CIPTAAN
KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Gondangwinangun, Plawikan, Jogonalan, Klaten, Jateng, 57452
MENIMBANG:
1. Situasi politik yang semakin menghangat.
2. Beberapa teroris dibeberapa tempat telah tertangkap, namun dipastikan masih banyak
teroris yang belum tertangkap.
3. Jaringan / Ormas tertentu menganggap tahun ini sebagai momentum untuk mengganti
dasar negara.
PRA INSIDEN
Jarak ini dimaksudkan untuk memudahkan pengamatan siapa saja yang masuk ke
dalam gereja dan memberikan peluang petugas keamanan untuk melakukan
identifikasi setiap orang yang masuk ke dalam gereja.
Hal ini untuk memberi cukup ruang untuk evakuasi apabila terjadi insiden.
Evakuasi tidak terhalang oleh mobil dan motor yang terparkir. Apabila terjadi
ledakan atau percikan api tidak menyebabkan resiko lebih besar.
d) Membuat jarak antar lorong sehingga dapat dilewati dua orang atau lebih.
f) Mengosongkan akses pintu dari penghalang (kotak persembahan, teks misa atau
jualan lilin).
g) Meminimalisir adanya kerumunan umat, baik pada saaat memasuki area gereja
atau keluar dari area gereja, seperti tempat penjualan teks misa, lilin, dan lain-lain.
Untuk mengantisipasi, upayakan teks misa dan lilin sudah didistribusikan kepada
umat melalui ketua lingkungan masing-masing.
a) Membentuk tim keamanan yang tersedia di internal gereja yang terdiri dari tim inti
dan anggota tim keamanan. Tim inti terdiri minimal 4 (empat orang) yang akan
bertindak sebagai koordinator tim, koodinator zona I, koordinator zona II, dan
koordinator zona III.
b) Mengukur perbandingan jumlah tim keamanan dengan umat yang akan mengikuti
misa, semakin kecil angka pembandingnya akan semakin baik
c) Apabila misa diadakan lebih dari satu kali, tim keamanan yang tergabung dalam tim
inti sebaiknya tetap. Anggota tim lain dapat berganti untuk mengatasi kelelahan dan
kehilangan fokus. Pastikan ada anggota tim keamaan yang berjaga saat jeda
pergantian misa (jika jadwal misa lebih dari 1 kali).
d) Memastikan tim inti dan seluruh anggota tim dalam keadaan yang sehat secara fisik
dan psikis.
e) Membuat denah lokasi paroki atau stasi agar memudahkan identifikasi lokasi.
c) Zona I : dari area altar hingga tempat duduk umat paling belakang. Perhatikan
evakuasi bila ada keadaan darurat. Buat jalur evakuasi yang paling efektif dan
usahakan jalur searah yang digunakan
e) Zona III : (radius 100 meter dari gerbang gereja, area ini dapat menyesuaikan
tergantung pada situasi, kondisi dan wilayah masing-masing paroki)
a) Handphone dalam kondisi terisi baterai penuh dan kuota yang cukup.
b) HT apabila ada.
c) Beberapa mobil untuk keperluan evakuasi yang telah siap menghadap ke jalan
dan tidak terhalang oleh mobil lain
g) Atribut yang memudahkan orang lain untuk mengenali cocard, pita, rompi atau
warna baju yang sama sebagai identitas tim keamanan.
a) Informasi penting hanya akan beredar ditingkat tim inti, tidak semua diinformasikan
pada anggota tim. Tim inti sebaiknya memiliki group komunikasi sendiri diluar
group dengan anggota tim keamanan yang lain.
c) Jalur komunikasi:
2) Koordinator Zona I, II, III dan koordinator tim keamanan harus saling
berkoordinasi.
d) Apabila ada suatu kejadian, laporkan sesuai fakta jangan sampaikan asumsi terhadap
situasi atau melebih-lebihkan kondisi sebenarnya, misalkan ada seseorang dengan
pakaian serba hitam tinggi sekitas 170 cm, sedang berjalan mondar-mandir disekitar
Zona III. Berita tersebut tidak perlu diberitakan dengan cara seperti ini :seorang pria
yang mencurigakan dengan perawakan yang seperti preman sedang menimbang-
nimbang untuk menerobos paksa masuk ke wilayah gereja. Maka, pastikan informasi
yang disampaikan secara detail dan sesuai fakta.
e) Perintah evakuasi dilakukan apabila insiden keamanan telah terjadi atau ada ancaman
keamanan yang massif, misalnya ada seseorang dengan baju yang cukup tebal ingin
menerobos masuk walaupun sudah diperingatkan di Zona III dan di Zona II.
f) Perintah evakuasi kepada umat disampaikan dengan jelas (sesuai dengan arah
evakuasi dan tempat tujuan evakuasi) dan singkat. Hindari nada panik pada saat
evakuasi umat.
9. Sosialisasi Sistem Evakuasi
Bila memungkinkan dan tak menjadikan kekhawatiran bagi umat, sebelum misa dimulai,
MC menjelaskan pintu yang dapat dipakai untuk akses keluar dan masing-masing petugas
keamanan yang berjaga di setiap pintu siap membantu proses evakuasi. Jalur evakuasi
juga telah disepakati agar umat mengetahui (6.c).
INSIDEN KEAMANAN
Melakukan koordinasi dengan tim keamanan untuk melokalisir TKP dan mengevakuasi
umat untuk mengurangi jumlah korban, koordinasi dengan petugas PPPK bila ada
korban, kontak Rumah Sakit terdekat (lihat 3 f point 5)
2. Pendokumentasian kasus
3. Pengamanan area: segera amankan area dengan tali rafia dan usahakan tidak ada pihak
yang masuk ke area insiden keamanan. Area insiden keamanan disterilkan.
4. Pelaporan ke Polisi.
Melakukan pencarian fakta berdasarkan informasi yang diperoleh baik secara langsung
dari saksi dan korban yang mendengar dan melihat persitiwa tersebut atau dari
pemberitaan media.
2. Penyusunan Kronologi
Mencatat urutan peristiwa berdasarkan keterangan korban dan saksi dengan urutan waktu
yang tepat. Menggunakan 5W+1 H.
Membentuk tim psikologi, media dan advokasi untuk pemenuhan kebutuhan saksi dan
korban dan untuk memback up pemberitaan negatif yang beredar di masyarakat.
5. Jalur komunikasi dengan pihak media tetapkan siapa penanggung jawabnya hanya di satu
orang juru bicara agar terarah dan berdasarkan fakta.
6. Aktivasi Jejaring dengan lintas agama dan key person di daerah tersebut.
Tentang penanganan pasca insiden keamanan bisa menghubungi langsung pada Komisi Keadilan
dan Perdamaian, baik di Kevikepan atau Keuskupan.
KPKC KAS
Ketua