CASE REPORT Sirosis Hepatis
CASE REPORT Sirosis Hepatis
SIROSIS HEPATIS
Oleh :
Preceptor :
dr. Cecep Sulaiman I., Sp. PD
A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis
1. Identitas
Nama Pasien : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Suku : Palembang
Pekerjaan : Supir
Alamat : Sukananti, Natar
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Muntah darah seperti gumpalan sebanyak 2x, BAB lembek berwarna
hitam seperti aspal.
b. Keluhan Tambahan
Sakit perut 1 malam sebelum masuk RS, perut terasa kembung, sesak,
BAK seperti teh.
2. Status Generalis
Kulit
Warna : sawo matang
Efloresensi : tidak ditemukan
Jaringan parut : tidak ditemukan
Pigmentasi : tidak ditemukan
Pertumbuhan rambut : dalam batas normal
Pembuluh darah : terlihat di extremitas, terlihat di abdomen
Suhu raba : dalam batas normal
Lembab/kering : kering
Lapisan lemak : tipis
Ikterus : positif
Edema : tidak ditemukan
4. Kepala
Ekspresi wajah : wajar
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Simetri muka : simetris
5. Mata
Exopthalmus : tidak ada
Enopthalmus : tidak ada
Kelopak : oedem (-), laserasi (-)
Lensa : jernih
Konjunctiva anemis : +/+
Sklera anikterik : +/+
Gerakan mata : baik ke segala arah
Tekanan bola mata : Normal
Deviatio konjugae : tidak ditemukan
Nystagmus : tidak ditemukan
6. Telinga
Tuli : tidak ada
Selaput pendengaran : tidak diperiksa
Lubang : liang lapang
Penyumbatan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada
7. Mulut
Bibir : sianosis, kering
Langit-langit : tidak ada kelainan
Gigi geligi : caries(+), plak(-)
Faring : tidak hiperemis
Lidah : atropi papil lidah
Tonsil : T1-T1 tenang
Bau pernapasan : dalam batas normal
Trismus : tidak ditemukan
Selaput lendir : pucat
8. Leher
Kelenjar tiroid : tidak teraba pembesaran
Kelenjar limfe : tidak teraba pembesaran
Tekanan vena jugularis: dalam batas normal
9. Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : normal
10. Paru-Paru
Anterior dan Kanan Kiri
Posterior
Inspeksi Hemithoraks simetris Hemithorax simetris
11. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra.
Perkusi : Batas atas jantung : linea midsternalis sinistra ICS II
Batas bawah jantung : ICS IV
Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra ICS IV
Batas kiri jantung : linea midclavicula sinistra ICS V
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
12. Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Dinding perut : NTE (+)
Hati : tidak teraba
Limpa : schuffner 2
Ginjal : sulit di raba
Perkusi : Asites (+)
Auskultasi : BU (+) normal
Refleks dinding perut : Distensi (+)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Hematologi
26-08-12 30-08-12 31-08-12 Nilai normal
WBC 3,3 1,9 5000-10000/uL
RBC 1,26 2,51 4,37-5,63 jt/uL
Hb 2,5 5,5 14-18 g/dL
Hct 9,5 17,7 41-54%
MCV 75,5 70,7 80-92 fl
MCH 19,8 21,9 27-31 pg
MCHC 26,3 31,1 32-36 g/dL
PLT 108 130 150-450rb/uL
LED - 20 L < 10mm/jam
Kimia Darah
26-08-12 30-08-12 31-08-12 nilainormal
Albumin 2,40 2,92 3,5-5,2 g/dL
SGPT 15,8 5,0-41,0 U/L
Alk.pospat 79,7 42-128 U/L
Bil.indirect 1,34 0,00-0,70 mg/dL
Bil.direct 0,30 0,00-0,20 mg/dL
Bil total 1,64 0,10-1,20 mg/dL
Kreatinin 0,96 0,90-1,30 mg/dL
Gamma.GT 29,3 5,0-49,0 U/L
Globulin 2,87 2,0-3,5 g/dL
Glikosa 156,4 70,0-109,0
Protein 5,27 mg/dL
SGOT 44,0 6,60-8,80 g/dL
Ureum 48,5 5,0-35,0 g/dL
17,0-43,0 mg/dL
Analisa Cairan
(29 Asites
2012) (29 Agustus 2012)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Protein Total Cairan 0,54 g/dL
Protein Total Serum 0,6 g/dL 6,6-8,8
Ratio 0,09 < 0,5
Aktivitas LDH Cairan 80 U/L < 200
Aktivitas LDH Serum 489 U/L < 480
Ratio 0,16 < 0,6
Glukosa Cairan 191 mg/dL 70-109
Glukosa Serum 166 mg/dL 70-109
Jumlah Sel 100 /uL < 600
Hitung Jenis
Albumin Cairan 0,38
Albumin Serum 2,76
SAAG 2,38
Kesimpulan: Sifat cairan asites adalah transudat dengan nilai SAAG > 1,1
g/dL (berhubungan dengan hipertensi portal)
Endoskopi (24-07-2012)
USG (12-07-2012)
D. DIAGNOSIS KERJA
Sirosis Hepatis
E. DIAGNOSIS BANDING
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia
Quo ad functionam : Dubia
Quo ad sanationam : Dubia
FOLLOW UP
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Compos mentis
Keadaan Tampak sakit sedang
Umum
Vital Sign 100/50 mmHg
- TD 92 x/mnt
- Nadi
32 x/mnt
- RR
37,0 C
- Suhu
+/+
CA
+/+
SI
Atropi papil lidah
lidah
Simetris
Dada
Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Paru
BJ I II reguler, murmur (-), gallop (-)
Jantung
Cembung, asites (+), lien teraba di schuffner
Abdomen
2, hepar tidak teraba.
