Anda di halaman 1dari 11

Mercatoria Vol. 9 No.

1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

KEWENANGAN PENGADILAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KEPEMILIKAN PT.


TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA (PT. TPI) YANG MEMUAT KLAUSUL ARBITRASE
(Studi Kasus Putusan Nomor 238 PK/Pdt/2014)

Citra Bakti Pangaribuan


Sumatera Plantation Unit
citrabaktip@yahoo.com

ABSTRAK

Adanya klausul arbitrase dalam suatu perjanjian meniadakan hak para pihak untuk
mengajukan penyelesaian sengketa ke Pengadilan Negeri. Pengadilan Negeri tidak
berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian
arbitrase. Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu
penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase. Demikian juga mengenai
sengketa kepemilikan PT. Televisi Pendidikan Indonesia dimana dalam perjanjian Investment
agreement tercantum klausul arbitrase. Penelitian ini jenisnya penelitian yuridis normatif
dan penelitian ini juga bersifat deskriptif analitis. Sengketa kepemilikan PT. Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI) merupakan sengketa dibidang perdagangan yang ada klausula
arbitrase. Para pihak secara tertulis pada perjanjiannya telah mencantumkan arbitrase
sebagai forum penyelesaian sengketa untuk itu dalam perkara ini, sikap pengadilan yang
menerima penyelesaian sengketa kepemilikan PT. TPI telah melanggar ketentuan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Kata Kunci : Kewenangan Pengadilan, Penyelesaian Sengketa, Arbitrase

ABSTRAK

The existence ofthe arbitration clause in an agreement to hold the rights of the parties
to submit the settlement of disputes to the Court. District Court was not authorized to adjudicate
disputes which the parties have been bound in the arbitration agreement. District Courtmust
reject and will not intervene in the dispute resolution in case established through arbitration.
Similarly,`regarding a dispute that has been set by arbitration. Likewise ,a dispute concerning
the ownership of PT. Televisi Pendidikan Indonesia where in the investment treaty arbitration
agreement contained arbitration clause. This research study of its kind to examine the
application of normative juridical and this research is descriptive analytical. Over ownership of
PT. Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) is in the field of traded is putes that there klausula
arbitration. The parties in writing to the treaty have included the arbitrationas a dispute
resolution forum for that in this case the attitude of the court that received the settlement of
disputes ownership of PT. Televisi Pendidikan Indonesia (PT. TPI) has violated the provisions of
Law No.30 of 1999 on arbitration and alternative dispute resolution.

Keyword : Authority of courts, resolving disputes, arbitration

I. Pendahuluan perdamaian. Adanya suatu perjanjian


Sengketa yang dapat diselesaikan arbitrase meniadakan hak para pihak untuk
melalui arbitrase hanya sengketa di bidang mengajukan penyelesaian atau beda
perdagangan dan mengenai hak yang pendapat yang termuat di dalam
menurut hukum dan peraturan perundang- perjanjiannya ke pengadilan negeri.
undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak Pengadilan negeri tidak berwenang untuk
yang bersengketa. Sedangkan sengketa yang mengadili sengketa para pihak yang telah
tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase terikat dalam perjanjian arbitrase.
sengketa yang menurut peraturan Pengadilan negeri wajib menolak dan tidak
perundang-undangan tidak dapat diadakan akan campur tangan di dalam suatu

