Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DAERAH PERLINDUNGAN ZONA PROTEKSI

OLEH :
NAMA : SHAHRUL ILMAN SYAM
NIM : 1824132011
KELAS : DIII TEKNIK ELEKTRO

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang telah menjadikan kita

semua dengan berbagai macam suku bangsa dengan aneka ragam budaya dan bahasa.

Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad

SAW yang telah menyampaikan risalah-Nya kepada kita semua. Makalah ini kami buat

dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen, dan agar makalah ini

dapat menjadi petunjuk bagi teman-teman. Namun dalam pembuatan makalah ini masih

terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik yang sifatnya membangun dari semua

pihak sangat kami harapkan guna perbaikan makalah berikutnya.

Makassar, 23 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Zona Proteksi....................................................................................................................
B. Daerah Perlindungan........................................................................................................
C. Daerah Pengaman.............................................................................................................
D. Pengaman Utama dan Cadangan......................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
LATAR BELAKANG

Banyak penelitian yang membahas masalah tentang gangguan pada system distribusi tenaga

listrik yang merupakan gangguan hubung singkat yang akan menimbulkan arus yang cukup

besar. Semakin besar sistemnya semakin besar gangguannya. Arus yang besar bila tidak

segera dihilangkan akan merusak peralatan yang dilalui arus gangguan. Untuk melepaskan

daerah yang terganggu itu maka diperlukan suatu sistem proteksi, yang pada dasarnya adalah

alat pengaman yang bertujuan untuk melepaskan atau membuka sistem yang terganggu,

sehingga arus gangguan ini akan padam Jurnal yang berjudul ‘Analisis Studi Rele Pengaman

(Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada Pemakaian Distribusi Daya Sendiri dari

PLTU Rembang’, (Yoyok Triyono 2013) Pada jurnal ini dibahas mengenai studi terhadap

koordinasi rele pengaman yang terpasang, dan bertujuan untuk menyajikan analisis terhadap

koordinasi rele pengaman pada PLTU Rembang. Jurnal yang berjudul ‘Proteksi Ground Fault

Untuk Sistem 11 kV dengan Multiple Bus yang Terhubung Beberapa Generator, Bus Ties,

dan PLN, dengan Sistem Grounding yang Berbeda-Beda’ (Luqman Erwansyah 2012), Pada

jurnal ini dibahas mengenai sistem proteksi, dan sistem pentanahan dari sebuah pabrik gas,

dan menjelaskan tentang selektifitas proteksi ground fault untuk sistem 11 kV dengan

multiple bus yang terhubung dengan beberapa generator, terhubung dengan beberapa bus tie,

dan terinkoneksi dengan PLN..

A. Rumusan Masalah

1. Zona proteksi

2. Daerah perlindungan
3. Daerah pengaman

4. Pengaman utama dan cadangan

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan zona proteksi

2. Untuk memahami daerah perlindungan

3. Sebagai bahan pembelajaran daerah pengaman

4. Untuk mengetahui apa itu pengaman utama dan cadangan


BAB II

PEMBAHASAN

A. ZONA PROTEKSI

Daerah Proteksi adalah bagian dari power sistem yang dilindungi oleh sistem

proteksi. Zone proteksi umumnya berisi satu elemen atau maksimum dua

elemen power sistem. Batas-batas jaringan tenaga listrik yang terdiri dari

banyak peralatan yang berbeda jenis dan karakteristiknya secara fisik ditandai

dengan pemutus tenaga (PMT).

