Risiko Dan Perilaku Kekerasan DONE PRINT
Risiko Dan Perilaku Kekerasan DONE PRINT
c. Klasifikasi
1) Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
2) Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
d. Rentang Respon
Keterangan :
1) Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan
pada individu
2) Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang
tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
3) Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan
perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari
suatu tuntunan nyata.
4) Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan /
panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk, mendekati
orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai.
Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
5) Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata
ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat. Klien
tidak mampu mengendalikan diri.
e. Faktor Predisposisi
1) Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari
dorongan insting (instinctual drives).
2) Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari
peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi
berkepanjangan.
3) Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai
berikut.
a) Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta
perilaku seperti makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu, mengatur
sistem informasi dan memori.
b) Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan
interpretasi pendengaran.
c) Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
d) Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah serotonin
(5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA
4) Perilaku (behavioral)
a) Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif terhadap
frustasi.
b) Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan
(seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri
(self esteem) individu.
c) Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child
abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi
penggunaan kekerasan sebagai koping.
Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar
dari proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yakni sebagai berikut.
g. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain:
1) Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
2) Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang
tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya
sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan
dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia
dapat melupakannya.
4) Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman
suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5) Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia
baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding
kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
Data Masalah
Do : Perilaku kekerasan
- Agitasi
- Meninju
- Membanting
- Melempar
- Menjauh dari oranglain
- Katatonia
DS :
- Mengatakan ada yang mengejek
- Mendengar suara yang
menjengkelkan
- Merasa orang lain mengancam
dirinya
- Mengancam
- Berbicara kasar
- Mengumpat
DO : Risiko Perilaku kekerasan
- Terdapat bekas luka sayat di tangan
dan kaki
- Nada bicara kasar jika sedang
menceritakan hal yang membuat dia
marah
DS
- Mengatakan pernah melakukan
tindakan kekerasan pada diri sendiri
dan oranglain
- Mengatakan bahwa orang lain jahat
kepada dirinya
Keluarga mampu : Setelah ….x pertemuan keluarga SP 1 informasi dari keluarga penting bagi
Merawat pasien di rumah mampu menjelaskan penyebab, - Identifikasi masalah yang dirasakan perawat untuk membantu klien dalam
tanda dan gejala, akibat serta keluarga dalam merawat pasien
mampu memperagakan cara - Jelaskan tentang Perilaku Kekerasan :
menyelesaikan masalah yang
merawat. - Penyebab konstruktif.
- Akibat
- Cara merawat
- Latih 2 cara merawat
- RTL keluarga / jadwal untuk merawat
pasien
Setelah ….x pertemuan keluarga SP 2 mencari metode koping yang tepat dan
mampu menyebutkan kegiatan yang - Evaluasi SP 1 konstruktif dan menambah pengetahuan klien
sudah dilakukan dan mampu - Latih (simulasi) 2 cara lain untuk tentang koping yang konstruktif
merawat serta dapat membuat RTL merawat pasien
- Latih langsung ke pasien
- RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Damayanti, M & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Rafika Aditama.
Dermawan, D & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku AJar Kesehatan Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.