Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Oral Hygiene
1. Pengertian
Oral Hygiene dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting, beberapa
masalah mulut dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan
mulut dan gigi. Kesadaran menjaga oral hygiene sangat perlu dan merupakan
obat pencegah terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling manjur
Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan
mulut, gigi dan gusi (Clark, 2005). Menurut Taylor et al (2000), Oral hygiene
adalah tindakan yang ditujukan untuk; 1) menjaga kontiunitas bibir, lidah
dan mukosa membran mulut; 2) mencegah terjadinya infeksi rongga mulut;
dan 3) melembabkan mukosa membran mulut dan bibir. Sedangkan menurut
Clark (2005), oral hygiene bertujuan untuk : 1) mencegah penyakit gigi dan
mulut; 2) mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut; 3)
mempertinggi daya tahan tubuh; dan 4) memperbaiki fungsi mulut untuk
meningkatkan nafsu makan..
Pada penderita yang tidak berdaya perawat tidak boleh lupa memberikan
perhatian khusus pada mulut penderita. Pengumpulan lendir dan terbentuknya
kerak pada gigi dan bibir dikenal sebagai sordes. Jika terbentuk sordes atau
lidahnya berlapis lendir menunjukan kalau kebersihan rongga mulutnya kurang.
(Wolf, 2004).
Mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan bagian dari
sistem pernafasan (Wolf, 2004). Mulut juga merupakan gerbang masuknya
penyakit (Adam, 2002). Di dalam rongga mulut terdapat saliva yang berfungsi
sebagai pembersih mekanis dari mulut (Taylor, 2000).
Didalam rongga mulut terdapat berbagai macam mikroorgnisme meskipun
bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat patogen apabila respon
penjamu terganggu. (Roeslan, 2002). Pembersihan mulut secara alamiah yang
seharusnya dilakukan oleh lidah dan air liur, bila tidak bekerja dengan
semestinya dapat menyebabkan terjadinya infeksi rongga mulut, misalnya
penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak boleh atau tidak mampu
memasukkan sesuatu melalui mulut mereka (Bouwhuizen, 2006).
Klien yang tidak sadar lebih rentan terkena kekeringan sekresi air liur
pada mukosanya karena mereka tidak mampu untuk makan, minum, bernapas
melalui mulut dan seringkali memperoleh terapi oksigen. Klien yang tidak
sadar juga tidak bisa menelan sekresi air liur yang mengumpul dalam mulut.
Sekresi ini terdiri dari bakteri gram negatif yang bisa menyebabkan pneumoni
jika jika dihembuskan keparu paru (Perry potter, 2000)
2. Sistem Imunitas Rongga Mulut
Menurut Roeslan (2002), sistem imunitas rongga mulut dipengaruhi oleh :
a. Membran mukosa.
Mukosa rongga mulut terdiri atas epitel skuamosa yang berguna sebagai
barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksinya tergantung
pada deskuamasinya sehingga bakteri sulit melekat pada sel epitel dan
derajat keratinisasinya yang sangat efisien menahan penetrasi microbial.
b. Nodus Limfatik
Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstra
oral dan agregasi limfoid intra oral. Kapiler limfatik yang terdapat pada
permukaan mukosa lidah, dasar mulut, palatum, pipi dan bibir, mirip
yang berasal dari ginggiva dan pulpa gigi. Kapiler ini bersatu
membentuk pembuluh limfatik besar dan bergabung dengan pembuluh
lmfatik yangberasal dari bagian dalam otot lidah dan struktur lainnya.
Di dalam rongga mulut terdapat tonsil palatel.
c. Saliva
Sakresi saliva merupakan perlindungan alamiah karena fungsinya
memelihara jaringan keras dan lunak rongga mulut agar tetap dalam
keadaan fisiologis. Saliva yang disekresikan oleh kalenjar parotis,
submandibularis dan beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar
dibawah mukosa, berperan dalam membersihkan rongga mulut dari
debris dan mikroorganisme, selain bertindak sebagai pelumas pada saat
mengunyah dan berbicara.
d. Celah Ginggiva
Epitel jangsional dapat dilewati oleh komponen seluler dan humoral
dari daerah dalam bentuk cairan celah ginggiva (CCG). Aliran CCG
merupakan proses fisiologik atau meriapakan espon terhadap inflamasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi oral hygiene
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan oral hygiene
(Perry dan Potter, 2005) yaitu : 1) citra tubuh; 2) praktik sosial; 3) status
sosialekonomi; 4) pengetahuan; 5) kebudayaan; 6) pilihan pribadi; 7) kondisi
fisik.
4. Faktor resiko untuk masalah oral hygiene (Perry dan Potter, 2005)
a. Masalah umum
1). Karries gigi
Karries gigi merupakan masalah umum pada orang muda,
perkembangan lubang merupakan proses patologi yang
mellibatkan kerusakan email gigi dikarenakan kekurangan kalsium
2). Penyakit periodontal
Adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membran
periodontal
3). Plak
Adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar
kepala gigi pada margin gusi
4). Halitosis
Merupakan bau napas, hal ini merupakan masalah umum rongga
mulut akibat hygiene mulut yang buruk, makanan tertentu atau
proses nfeksi
5). Keilosis
Merupakan gangguan bibir retak, trutama pada sudut mulut
b. Masalah mulut lain
1). Stomatitis
Kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi,
defisiensi vitamin, infeksi,
2). Glosisits
Peradangan lidah hasil karena infeksi atau cidera, seperti luka
bakar atau gigitan
3). Gingivitis
Peradangan gusi biasanya akibat hygiene mulut yang buruk atau
defisiensi vitamin

