Anda di halaman 1dari 2

 oleh tusukan kutu rambut pada waktu menghisap darah.

Lesi sering ditemukan di


belakang kepala atau kuduk. Air liur yang merangsang menimbulkan papula merah dan
rasa gatal yang hebat. sedangkan pada kutu kelamin Phthirus pubis memakan darah.
Infestasi biasanya rambut pada daerah kemaluan dan perineum, tetapi mungkin pindah ke
ketiak, janggut, kumis atau alis. Ini jarang terjadi pada kelopak mata dan dalam beberapa
kasus telah ditemukan di semua tahapan pada kulit kepala individu yang luar biasa
berbulu. Phthirus pubis relatif tidak bergerak ketika pada host, yang tersisa melekat dan
makan selama berjam-jam atau berhari-hari pada satu tempat tanpa menghapus bagian
mulutnya dari kulit (Weems, 2013).

a. Siklus hidup kutu kepala

Telur berwarna putih, mempunyai operkulum, 0,6 - 0,8 mm, disebut


“nits“; telur diletakkan pada rambut dan dengan erat melekat pada rambut atau
serabut pakaian. Telur ini dapat hidup berbulan–bulan pada pakaian. Telur

menetas dalam waktu 5 - 11 hari pada suhu 21 - 36 0C. Nimfa tumbuh dalam
kulit telur dan keluar melalui operkulum yang terbuka. Nimfa mengalami 3
kali pergantian kulit selama dua minggu. Lingkaran hidup kutu kepala
(Pediculus humanus capitis) rata-rata 18 hari, jumlah telur yang diletakkan
selama hidupnya diperkirakan 140 butir.
Peranan Kutu sebagai parasit

 Berperan sebagai menjadi vektor penyakit

 Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi pada mata dan kulit, impetigo, furunkulosis


(kemunculan bisul pada kulit), peradangan mata (blepharitis), dan konjungtivitis (infeksi
selaput lendir mata).

 Kutu berperan sebagai ektoparasit yang kecil karena gigitan kutu menimbulkan kegatalan
dan iritasi yang berakhir dengan perlukaan kulit akibat garukan. Luka dapat diperparah
dengan adanya infeksi sekunder baik dari mikroba maupun jamur dan akhirnya
membentuk kerak berwarna gelap (hiperkeratinasi) dan penebalan dipermukaan kulit
kepala terutama pada tempat-tempat predileksi kutu. Tanda khas permukaan kulit kepala
ini dikenal sebagai vagabond’s disease..

 Kutu bisa menjadi vektor tranmisi dari beberapa penyakit. Namun hal ini belum pernah
dilaporkan terjadi di indonesia. Penyakit-penyakit louseborne epidemic typhus, relapsing
fever, dan trench fever merupakan penyakit yang ditransmisikan oleh kutu. Louse born
epidemica typhus dan relapsing fever termasuk dalam kategori penyakit-penyakit
karantina. Penyakit-penyakit ini biasanya terdapat di mana banyak manusia hidup padat
bersama tanpa banyak memperhatikan kebersihan perorangan,

Anda mungkin juga menyukai