64
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan PT. Berkah Karya Bersama dan Siti
melalui arbitrase.1 Hardiyanti Rukmana.
Pada kasus antara PT. Berkah Karya Tidak cukup pada tingkat Pengadilan
Bersama dan Siti Hardiyanti Rukmana Banding, Siti Hardiyanti Rukmana
Majelis Hakim Badan Arbitrase Nasional mengajukan upaya hukum yang lebih tinggi,
Indonesia (BANI) memutuskan PT. Berkah yaitu upaya hukum Kasasi ke Mahkamah
Karya Bersama adalah pemilik sah PT. Agung Republik Indonesia. Putusan Majelis
Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Dalam Hakim pada tingkat Kasasi Nomor
kasus tersebut PT. Berkah Karya Bersama 862/K/Pdt/2013 yaitu membatalkan
berlawanan dengan pihak Siti Hardiyanti Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta
Rukmana. Dalam putusan yang dibacakan dengan mengadili sendiri dan mengabulkan
majelis hakim, Siti Hardiyanti Rukmana sebahagian permohonan pemohon kasasi
dinilai hakim telah melanggar kesepakatan dan menyatakan para termohon kasasi telah
dalam melakukan investasi bersama PT. melakukan perbuatan melawan hukum.
Berkah Karya Bersama. Dimana BANI Salah satu yang menjadi alasan Majelis
memutuskan bahwa Siti Hardiyanti Hakim Mahkamah Agung sebelum
Rukmana telah beritikad buruk dan menjatuhkan putusan adalah bahwasannya
melanggar investment agreement. sengketa yang dapat diselesaikan melalui
Namun sebelum perkara ini arbitrase adalah hanya sengketa di bidang
diperiksa dan diputus oleh Badan Arbitrase perdagangan dan mengenai hak yang
Nasional Indonesia (BANI), Siti Hardiyanti menurut hukum dan peraturan perundang-
Rukmana mengajukan gugatan ke undangan, sedangkan dalam hal ini, gugatan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dimana para pemohon kasasi tidak dapat
putusan pengadilan Negeri Jakarta Pusat dikategorikan sebagai/tidak termasuk
Nomor 10/Pdt.G/2010/PN.Jkt.PSt pada sengketa mengenai hak yang menurut
intinya adalah PT. Berkah Karya Bersama hukum dan peraturan perundang-undangan
telah bersalah melalukan pengambilalihan yang dibuat oleh pihak yang bersengketa
saham PT. Televisi Pendidikan Indonesia atas dasar investment agreement. Jadi dalam
(TPI) secara tidak sah dan menggunakan hal ini penyelesaian perkara menjadi
surat kuasa pemegang saham yang tidak sah kewenangan pengadilan bukan kewenangan
untuk digunakan dalam Rapat Umum arbitrase.
Pemegang Saham Luar Biasa selanjutnya Atas Putusan Mahkamah Agung di
disebut RUPSLB. tingkat Kasasi yang memenangkan Siti
Kemudian PT. Berkah Karya Bersama Hardiyanti Rukmana, Pihak PT. Berkah
mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Karya Bersama mengajukan upaya hukum
DKI Jakarta dimana amar putusan luar biasa yaitu Peninjauan Kembali (PK) ke
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor Mahkamah Agung. Yang menjadi amar
629/PDT/2011/PT.DKI membatalkan Putusan Majelis Hakim pada tingkat
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Peninjauan Kembali Nomor
Yang menjadi salah satu alasan dalam 238/PK/Pdt/2014 adalah menolak
pertimbangan Majelis Hakim sebelum permohonan pemohon peninjauan kembali.
menjatuhkan putusan adalah bahwasannya Alasan Majelis Hakim menolak permohonan
materi gugatan yang diajukan penggugat pemohon peninjauan kembali adalah bahwa :
adalah merupakan sengketa yang masuk 1. Sengketa dalam perkara antara
klausula arbitrase dan terikat dengan PT. Berkah Karya Bersama dan
perjanjian arbitrase maka Pengadilan Negeri Siti Hardiyanti Rukmana adalah
Jakarta Pusat harus dinyatakan secara tentang perbuatan melawan
absolut tidak berwenang untuk mengadili hukum dan bukan merupakan
sengketa yang digugat dalam perkara antara sengketa mengenai hak
berdasarkan investment
agreement karena terdapat pihak
1Sophar Maru Hutagalung, Praktik
yang tidak terikat dengan
peradilan perdata dan Alternatif penyelesaian
sengketa, (Jakarta : Sinar grafika, 2014), halaman
investment agreement tersebut
318. ikut digugat.

65
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

2. Perjanjian investment agreement peraturan Badan Arbitrase Nasional


terjadi antara PT. Berkah Karya Indonesia (BANI). Untuk itu pengadilan tidak
Bersama dan Siti Hardiyanti berwenang mengadili perkara antara PT.
Rukmana tidak terikat dengan isi Berkah Karya Bersama dan Siti Hardiyanti
perjanjian investment agreement Rukmana.
tersebut sehingga pengadilan Sebagaimana yang telah diuraikan
negeri berwenang mengadili para diatas menjadi menarik untuk diteliti oleh
pihak tersebut. karena adanya perbedaan penafsiran apakah
Dalam perkara ini para pihak yaitu pengadilan berwenang untuk terlibat dalam
PT. Berkah Karya Bersama dan Siti hal penyelesaian sengketa kepemilikan PT.
Hardiyanti Rukmana telah menetapkan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).
dalam perjanjian investasinya (investment
agreement) tercantum bahwa upaya II. Perumusan Masalah
penyelesaian sengketa sudah ditentukan Yang menjadi Rumusan Masalah
bilamana terjadi sengketa yaitu melalui Pada penelitian ini adalah :
arbitrase dengan mengikuti ketentuan Badan 1. Bagaimana kedudukan lembaga
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), namun arbitrase dalam hubungannya dengan
pada kenyataannya sengketa ini pengadilan menurut Undang-undang
menghabiskan waktu yang cukup lama Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
dalam penyelesaiannya, dimana salah satu Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
pihak telah membawa upaya penyelesaian Sengketa ?
sengketa ini diselesaikan secara litigasi 2. Apakah yang menjadi dasar
(pengadilan) dan pengadilan menerima pertimbangan pengadilan menerima
perkara tersebut untuk diadili. penyelesaian sengketa kepemilikan PT.
Kesimpulan pada pertimbangan Televisi Pendidikan Indonesia (PT. TPI)
Majelis Hakim di tingkat Pengadilan Negeri, yang memuat klausul arbitrase ?
Kasasi, Peninjauan Kembali adalah bahwa 3. Apakah sikap pengadilan yang
Pengadilan berwenang mengadili perkara menerima sengketa kepemilikan PT.
PT. Berkah Karya Bersama oleh karena Televisi Pendidikan Indonesia (PT. TPI)
sengketa yang diselesaikan tidak sesuai telah melanggar ketentuan Undang-
dengan Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Nomor 30 Tahun 1999 yaitu sengketa yang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya Sengketa ?
sengketa di bidang perdagangan dan
mengenai hak yang menurut hukum dan III. Metode Penelitian
peraturan perundang-undangan dikuasai Menurut Soerjono Soekanto bahwa :2
sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa, Metode adalah proses, prinsip-
selanjutnya menurut ketentuan Pasal 5 Ayat prinsip dan tata cara memecahkan
2 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 suatu masalah sedangkan penelitian
menyebutkan bahwa sengketa yang tidak adalah pemeriksaan secara hati-hati,
dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah tekun dan tuntas terhadap suatu
sengketa yang menurut peraturan gejala untuk menambah pengetahuan
perundang-undangan yang tidak dapat manusia, maka metode penelitian
diadakan perdamaian. dapat diartikan sebagai proses
Kesimpulan pada pertimbangan prinsip-prinsip dan tata cara untuk
Majelis Hakim di tingkat banding pada memecahkan masalah yang dihadapi
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta adalah oleh dalam melakukan penelitian.
karena dalam perkara ini adalah sengketa di
bidang perdagangan yaitu tentang investasi “Penelitian adalah kegiatan ilmiah
pada PT. Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang didasarkan pada metode pencarian
dan pada investment agreement telah
menentukan sengketa yang timbul mengenai 2 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum
pelaksanaan investment agreement Normatif suatu tinjauan singkat, (Jakarta : Raja
diserahkan kepada dan menurut ketentuan Grafindo Persada, 1995) , halaman 6.