B. Daerah Proteksi

Daerah proteksi adalah bagian dari sistem tenaga yang diproteksi oleh suatu

pengaman, dimana pada umumnya daerah tersebut berisi satu atau maksimum dua

elemen sistem tenaga (Sulasno, 1993). Lebih lanjut dikatakan, bahwa prinsip

penting dari pembagian daerah proteksi ini adalah keharusan adanya overlap

(saling menutupi sebagian) antara dua daerah proteksi yang berdekatan. Overlap

ini terjadi di daerah kecil di sekitar pemutus daya oleh masing-masing

transformator arus daerah yang berdampingan tersebut. Konsep 5 daerah proteksi

ini berhubungan erat dengan fungsi sistem proteksi seperti yang dijelaskan pada

bagian sebelumnya yakni melokalisir gangguan, sehingga bagian yang terkena

gangguan itu segera lepas dan bagian yang aman dari gangguan itu tetap

beroperasi. Dengan adanya pembagian daerah proteksi ini, maka setiap gangguan

yang terjadi di dalam daerah suatu proteksi yang menjadi tanggung jawab alat

proteksi utama pada daerah ini. Bilamana penanganan ini gagal maka diharapkan
sistem proteksi pada daerah yang berdekatan (proteksi cadangan) akan mengambil

alih fungsi pengaman.

C. DAERAH PENGAMAN

Di dalam pengaman sistem tenaga listrik, seluruh komponen harus diamankan

dengan tetap menekankan selektivitas kerja peralatan/relai pengaman. Untuk

mencapai hal ini, system tenaga listrik dibagi menjadi daerah-daerah (zona)

pengamanan. Setiap daerah pengaman pada umumnya terdiri atas satu atau

lebih elemen sistem tenaga listrik. Misalnya generator, bus bar, transformator,

saluran udara, dan lain-lain. Agar seluruh sistem tenaga listrik dapat

diamankan, maka harus ada daerah yang tumpang-tindih (overlap). Artinya

ada elemen sistem yang diamankan oleh dua daerah pengamanan. Setiap

daerah pengaman dijaga oleh relai yang sesuai dengan karakteristik  peralatan

yang diamankan. Pada umumnya yang menjadi pembatas pengamanan

antarderah pengamanan ialah trafo arus yang mencatu ke relai. Agar daerah

pengamanan tumpang-tindih, maka trafo arus A untuk mengamankan daerah

B, sedangkan trafo arus B untuk mengamankan daerah A. Jika terjadi

gangguan pada daerah yang tumpang-tindih maka banyak pemutus beban yang

bekerja. Hal ini lebih baik dan lebih aman daripada ada daerah kosong yang

tidak teramankan.B. PENGAMAN UTAMA DAN CADANGAN Untuk

mengatasi adanya kegagalan kerja dari sistem pengam


D. PENGAMAN UTAMA DAN CADANGAN

Untuk mengatasi adanya kegagalan kerja dari sistem pengaman, maka

pengamanan sistem tenaga listrik dibuat berlapis menjadi dua kelompok, yaitu

pengaman utama dan pengaman cadangan. Pengaman utama akan segera bekerja

jika terjadi gangguan, sedangkan pengaman cadangan akan bekerja jika pengaman

utama gagal bekerja. Kegagalan kerja dari sistem pengaman disebabkan oleh salah

satu elemen pengaman tersebut

1. Pengaman Utama

Daerah pengamanan seperti diuraikan sebelumnya memberikan gambaran

tentang tugas dari pengaman utama. Untuk relai cepat dan pemutus beban cepat,

waktu mulainya terjadinya gangguan sampai selesainya pembukaan pemutus

beban maksimum 100 ms, yaitu terdiri dari waktu kerja relai 20-40 ms dan waktu

pembukaan pemutus beban 40-60 ms. Pada pengamanan jenis tertentu, misalnya

pengamanan dengan relai arus lebih, waktu kerjanya justru diperlambat untuk

mendapatkan selektivitas karena terjadi pengamanan yang tumpang-tindih dengan

seksi berikutnya. Relai ini bertugas selain sebagai pengaman utama pada

daerahnya dan juga sekaligus merupakan pengaman cadangan pada seksi

berikutnya. Elemen-elemen pengaman utama terdiri atas relai, trafo tegangan,

baterai (catu daya), kumparan trip, dan pemutus tenaga. Kegagalan kerja pada

elemen-elemen pengaman utama dapat dikelompokkan sebagai berikut.