B. Stroke
1. Pengertian
Stroke adalah awitan defisit neurologis yang berhubungan dengan
penurunan aliran darah serebral yang disebabkan oleh oklusi atau stenosis
pembuluh darah karena embolisme, trombosis, atau hemorragi yang
mengakibatkan iskemia otak (Tucker et al, 2001).
Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) adalah penyakit
neurogenik yang menyebabkan gangguan fungsi otak baik fokal maupun global
(Syaiful Islam, 2000) dan merupakan penyebab kecacatan yang paling banyak
(Lumbantobing, 2004).
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah
tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami
gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami
gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di
kasur.
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara
sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal
ini penting agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa
seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih
bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit
48-72 jam setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu
dilakukan adalah pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk
mengurangi komplikasi akibat stroke dan berupaya mengembalikan keadaan
penderita kembali normal seperti sebelum serangan stroke
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya
dilakukan secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien
stabil. Tiap pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda,tergantung
dari kebutuhan pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan
(http://www.medicastore.com, 2008)
2. Jenis stroke
Menurut Chandra (2004), stroke dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu :
a. Stroke perdarahan, terdiri dari :
1) Perdarahan Intraserebral
Perdarahan yang terjadi dalam jaringan otak, penyebab tersering
perdarahan intraserebral adalah hipertensi kronik yang
mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah
menjadi lemah dan mudah robek.
2) Perdarahan Subaraknoid
Penyebab perdarahan spontan pada ruang subaraknoid adalah
pecahnya aneurisma sakular di dasar otak. Yang sering
mengakibatkan pecahnya aneurisma adalah meningkatnya tekanan
atau aliran darah. Hal tersebut dapat terjadi pada saat aliran darah
mengangkat benda berat, olah raga, buang air besar, senggama dan
aktivitas fisik yang berat lainnya. Tumpahnya aliran ke dalam
liquor cerebrospinal di ruang sub arachnoid akan menimbulkan
gejala nyeri kepala yang sangat hebat, muntah, penururnan
kesadaran dan tanda rangsangan selaput otak.
b. Stroke Infark (iskemik)
Stroke infark/iskemik secara patogenesis dibagi menjadi :
1) Stroke trombotik
Stroke iskemis yang disebabkan karena trombosis pada arteri
karotik interna secara langsung masuk ke arteria serebri madia.
2) Stroke embolik
Stroke iskemik yag disebabkan karena embolik yang pada
umumnya berasal dari jantung.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Soeharto (2002) menyebutkan bahwa tanda dan gejala dari stroke
adalah sebagai berikut :
a. Hilangnya kekuatan (atau timbulnya gerakan cannggung) di salah satu
bagian tubuh, terutama di satu sisi, termasuk wajah, lengan atau
tungkai.
b. Rasa baal (hilangnya sensasi atau sensasi tak lazim di suatu bagian
tubuh, terutama disatu sisi.
c. Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah stu sisi.
d. Tidak mampu berbicara dengan benar atau memahami bahasa.
e. Hilangnya keseimbangan, berdiri tak mantap atau jatuh tanpa sebab.
f. Serangan sementara jenis lain, seperti vertigo, pusing bergoyang,
kesulitan menelan, kebingungan akutatau gangguan daya ingat.
g. Nyeri kepala yang terlalu parah,muncul mendadak atau memiliki
karakter tak lazim, termasuk perubahan pola nyeri kepala yang tidak
dapat diterangkan
h. Perubahan kesadaran yang tidak dapat dijelaskan atau kejang.
4. Faktor Resiko Stroke
Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi factor resiko baik individu
maupun komunitas seperti yang diungkapkan oleh Mumi indrasti (2004), faktor
resiko stroke antara lain ; 1) Hipertensi; 2) Penyakit jantung; 3) Diabetes
Mellitus; 4) Aterosklerosis; 5) Viskositas Darah; 6) Pernah stroke sebelumnya;
7) Peningkatan kadar darah lemak; 8) Merokok;9) Obesitas; dan 10) Alkohol
5. Penderita stroke
Penderita stroke yang mengalami gangguan pemenuhan perawatan diri
meliputi ; 1) ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut; 2)
ketidakmampuan untuk mandi dan membersihkan mulut; 3)
ketidakmampuan berpakaian; dan 4) kesulitas menyelesaikan tugas toileting
(Doenges, 2000).