66
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

asas sesuatu (inquiry) secara sistematis menggambarkan secara cermat karakteristik


dengan adanya penekanan bahwa pencarian dari fakta-fakta (individu, kelompok atau
ini dimana dilakukan terhadap suatu keadaan) dan untuk menentukan frekuensi
masalah-masalah yang dapat dipecahkan.3 sesuatu terjadi.9 Analisis yang dimaksudkan
Yang bertujuan untuk mempelajari satu atau berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh
beberapa gejala hukum tertentu dengan akan dilakukan analisis secara cermat untuk
jalan menganalisanya”.4 menjawab penelitian.10
Sedangkan menurut Sutrisno Hadi Penelitian yang digunakan dalam
“penelitian atau research adalah usaha untuk penelitian ini bersifat metode berpikir
menemukan, mengembangkan dan menguji deduktif ke induktif yang menggambarkan
kebenaran suatu pengetahuan usaha mana dan menguraikan tentang peranan
dilakukan dengan metode-metode ilmiah”.5 pengadilan dalam hal penyelesaian sengketa
Salah satunya adalah melalui kepemilikan PT. Televisi Pendidikan
kegiatan ilmiah, seperti penelitian dimana Indonesia (TPI) yang memuat klausula
dalam penelitian tersebut akan mencari data arbitrase.
atau bahan-bahan yang dapat dipergunakan
untuk penulisan ilmiah. Dimana data adalah B. Sumber Data
merupakan gejala yang akan dicari untuk Dalam penelitian ini diperoleh
diteliti, gejala yang diamati oleh peneliti dan melalui data sekunder yaitu data yang
hasil pencatatan terhadap gejala yang dikumpulkan melalui studi dokumen
diamati oleh peneliti”.6 terhadap bahan kepustakaan. Di dalam
penelitian hukum, data sekunder terdiri dari:
A. Jenis dan sifat penelitian 1. Bahan hukum primer
Penelitian ini jenisnya Penelitian Bersumber dari bahan hukum yang
Yuridis Normatif. Pendekatan Yuridis diperoleh langsung dan akan digunakan
Normatif, yakni penelitian yang difokuskan dalam penelitian ini yang merupakan bahan
untuk mengkaji penerapan atau kaidah- hukum yang mempunyai kekuatan mengikat
kaidah atau norma-norma dalam hukum secara yuridis, yaitu :
positif.7 Bentuk dari hasil penelitian ini akan 1. Kitab undang-undang Hukum perdata
dituangkan secara deskriptif. Suatu 2. Undang-undang Nomor 30 Tahun
penelitian deskriptif, dimaksudkan untuk 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
memberikan gambaran yang seteliti Penyelesaian Sengketa
mungkin manusia, keadaan atau gejala-gejala 3. Undang-undang Nomor 48 Tahun
lainny,8 yang dalam hal ini dibatasi mengenai 1999 tentang Kekuasaan Kehakiman
peranan pengadilan dalam hal penyelesaian 4. Reglement op de rechtsvordering (Rv)
sengketa kepemilikan PT. Televisi dan Herzien Indische Reglement (HIR)
Pendidikan Indonesia yang memuat klausula atau Reglement Indonesia yang
arbitrase. diperbaharui dan peraturan
Penelitian bersifat deskriptif analitis perundang-undangan lain yang
yaitu merupakan penelitian yang bertujuan berkaitan dengan arbitrase.
2. Bahan hukum sekunder
Yang merupakan bahan hukum yang
3Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta :
Ghalia Indonesia, 1998), halaman 13.
erat hubungannya dengan bahan hukum
4Soerjono Soekanto, Op.Cit, halaman 43. primer dan dapat membantu menganalisis
5Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid I, serta memahami bahan-bahan hukum
(Yogyakarta : Penerbit Andi, 2000), halaman 4. primer, yang terdiri dari :
6 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1. Buku-buku literatur
Peran Penggunaan Perpustakaan di dalam
penelitian Hukum, (Jakarta : PDHUI, 1979),
halaman 1.
7Johnny Ibrahim, teori dan metodologi 9Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan
penelitian hukum normatif, (Malang : Banyumedia Hukum, (Jakarta : Granit, 2000), halaman 58.
publishing, 2008), halaman 295. 10Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum
8Soerjono Soekanto, pengantar penelitian Indonesia pada Akhir ke-20, (Bandung : Alumni,
hukum, (Jakarta : UI press, 2006), halaman 10. 1994), halaman 101.