a. Kegagalan pada relainya sendiri

b. Kegagalan catu arus dan atau catu tegangan ke relai. Hal ini dapat disebabkan

kerusakan trafo arus atau trafo tegangannya. Bisa juga rangkaian catu ke relai

dari trafo tersebut terbuka atau terhubung singkat.

c. Kegagalan sistem catu arus searah untuk triping pemutus beban. Hal ini

disebabkan baterai lemah karena kurang perawatan, terbuka, atau terhubung

singkatnya arus searah.

d. Kegagalan pada pemutus tenaga. Kegagalan ini dapat disebabkan karena

kumparan trip tidak menerima catu, terjadi kerusakan mekanis, atau

kegagalanpemutusan arus karena besarnya arus hubung singkat melampaui

kemampuan dari pemutus bebannya.

Di samping kegagalan di atas, pada pengaman tumpang-tindih (Gambar 2.5)

dapat  juga terjadi gangguan pada titik x. gangguan itu dapat terjadi antara batas

daerah pengaman A dengan pemutus bebannya atau pengaman daerah telah bekerja

dan membuka pemutus tenaganya, tetapi gangguan tersebut belum hilang dari sistem.

Hal tersebut terjadi karena relai pengaman daerah A tidak mendeteksinya, sehingga

masih terdapat daerah mati.

2. Gangguan Cadangan

Kegagalan pada pengaman utama atau adanya daerah mati tersebut diatasi

dengan menggunakan pengaman cadangan. Pengaman cadangan umumnya

mempunyai perlambatan waktu untuk memberikan kesempatan pengaman utama

bekerja lebih dahulu. Jika pengaman utama gagal, maka pengaman cadangan

bekerja. Jenis pengaman cadangan ada dua, yaitu pengaman cadangan setempat

( local back up) dan pengaman cadangan jauh (remote back up).
a) Pengaman Cadangan Setempat  Pengaman cadangan setempat

merupakan sistem pengaman yang bekerja jika pengaman utamanya

gagal bekerja. Akan tetapi, jika pengamanannya masih gagal karena

pemutus beban gagal bekerja, maka relai tersebut akan memberikan

perintah untuk membuka semua pemutus beban yang ada kaitannya

dengan pemutus beban tersebut. Sistem pengaman cadangan setempat

umumnya digunakan pada sistem tenaga listrik dengan tegangan ekstra

tinggi. Dalam hal ini relai cadangan mempunyai kecepatan sama

dengan pengaman utamanya, karena sistem ini mempunyai pengaman

ganda. Disebut pengaman ganda, sebab trafo arus, baterai, maupun

kumparan trip semuanya ganda. Di Indonesia untuk sistem dengan

tegangan tinggi, yaitu tegangan 150 KV dan 70 KV, biasanya

pengaman cadangannya hanya berupa relai cadangan.

b) Pengaman Cadangan Jauh Pengaman cadangan jauh merupakan

pengaman yang digunakan untuk  mengantisipasi adanya kegagalan

kerja pengaman di daerah tertentu. Dalam hal inisuatu gangguan pada

daerah tertentu akan dihilangkan atau dipisahkan oleh pengaman dari

tempat lain berikutnya (cadangan jauh). Pengaman cadangan jauh yang

banyak dipakai adalah pengaman dengan relai arus lebih dan

pengaman dengan relai jarak. Pengaman cadangan jauh kurang

memadai untuk sistem yang besar, antara lain karena dapat gagal

bekerja dan dapat terjadi triping yang tidak diharapkan. Untuk

mendapatkan sistem proteksi yang cukup baik didalam sistem tenaga

listrik, sistem tenaga tersebut dibagi dalam beberapa daerah proteksi


yakni dengan memutuskan sub-sistem seminimum mungkin. Yang

dimaksud keterangan diatas adalah :

