Anda di halaman 1dari 8

KOMISI KEADILAN DAN PERDAMAIAN SERTA KEUTUHAN

CIPTAAN
KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Gondangwinangun, Plawikan, Jogonalan, Klaten, Jateng, 57452

Standard Operasional Prosedur (SOP)


KEAMANAN PERAYAAN PRAPASKAH 2019

MENIMBANG:
1. Situasi politik yang semakin menghangat.
2. Beberapa teroris dibeberapa tempat telah tertangkap, namun dipastikan masih banyak
teroris yang belum tertangkap.
3. Jaringan / Ormas tertentu menganggap tahun ini sebagai momentum untuk mengganti
dasar negara.

PRA INSIDEN

1. Assesment area sekitar gereja


 Mengumpulkan informasi-informasi yang berkembang di lapangan.
 Mengumpulkan informasi yang beredar dimulai dari lingkup kelurahan sampai
nasional terkait kemungkinan terjadi insiden keamanan untuk mengetahui
seberapa besar ancaman dari luar.
 Memilah informasi yang didapat, memisahkan fakta dan opini.
 Mengklarifikasi setiap informasi yang beredar untuk memastikan kebenaran info.
 Melakukan analisa fakta berdasarkan kondisi lokal dan nasional.
 Meningkatkan pengawasan melalui CCTV, bagi beberapa paroki yang belum
memiliki fasilitas CCTV, diharapkan dapat mengadakan CCTV.
 Dapat menambahakan tenaga bantuan melalui satpam dan juga keterlibatan warga
disekitas Gereja.

2. Informasi lengkap tentang kegiatan misa.


 Mencari dan mengumpulkan informasi mengenai kegiatan misa.
 Informasi: jadwal, durasi waktu, petugas, rundown acara (termasuk para liturgi,
perayaan usai misa,) tata letak dan jumlah kursi, jalur perarakan, perkiraan jumlah
umat yang akan hadir berdasarkan rata-rata jumlah tahun sebelumnya.

Tips mengatur tempat misa:


a) Memberi jarak cukup (5-10 meter) antara pintu gerbang dengan kursi paling
belakang umat.

Jarak ini dimaksudkan untuk memudahkan pengamatan siapa saja yang masuk ke
dalam gereja dan memberikan peluang petugas keamanan untuk melakukan
identifikasi setiap orang yang masuk ke dalam gereja.

b) Memisahkan antara lokasi parkir dengan area umat.

Hal ini untuk memberi cukup ruang untuk evakuasi apabila terjadi insiden.
Evakuasi tidak terhalang oleh mobil dan motor yang terparkir. Apabila terjadi
ledakan atau percikan api tidak menyebabkan resiko lebih besar.

c) Menempatkan manula, difable, keluarga yang memiliki anak kecil, dan


perempuan hamil di kursi yang paling dekat dengan lorong atau menempatkan di
satu area khusus agar mempermudah evakuasi.

d) Membuat jarak antar lorong sehingga dapat dilewati dua orang atau lebih.

e) Menghindari dekorasi yang berlebihan menggunakan kertas, stereofoam, kain,


jarum pentul atau paku payung di setiap kursi dan langit-langit. Dekorasi dapat
dipusatkan di satu tempat (missal: altar dan gua ). Bahan-bahan tersebut mudah
terbakar dan berpotensi menghalangi proses advokasi.

f) Mengosongkan akses pintu dari penghalang (kotak persembahan, teks misa atau
jualan lilin).

g) Meminimalisir adanya kerumunan umat, baik pada saaat memasuki area gereja
atau keluar dari area gereja, seperti tempat penjualan teks misa, lilin, dan lain-lain.
Untuk mengantisipasi, upayakan teks misa dan lilin sudah didistribusikan kepada
umat melalui ketua lingkungan masing-masing.