67
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

2. Putusan-putusan pengadilan Dalam proses awal arbitrase dengan


negeri dan mahkamah agung adanya suatu perjanjian arbitrase dalam
3. Jurnal-jurnal hukum yang bentuk tertulis, maka menghilangkan hak
berkaitan dengan arbitrase para pihak untuk mengajukan penyelesaian
4. Makalah-makalah/laporan sengketa atau beda pendapat yang termuat
penelitian dalam perjanjiannya ke pengadilan negeri.
5. Artikel-artikel, media massa dan Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal
internet. 11 Ayat (1) Undang-undang Nomor 30
3. Bahan hukum tersier Tahun 1999, sebagai berikut :
Bahan hukum yang memberikan “Adanya suatu perjanjian arbitrase
petunjuk atau penjelasan bermakna tertulis meniadakan hak para pihak
terhadap bahan hukum primer dan untuk mengajukan penyelesaian
sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan sengketa atau beda pendapat yang
lain-lain. termuat dalam perjanjiannya ke
pengadilan negeri”.
C. Metode pengumpulan data Sedangkan dalam Pasal 11 Ayat (2)
Pengumpulan data merupakan hal Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999
yang sangat erat hubungannya dengan menyatakan bahwa :
sumber data, karena melalui pengumpulan “Pengadilan negeri wajib menolak dan
data ini akan diperoleh data yang diperlukan tidak akan campur tangan dalam suatu
untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan penyelesaian sengketa yang telah
yang diharapkan. Metode Pengumpulan data ditetapkan melalui arbitrase, kecuali
ada 2 (dua) yaitu metode studi pustaka dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan
(library research) dan metode studi lapangan dalam undang-undang ini”.
(field research). Teknik pengumpulan data Dengan adanya Pasal 11 ayat (2)
dalam penelitian ini, diperoleh dari studi Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999
pustaka (library research), peraturan ini, maka pada intinya pengadilan negeri
perundang-undangan, catatan hukum, wajib menolak dan menyatakan tidak
putusan hakim, dikumpulkan dan dikaji guna akan campur tangan dalam suatu
menentukan relevansinya dengan kebutuhan penyelesaian sengketa yang telah
dan rumusan masalah. ditetapkan melalui arbitrase kecuali hal-
hal tertentu yang ditetapkan Undang-
D. Analisis Data undang Nomor 30 Tahun 1999. Lebih
Analisis data yang digunakan dalam jauh lagi, pada Pasal 13 Ayat (1) Undang-
penelitian ini yaitu analisa data kualitatif, undang Nomor 30 Tahun 1999
dimana data yang terkumpul tidak berupa menyatakan bahwa dalam para pihak
angka-angka yang dapat dilakukan tidak dapat mencapai kesepakatan
pengukuran. Akan tetapi berdasarkan mengenai pemilihan arbiter atau tidak
peraturan perundang-undangan, serta ada ketentuan yang dibuat mengenai
pandangan informasi untuk menjawab pengangkatan arbiter, maka Ketua
permasalahn tesis ini. Pengadilan Negeri menunjuk arbiter atau
Analisis kualitatif menghasilkan data majelis arbiter.
deskriptif, dengan cara penarikan data dari Adanya kesepakatan para pihak
induktif ke deduktif dalam arti apa yang melalui klausula arbitrase menyebabkan
dinyatakan oleh sasaran penelitian yang pengadilan tidak berwenang memeriksa dan
bersangkutan secara tertulis, lisan dan mengadili. Beberapa putusan Mahkamah
perilaku nyata. Agung menunjuk yurisprudensi yang telah
mengakui legal effect yang memberi
IV. Hasil dan Pembahasan kewenangan absolut bagi arbitrase untuk
A. Kedudukan Lembaga Arbitrase dalam menyelesaikan sengketa yang timbul dari
Hubungannya dengan Pengadilan perjanjian yang berlaku sebagai undang-
Menurut Undang-undang Nomor 30 undang bagi mereka yang membuatnya
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan sesuai yang digariskan Pasal 1338 KUH
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Perdata.

