Anda di halaman 1dari 25

TUGAS PENDIDIKAN DASAR KEPERAWATAN

KELOMPOK 2 :

M. Fery Agustian
Idham
Bz Ullumudin
Didin
Gilang
Nopi dj
Witnawati
Tita
Yosi n
Rayka p
Algi

STIKES KARSA HUSADA GARUT

TA 2020/2021
A. Pengertian Satuan Cara Penyuluhan
Satuan Acara Penyuluhan adalah seperangkat acara penyuluhan yang akan diselenggarakan
termasuk topik, tempat, sasaran, pemateri, dan konsep acara. Penyusunan Satuan Acara
Penyuluhan terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pendahuluan, tahap penyajian dan tahap penutup.
Satuan Acara Penyuluhan pedoman kerja dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

B. Tahap-tahap Penyusunan Satuan Acara Penyuluhan


Tahap kegiatan satuan acara penyuluhan terdiri atas tahap pendahuluan (introduction), tahap
penyajian (presentation), dan tahap penutup (test and follow up). Berikut ini akan diuraikan secara
singkat pengertian tahap tersebut.

1. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan adalah tahap persiapan atau tahap awal sebelum memasuki
penyajian materi yang akan disuluhkan. Pada tahap ini penyuluh menjelaskan secara singkat
tentang materi yang akan diajarkan dalam pertemuan tersebut, manfaat materi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, hubungan materi tersebut dengan pengetahuan yang telah diketahui
masyarakat, serta tujuan yang harus dicapai masyarakat pada akhir pertemuan.
Tahap ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mental masyarakat agar memerhatikan
secara sungguh-sungguh selama tahap penyajian. Tahap pendahuluan ini biasanya
membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit atau sekitar 5% dari waktu penyuluhan.

2. Tahap Penyajian
Tahap penyajian merupakan kegiatan belajar mengajar yang utama dalam suatu
pengajaran. Di dalamnya tercakup bagian-bagian sebagai berikut.

a. Uraian (explanation), baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal seperti penggunaan
grafik, gambar, benda sebenarnya (realita), model, dan demonstrasi gerak.
b. Contoh dan non-contoh yang praktis serta konkret dari uraian konsep
c. Latihan merupakan praktik bagi masyarakat untuk menerapkan konsep abstrak yang
sedang dipelajari dalam bentuk kegiatan fisik. Sebagian besar (80-90%) dari waktu
kegiatan penyuluhan digunakan dalam tahap penyajian ini.

3. Tahap Penutup
Tahap penutup merupakan tahap terakhir suatu penyuluhan. Tahap ini meliputi 3
kegiatan, yaitu:

a. Pelaksanaan tes hasil penyuluhan untuk dijawab atau dikerjakan peserta penyuluhan.
Seringkali tes tersebut dilaksanakan secara tidak formal dan tidak tertulis, tetapi diajukan
secara lisan untuk dijawab atau dikerjakan oleh peserta penyuluhan yang ditunjuk sebagai
sampel. Namun tes tersebut dapat juga dijawab atau dikerjakan oleh semua peserta didik
dan hal ini berarti akan menyita waktu pengajaran.
b. Umpan balik yang berupa informasi atau hasil tes
c. Tindak lanjut yang berupa petunjuk tentang apa yang harus dilakukan atau dipelajari
peserta penyuluhan selanjutnya, baik untuk memperdalam materi yang telah dipelajari
dalam pertemuan tersebut maupun untuk mempersiapkan diri dari wabah penyakit yang
menular di lingkungan masyarakat.

Tahap penutup ini hanya membutuhkan waktu sekitar 10-20 menit atau 10-15% dari
waktu pengajaran.

C. Metode dan Media Pembelajaran


1. Metode
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan diantaranya
(Notoatmodjo, 2002):
a. Metode ceramah
Suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide , pengertian atau pesan
secara lisan kepada sekelompok ssasaran sehingga memperoleh informasi tentang
kesehatan.
b. Metode diskusi kelompok
Pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik
pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang
telah ditunjuk.
c. Metode curah pendapat
Suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan
evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian
d. Metode panel
Pembicaraan yang telah direncanakan didepan pengunjung atau peserta tentang
sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin
e. Metode bermain peran
Memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan
latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran
oleh kelompok.
f. Metode demonstrasi
Suatu cara untuk menunjukan pengertian, ide an prosedur tentang sesuatu hal yang
telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan
suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga.
Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
g. Metode symposium
Serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2-5 orang dengan topik yang berlebihan
tetapi saling berhubungan erat.
h. Metode seminar
Suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah
dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.
2. Media
Media merupakan alat penunjang tercapainya tujuan instruksional. Oleh karena itu pemilihan
media harus relevan dengan tujuan instruksional, kondisi dan situasi yang ada.

