1108505062-3-Bab Ii
1108505062-3-Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
perlindungan terhadap kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh fisik maupun
pengaruh kimia, serta mencegah kelebihan kehilangan air dari tubuh dan berperan
sebagai termoregulasi. Kulit bersifat lentur dan elastis yang menutupi seluruh
permukaan tubuh dan merupakan 15% dari total berat badan orang dewasa (Paul
et al., 2011). Fungsi proteksi kulit adalah melindungi tubuh dari kehilangan cairan
elektrolit, trauma mekanik dan radiasi ultraviolet, sebagai barier dari invasi
karena terdapat banyak ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi dan air yang
dapat digunakan apabila terjadi penurunan volume darah dan tempat terjadinya
Kulit terdiri dari dua lapisan yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis
yang merupakan lapisan epitel dan lapisan dalam yaitu dermis yang merupakan
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang terdiri dari epitel berlapis
berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal terdapat pada telapak
5
6
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan
kulit.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
2007).
b. Dermis
Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, dermis
terutama terdiri dari serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen menebal
dan sintesa kolagen akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan
serabut elastin terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia
meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen akan
saling bersilang dalam jumlah yang besar dan serabut elastin akan berkurang
(Perdanakusuma, 2007).
saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah
dan ujung saraf dan sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak
c. Lapisan Subkutan
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
menurut daerah tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai
Luka bakar didefinisikan sebagai cedera pada kulit atau jaringan yang
disebabkan oleh trauma akut termal atau lainnya. Luka bakar terjadi ketika
sebagian atau semua sel di kulit atau jaringan rusak akibat kontak dengan cairan
panas, padatan panas atau api. Luka bakar juga dapat disebabkan oleh radiasi,
radioaktif, listrik gesekan atau kontak dengan bahan kimia (Kagan et al., 2009).
Manifestasi klinis dari luka bakar yaitu takikardia, tekanan darah menurun,
menentukan kedalaman cedera luka bakar, persentase area permukaan tubuh yang
Luka bakar terjadi karena kulit mengalami cedera. Cedera ini disebabkan
oleh adanya paparan terhadap kulit. Paparan tersebut dapat bersumber dari panas,
8
suhu dingin yang ekstrim, senyawa kimia dan sengatan listrik (Kagan et al.,
2009).
pasien. Menurut Kagan dkk. (2009) klasifikasi luka bakar dibagi menjadi tiga
yaitu luka bakar derajat I, luka bakar derajat II (partial-thickness burn), dan luka
Luka bakar derajat I ini hanya terjadi pada lapisan epidermis kulit,
diakibatkan oleh paparan ultraviolet atau sinar matahari yang cukup lama.
Karakteristik dari luka bakar ini adalah adanya rasa nyeri kemerahan yang
menyakitkan tetapi tidak mengakibatkan lecet pada kulit dan umumnya sembuh
dalam 2-3 hari tanpa meninggalkan bekas luka (Kagan et al., 2009).
Luka bakar ini terjadi pada seluruh jaringan epidermis dan sebagian lapisan
dermis yang disertai dengan reaksi inflamasi akut. Luka bakar derajat II
dibedakan menjadi dua yaitu superfisial (derajat II dangkal) dan deep (derajat II
dalam). Luka bakar derajat II dangkal mengenai bagian superfisial dari dermis,
dengan apendis kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea
yang masih utuh. Penyembuhan luka superfisial terjadi secara spontan dalam
waktu 10-14 hari. Sedangkan luka bakar derajat II dalam, terjadi kerusakan
mengenai hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut,
berlangsung lebih lama dari luka bakar derajat II dangkal, tergantung pada
apendises kulit yang tersisa. Biasanya proses penyembuhan berlangsung lebih dari
Luka bakar derajat III apabila terjadi kerusakan pada seluruh lapisan
pelengkap kulit, sehingga tidak terdapat sel epitel skuamosa di daerah luka untuk
memungkinkan terjadinya epitelisasi luka. Ciri-ciri luka bakar derajat III ditandai
dengan kulit kering berwarna putih kehitaman dan adanya trombosis vena, tidak
dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-ujung serabut saraf
akibat tidak terjadinya proses epitelisasi spontan baik dari dasar luka, tepi luka
bakar, akibat dari terganggunya fungsi barrier dari kulit. Penggunaan agen
mikroba pada luka dan dapat mempertahankan tingkat flora normal pada area
luka. Umumnya antibiotik topikal yang biasanya digunakan untuk terapi luka
bakar ada tiga, yaitu silver sulfadiazine, mefenid dan silver nitrat.