68
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

Dari data putusan-putusan diserahkan kepada dan berdasarkan


pengadilan umumnya menyatakan tidak Arbitrase Nasional Indonesia (BANI);
berwenang memeriksa dan mengadili Terbukti yang menjadi pokok
sengketa bila para pihak telah memilih sengketa gugatan penggugat dalam perkara
penyelesaian sengketa melalui arbitrase. ini adalah sengketa di bidang perdagangan
Dengan demikian pengadilan mendorong yaitu perjanjian tentang investasi pada PT.
penyelesaian sengketa perkara melalui Cipta Televisi Pendidikan Indonesia. Dalam
arbitrase. akta perjanjian investasi (investment
Tidak jarang salah satu pihak agreement) tergugat telah menentukan
mengajukan gugatan kepada pihak yang lain sengketa yang timbul mengenai pelaksanaan
padahal dalam perjanjian telah dipilih badan perjanjian investasi (investment agreement)
arbitrase yang akan menyelesaikan sengketa tersebut diserahkan kepada dan menurut
para pihak. Dalam keadaan demikian ketentuan peraturan Badan Arbitrase
pengadilan kadang-kadang menganggap Nasional Republik Indonesia, maka sesuai
salah satu pihak telah melepaskan klausula dengan fakta hukum tersebut, sengketa
arbitrase, apalagi bila pihak lawan tidak mengenai sah tidaknya perbuatan tergugat I
mengajukan eksepsi atau keberatan. yang telah mengadakan Rapat Umum
Sehubungan dengan itu Mahkamah Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT.
Agung RI Arpeni Pratama Ocean Line Cipta Televisi Pendidikan Indonesia
Melawan PT. Shorea Ma Menyatakan bahwa tertanggal 18 Maret 2005 dengan kualifikasi
melepaskan klausula arbitrase harus perbuatan melawan hukum adalah
dilakukan secara tegas dengan suatu merupakan klausula arbitrase dan menjadi
persetujuan yang ditandatangani oleh kedua kewenangan Badan Arbitrase Nasional
belah pihak. Indonesia (BANI);
Ketentuan Pasal 1 Butir 3 Undang-
B. Dasar Pertimbangan Pengadilan undang Nomor 30 Tahun 1999 tersebut
Menerima Penyelesaian Sengketa dapat disimpulkan yang termasuk klausula
Kepemilikan PT. Televisi Pendidikan arbitrase adalah hal-hal yang telah
Indonesia (PT. TPI) yang Memuat diperjanjikan oleh para pihak dalam akta
Klausul Arbitrase. perjanjian incasu investment agreement
Menurut Majelis Hakim Pengadilan (perjanjian investasi) tanggal 23 Agustus
Negeri Jakarta Pusat bahwa perjanjian para 2002 antara para penggugat dengan tergugat
pihak walaupun mengandung klausul yang antara lain menyatakan :
arbitrase pada perjanjiannya sebagai “Jika sengketa tersebut tidak dapat
alternatif penyelesaian sengketa, namun diselesaikan secara musyawarah oleh para
perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan pihak, maka akan diselesaikan secara
melawan hukum bukan wanprestasi ekslusif dan berkekuatan hukum tetap oleh
sebagaimana yang tercantum dalam arbitrase di Jakarta sesuai dengan peraturan
investment agreement untuk itu Majelis Badan Arbitrase Nasional Indonesia.
berpendapat bahwa pengadilan berwenang Sebelum Majelis Hakim pada tingkat
untuk mengadili sengketa tersebut. kasasi menjatuhkan putusannya terkait
Pertimbangan Hakim pengadilan sengketa ini, yang menjadi pertimbangan
Tinggi sebelum pada putusannya adalah Mahkamah Agung adalah bahwa alasan-
bahwa sengketa yang digugat dalam perkara alasan kasasi dapat dibenarkan, judex facti
ini adalah sengketa yang berkaitan dan (Pengadilan Tinggi) telah salah menerapkan
berhubungan (mengenai) pelaksanaan hukum dengan alasan sebagai berikut :
perjanjian investasi (investment agreement) Pada tingkat Peninjauan Kembali
tertanggal 23 agustus 2002 yang telah berpendapat hahwa judex facti (Pengadilan
disetujuai antara penggugat dan tergugat. Tinggi) telah keliru menafsirkan isi
Penggugat dan tergugat telah bersepakat dan kesepakatan investment agreement
menentukan penyelesaian setiap sengketa tertanggal 23 Agustus 2002 tersebut. Karena
yang berhubungan dengan pelaksanaan tindakan tergugat II serta RUPSLB yang
investment agreement diselesaikan dan dilakukan tergugat I dengan hal-hal yang
sudah dipertimbangkan oleh judex facti

69
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

(Pengadilan Tinggi) benar berada diluar meneliti dengan seksama memori


perjanjian yang mengandung klausul peninjauan kembali dan kontra memori
arbitrase; peninjauan kembali dihubungkan dengan
Bahwa perjanjian investment pertimbangan putusan Judex juris dalam
agreement tertanggal 23 Agustus 2002 tingkat kasasi dan putusan judex facti, dalam
terjadi antara para penggugat dengan perkara a quo ternyata tidak terdapat
tergugat I saja, sedangkan tergugat II PT. adanya kekhilafan hakim dengan
Sarana Rekatama Dinamika tidak ikut serta pertimbangan sebagai berikut :
dalam perjanjian tersebut, sehingga secara Sengketa dalam perkara a quo adalah
hukum tergugat II tidak terikat atas isi tentang perbuatan melawan hukum dan
perjanjian yang disepakati oleh para bukan merupakan sengketa mengenai hak
penggugat dengan tergugat I tersebut; berdasarkan investment agreement karena
Bahwa masalah pokok dalam perkara terdapat pihak yang tidak terikat dengan
ini adalah tentang hasil RUPSLB tanggal 17 investment agreement tersebut ikut digugat
Maret 2005 yang dilakukan oleh para dalam perkara a quo yang tidak terikat
penggugat atas PT. Cipta Televisi Pendidikan dengan perjanjian tersebut sehingga tidak
Indonesia, “akses Sisminbakum telah termasuk pada ketentuan yang diatur dalam
diblokir” sehingga pendaftaran hasil RUPSLB investment agreement.
tersebut tidak dapat diterima oleh tergugat, Perjanjian investment agreement
akibatnya tidak bisa didaftarkan terjadi antara penggugat dengan tergugat I
Depkumham; dan turut tergugat I, sedangkan tergugat II
Bahwa selanjutnya tergugat I dan turut tergugat lainnya tidak terikat
mengadakan RUPSLB “sendiri” pada tanggal dengan isi perjanjian tersebut sehingga
18 Maret 2005 akses sisiminbakum dibuka Pengadilan Negeri berwenang mengadili
oleh tergugat II dan langsung dimasukkan perkara a quo.
kepada turut tergugat, sehingga hasil Bahwa terbukti para tergugat telah
RUPSLB yang dibuat tergugat I dapat melakukan perbuatan melawan hukum
didaftarkan kepada Depkumham; sebagaimana telah dipertimbangkan oleh
Perbuatan tersebut termasuk lingkup judex facti (Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
perbuatan melawan hukum, yang berada dan judex juris dengan tepat.
diluar isi kesepakatan investment agreement
tertanggal 23 Agustus 2002, sehingga C. Apakah Sikap Pengadilan yang
sengketa ini adalah merupakan kewenangan Menerima Sengketa Kepemilikan PT.
peradilan umum; Televisi Pendidikan Indonesia (PT.
Bahwa atas semua hal tersebut diatas TPI) Telah Melanggar Ketentuan
maka tanggapan termohon kasasi dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun
kontra memori kasasi harus ditolak; 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Bahwa pertimbangan Pengadilan Penyelesaian Sengketa.
Negeri sudah tepat dan diambil alih mejadi Mengenai kewenangan Pengadilan
pertimbangan Mahkamah Agung, kecuali Dalam penyelesaian sengketa Kepemilikan
mengenai tuntutan tentang ganti kerugian PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (PT.
yang dimohon penggugat, judex juris CTPI) bahwa para pihak dalam hal ini
berpendapat bahwa oleh karena tuntutan Penggugat (Nyonya Siti Hardiyanti
ganti rugi yang diajukan Rukmana) dan PT. Berkah Karya Bersama
penggugat/pemohon kasasi tidak disertai sebagai tergugat melalui Investment
perincian yang jelas dan tidak didukung Agreement (perjanjian investasi) telah
bukti-bukti yang cukup maka tuntutan ganti mencantumkan klausul arbitrase dalam
rugi tersebut dinyatakan tidak dapat perjanjian mereka sebagai penyelesaian
diterima; sengketa bilamana terjadi perselisihan
Pertimbangan Hakim Peninjauan sebagaimana yang diuraikan dalam putusan
Kembali sebelum pada putusannya yaitu pengadilan.
bahwa alasan-alasan peninjauan kembali Bentuk klausul arbitrase yang dibuat
dari pemohon peninjauan kembali tersebut para pihak adalah merupakan bentuk
tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah Pactum de compromittendo, dimana para