D. Konsep Evaluasi
Evaluasi adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta penyuluhan
cara melaksanakan pengajaran. Alat ukur tersebut dapat berbentuk:

1. Karangan (essay test)


2. Tes objektif. Untuk tujuan instruksional dalam kawasan kognitif
3. Tes kinerja (performance test). Untuk tujuan instruksional yang mengandung kawasan
psikomotor.

a. Tipe Evaluasi: Format, sumatif, placement dan diagnostic


b. Jenis evaluasi dapat berupa lisan, tulisan dan perbuatan
c. Bentuk evaluasi: subjektif dan objektif

E. Definisi referensi atau sumber Rujukan


Sumber merupakan buku yang dipakai sebagai sumber bahan Pendidikan kesehatan, meliputi:
a. Judul Buku
b. Penulis atau pengarang
c. Penerbit
d. Tahun terbit
e. BAB dan halaman
SATUAN ACARA PEYULUHAN (SAP)
CUCI TANGAN

Pokok Bahasan : Cuci Tangan 6 langkah


Sasaran : Masyarakat Sindangkasih
Tempat : Puskesmas Sindangkasih
Hari/ Tanggal : Selasa, 09 Februari 2021
waktu : 60 Menit
Metode : Ceramah, Praktek
Penyuluh : Mahasiswa S1 Keperwatan Non Reguler Stikes Karsa Husada Garut

I. TUJUAN
1.1 Tujuan Instruksional Umum
1. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, masyarakat sindangkasih diharapkan
dapat mengerti dan memahami tentang cuci tangan.
2. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan masyarakat mampu mempraktekan cuci
tangan
1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan klien maupun keluarga dan pengunjung mampu
memahami tentang :
a. Menjelaskan defenisi cuci tangan
b. Menjelaskan tujuan cuci tangan
c. Menjelaskan manfaat mencuci tangan
d. Menjelaskan dampak jika tidak cuci tangan
e. Menjelaskan kapan waktu cuci tangan
f. Menjelaskan enam langkah cuci tangan

1.3 SASARAN
Masyarakat sindangkasih di puskesmas sindangkasih

1.4 SUP POKOK BAHASAN


1. Defenisi cuci tangan
2. Tujuan cuci tangan
3. Manfaat mencuci tangan
4. Dampak jika tidak cuci tangan
5. Kapan waktu cuci tangan
6. Enam langkah cuci tangan
1.3 METODE PEMBELAJARAN
Ceramah, Tanya Jawab, Simulasi

1.4 MEDIA
Leaflet, Hand Scub

1.5 KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Peserta Metode Media


Pendahuluan 5 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah
menit 2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan dan
diri memperhatikan tanya
3. Menjelaskan tujuan 3. Menjawab jawab
penyuluhan dan pertanyaan
pokok materi yang
akan disampaikan
4. Mengkaji
pengetahuan
masyarakat
sindangkasih
tentang
Cuci tangan
Penyajian 45 1. Menjelaskan Mendengarkan dan Ceramah Leaflet
menit materi memperhatikan dan
a. Defenisi cuci Mempraktekan tanya
tangan mencuci tangan jawab
b. Tujuan cuci
tangan
c. Manfaat
mencuci tangan
d. Dampak jika
tidak cuci
tangan
e. Kapan waktu
cuci tangan
f. Enam langkah
cuci tangan
2. Penyuluh
mencontohkan
cara mencuci
tangan yang benar
3. Memberikan sesi
untuk bertanya
Penutup 10 1. Meminta peserta 1. Mengajukan Tanya Leaflet
menit untuk menjelaskan pertanyaan jawab
kembali materi 2. Menjawab
yang telah di pertanyaan yang
berikan dengan di berikan oleh
singkat. penyuluh
2. Meminta peserta 3. mempraktekan
untuk cuci tangan
mempraktekan cuci yang benar
tangan yang benar 4. Membalas
3. Menyimpulkan salam
hasil penyuluhan
4. Menutup acara,
dengan salam
penutup

2 MEDIA
• Leafled

3 MATERI
(terlampir)

4 KRITERIA PEMANTAUAN
1. Pemantauan
a. Input
• Kegiatan penyuluhan dihadiri pengunjung puskesmas sindangkasih
• Media penyuluhan yang digunakan adalah Leaflet
• Paket penyuluhan sesuai SPO dan Up to Date
• Waktu Kegiatan Penyuluhan adalah 30 menit
• Tempat penyuluhan adalah diruang tunggu puskesmas sindangkasih
• Pengorganisasian penyuluhan disiapkan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
b. Proses
• Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
• Tidak ada peserta yang meninggalkan kegiatan penyuluhan
• Narasumber menguasai materi dengan baik
c. Output
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan peserta mengerti dan memahami materi
penyuluhan
d. Outcome
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan ada perubahan perilaku kesehatan yang lebih
baik

5 Evaluasi
Promosi Kesehatan Rumah Sakit untuk mengetahui efektifitas PKRS terhadap indikator
dampak (dampak dari program seperti cuci tangan)
MATERI
CUCI TANGAN 6 LANGKAH

1.1 Defenisi cuci tangan


Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit,
agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang.