menggobati dan mencegah terjadi infeksi pada luka bakar lebih baik dari pada
silver sulfadiazine karena mefenid dapat menembus eschar lebih baik dari pada
Perak nitrat biasanya dioleskan sebagai larutan 0,5% yang digabung dengan
pembalut, dan dipasang diatas luka bakar. Balutan dijaga agar tetap basah untuk
konsentrasi yang mungkin dapat bersifat toksik. Perak nitrat memiliki aktivitas
11
antibakteri spektrum luas dan tidak menimbulkan nyeri pada pasien serta tidak
bersifat alergenitas. Larutan ini tidak menembus eschar, sehingga hanya dapat
digunakan pada luka awal yang bersih. Keterbatasan penggunaan larutan ini yaitu
dapat merubah warna kulit normal dan bahan apapun yang kontak serta memiliki
a. Fase inflamasi
Pembuluh darah yang terputus menyebabkan pendarahan dan tubuh akan berusaha
pembuluh darah yang terputus dan terjadi reaksi hemostatis. Hemostatis terjadi
karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melekat dan bersama
dengan jala fibrin mengakibatkan pembekuan darah yang keluar dari pembuluh
darah. Pada fase ini sel mast dalam jaringan ikat akan menghasilkan serotonin dan
b. Fase destruktif
Pada fase ini terjadi pembersihan jaringan yang mati dan yang mengalami
devitalisasi oleh polimorf yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi seperti
menelan dan menghancurkan bakteri, memiliki masa hidup yang singkat dan
penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel ini. Walaupun demikian,
mengalami deaktivasi serta fibrin yang berlebihan, tetapi juga mampu merangsang
pembentukan fibroblas yang dapat melakukan sintesa struktur protein kolagen dan
2004).
c. Fase proliferasi
Fase proliferasi berlangsung dari hari ketiga hingga hari ke-24 pasca
terjadinya luka. Pada jaringan yang terluka, fibroblas akan bergerak aktif dari
jaringan sekitar luka menuju ke daerah luka. Fibroblas akan berkembang dan
acid, fibronektin dan proteoglikan yang berperan dalam rekonstruksi jaringan baru
arti penting pada tahap proliferasi penyembuhan luka (Singer and Clark, 1999).
13
keratinocyte grow factor (KGC) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel
epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk
barier yang menutupi permukaan luka. Untuk membantu jaringan baru dalam
akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentu (Kurniati,
2008).
d. Fase maturasi
Fase ini berlansung dari minggu ketiga hingga 12 bulan. Fase maturasi
yang lebih kuat. Pada fase ini sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase
akan mengubah kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase
proliferasi menjadi kolagen yang lebih matang dan lebih kuat dengan struktur
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferanales
14
Family : Guttiferae
Genus : Garcinia
(Hutapea, 1994)
pohon (arbor) yang tingginya mencapai 6-20 meter. Arah tumbuh batang lurus
piramid teratur, jenis batang berkayu (lignosus), warna batang coklat tua, bentuk
berada di ketiak daun dengan panjang 1-2 cm. Buah berbentuk bulat, diameter 6-8
cm, kulit buah berdinding tebal lebih dari 9 mm, pada waktu muda kulit buah
berwarna hijau namun setelah tua berubah menjadi merah tua sampai ungu
kehitaman. Daging buah berwarna putih dan mengandung banyak air. Biji bulat
dengan diameter 2 cm, dalam 1 buah terdapat 5-7 biji berwarna coklat (Hutapea,
1994).