70
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

pihak mengikat kesepakatan akan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Badan


menyelesaikan perselisihan melalui forum Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
arbitrase sebelum timbul perselisihan. Hal Ketentuan tentang pilihan cara
ini diatur dalam Pasal 615 Rv, Pasal 7 penyelesaian sengketa ini tidak menyangkut
Undang-undang Arbitrase dan Pasal II Ayat pelaksanaan perjanjian, ia merupakan
(1) Kovensi New York 1958. perjanjian tambahan mengenai
Para pihak pada Investment “perselisihan” perjanjian. Dengan demikian
agreement ini telah mencantumkan klausul letaknya bukan pada masalah pelaksanaan
arbitrse dalam perjanjian pokok. Perjanjian perjanjian tetapi berhubungan dengan
pokok tersebut menjadi satu kesatuan penyelesaian sengketa perjanjian.
dengan arbitrase. Dalam perjanjian pokok, Klausula arbitrase yang merupakan
langsung dimuat persetujuan arbitrase yang kesepakatan para pihak merupakan suatu
berisi kesepakatan, bahwa para pihak setuju ketentuan tentang cara penyelesaian
akan menyelesaikan perselisihan yang sengketa yang mungkin timbul dimasa yang
timbul di kemudian hari, melalui forum akan datang. Oleh karena itu perjanjian
arbitrase (severable contract). Pasal 13.2- arbitrase tidak melihat pada perjanjian
13.4 investment agreement yang dibuat oleh pokok, tetapi terlepas dan merupakan
para pihak menyatakan dengan tegas bahwa: tambahan yang didekatkan pada perjanjian
Pasal 13-2 pokok. Keberadaan perjanjian assesor
“Segala sengketa yang timbul antara para tersebut sifatnya assesor atau tambahan dari
pihak yang berasal dari atau terkait dengan perjanjian pokok dan sama sekali tidak
perjanjian ini, termasuk namun tidak mempengaruhi pelaksanaan perjanjian
terbatas pada, pertanyaan apapun terkait pokok.
dengan penafsiran, keabsahan pelaksanaan, Tanpa klausula arbitrase,
keefektifan dan pemutusan hak atau pemenuhan perjanjian pokok tidak
kewajiban dari pihak manapun, akan terhalang. Tetapi ia berpengaruh terhadap
dilesaikan melalui musyawarah” cara penyelesaian sengketa manakala terjadi
perselisihan. Ketiadaan klausula arbitrase
berakibat perselisihan para pihak menjadi
Pasal 13-3 kewenangan abslout peradilan umum
“Apabila sengketa tersebut tidak dapat sebagai badan peradilan negara.
diselesaikan secara musyawarah, maka Suatu perjanjian yang disertai
harus dilesaikan secara ekslusif dan dengan klausul arbitrase, maka ketentuan
mengikat melalui arbitrase di Jakarta sesuai dalam klausul arbitrase benar-benar
dengan ketentuan Badan Arbitrase Nasional dilaksanakan dan sengketa mereka
Indonesia”. diselesaikan melalui forum arbitrase. Dengan
Pasal 13-4 demikian klausul arbitrase akan memainkan
“Pasal 13 ini merupakan suatu klausula perannya manakala benar-benar timbul
arbitrase yang tercakup dalam pengertian sengketa mengenai perjanjian pokok.
pada Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Sengketa mereka akan diperiksa dan diputus
tentang Arbitrase dan Alternatif oleh lembaga arbitrase sesuai wewenang
Penyelesaian Sengketa (12 Agustus 1999) yang diberikan kepadanya sebagaimana
dan tidak dapat dicabut serta mengikat para diatur dalam klausula arbitrase.
pihak untuk menyampaikan sengketa kepada Bila merujuk kepada pertimbangan
arbitrase yang final dan mengikat sesuai Hakim pada setiap tingkat pengadilan
dengan hukum dan ketentuan-ketentuan dimana Salah satu alasan Majelis Hakim
yang diatur perjanjian ini”. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menerima
Berdasarkan pasal 13 ini bahwa dan mengabulkan permohonan Gugatan
segala sengketa yang timbul dari ataupun Penggugat adalah bahwa sengketa ini adalah
berhubungan dengan Investement Agreement sengketa perbuatan melawan hukum, bukan
harus diselesaikan dengan cara musyawarah mengenai sengketa Hak untuk itu Pengadilan
oleh para pihak. Jika musyawarah tidak berwenang untuk mengadili perselisihan ini.
dapat terlaksana, maka sengketa tersebut Putusan ini kemudian dibatalkan oleh
harus diselesaikan dengan cara arbitrase Majelis Hakim pada tingkat Banding, yang