1.2 Tujuan Mencuci Tangan


1. Menjaga Kebersihan diri
2. Mencegah infeksi silang
3. Sebagai pelindung diri

1.3 Manfaat Cuci Tangan


1. Untuk menghindarkan penularan penyakit melalui tangan.
2. Untuk menjaga kebersihan diri (perorangan).
3. Untuk membuat tubuh kita tetap sehat dan bugar.
4. Supaya tidak menjadi agen penular bibit penyakit kepada orang lain

1.4 Dampak Jika Tidak Cuci Tangan


1. Keracunan Bakteri Salmonella
Jika Anda sering makan tanpa mencuci tangan maka bisa terkena infeksi bakteri
salmonella. Bakteri ini bisa menyebar secara langsung dari berbagai tempat. Potensi ini
juga bisa disebabkan karena makan sayuran mentah tanpa di cuci. Telur bakteri
salmonella akan berpindah dari makanan atau tangan ke dalam saluran pencernaan.
Bakteri ini bisa hidup dalam usus dan saluran pencernaan lain. Tanda keracunan bakteri
salmonella adalah seperti diare, sakit perut, keringat dingin, mual dan muntah. Untuk
mencegah agar tidak terlalu parah maka bisa meminta bantuan dokter.
2. Keracunan Bakteri E. Colli
Keracunan bakteri E. colli juga bisa terjadi jika Anda makan tanpa mencuci tangan.
Bakteri ini bisa berasal dari tempat umum seperti toilet. Misalnya jika Anda makan
setelah menggunakan toilet umum tanpa mencuci tangan, maka telur bakteri E.colli bisa
masuk ke saluran pencernaan secara langsung. Keracunan ini bisa menyebabkan diare
yang sangat berat, kram perut, nyeri perut yang parah dan jika tidak segera diobati maka
bisa menyebabkan gagal ginjal. (baca juga : bahaya gagal ginjal – gejala dan
pencegahannya)
3. Resiko Tertular Flu atau Pilek
Tertular flu atau pilek menjadi resiko yang paling sering terjadi secara umum. Penularan
ini terjadi ketika Anda baru saja menggunakan fasilitas umum atau bersentuhan dengan
orang lain. Kemudian ketika Anda makan secara langsung maka bisa menyebabkan virus
segera berpindah tangan. Virus akan menyebar sangat cepat, tidak hanya masuk ke dalam
tubuh tapi juga berpindah lewat saluran pernafasan.
4. Tertular Penyakit Infeksi Tenggorokan
Jika Anda memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan, maka bisa
menyebabkan infeksi tenggorokan. Hal ini terjadi ketika ada banyak bakteri yang sudah
melekat ke tangan kemudian menyebar ke saluran pencernaan. Makanan yang masuk ke
saluran tenggorokan akan berhubungan langsung dengan lendir. Kemudian bakteri akan
tinggal dalam bagian lendir tersebut dan berkembang dengan pesat. Kondisi ini bisa
menyebabkan sakit tenggorokan dan infeksi yang lebih buruk. (baca juga : bahaya radang
tenggorokan kronis)
5. Diare
Orang yang tidak mencuci tangan sebelum makan juga sangat rentan terkena penyakit
diare. Infeksi ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri yang sebelumnya sudah ada di
tangan. Kemudian akan masuk ke saluran pencernaan lewat makanan yang bersentuhan
langsung dengan tangan. Perkembangan bakteri atau virus dalam saluran pencernaan bisa
menyebabkan diare. Usus tidak bisa menerima bakteri tersebut sehingga membuat reaksi
diare. Untuk mencegah hal yang lebih buruk sebaiknya segera kunjungi dokter Anda.
6. Infeksi Penyakit Hepatitis B
Bahaya tidak mencuci tangan sebelum makan juga bisa terkena hepatitis B. Penyakit
hepatitis ini akan menyerang organ hati dan menyebabkan penderita sulit untuk memiliki
tubuh yang sehat. Hepatitis B termasuk jenis penyakit yang mudah menular. Salah satu
cara untuk mencegahnya adalah sering mencuci tangan. Mencuci tangan sebelum makan
bisa menurunkan resiko hepatitis B. Virus ini bisa menyebar dengan mudah lewat udara
dan makanan. Bahkan lingkungan yang buruk bisa menjadi tempat endemi hepatitis B.
(baca juga : penyebab hepatitis kronis dan jenis-jenis hepatitis yang perlu diwaspadai)
7. Resiko Infeksi Shigellosis
Infeksi ini bisa menyebabkan penyakit shigellosis, yang merupakan infeksi akibat jenis
bakteri shigela. Penyakit yang dihasilkan seperti disentri. Disentri umumnya disebabkan
karena kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan. Ketika tangan Anda kotor setelah
melakukan berbagai pekerjaan maka mungkin banyak bakteri yang bersarang dalam
tangan Anda. Kontaminasi bisa terjadi lewat makanan itu sendiri atau tangan yang kotor.
Penyakit ini ditandai dengan demam, diare yang parah, diare bisa disertai darah dan
dehidrasi.
8. Resiko Infeksi Botulisme
Orang yang tidak mencuci tangan sebelum makan juga bisa terkena infeksi penyakit
botulisme. Penyakit ini menular secara langsung lewat makanan dan tangan yang kotor.
Ini termasuk jenis infeksi yang sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian.
Infeksi juga membutuhkan perawatan yang segera untuk mengurangi potensi bahaya yang
lebih buruk. Beberapa tanda infeksi ini adalah seperti diare, sakit perut, mual, muntah,
demam, pandangan kabur dan hilang kesadaran.
9. Resiko Infeksi Amoebiasis
Resiko infeksi amoebiasis adalah jenis penyakit yang bisa disebabkan karena tidak
mencuci tangan sebelum makan. Penyakit ini akan menyebabkan penderita mengalami
disentri. Jenis amuba penyebab infeksi ini termasuk dalam kelas Entamoeba histolitica.
Infeksi ini tidak hanya menyerang pada saluran pencernaan namun juga berbagai organ
lain. Karena itu infeksi ini cepat berkembang dalam tubuh dan membutuhkan perawatan
darurat. Mencuci tangan sebelum makan bisa mencegah kondisi yang lebih berbahaya.
10. Resiko Radang Pernafasan
Orang yang memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan juga bisa terkena
penyakit radang saluran pernafasan. Penyakit ini bisa menyebabkan sesak nafas, batuk,
flu dan radang tenggorokan. Penyakit ini bisa menyebar lewat bakteri atau virus yang
masuk ke tubuh lewat makanan. Ketika bakteri atau sumber penyebab infeksi bersentuhan
dengan lendir dalam tenggorokan, maka sumber infeksi akan berkembang dalam tempat
itu. Kemudian akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh dan membuat
penderita mudah sakit. Sumber penyebab penyakit seperti bakteri atau virus mungkin
memang tidak terlihat oleh mata secara langsung. Sumber infeksi bisa saja berasal dari
makanan, lingkungan atau tangan yang kotor ketika makan. Untuk mengatasi berbagai
bahaya tersebut maka biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan. Anda bisa
mencoba untuk melakukan cara mencuci tangan yang benar dan steril agar benar-benar
bersih dan tidak terkena resiko penyakit.

