjojo, 2018: 50-51
7. Jelaskan yang dimaksud voice onset time? Voice Onset Time, yang sering
disingkat sebagai VOT, adalah waktu antara (a) lepasnya udara untuk pengucapan
suatu konsonan dengan (b) getaran pita suara untuk bunyi vocal yang mengikutinya.
Psikolinguistik, Soenjono Dardjowidjojo, 2018: 46
8. Dalam fitur-fitur disnigtif ada bunyi vois jelaskan! Bunyi vois bunyi yang disertai
getaran pada pita suara semua vokal adalah (+Vois) sedangkan /S/ adalah (-Vois)
dan /z? adalah (+vois). Psikolinguistik, Soenjono Dardjowidjojo, 2018: 44
9. Bunyi yang udaranya keluar melewati mulut dinamakan apa? Bunyi Oral. (Buku :
Psikolinguistik, Soenjono Dardjowidjojo, 2018: 33
10. Faktor lain yang membantu kita dalam mempromosikan suatu ujaran adalah?
Faktor tersebut adalah pengetahuan kita tentang sintaksis maupun semantil bahasa
kita. Psikolinguistik, Soenjono Dardjowidjojo, 2018. 2018. 57

Anda mungkin juga menyukai