71
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

menyatakan membatalkan putusan Objek perjanjian arbitrase (sengketa


Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. yang akan diselesaikan di luar pengadilan
Dalam pertimbangannya Majelis melalui lembaga arbitrase dan atau lembaga
Hakim pada tingkat banding berpendapat alternatif penyelesaian sengketa lainnya)
bahwa Pengadilan secara absolut tidak menurut Pasal 5 ayat 1 Undang-undang
berwenang mengadili sengketa yang digugat. Nomor 30 tahun 1999 (“Undang-undang
Namun putusan tingkat banding ini Arbitrase”) hanyalah sengketa di bidang
kemudian dibatalkan oleh Majelis Hakim di perdagangan dan mengenai hak yang
tingkat kasasi dan Peninjauan Kembali yang menurut hukum dan peraturan perundang-
menyatakan bahwa Majelis Hakim pada undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak
Tingkat Banding telah melanggar ketentuan yang bersengketa. Adapun kegiatan dalam
Pasal 5 Undang-undang Nomor 30 Tahun bidang perdagangan itu antara lain:
1999 yang bunyinya “Sengketa yang dapat perniagaan, perbankan, keuangan,
diselesaikan melalui arbitrase hanyalah penanaman modal, industri dan hak milik
sengketa di bidang perdagangan dan hak intelektual. Sementara itu Pasal 5 (2)
yang menurut hukum dan peraturan Undang-undang Arbitrase memberikan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya perumusan negatif bahwa sengketa-sengketa
oleh pihak yang bersengketa.” yang dianggap tidak dapat diselesaikan
Menurut Majelis Hakim pada tingkat melalui arbitrase adalah sengketa yang
kasasi dan peninjauan kembali bahwa menurut peraturan perundang-undangan
sengketa yang dimaksud dalam hal ini tidak dapat diadakan perdamaian
bukanlah mengenai sengketa perdagangan sebagaimana diatur dalam KUH Perdata
atau sengketa mengenai hak, melainkan Buku III Bab Kedelapan Belas Pasal 1851 s/d
sengketa yang terjadi karena Perbuatan 1854.
Melawan Hukum (PMH) yang dilakukan oleh Terkait dengan keberadaan surat
tergugat, yaitu terkait dengan kuasa yang menjadi salah satu dasar
penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang pertimbangan pengadilan menerima perkara
Saham Luar Biasa (RUPSLB) dan penutupan sengketa kepemilikan PT. Televisi
akses (pemblokiran) data pada sistem Pendidikan Indonesia (PT. TPI) yang
administrasi badan hukum Departemen memutuskan bahwa tergugat telah
Hukum dan HAM (Sisiminbakum melakukan perbuatan melawan hukum
Depkumham). untuk itu pengadilan berwenang mengadili
Berdasarkan literatur yang ada, yaitu perkara ini. Bahwa surat kuasa tersebut
menurut Sophar Maru Hutagalung, merupakan salah satu perjanjian yang tidak
menyatakan bahwa sengketa yang dapat dapat dilepaskan dari perjanjian pokok.
diselesaikan melalui arbitrase hanya Surat kuasa tersebut adalah pejanjian
sengketa di bidang perdagangan dan tambahan (perjanjian accesoir) untuk itu
mengenai hak yang menurut hukum dan surat kuasa tersebut sebagai perjanjian
peraturan perundang-undangan dikuasai tambahan tidak dapat dilepaskan dari
sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. perjanjian pokoknya, yaitu investment
Sedangkan sengketa yang tidak dapat agreement itu sendiri. Oleh karena perjanjian
diselesaikan melalu arbitrase adalah pokok dan perjanjian tambahan merupakan
sengketa yang menurut peraturan satu kesatuan, maka segala ketentuan yang
perundang-undangan tidak dapat diadakan berlaku tetap berlaku sama terhadap kedua
perdamaian.11 perjanjian tersebut termasuk mengenai
Menurut Gatot Soemartono forum penyelesaian sengketa. Oleh karena
menyatakan bahwa arbitrase tidak dapat pada perjanjian pokok telah mencantumkan
diterapkan untuk masalah-masalah dalam klausula arbitrase sebagai forum
lingkup hukum keluarga. Arbitase hanya penyelesaian sengketa, maka
dapat diterapkan untuk masalah-masalah sengketa/perkara yang berkaitan dengan
perniagaan. surat kuasa tersebut yang merupakan
perjanjian tambahan juga tunduk pada
11Sophar Maru Hutagalung, Op.Cit,
ketentuan ini.
halaman 317.