3. Persiapan tim keamanan

a) Membentuk tim keamanan yang tersedia di internal gereja yang terdiri dari tim inti
dan anggota tim keamanan. Tim inti terdiri minimal 4 (empat orang) yang akan
bertindak sebagai koordinator tim, koodinator zona I, koordinator zona II, dan
koordinator zona III.

b) Mengukur perbandingan jumlah tim keamanan dengan umat yang akan mengikuti
misa, semakin kecil angka pembandingnya akan semakin baik

c) Apabila misa diadakan lebih dari satu kali, tim keamanan yang tergabung dalam tim
inti sebaiknya tetap. Anggota tim lain dapat berganti untuk mengatasi kelelahan dan
kehilangan fokus. Pastikan ada anggota tim keamaan yang berjaga saat jeda
pergantian misa (jika jadwal misa lebih dari 1 kali).

d) Memastikan tim inti dan seluruh anggota tim dalam keadaan yang sehat secara fisik
dan psikis.

e) Membuat denah lokasi paroki atau stasi agar memudahkan identifikasi lokasi.

Tugas tim inti:

 Menampung semua informasi yang masuk

 Menyeleksi informasi mana yang layak untuk dipublikasikan dan


informasi mana yang hanya untuk internal tim dan panitia.

 Membuat dan mengatur jalur komunikasi dan koordinasi antara anggota


tim, panitia, dan petugas keamanan dari polisi, TNI dan kelurahan atau
Ormas lain.

 Memastikan jalur evakuasi bila ada hal darurat.

 Menyimpan nomor-nomor penting yang berkaitan dengan akses keamanan


(Polres/ Polsek/ no pribadi anggota Polisi yang dapat diakses) dan Rumah
Sakit terdekat.

 Membagi tugas masing-masing anggota tim keamanan berdasarkan zona.

 Mengawasi kondisi tertentu dalam perayaan ekaristi yang rawan untuk


menjadi titik awal dimulainya insiden keamanan. Misalnya: saat umat
masuk dan keluar gereja, perarakan, komuni.

 Koordinator Zona I menempatkan petugas keamanan di bagian sound


system. Apabila dalam keadaan darurat, petugas ini akan memberikan
informasi dan komando evakuasi agar dapat didengar oleh seluruh umat.

 Memetakan jalur keberangkatan dan kepulangan umat.

 Mensosialisasikan kepada umat agar tidak membawa barang-barang yang


mencurigakan, seperti tas besar.

Tugas anggota tim keamanan:

 Melakukan assesment sebelum misa;


 Melakukan penyisiran zona satu jam sebelum misa dimulai;
 Melakukan penjagaan pada saat jeda misa;
 Memastikan sampai umat meninggalkan gereja dengan aman;
 Melaporkan ancaman kepada koordinator zona sesuai dengan fakta;
 Melaksanakan instruksi koordinator zona dan koordinator tim.

4. Kebutuhan menambah personil keamanan dari Polisi, Babinsa atau Linmas.

a) Mengajukan permohonan tambahan personel keamanan dari Linmas

b) Mengajukan permohonan penambahan personel dari kepolisian terdekat sesuai


dengan tingkatan gereja, misal: paroki atau dibawahnya dengan Polsek atau Polres,
Kevikepan dengan Polda.

c) Mengajukan permohonan penambahan personel dari TNI.

d) Mengikuti koordinasi tim keamanan yang diselenggarakan oleh pemerintah (apabila


ada).

5. Pelibatan masyarakat dalam tim keamanan.


Melibatkan masyarakat untuk penjaga parkir dan keamanan membantu penambahan
jumlah personel keamanan dibawah koordinasi Tim Keamanan.

6. Setting Jalur Evakuasi dan Penempatan Personil Keamanan

a) Pemetaan area dalam gereja dan lingkungan sekitar.

b) Menetapkan radius zona I, zona II dan zona III

c) Zona I : dari area altar hingga tempat duduk umat paling belakang. Perhatikan
evakuasi bila ada keadaan darurat. Buat jalur evakuasi yang paling efektif dan
usahakan jalur searah yang digunakan

1) Menetapkan tempat/ ruangan aman terdekat untuk evakuasi anak-anak,


difable, manula dan perempuan hamil;

2) Memastikan di tempat aman tersebut tersedia perlengkapan P3K, sirkulasi


udara yang cukup dan bahan makanan serta minuman dan jalur evakuasi
yang aman (ada dua pintu di sisi depan dan belakang).