Edema ekstremitas (-)
Ekstremitas
Kuku sendok (+)
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
Compos mentis
Keadaan Umum
Tampak sakit sedang
Vital Sign
- TD 130/80 mmHg
- Nadi 80 x/mnt
- RR 20 x/mnt
- Suhu
36,5 C
ANALISIS KASUS
Definisi
Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros
yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul-
nodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu
suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat
nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Secara lengkap
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak
teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) di sekitar parenkim hati
yang mengalami regenerasi.
Insidens
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 449 tahun.
Klasifikasi
Berdasarkan morfologi Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :
1. Mikronodular
2. Makronodular
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)
Etiologi
1. Virus hepatitis (B,C,dan D)
2. Alkohol
3. Kelainan metabolic :
1. Hemakhomatosis (kelebihan beban besi)
2. Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)
3. Defisiensi Alphal-antitripsin
4. Glikonosis type-IV
5. Galaktosemia
6. Tirosinemia
7. Kolestasis
Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus, dimana
empedu membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis terbanyak
adalah akibat tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary atresia. Pada
penyakit ini empedumemenuhi hati karena saluran empedu tidak berfungsi
atau rusak. Bayi yang menderita Biliary berwarna kuning (kulit kuning)
setelah berusia satu bulan. Kadang bisa diatasi dengan pembedahan untuk
membentuk saluran baru agar empedu meninggalkan hati, tetapi transplantasi
diindikasikan untuk anak-anak yang menderita penyakit hati stadium akhir.
Pada orang dewasa, saluran empedu dapat mengalami peradangan, tersumbat,
dan terluka akibat Primary Biliary Sirosis atau Primary Sclerosing
Cholangitis. Secondary Biliary Cirrosis dapat terjadi sebagai komplikasi dari
pembedahan saluran empedu.
8. Sumbatan saluran vena hepatica
9. Sindroma Budd-Chiari
10. Payah jantung
11. Gangguan Imunitas (Hepatitis Lupoid)
12. Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan
lainlain)
13. Operasi pintas usus pada obesitas
14. Kriptogenik
15. Malnutrisi
16. Indian Childhood Cirrhosis
Gejala Klinis
Manifestasi klinis dari Sirosis hati disebabkan oleh satu atau lebih hal-hal yang
tersebut di bawah ini :
1. Kegagalan Prekim hati
2. Hipertensi portal
3. Asites
4. Ensefalophati hepatitis
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada hati terjadi gangguan arsitektur hati
yang mengakibatkan kegagalan sirkulasi dan kegagalan perenkym hati yang
masingmasing memperlihatkan gejala klinis berupa :
1. Kegagalan sirosis hati
a. Edema
b. Ikterus
c. Koma
d. spider nevi
e. alopesia pectoralis
f. ginekomastia
h. kerusakan hati
i. asites
j. rambut pubis rontok
k. eritema palmaris
l. atropi testis
m. kelainan darah (anemia,hematon/mudah terjadi perdaarahan)
a. Hipertensi portal
a. varises oesophagus
b. spleenomegali
c. perubahan sumsum tulang
d. caput medusa
e. asites
f. collateral veinhemorrhoid
g. kelainan sel darah tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)
Komplikasi
1. Perdarahan gastrointestinal
Hipertensi portal menimbulkan varises oesopagus, dimana suatu saat akan
pecah sehingga timbul perdarahan yang masif.
2. Koma Hepatikum.
b. Ulkus Peptikum
c. Karsinoma hepatosellural
Kemungkinan timbul karena adanya hiperflasia noduler yang akan berubah
menjadi adenomata multiple dan akhirnya menjadi karsinoma yang multiple.
d. Infeksi
Misalnya : peritonisis, pnemonia, bronchopneumonia, tbc paru,
glomerulonephritis kronis, pielonephritis, sistitis, peritonitis, endokarditis,
srisipelas, septikema
Penatalaksanaan
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang; misalnya : cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan
interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian
pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan
pengobatan IFN seperti :
Kombinasi IFN dengan ribavirin, terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan
(1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan
untukjangka waktu 24-48 minggu.
Terapi induksi IFN, yaitu interferon diberikan dengan dosis yang
lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang
dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu
dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
Terapi dosis IFN tiap hari. Dasar pemberian IFN dengan dosis 3
juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA negatif di serum
dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti :
a. Ascites
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
- istirahat
- diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan
diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal
maka penderita harus dirawat.
- Diuretik
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah
garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang
dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian
diuretic adala hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty
hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah spironolacton, dan dimulai
dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari,
apabila dengan dosis maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat kita
kombinasikan dengan furosemid.
DAFTAR PUSTAKA
Pere Gines, M.D., Andres Cardenas, M.D., Vicente Arroyo, M.D., and Juan
Rodes, M.D. 2004. Management of Cirrhosis and Ascites. The New England
Journal of medicine.