72
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

Berdasarkan literatur yang ada 2. Pertimbangan hukum Pengadilan


bahwa sengketa yang dimaksud dalam hal ini pada tingkat Banding, Kasasi dan
adalah sengketa di bidang perdagangan yaitu Peninjauan Kembali tidak tepat,
dalam ruang lingkup penanaman modal Seharusnya pengadilan mengakui
sebagaimana yang telah dijelaskan kompetensi absolut (kewenangan
sebelumnya diatas. Untuk itu oleh karena mutlak) lembaga arbitrase. Hakim
para pihak mencatumkan klausul arbitrase pada tingkat Pertama, Kasasi dan
pada perjanjiannya (investment agreement), Peninjauan kembali dalam perkara
maka yang berwenang mengadili sengketa ini karena jabatannya pada
para pihak adalah Arbitrase melalui pertimbangannya harusnya menolak
ketentuan Badan Arbitrase Nasional mengadili perkara ini karena para
Indonesia. Putusan Pengadilan pada tingkat pihak dalam perjanjiannya telah
banding telah tepat yaitu bahwa pengadilan mencantumkan klausul arbitrase,
tidak memiliki kompetensi mengadili sehingga harus dinyatakan tidak
sengketa ini, oleh karena para pihak telah berwenang mengadili perkara.
sepakat bilamana terjadi sengketa 3. Pengadilan tidak berwenang
dikemudian hari para pihak mengadili perkara ini, sebab sudah
menyelesaikannya melalu arbitrase, bila jelas dan tegas bahwasanya para
tidak dapat diselesaikan secara musyawarah. pihak mencantumkan klausul
Untuk itu penyelesaian sengketa arbitrase pada perjanjiannya dan
terkait dengan sengketa kepemilikan PT. bahwa sengketa yang terjadi diantara
Televisi Pendidikan Indonesia (PT. TPI) para pihak adalah sengketa
diselesaikan melalui forum arbitrase dan perdagangan di bidang investasi atau
sikap pengadilan seharusnya menolak penanaman modal yang
mengadili sengketa kepemiilikan PT. Televisi menimbulkan suatu perbuatan
Pendidikan Indonesia (PT. TPI). Melawan Hukum. Sikap Pengadilan
yang menerima penyelesaian
V. Penutup sengketa ini telah melanggar
A. Kesimpulan ketentuan Undang-undang Nomor 30
Berdasarkan hasil penelitian dan Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
pembahasan sebagaimana yang telah Alternatif Penyelesain Sengkseta.
diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai B. Saran
berikut : 1. Untuk menghindari penyelesaian
1. Arbitrase selain berperan untuk sengketa secara berlarut-larut, maka
menyelesaikan sengketa hak juga pilihan forum arbirase yang dipilih
berperan untuk menyelesaikan harus dirumuskan secara cermat,
sengketa di bidang perdagangan. jelas dan lengkap, seyogyanya
Adapun kegiatan dalam bidang sewaktu harus merumuskan
perdagangan itu antara lain: kehendak para pihak, sebaiknya
perniagaan, perbankan, keuangan, memuat klausul arbitrase yang
penanaman modal, industri dan hak komprehensif artinya bahwa forum
milik intelektual. Sengketa di bidang arbitrase sebagai penyelesaian
perdagangan yang dalam sengketa terhadap seluruh sengketa
perjanjiannnya memuat klausul yang terjadi dikemudian hari
arbitrase maka merupakan diantara para pihak.
kewenangan menjadi kewenangan 2. Penyelesaian sengketa melalui
arbitrase. Pengadilan hanya arbitrase merupakan refleksi
berwenang (memiliki kompetensi) kesepakatan para pihak, sehingga
dalam prosedur arbitrase dalam hal harus dihormati dan diberdayakan
penunjukan arbiter, pembatalan eksistensinya.
putusan arbitrase dan Eksekusi 3. Pengadilan agar menyatakan tidak
Putusan Arbitrase. berwenang memeriksa dan memutus
sengketa bilmana para pihak

73
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652

sebelumnya telah mencantumkan


klausul arbitrase pada perjanjiannya
dan agar para Hakim-hakim di
Pengadilan lebih meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme
bilamana dihadapkan untuk
mengadili suatu sengketa yang
didalamnya memuat klausul
arbitrase pada perjanjiannya sebagai
forum penyelesaian sengketa.

DAFTAR PUSTAKA
Adi, R., 2000, Metode Penelitian Sosial dan
Hukum, Granit, Jakarta.
Hadi, S., 2000, Metode Research Jilid I,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Hartono, S., 1994, Penelitian Hukum
Indonesia pada Akhir ke-20, Alumni,
Bandung.
Hutagalung, S.M., 2014, Praktik peradilan
perdata dan Alternatif penyelesaian
sengketa, Sinar grafika, Jakarta.
Ibrahim, J., 2008, teori dan metodologi
penelitian hukum normatif,
Banyumedia publishing, Malang.
Nazir, M., 1998, Metode Penelitian, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Soekanto, S., 1995, Penelitian Hukum
Normatif suatu tinjauan singkat,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
_____________., 2006, pengantar penelitian
hukum, UI press, Jakarta.
Soekanto, S., dan Sri M., 1979, Peran
Penggunaan Perpustakaan di dalam
penelitian Hukum, PDHUI, Jakarta.
Sukwanto, B., dan Taufik S., (2010),
Pelaksanaan Putusan Arbitrase
Internasional Di Indonesia,
Mercatoria, 3 (1): 1 – 19

74

Anda mungkin juga menyukai