1.5 Kapan waktu cuci tangan


1. Menurut Handayani , dkk (2000) waktu pelaksanaan cuci tangan adalah sebagai berikut:
a. Sebelum dan setelah makan.
b. Setelah ganti pembalut.
c. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah
memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan.
d. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
e. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
f. Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.
g. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka.
h. Setelah menangani sampah.
i. Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak.
j. Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet, wartel, dan lain – lain).
k. Pulang bepergian dan setelah bermain.
l. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
2. Bagi petugas medis/tenaga kesehatan
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik/steril
c. Setelah melakukan tindakan/terpapar cairan tubuh pasien
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

1.6 Enam langkah cuci tangan


1. Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan
2. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling menjalin dan
sebaliknya
3. Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin
4. Punggung jari-jari pada telapak tangan berlawanan dengan jari-jari saling mengunci
5. Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak kiri dan
sebaliknya
6. Gosok memutar, kearah belakang dan kearah depan dengan jari-jari tangan kanan
mengunci pada telapak tangan kiri dan sebaliknya.

Gambar: cuci tangan


PENGELOLAAN KELAS
1. Pengelolaan Kelas

a. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yakni kata pengelolaan dan kata
kelas.Untuk mendefenisikan istilah pengelolaan kelas perlu melacak defenisi
kedua kata tersebut. Kata pengelolaan memiliki makna yang sama dengan
management dalam bahasa Inggris, selanjutnya dalam bahasa Indonesia menjadi
manajemen. Menurut Saiful Sagala manajemen adalah serangkaian kegiatan
pendayagunaan segala sumber daya secara efektif untuk mencapai suatu tujuan.
Kelas adalah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa
berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Syaiful Bahfri Djamah pengelolaan kelas adalah keterampilan


guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif.
Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Yang dimaksud
dalam hal ini misalnya penghentian tingkah laku anak yang menyeleweng
perhatian kelas, perhatian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian kerja
siswa, atau penetapan norma kelompok produktif.

Sedangkan menurutTim Dosen Administrasi Pendidikan UPI


pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan
kemampuannya.

Mulyasa mengemukakan bahwa pengelolaan kelas merupakan


keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.5 Sedikitnya
terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif dan menyenngkan yaitu ruang belajar, pengaturan
sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum
masuk materi yang akan dipelajari, dan bina suasana dalam belajar.