C. Peran Perawat
1. Pengertian Peran
Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat
untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya
(Gaffar, 2005).
Peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene sangat penting bagi
penderita stroke, karena ketidakmampuan penderita untuk merawat dirinya dan
ketidakmampuan penderita untuk melakukan sirkulasi air liur bila dibiarkan
saja dapat mengakibatkan terjadinya infeksi rongga mulut, oleh karena itu
diperlukan peran perawat yang baik dan positif sebagai pemberi pelayanan dan
pendidik disamping keterampilan yang memadai.
2. Peran perawat di Rumah sakit
Hasil Lokakarya Nasional 1983 dikutip oleh Ali, 2002 peran perawat
mencakup :
a. Perawat sebagai pelaksana pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
keperawatandari yang bersifat sederhana sampai yang paling yang
kompleks, secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Ini merupakan peran utama
dari perawat, dimana perawat dapat memberikan keperawatan yang
profesioanal, menerapkan ilmu atau teori, prinsip, konsep dan menguji
kebenaran dalam situasi yang nyata, apakah kriteria profesional dapat
ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima jasa keperawatan
b. Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan baik di
masyarakat maupun di instansi dalam mengelola pelayanan keperawatan
untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat juga bekerja
sebagai pengelola suatu sekolah maupun pendidikan keperawatan.
c. Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan
yang lainnya.
d. Perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan
Seorang perawat diharapkan dapat menjaddi pembaharu (inovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap
terhadap rangsangan dari lingkungannya.

3. Peran perawat secara umum


Adapun dalam kewenangannya menurut (Chitty, 2001) perawat mempunyai
tanggung jawab profesional yaitu terdiri dari
a. Pemberi Pelayanan (Care Giver)
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, perawat perlu membekali diri
dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. (Kozier, 2001). Perawat
memberikan asuhan langsung atau tidak langsung sebagai individu,
keluarga dan masyarakat. Metode yang digunakan adalah pendekatan
pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan. Gaffar 2005)
menjelaskan peran utamanya adalah memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosa
masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai
yang komplek.
b. Pendidik (Educator)
Sebagai pendidik (health educator), perawat berperan mendidik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga
kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini dapat
berupa penyuluhan kesehatan kepada klien maupun bantuk desiminasi
ilmu kepada peserta didik keperawtan, antara sesama perawat atau tenaga
kesehatan lain (Gaffar, 2005).
c. Konselor (Counselor)
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi
ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan aplikasinya. Konseling diberikan kepada individu, keluarga
dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang
lalu (Doheny, 2007).
d. Manajer (Manager)
Dalam hal ini perawat mempunyai mempunyai peran dan tanggung jawab
dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan yang berada
di bawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen
keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan (Gaffar, 2005).
e. Peneliti (Researcher)
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu dalam ilmu
keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap
terhadap rangsangan dari lingkungannya, kegiatan ini dapat diperoleh
melalui penelitian. Penelitian pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi,
mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana
efektifitas tindakan yang telah diberikan (Gaffar, 2005).
f. Kolaborator (Collaborator)
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga dan tim kesehatan
berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayan yang diperlukan klien, pemberi
dukungan, panduan keahlian dan keterampilan dari berbagai profesional
pemberi pelayanan kesehatan (Gaffar, 2005).
g. Agen Perubahan (Change Agent)
Elemen ini mencakup perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis
dalam berhubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada
klien (Gaffar, 2005).
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi peran
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor faktor yang mempengaruhi peran meliputi
; 1) faktor kelas sosial; 2) faktor bentuk keluarga; 3) faktor tahap
perkembangan keluarga; 4) faktor model peran; 5) faktor peristiwa situsional
khususnya masalah sehat atau sakit.

F. Kerangka teori

Faktor Predisposisi :

- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Keyakinan
- Nilai - nilai
- Umur
- Pendidikan Peran perawat dalam
- Lama bekerja pelaksanaan oral hygiene :

- Pelaksana pelayanan
kesehatan
- Pengelola pelayanan
Faktor Pendukung : - Pendidik
- Fasilitas - Peneliti
- Protap
- SAK

Faktor Pendorong :
- Sikap dan perilaku
petugas lain
- Budaya dan faktor
lingkungan Kerja
Gambar 2.1 Kerangka Teori
( Notoatmodjo 2003, Ali 2002 )

G. Variabel penelitian
Penelitian ini merupakan peenelitian deskriptf yang mempunyai variabel
tunggal / mandiri yaitu peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada
penderita stroke. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap
variabel mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan
varibel yang lain (Suiyono, 2000).

Anda mungkin juga menyukai