3) Menempatkan anggota tim keamanan masing-masing 1 orang di tiap lajur


tempat duduk umat atau area tempat duduk khusus untuk manula, difable,
anak-anak, dan perempuan hamil yang paling dekat dengan akses pintu
keluar, altar (tempat duduk Romo, prodiakon dan putra altar), dekat petugas
soundsystem, dan petugas koor bertugas untuk menuntun evakuasi
(sebaiknya 1 orang di setiap sisi jalan keluar evakuasi).

4) Petugas keamanan yang ada di dekat sound system memberikan komando


evakuasi apabila terjadi insiden keamanan.
d) Zona II : dari pintu keluar / umat yang duduk paling belakang hingga gerbang
gereja

1) Menempatkan anggota tim keamanan masing-masing 1 orang di titik-titik


ini : gerbang gereja atau tempat lain yang ada dalam radius area zona II
yang diperkirakan sangat krusial atau bisa menjadi jalur keluar masuk orang
secara tersembunyi.

2) Mengidentifikasi adanya ancaman, misal orang dengan gelagat


mencurigakan.

3) Melaporkan temuan pada koordinator zona.

e) Zona III : (radius 100 meter dari gerbang gereja, area ini dapat menyesuaikan
tergantung pada situasi, kondisi dan wilayah masing-masing paroki)

1) Menempatkan masing-masing personel di titik-titik seperti perempatan di


dekat gereja akses menuju gereja dari segala penjuru dalam radius 100 m.

2) Mengidentifikasi adanya ancaman, misal orang dengan gelagat


mencurigakan, kendaraan yang lewat berkali-kali tanpa tujuan yang jelas.

3) Melaporkan temuan pada koordinator zona.

f) Masing-masing zona dikoordinir oleh 1 tim inti.

g) Ketua tim inti stand by di zona II.

7. Peralatan yang dibutuhkan

a) Handphone dalam kondisi terisi baterai penuh dan kuota yang cukup.

b) HT apabila ada.

c) Beberapa mobil untuk keperluan evakuasi yang telah siap menghadap ke jalan
dan tidak terhalang oleh mobil lain

d) Perlengkapan P3K dan tim yang siap.

e) Jam tangan yang telah disamakan waktunya dengan seluruh tim


f) Kamera handphone atau kamera DLSR.

g) Atribut yang memudahkan orang lain untuk mengenali cocard, pita, rompi atau
warna baju yang sama sebagai identitas tim keamanan.

h) Sebisa mungkin bekerjasama dengan pusat kesehatan setempat, agar dapat


menyediakan mobil Ambulance yang siap pada saat perayaan misa.

8. Jalur dan Cara Komunikasi

a) Informasi penting hanya akan beredar ditingkat tim inti, tidak semua diinformasikan
pada anggota tim. Tim inti sebaiknya memiliki group komunikasi sendiri diluar
group dengan anggota tim keamanan yang lain.

b) Menyepakati kode-kode tertentu untuk menyampaikan informasi genting yang terdiri


dari icon atau huruf yang tidak lebih dari 3. Misalnya : SOS, 86, atau yang lain.

c) Jalur komunikasi:

1) Anggota keamanan yang telah ditempatkan pada Zona masing-masing,


hanya berkomunikasi dengan koordinator Zonanya saja, tidak
diperkenankan untuk berkoordinasi dengan koordinator dari Zona di luar
area penempatan.

2) Koordinator Zona I, II, III dan koordinator tim keamanan harus saling
berkoordinasi.

