Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KETUHANAN MENURUT ISLAM

DOSEN PEMBIMBING

DISUSUN OLEH

Indah Yanti Handayani

4120600248

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KETUHANAN MENURUT ISLAM‖”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Agama. Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam bidang agama.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangandan kesalahan dari makalah ini.

Tegal, Juni 2021

Indah Yanti H.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi


tentangeksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran
filsafat. Contohyang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan
dapat dilihat bagaimanafilosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di
alam dalam membuktikanadanya penggerak yang tak terlihat (baca: wujud Tuhan).

Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya


inikemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan
Islam.Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin
suci Islamdan kemudian secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi
dan Ibnu Sina,dan secara riil, tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi
dan tasawuf (irfan)dalam penafsiran Islam.

Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat.


Ketikakita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas
tentangeksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi
alam, begitupula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan.
Filsafat tidakmengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu
faktor dari ribuanfaktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian kita tentang Tuhan
dalam koridor filsafatbukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang
dipengaruhi oleh faktor tertentu.

Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul
yakni,Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam,
tetapi Diameliputi semua tempat dan segala realitas wujud
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud konsep tuhan?

2. Apa yang dimaksud filsafat ketuhanan?

3. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang tuhan?

4. Apa saja dalil pembuktian adanya tuhan?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui konsep tuhan.

2. untuk mengetahui filsafat ketuhanan.

3. Untuk mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang tuhan.

4. Untuk mengetahui dalil pembuktian adanya tuhan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa
nafsu) dapat menjadi ilah(tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan
lain-lain dapat pula berperansebagai ilah.

Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165,


sebagaiberikut:

‫م َكحُبِّ هّٰللا‬Mُ‫ومنَ النَّاس م ْن يَّتَّخ ُذ م ْن ُدوْ ن هّٰللا اَ ْندَادًا يُّحبُّوْ نَه‬


ِ ْ ِ ِ ِ ِ ِ َ ِ ِ َ

Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap
Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep


tauhid(monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-
ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do‘a maupun acara-acara ritual. Abu
Thalib, ketika memberikankhutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15
tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat
Al-Wasith,hal 29). Adanya namaAbdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di
kalangan masyarakat Arab sebelum turunnyaAl-Quran. Keyakinan akan adanya Allah,
kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan
tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yangdibawakan Nabi Muhammad?
Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalammendakwahkan konsep ilahiyah
mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jikakonsep ketuhanan yang
dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang merekayakini tentu tidak
demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan


dalamAl-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

َ‫س َو ْالقَ َم َر لَيَقُوْ لُ َّن هّٰللا ُ ۗفَا َ ٰنّى ي ُْؤفَ ُكوْ ن‬ َ ْ‫ت َوااْل َر‬
َ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّش ْم‬ َ َ‫ ْن َسا َ ْلتَهُ ْم َّم ْن خَ ل‬Mِ‫َولَ ِٕٕى‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkanmatahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan
kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti
konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu
Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta,
melainkan juga pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana


dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai
jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika
Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah
disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai
Uswah hasanah.

2.2 FILSAFAT KETUHANAN ISLAM

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata
Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap
ilmu atauhikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa
filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha
mendapatkannya,memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif
terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari
hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman manusia. (Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV,
Bulan Bintang, Jakarta, 1990, Hlm. 45)

Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah


mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang
dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari
beberapa kutipan diatas dapat diketahui bahwa pengertian filsafat dari segi kebahasan
atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian
filsafat adalah suatu kegiatanatau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau
kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.

Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini
harus dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan,
pengharapan, ikhlas,kekhawatiran, tidak dalam ridho-Nya, tawakkal nilai yang harus
ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan aspek
pokok ajaran yang lain dalam Islam.

Muslim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual


(QS.Ali Imran: 190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya pada ranah
emosi tetapi didukung kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya dua hal tersebut
insya Allah menujudan berada pada agama yang fitrah. (QS.Ar-Rum: 30).

Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu kebijaksanaan
Islamuntuk menentukan Tuhan, dimana Ia sebagai dasar kepercayaan umat Muslim.

Siapakah Tuhan itu?

Perkataan ilah, yang diterjemahkan ”Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk


menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam QS: 45 (Al-Jatsiiyah) : 23, yaitu:

Anda mungkin juga menyukai