15
Kandungan utama dari kulit buah manggis yaitu xanton. Lebih dari 68 tipe
xanton telah ditemukan, akan tetapi metabolit sekunder utama yang ditemukan
and Kinghorn, 2008). Selain xanton, kulit buah manggis mengandung alkaloid,
dan Praptiwi (2010), melaporkan ekstrak manggis memiliki daya hambat pada
epidermidis, akan tetapi tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri gram negatif
dengan konsentrasi 10% dalam sediaan cold cream secara histopatologis mampu
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Caryophyllales
Suku : Basellaceae
Marga : Anredera
Boussingaultia cordifolia
Boussingaultia basselloides
panjang, bisa mencapai panjang lebih dari enam meter. Batang lunak, silindris,
saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang
membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak
beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek, tersusun
berseling, berwarna hijau, bentuk jantung, panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, helaian
daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan licin, bisa
berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum. Akar berbentuk
metode tabung uji dan kromatografi lapis tipis dari ekstrak etanol 70% daun
pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in vitro. Hasil uji aktivitas antibakteri
lainnya pada kombinasi ekstrak etanol binahong serta kombinasi ekstrak etanol
18
Selain itu, ekstrak etanol daun binahong dengan konsentrasi 10% yang
Aktivitas antiluka bakar dapat dilihat juga dari famili anredera lainnya yaitu
Aredera scandens (L.) Moq. dimana ekstrak etanol 70% daun Aredera scandens
(L.) Moq. telah diteliti secara visual dan histopatologis mampu menurunkan
(Karismawan, 2013). Peningkatan jumlah sel fibroblast juga dialami pada luka
bakar tikus Sprague dawey yang diberikan salep ekstrak daun binahong dengan
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Rosidae
Marga : Centella
19
berbentuk sekop, yang muncul bergantian pada tangkai tandan di batang tanaman
tersebut. Tanaman ini sedikit berbulu atau mendekati herbal yang halus, dengan
akar dan batang terletak pada tangkai pohon. Daun berbentuk bulat hingga
reniform dengan lebar 2-5 cm, letaknya horizontal, lebih atau sedikit lengkung.
Tangkai daun tegak dan panjang. Kelopak bunga berwarna ungu gelap dan
berbentuk bulat telur, dengan panjang sekitar 1 mm. Buah berukuran sangat kecil,
berbentuk bulat telur dengan warna putih atau hijau. Akar menjalar di sepanjang
tanah dan tiap inci daun dengan tepi bergigi berada di atas tangkai daun
Madekakosida yang diisolasi dari Centella asiatica dengan dosis 3, 10, dan
yang diinduksi dengan kolagen sapi tipe 2. Studi histologi pada jaringan
kecil dibandingkan ukuran pada jaringan yang tidak diberi perlakuan (BPOM RI,
2010). Selain itu ekstrak etanol 70 % herba pegagan diketahui dapat mencegah
pembentukan bekas luka hipertrofik dan keloid akibat luka bakar (Astiti, 2013).
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif
akan larut. Perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di
luar sel menyebabkan larutan terpekat akan terdesak keluar, peristiwa tersebut
terus berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel
larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga tetap terjaga derajat perbedaan
Keterangan gambar:
A : Bejana maserasi
B : Tutup bejana maserasi
C : Alat pengaduk
2.7 Cold Cream
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi kedalam bahan dasar yang sesuai. Krim
merupakan suatu sistem emulsi yang tidak stabil secara termodinamika yang
mengandung paling sedikit dua fase yang tidak bercampur antara satu dengan
lainnya. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat
yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak (cold cream) atau minyak dalam air (vanishing cream) (DepKes RI,
1995).
kandungan fase minyak yang cukup tinggi, yaitu sebesar 50-85%. Cold cream
melembabkan kulit (Mitzui, 1997). Sifat melembutkan merupakan hal yang harus
diperhatikan dalam formulasi cold cream, terutama untuk kondisi kulit kering. Air
dalam formula cold cream akan membasahi kulit dan minyak akan mencegah
penguapan air karena sifatnya yang oklusif. Cold cream memiliki sifat khas yaitu
22
memberikan efek dingin pada kulit melalui mekanisme penguapan air yang
bertahap pada kulit (Schneider and Ritschel, 1972). Efek ini yang dimanfaatkan
pada keadaan panas setempat dan keadaan tegang yang dijumpai pada proses kulit
meradang (Voigt, 1994). Fase luar dari cold cream yang berupa minyak,
menyebabkan cold cream dapat melekat lebih lama pada kulit sehingga