1. Generator

2. Transformator daya

3. Bus-bar

4. Transmisi, sub-transmisi dan distribusi

5. Beban Dengan ruang lingkup system

proteksi pada Gardu Induk (GI)/Gardu Induk  Tegangan Extra Tinggi

(GITET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)/Saluran Kabel

Tegangan Tinggi (SKTT)/Saluran Tegangan Extra Tinggi (SUTET), harus

mampu bekerja sesuai dengan tujuan dan persyaratan serta fungsinya yang

ditentukan terhadap jenis gangguan yang terjadi. Karena apabila tidak

mampu, akan mengakibatkan kerugian yang besar, dilihat dari segi

kerusakan yang lebih luas terhadap peralatan instalasi itu sendiri maupun

tidak lancarnya penyaluran tenaga listrik. Peralatan utama :  Pemutus

tenaga  Pemisah  Trafo pengukuran  Busbar  Lightning Arrester

 Trafo tenaga  Kapasitor  Reaktor  Panel control Panel

proteksi  Sumber AC dan DC  Sarana komunikasi

 Pemutus rangkaian : Berfungsi untuk menerima perintah dari relay

untuk melepas rangkaian listrik  apabila terjadi gangguan.

 Trafo arus (CT) dan Trafo tegangan (PT) Berfungsi untuk

melindungi arus atau tegangan pada peralatan daya dan biasanya

diubah oleh trafo arus (CT) dan trafo tegangan (PT) ke tingkat yang
lebih rendah untuk mengoperasikan rele. CT dan PT bisa

menggunakan CT 3 fasa dan PT 3 fasa untuk masing-masing fasanya.

 Rele arus lebih (overcurrent relay, OCR) Gunanya untuk

mengamankan trafo step down dan step up pada gardu induk dari

bahaya arus lebih atau arus terhubung singkat yang dapat merusakkan

gulungan atau kumparan trafo.

 Rele gangguan hubung tanah (Ground fault relay, GFR) Eart fault

relay berfungsi mendeteksi gangguan saluran antara fasa ke tanah.

Rele ini akan memerintahkan tripping coil pada pemutus daya untuk

membuka, apabila terjadi gangguan tanah pada saluran tersebut sesuai

besaran arus gangguan yang terdeteksi pada rele itu sendiri.

 Rele jarak (Distance relay) Impedance relay adalah suatu rele yang

berfungsi untuk menunjukkan daerah gangguan yang mempunyai

jarak tertentu dari lokasinya. Rele ini bekerja atas dasar nilai

impedansi yang dipunyai oleh semua saluran transmisi distribusi

 . Rele diferensial (Differential relay) Berfungsi untuk melindungi

transformator pada gardu induk dari gangguan arus hubung singkat

pada gulungannya

 Penahan petir (Lightning arrester) adalah suatu alat listrik yang

fungsinya untuk mengamankan jaringan transmisi, distribusi dan

transformator dari gangguan tegangan lebih (over voltage) yang

disebabkan oleh terjadinya tegangan kejut/surja dari petir atau

saklar.h. Kawat tanah (Ground Wire) Kawat pelindung berfungsi

untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat fasa terhadap

sambaran petir.
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Daerah Proteksi adalah bagian dari power sistem yang dilindungi oleh sistem proteksi.

Zone proteksi umumnya berisi satu elemen atau maksimum dua elemen power sistem.

Batas-batas jaringan tenaga listrik yang terdiri dari banyak peralatan yang berbeda

jenis dan karakteristiknya secara fisik ditandai dengan pemutus tenaga (PMT).

B. SARAN

Namun dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena

itu kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat kami harapkan guna

perbaikan makalah berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Edy%20Supriyadi,%20M.Pd.

 /MATERI%20PROTEKSI-1.doc

http://dc353.4shared.com/doc/44Si01et/preview.html

http://202.91.15.14/upload/files/4209_Pertemuan_ke_2.ppT

Anda mungkin juga menyukai