3) Kewenangan untuk memerintahkan sesuatu hanya ada pada koordinator


zona dan Ketua Tim Keamanan.

d) Apabila ada suatu kejadian, laporkan sesuai fakta jangan sampaikan asumsi terhadap
situasi atau melebih-lebihkan kondisi sebenarnya, misalkan ada seseorang dengan
pakaian serba hitam tinggi sekitas 170 cm, sedang berjalan mondar-mandir disekitar
Zona III. Berita tersebut tidak perlu diberitakan dengan cara seperti ini :seorang pria
yang mencurigakan dengan perawakan yang seperti preman sedang menimbang-
nimbang untuk menerobos paksa masuk ke wilayah gereja. Maka, pastikan informasi
yang disampaikan secara detail dan sesuai fakta.

e) Perintah evakuasi dilakukan apabila insiden keamanan telah terjadi atau ada ancaman
keamanan yang massif, misalnya ada seseorang dengan baju yang cukup tebal ingin
menerobos masuk walaupun sudah diperingatkan di Zona III dan di Zona II.

f) Perintah evakuasi kepada umat disampaikan dengan jelas (sesuai dengan arah
evakuasi dan tempat tujuan evakuasi) dan singkat. Hindari nada panik pada saat
evakuasi umat.
9. Sosialisasi Sistem Evakuasi

Bila memungkinkan dan tak menjadikan kekhawatiran bagi umat, sebelum misa dimulai,
MC menjelaskan pintu yang dapat dipakai untuk akses keluar dan masing-masing petugas
keamanan yang berjaga di setiap pintu siap membantu proses evakuasi. Jalur evakuasi
juga telah disepakati agar umat mengetahui (6.c).

INSIDEN KEAMANAN

1. Pemetaan situasi secara cepat:


Pemetaan dapat menggunakan panduan sebagai berikut:
 Ada kejadian apa?
 Berapa jumlah pelaku dan menggunakan apa?
 Dimana posisinya?

Melakukan koordinasi dengan tim keamanan untuk melokalisir TKP dan mengevakuasi
umat untuk mengurangi jumlah korban, koordinasi dengan petugas PPPK bila ada
korban, kontak Rumah Sakit terdekat (lihat 3 f point 5)

2. Pendokumentasian kasus

Melakukan pendoumentasian setiap moment insiden keamanan, kondisi korban dan


pelaku menggunakan video maupun foto, plat nomor, atribut yang digunakan pelaku, dan
hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa.

3. Pengamanan area: segera amankan area dengan tali rafia dan usahakan tidak ada pihak
yang masuk ke area insiden keamanan. Area insiden keamanan disterilkan.

4. Pelaporan ke Polisi.

PASCA INSIDEN KEAMANAN

1. Investigasi dan Perlindungan Korban dan Saksi

Melakukan pencarian fakta berdasarkan informasi yang diperoleh baik secara langsung
dari saksi dan korban yang mendengar dan melihat persitiwa tersebut atau dari
pemberitaan media.

2. Penyusunan Kronologi

Mencatat urutan peristiwa berdasarkan keterangan korban dan saksi dengan urutan waktu
yang tepat. Menggunakan 5W+1 H.

3. Identifikasi kebutuhan Korban dan Saksi


Membuat daftar kebutuhan saksi dan korban berdasarkan hasil investigasi.

4. Pembentukan Team Psikologi, Media dan Advokasi

Membentuk tim psikologi, media dan advokasi untuk pemenuhan kebutuhan saksi dan
korban dan untuk memback up pemberitaan negatif yang beredar di masyarakat.

5. Jalur komunikasi dengan pihak media tetapkan siapa penanggung jawabnya hanya di satu
orang juru bicara agar terarah dan berdasarkan fakta.

6. Aktivasi Jejaring dengan lintas agama dan key person di daerah tersebut.

Tentang penanganan pasca insiden keamanan bisa menghubungi langsung pada Komisi Keadilan
dan Perdamaian, baik di Kevikepan atau Keuskupan.

Kevikepan Yogya Ag Sumaryoto 085106003298

Kevikepan Semarang Dedy 08886835458

Kevikepan Surakarta Daniel 085728964734

Kevikepan Kedu Sulis 081227782778

KKPKC KAS Rm Endra 081329052068

KPKC KAS
Ketua

FX. Endra Wijayanta, Pr

Anda mungkin juga menyukai