Berdasarkan beberapa defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan suasana belajar
yang kondusif sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan
tenang.Guru juga harus dapat mengendalikan kelas apabila terjadi gangguan-
gangguan yang dapat mengganggu ketenangan siswa dalam mengikuti
pembelajaran.

b. Komponen Pengelolaan Kelas


Mulyasa menjelaskan bahwa keterampilan pengelolaa kelas memiliki
komponen sebagai berikut:
1) Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, antara lain:
a) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara memandang secara seksama,
mendekati, memberikan pernyataan dan memberikan reaksi terhadap
gangguan di kelas
b) Membagi perhatian secara visual dan verbal
c) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik
dalam pembelajaran
d) Memberi petunjuk yang jelas
e) Memberi teguran secara bijaksana
f) Memberikan penguatan ketika diperlukan
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang
optimal
a) Modifikasi perilaku
(1) Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan
(2) Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan
(3) Mengurangi perilaku yang buruk dengan hukuman
b) Pengelolaan kelompok dengan cara peningkatan kerjasama dan
keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah
c) Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah
(1) Pengabaian yang direncanakan
(2) Campur tangan dengan isyarat
(3) Mengawasi dengan ketat
(4) Mengakui perasaan negative peserta didik
(5) Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya
(6) Menjauhkan benda-benda yang dapat menggangu
perasaannya
(7) Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu
konsentrasi
(8) Menyusun kembali program

(9) Menghilangkan ketegangan dan humor

(10) Mengekang secara fisik.

Selanjutnya, menurut Mulyasa ada tiga dimensi pengelolaan kelas yaitu


pengelolaan tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan,
dan mengatur sosial emosional. Pengaturan kondisi lingkungan belajar meliputi:

1) Kondisi fisik
a) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b) Pengaturan tempat duduk
c) Ventilasi dan pengaturan cahaya
d) Pengaturan penyimpanan barabg-barang
2) Kondisi sosioemosional
a) Tipe kepemimpinan
b) Sikap guru
c) Suara guru
d) Pembinaan raport
3) Kondisi organisasional
a) Penggantian pelajaran
b) Guru yang berhalangan hadir
c) Masalah antar peserta didik
d) Upacara bendera
e) Kegiatan lainnya8

Menurut Radno Harsanto pengelolaan kelas yang dinamis


ditunjukkan dengan pengelolaan:
1) Berbagai jenis kelas
2) Belajar bersama dalam kelompok
3) Mengadakan analisis sosial
4) Mengefektifkan papan tulis di kelas
5) Mengefektifkan posisi tempat duduk siswa
6) Mengembangkan pemetaan bahan
7) Memanfaatkan perpustakaan sekolah
8) Mengembangkan kemampuan bertanya
9) Mengatasi masalah disiplin kelas.

Menurut Mulyasa yang dikutip oleh Abdul Majid bahwa lingkungan belajar
yang kondusif dapat dikembangkan melalui berbagai layanan kegiatan sebagai
berikut:
1) Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam
melakukan tugas pembelajaran.
2) Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang
berprestasi, atau berprestasi rendah.
3) Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman
bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal.
4) Menciptakan suasana kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik
maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelolaan pembelajaran lain.
5) Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
6) Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama anatara
peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator
dan sebagai sumber belajar.
7) Mengembangkan system evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan
pada evaluasi diri (self assessment).10
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komponen pengelolaan terdiri dari penciptaan dan pemeliharaan iklim
pembelajaran yang optimal, keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian
kondisi belajar yang optimal, pengaturan kondisi fisik, kondisi sosioemosional,
serta kondisi organisasi kelas.
c. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut, pertama, mewujudkan
situasi dan kodisi kelas, baik secara lingkungan belajar maupun sebagai kelompok
belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin. Kedua, menghilangkan berbagai hambatan yang dapat
menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran. Ketiga, menyediakan dan
mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa
belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam
kelas.Keempat, membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.11
Sedangkan menurut Nurhasnawati tujuan pengelolaan kelas yaitu:
1) Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab individu
terhadap tingkah lakunya.
2) Membantu siswa agar mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata
tertib kelas.
3) Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri sendiri diri dalam
tugas serta tingkah laku sesuai dengan kegiatan kelas.12
Selanjutnya Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan
kelas adalah agar setiap siswa dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera
tercapai tujuan pengejaran secara efektif dan efisien. Indikator kelas yang tertib
adalah sebagi berikut:
1) Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang
terhenti karena tidak tahu akan tugasnya.
2) Setiap anak harus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya
setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas
yang diberikan kepadanya.13
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahawa tujuan pengelolaan kelas
adalah untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuannya dan menghilangkan hambatab yang dapat mengganggu
pembelajaran sehingga dapat tercapainya efektifitas/keberhasilan
pembelajaran.
d. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas
Aspek yang sering di diskusikan oleh penulis professional dan pengajaran
adalah pengelolaan kelas.Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari
bahkan dari waktu kewaktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah.Hari
ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu.Kelas
selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental dan emosional
siswa.Oleh karena itu, guru harus mengetahui ruang lingkup pengelolaan kelas agar
dapat mengelola kelas dengan baik.Ruang lingkup pengelolaan kelas adalah sebagi
berikut:

1) Pengelolaan tata lingkungan fisik kelas


Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah lingkungan. Guru harus
menciptakan lingkunagan kelas yang membatu perkembangan pendidikan
subjek didiknya (siswa). Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat.Kelas
sedapat mungkin harus merupakan suatu tempat yang indah dan
menyenangkan.Selain itu, pegaturan tempat duduk di kelas juga harus
disesuaikan dengan kondisi kelas, sehingga kelas menjadi tempat yang nyaman
dan menyenangkan untuk belajar.
2) Pengelolaan dan penegakan disiplin kelas
Pengelolaan disiplin dimaksud sebagai upaya untuk mengatur atau
mengontrol perilaku siswa untuk mencapai tujuan pendidikan karena ada
perilaku yang harus dicegah atau dilarang atau sebaliknya harus dilakukan.
3) Pengelolaan perilaku siswa
Perilaku siswa merupakan masalah karena terkait erat dengan efektif belajar
dari kedua siswa dan persfektif guru.Ketika ruang kelas yang bebas dari
gangguan, siswa dapat menggunakan waktu untuk kegiatan belajar
dikelas.Perilaku satu siswa yang menganggu dapat mengalihkan siswa lainnya
dari pembelajaran.Perilaku yang tidak pantas harus ditangani dengan segera
untuk mencegah perilaku tersebut terus berkembang dan menyebar.Pengabaian
yang berlangsung lama menyulitkan bagi para siswa untuk belajar dan
menyelesaiakan tugas. Apabila seluruh perilaku kelas memenuhi harapan, maka
pembelajaran dapat dimaksimalkan.
4) Pengelolaan konflik di dalam kelas
Kelas merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar antara guru
dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelas yang baik adalah
kelasyang di dalamnya selalu terdapat interaksi baik anatar guru dengan siswa
maupun siswa dengan siswa. Bila interaksi ini berjalan dengan baik maka proses
pembelajaran akan lebih kondusif dan efisien. Sebaliknya bila tidak adanya
interaksi antara guru dengan
siswa atau siswa dengan siswa maka kemungkinan besar proses pembelajaran
terasa tidak nyaman.
Dari penjelasan di atas, data diketahui bahwa ruang lingkup pengelolaan
kelas terdiri dari, pengelolaan tata lingkungan fisik kelas, pengelolaan dan
penegakan disiplin kelas, pengelolaan perilaku siswa, dan pengelolaan konflik
di dalam kelas.
2. Efektifitas Pembelajaran

a. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha untuk membuat peserta didik belajar atau kegiatan
untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan
upaya menciptakan kondisi belajar agar terjadi kegiatan belajar. Dalam UU. No 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Rusman pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas


berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya.Pembelajaran merupakan kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga
pendidikan guna untuk mempengaruhi peserta didik agar mereka dapatmencapai
tujuan dan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Sedangkan menurut Mulyasa pembelajaran pada hakikatnya adalahproses


interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun
faktor eksternal yang datangnya dari lingkungan.Dalam kondisi pembelajaran, tugas
guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku peserta didik. Perubahan tingkah laku yang relatif
mantap berkat latihan dan pengalaman disebut juga dengan belajar.

Wina Sanjaya berpendapat bahwapembelajaran ditunjukkan oleh beberapa


ciri sebagai berikut:

1) Pembelajaran adalah proses berfikir

Belajar adalah proses berfikir. Belajar berfikir menekankan kepada proses


mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya.

2) Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak

Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara


maksimal.Menurut beberapa ahli otak manusia terdiri dari dua bagian, yaituotak
kanan dan otak kiri.Masing-masing fungsi belahan otak memiliki spesialisasi
dalam kelampuan-kemampuan tertentu. Dengan demikian, pembelajaran
mestinyamengembangkan kemampuan- kemampuan yang berhubunga dengan
fungsi otak.

3) Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat

Belajar adalah proses terus menerus yang tidak pernah berhenti dan tidak
terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang
kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang
ingin dicapainya. Atas dasar itulah sekolah harus berperan sebagai wahana untuk
memberikan latihan bagaimana cara belajar. Melalui kemampuan bagaimana
belajar, siswa akan dapat belajar memecahkan setiap rintangan yang dihadapi
sampai akhir hayatnya.

Belajar sepanjang hayat adalah belajar yang mengacu kepada empat pilar
pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah


interaksi antara siswa dengan linkungannya dimana di dalam interaksi tersebut
siswa memanfaatkan potesi otak untuk mngubah dirinya ke rah yang lebih baik.

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Proses pembelajaran dalam pendidikan agama Islam selalu memperhatikan


perbedaan individiu (furq al-fardiyyah)peserta didik serta menghormati harkat,
martabat, dan kebebasan berfikir mengeluarkan pendapat dan menetapkan
pendiriannya, sehingga bagi peserta didik belajar merupakan hal yang
meenyenangkan dan sekaligus mendorong kepribadiannya berkembang secara
optimal. Oleh karena itu, pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran sebagai berikut:

1) Berpusat pada peserta didik

2) Belajar dengan melakukan

3) Mengembangkan kemampuan social

4) Mengembankan keingintahuan

5) Menembankan fitrah berTuhan

6) Menembangkan keterampilan pemecahan masalah

7) Mengembankan kreatifitas peserta didik

8) Mengembangkan kemampuan menunakan ilmu dan teknologi

9) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga Negara yang baik

10) Belajar sepanjang hayat


11) Keterpaduan kompetensi, kerjasama dan solidaritas

12) Belajar melalui peniruan

13) Belajar melalui pembiasaan

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses


pembalajaran diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang
tersedia, serta faktor lingkungan.

1) Faktor guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam proses


pembelajaran.Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat
penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar, tidak
mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer
dan lain sebagainya. Sebab siswa adalah organisme yang sedang berkembang
yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.

Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan


pengetahuan dan perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan
perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun
yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan.

Dalam proses pembelajaran guru bukan hanya berperan sebagai model


atau teladan bagi siswa yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai pengelola
pembelajaran. Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran terletak dipundak
guru. Oleh karenanya keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan
oleh kualitas atau kemampuan guru

2) Faktor siswa

Siswa merupakan “raw material” (bahan mentah) dalam proses tranformasi


dalam pendidikan.26Sedangkan menurut Made Wina siswa adalah organisme yang
unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan
anak adalah perkembangan seluru aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan
irama pekembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak sama. Proses
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidaksama itu, di
samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.

3) Faktor sarana prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap


kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat
pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana
adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan
proses pembelajaran, misalnya jalanmenuju sekolah, penerangan sekolah, kamar
kecil dan lain sebagainya.

Kelengkapan saran dan prasaran akan membantu guru dalam


penyelenggaraan proses pembelajaran, dengandemikian, saran dan prasasrana
merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

4) Faktor lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran, yaitu organisasi kelas dan iklim social-psikologis.Factor
organisasai kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas
merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Organisasikelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran

Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi proses


pembelajaran adalah faktor iklim social-psikologis, maksudnya adalah
keharmonisan hubungan antaraorang yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Iklim social ini dapat terjadi secara internal atau eksternal. Iklim social-psikologis
secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan
sekolah, mislanya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru,
antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah.

Iklim social-psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan anatara


pihak sekolah dengan dunia luar, misaanya hubungan sekolah dengan orang tua
siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dan lain
sebagainya.

d. Efektifitas Pembelajaran

Efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melakukan tugas


dengan sasaran yang dituju.Efektifitas berkaiatan dengan terlaksananya semua
tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari
anggota. Berdasarkan pengertian di atas, di ketahui bahwa efektifitas adalah
tercapainya sasaran/tujuan yang diinginkan.Apabila tercapai sasaran/tujuan, maka
dapat dikatakan sesuatu itu berhasil. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa
efektifitas memiliki makna yang sama dengan keberhasilan.

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Sedangkan


menurut E.Mulyasa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik,
perubahan itu berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran adalah keberhasilan pembelajaran
yang terlihat dari tercapainya tujuan pembelajaran, siswa memahami dan
menguasai materi pembelajaran, dan adanya partisipasi aktif dari siswa dalam
proses pembelajaran.
Wina Sanjaya mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem
yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek hasil
dan aspek proses. Menurut Hamzah, efektifitas pembelajaran biasanya diukur
dengan tingkat pencapaian si belajar. Ada empat aspek penting yang dipakai untuk
mendeskripsikan keefektifitan pembelajaran, yaitu kecermatan penguasaan
perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan tingkat kesalahan, kecepatan
unjuk kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat resitasi dari apa yang dipelajari.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran atau


keberhasilan pembelajaran dapat diukur melalui empat aspek yaitu, penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,
interaksi siswa dalam proses pembelajaran, dan minat siswa yang ditujukkakn
melalui tingkat pengulangan siswa terhadap materi pelajaran.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan dipaparkan disini dengan maksud untuk menghindari


duplikasi pada desain dan temuan penelitian. Selain itu, untuk menunjukkan keaslian
peneliti bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks
yang sama.

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah


penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rafi pada tahun 2009 dengan judul
implementasi manajemen kelas oleh guru-guru Madrasah Tsanawiyah Yaspika
Karimun yang menjunjukkan bahwa implementasi manajemen kelas oleh guru-guru
Madrasah Tsanawiyah Yaspika Karimun dikategorikan efektif dengan porsentase
terletak pada rentang 76%-100% tepatnya 82, 12% dan 85,11%.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rafi hanya sebatas untuk


mengetahui implementasi pengelolaan kelas oleh guru.Sedangkan penelitian yang
dilakukan penulis adalah penelitian untuk mengetahui pengeruh pengelolaan kelas
terhadap efektifitas pembelajaran.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Elva Novita Sari
tahun 2012 dengan judul pengaruh keterampilan pengelolaan kelas oleh guru terhadap
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran al-quran hadist di Madrasah
TsanawiyahLKMDKasikan Kecamatan Tapung Hulu kabupaten Kampar. Hasil
penelitian menunjukkan bahawa ada pengaruh yang signifikantara keterampilan
pengelolaan kelas oleh guru terhadap motivasi belajar siswa dengan dengan hasil
perhitungan rxy= 0.652,dengan demikain Ha diterima.

Penelitian yang akan dilakukan penulis adalah pengaruh pengelolaan kelas


terhadap efektifitas pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 25 Pekanbaru. Meskipun penelitian yang relevan
yang dilakukan oleh Elva Novita Sarimemiliki kesamaan dengan penelitian yang
penulis lakukan, yaitu sama- sama meneliti tentang pengelolaan kelas.
Namun secara subtansi memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu Elva Novita
Sari meneliti pengaruh keterampilan pengelolaan kelas oleh guru terhadap motivasi,
dimana motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa.
Sedangkan penulis meneliti pengaruh pengelolaan kelas terhadap efektifitas
pembelajaran, dimana efektifitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keberhasilan pembelajaran yang di lihat dari penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran dan juga di lihat dari partisipasi siswa selama proses pembelajaran.
Maka dapat disimpulkan bahwa baik judul maupun permasalahan penelitian yang
penulis bahas dalam penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti-peneliti lain.

C. Konsep Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yaitu pengelolaankelas oleh
guru dan efektifitas pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Kedua
variable tersebut perlu dioperasionalkan agar mudah diukur.

1. Pengelolaan Kelas oleh Guru

Pengelolaan kelas oleh guru diukur melalui indikator sebagai berikut:

a. Siswa diatur tempat duduknya oleh guru agar dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik

b. Pajangan kelas seperti poster ditata dengan baik oleh guru

c. Siswa yang tidak mengikuti tata tertib kelas ditegur oleh guru secara bijaksana

d. Siswa yang ribut di dalam kelas diberi hukuman oleh guru seperti berdiri di
depan kelas

e. Tata tertib kelas diatur oleh guru agar kelas menjadi tertib selama proses
pembelajaran

f. Siswa yang mengikuti tata tertib kelas diberi penghargaan berupa pujian oleh
guru

g. Kebersihan kelas ditata oleh guru sehingga kelas menjadi nyaman untuk belajar

h. Siswa yang membuang sampah sembarangan didalam kelas ditegur oleh guru

i. Siswa yang tidak mengikuti tata tertib kelas diberikan bimbingan oleh guru
agar tidak mengulangi perbuatannya

j. Siswa yang mengganggu konsentrasi siswa lainnya dalam belajar dipindahkan


tempat duduknya oleh guru

k. Siswa diawasi oleh guru secara ketat selama proses pembelajaran


l. Siswa yang menjaga kebersihan kelas selama belajar mendapat pujian dari guru

m. Ruang belajar diatur oleh guru agar menjadi nyaman untuk belajar

n. Sarana belajar seperti papan tulis diatur oleh guru agar dapat dilihat dengan jelas
oleh semua siswa apa yang ditulis guru di papan tulis

2. Efektifitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Efektifitaspembelajaran Pendidikan Agama Islam diukur melalui indikator sebagai


berikut:

a. Siswa memahami dan menguasai materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.

b. Siswa memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran

c. Siswa bertanya kepada guru mengenai pelajaran yang tidak dipahami

d. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru yang berkaitan dengan
materi pembelajaran

e. Siswa memberikan pendapatnya tentang materi pembelajaran

f.Siswa tidak bermain selama proses pembelajaran berlangsung

g. Siswa tidak menggangu temannya selama proses pembelajaran


berlangsung

h. Siswa mengulang kembali pelajaran yang diberikan oleh guru dirumah

i. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu

j. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik dan benar

D. Asumsi Dasar dan Hipotesis

1. Asumsi

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan asumsi bahawa :

a. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru berbeda-beda.

b. Efektifitas pembelajaran pada setiap mata pelajaran berbeda-beda.

c. Semakin baik pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru semakin baik pula
efektifitas/keberhasilan pembelajaran.
2. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan pengelolaan kelas oleh guru terhadap


efektifitas pembelajaran di SMP Negeri 25 Pekanbaru.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengelolaan kelas oleh guru


terhadap efektifitas pembelajaran di SMP Negeri 25 Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai