Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Seperti di ketahui manajemen pada dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengendalian yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Sejalan dengan itu maka manajemen produksi
atau operasi merupakan proses pengambilan keputusan didalam usaha untuk menghasilkan
barang atau jasa sehingga tepat sasaran yang berupa tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah
dengan biaya yang efisien, oleh karena itu manajemen produksi atau operasi mengkaji
pengambilan keputusan dalam fungsi produksi, atau operasi.
Melalui kegiatan produksi atau operasi segala sumber daya masukkan perusahaan
diintegrasikan untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai tambah. Produk yang
dihasilkan dapat berupa barang jadi, barang setengah jadi dan jasa. Oleh karena itu, kegiatan
produksi atau operasi menjadi salah satu fungsi utama perusahaan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis memiliiki maksud dan tujuan. Adapun maksud
penulis adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis. Sedangkan tujuannya,
penulis berharap agar makalah ini bisa memberikan sedikit ilmu pengetahuan mengenai
Manajemen Produksi atau Operasi kepada para pembaca.
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pengertian Manajemen Operasi?
2.      Bagaimana Sistem Produksi/Operasi?
3.      Bagaimana penentuan lokasi perusahaan/produksi?
4.      Bagaimana pengaturan proses produksi/operasi?
5.      Bagaimana rancangan pabrik dan sistem produksi?
6.      Bagaimana perencanaan produksi dan penentuan standar?
7.      Bagaimana pengelolaan dalam kegiatan operasi?
8.      Bagaimana pengawasan kegiatan produksi?
1.3  TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian Manajemen Operasi
2.      Mengetahui Sistem Produksi/Operasi
3.      Mengetahui penentuan lokasi perusahaan/produksi
4.      Mengetahui pengaturan proses produksi/operasi
5.      Mengetahui perencanaan produksi dan penentuan standar
6.      Mengetahui pengelolaan dalam kegiatan operasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  PENGERTIAN MANAJEMEN PRODUKSI ATAU OPERASI
Manajemen Produksi adalah salah satu cabang manajemen yang kegiatannya mengatur
agar dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa. Untuk mengatur
kegiatan ini, perlu dibuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk
mencapai tujuan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Manajemen operasi adalah suatu proses yang berkesinambungan dan efektif
menggunakan fungsi manajemen dan untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara
efisien dalam rangka mencapai tujuan.
Unsur Manajemen terdiri dari ; perencanaan, pelaksanaan, pengawasan.
      Tahap  Perencanaan, meliputi ; Penentuan strategi operasi; penentuan lokasi pabrik; Riset
dan pengembangan produk; penentuan jumlah produk; penentuan luas dan pola
produksi;penyusunan layout & job design; serta penentuan standar kerja.
      Tahap Pelaksanaan, meliputi ; pengaturan bahan baku; pengturan proses produksi;
pemeliharaan dan penggantian fasilitas; perbaikan lingkungan kerja; dan perbaikan
kesejahteraan pekerja.
      Tahap Pengawasan, meliputi ; pengawasan kuantitas ; pengawasan kualitas; dan
pengawasan biaya produksi dan operasi.
Dalam perencanaan, manajer operasi menentukan tujuan subsistem operasi dari
organisasi dan mengembangkan program, kebijakan dan prosedur penentuan peranan dan
focus dari operasi termasuk perencanaan produk, perencanaan fasilitas dan perencanaan
penggunaan sumber daya produksi.
 Dengan demikian, Manajemen Produksi atau Operasi menyangkut pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan.
2.2  SISTEM PRODUKSI/OPERASI
Sistem operasi merupakan sistem yang mengacu pada sistem transformasi yang
menghasilkan barang dan jasa. Gambaran sistem ini tidak hanya menjadi pijakan untuk
definisi jasa dan manufaktur sebagai sistem transformasi, tetapi juga dasar yang kuat untuk
rancangan dan analisis operasi.
Dalam sistem operasi, yang menjadi masukan adalah energi, material, tenaga kerja,
modal dan informasi. Sedangkan sistem operasi yang disandarkan pada kendali syari’at akan
memastikan berjalannya proses transformasi yang amanah, disamping jaminan halal atas
segala masukan yang digunakan serta semua keluaran yang dihasilkan.
Lingkungan eksternal mempengaruhi ketiga subsistem manajemen operasi. Sebagai
contoh, lingkungan eksternal menyediakan tenaga kerja, bahan mentah yang menjadi input.
Perubahan teknologi dapat mengubah proses transformasi. Produk yang dihasilkan oleh
organisasi dilempar kelingkungan eksternal, tetapi lingkungan eksternal juga mempengaruhi
output yang dihasilkan. Sebagai contoh, perubahan preferensi konsumen akan mengubah
produk yang dihasilkan organisasi menjadi produk yang lebih sesuai dengan preferensi
konsumen tersebut. Alat dan metode dapat mempengaruhi dan membantu proses
transformasi..
2.3  PENENTUAN LOKASI PERUSAHAAN
Terdapat 2 kriteria dalam menentukan lokasi produksi:
Kriteria subyektif, keputusan lokasi produksi berdasarkan pertimbangan subyektif
pemilik perusahaan dimana keputusan subyektif  ini akan sangat membantu tercapainya
keberhasilan dalam bisnis sekiranya keputusan subyektif ini didukung oleh berbagai faktor
yang memperkuat keputusan subjektif.
Kriteria obyektif, mempertimbangkan berbagai faktor yang akan mendukung
tercapainya keberhasilan. Seperti regulasi pemerintah seputar bisnis yang dijalankan, budaya
masyarakat, akses terhadap pasar dan pemasok, tingkat persaingan, akses transportasi dan
lain-lain.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Lokasi Kerja:
1)      Biaya ruang kerja
Biaya untuk membeli ruang kerja dapat berbeda dari satu lokasi ke lokasi lain tergantung dari
letak tanah.
2)      Ketersediaan dan biaya tenaga kerja
Perusahaa dapat memilih lokasi dimana terdapat banyak tenaga kerja dengan keahlian khusus
yang diperlukan. Biaya tenaga kerja sangat bervariasi tergantung dari lokasi perusahaan.
3)      Insentif pajak
Insentif pajak diberikan untuk menambah lapangan kerja dan memperbaiki kondisi ekonomi
di daerah-daerah yang menawarkan kridit pajak.
4)      Sumber permintaan
Biaya trasportasi dan jasa produk dapat dikurangi dengan memproduksi di lokasi yang dekat
sumber permintaan dari konsumen.
5)      Akses trasportasi
Perusahaan lebih memilih lokasi dekat sumber utama transportasi agar para konsumen lebih
mudah mengakses perusahaan.
dalam menentukan lokasi bisnis manufaktur dan jasa ada beberapa cara antara lain.
Lokasi bisnis Manufaktur (penghasil barang)
Model-model penghitungannya:
 Dengan penghitungan biaya angkut dan jarak yang paling rendah
Contoh: perusahaan konveksi, lebih memilih lokasi didaerah kudus yang dekat dengan pasar
kliwon, untuk memasarkan produknya, bahan bakunya pun didaerah kudus banyak tersedia.
 Metode perbandingan biaya operasi
Memilih beberapa alternatif lokasi, kemudian diperbandingkan dan dipilih alternatif lokasi
dengan biaya operasi paling rendah.
 Dengan pendekatan kualitatif
Contoh: pabrik semen dan minyak, memilih lokasi yang dekat dengan bahan baku.
Lokasi bisnis jasa
Bisnis jasa lebih diprioritaskan yang lokasinya setrategis, karena tidak ada biaya angkut.
Namun bisnis jasa yang mendatangi konsumen seperti jasa sedot WC, tidak perlu strategis
yang terpenting adalah sarana komunikasinya kepada konsumen, cukup dengan menempel
nomor telephon.
2.4 PENGATURAN PROSES PRODUKSI ATAU OPERASI
Keputusan mengenai proses produksi menjadi keputusan yang penting dalam
melakukan desain sistem produksi. Proses produksi diatur sesuai dengan keinginan dan
keadaan prusahaan,dengan memilih dari berbagai alternatif proses produksi sebagai berikut:
a.    Secara umum,terdapat dua jenis proses produksi :
    Pertama,sistem Produksi Intermiten
Sistem prosuksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat tidak terus menerus,
berkelanjutan dan menggunakan pola mulai selesai. Artinya,kepastian mengenai kapan
memulai proses  produksi dan kapan menyelesaikan proses produksi jelas. Terdapaat dua
jenis pola produksi yang menggunakan sistem intermiten :
1.         Produksi massal ( mass production)
Umumnya berlaku pada prusahaan manufaktur. Dilakukan melalui standar produksi tertentu,
prosedur tertentu dan jumlah unit produk tertentu yang secara rutin diproduksi.
2.      Pilihan masal (mass customization)
Bahwa produk yang dihasilkan oleh prusshaan memberikasn keleluasaan kepada konsumen
untuk memilih sesuai selera dan daya beli masing-masing. Perusahaan memproduksi variasi
produk yang lebih banyak,seperti HP,Komputer.
Kedua,sistem proses produksi yang terus menerus (continous production system)
Sistem produksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat terus menerus dan
untuk jangka waktu yang relatif panjang kemudian disimpan dalam gudang, disalurkan ke
penyalur dan dijual kepada konsumen. Contoh perusahaan manufaktur seperti perusahaan
kimia, minyak bumi dan tambang, sedangkan perusahaan jasa seperti ttransportasi
transportasi yang terus menerus memberatkan penumpang dari terminal.
b.   Proses produksi Pelayanan
1.        Produksi yang standar
Proses produksi yang didasarkan pada standar perusahaan. Standar tersebut di desain dari
informasi konsumen. Konsemen membeli sebagaimana barang yang distandardisasikan
tersebut.
2.      Produksi menurut pesanan
Proses produksi dilakukan untuk membuat barang sebagaimana yang dipesan oleh konsemen.
Jadi bentuknya tidak distandardisasikan tetapi sangat bervariasi.
c.    Sifat dan Teknis Produksi
Teknik produksi pada perusahaan manufaktur ada beberapa jenis yaitu:
a)    Proses Ekstraktif merupakan proses produksi yang haanya mengambil dari alam dan sudah
terjadi produksi akhir,  misalnya emas, batu bara, dan sebagainya.
b)   Proses Analitis merupakan kegiatan produksi yang memisah misahkan bahan alam menjadi
produk akhir, misalnya  minyak, semen dan sebagainya.
c)    Proses sintetis merupakan kegiatan produksi dengan mencampur bahan-bahan kemudian
diolah menjadi produk akhir, misalnya makanan, minuman, dan obat-obatan.
d)   Proses Pengubahan yaitu kegiatan produksi dengan mengubah bahan baku menjadi produk
akhir, misalnya elektronik.
2.5 RANCANGAN PABRIK DAN SISTEM PRODUKSI
Rancangan (Design) menunjukkan ukuran dan struktur pabrik atau kantor.Tata Letak
(Layout) adalah pengaturan mesin dan perlengkapan didalam pabrik atau kantor. Yang
dimaksud pabrik atau rumah produksi merupakan tempat dimana kegiatan produksi
dijalankan.
Keputusan mengenai desain rumah produksi merupakan keputusan yang menyangkut
bagaimana perusahaan mendesain tempat produksi dari mulai fasilitas, pekerjaan, ruang
kerja, gudang dan lain-lain. Sebagai contoh untuk perusahaan garmen, perlu ditentukan
dimana meletakkan bahan baku, menempatkan pekerja, mesin dan menyimpan hasil akhir.
Begitu juga dalam bisnis restoran, manajer perlu menentukan dimana letak kasir,meja makan,
dapur, toilet, hingga lokasi parkir.
Rancangan sistem produksi menyangkut bagaimana proses konversi dalam sistem
produksi dilakukan. Terdapat beberapa jenis rancangan dalam sistem produksi sebagai
berikut :
a.    Rancangan Produksi
Adalah rancanga sistem produksi yang bersifat berkesinambungan dari awal hingga
akhir dan mengikuti satu pola proses produksi. Sebagai contoh, proses pembuatan kain dari
kapas hingga kain jadi. Tahapan proses pembuatan kain tersebut mulai dari bahan baku
berupa kapas disiapkan, kapas dipintal menjadi kain dalam mesin pintal, kain yang sudah jadi
melalui pembersihan, kemudian kain dan diwarnai dan dibersihkan lagi kemudian
dikeringkan, lalu kain melalui proses penggulungan kemudian digudangkan.
b.    Rancangan Proses
Yaitu rancangan sitem produksi yang proses produksinya mengikuti jenis proses yang
harus dilakuakan dan tak selalu harus mengikuti seluruh proses yang ada. Contah, proses
pemariksaan kesehatann disebuah poliklinik. Proses dimulai dari pasien datang, mendafter ke
resepsionis lalu menunggu diruang tunggu. Proses selanjutnya sangat bergantung jasa apa
yang diinginkan oleh pasien, apakah perlu kedokter anak, ahli penyakit dalam atau
pemeriksaan gigi
c.    Rancangan Posisi Tetap
Adalah sistem produksi dimana produk yang akan dibuat diletakkan disatu tempat, dan
berbagai fasilitas seperti mesin, alat produksi, dan tenaga kerjanya mengerjakan proses
produksi ditempat tersebut. Contah, pembuatan pesawat terbang, atau proses make up artis.
Keputusan mengenai rancangan dan tata letak mempengaruhi biaya operasi secara
langsung karena keputusan ini menentukan harga sewa, mesin dan perlengkapan. Hal ini
dapat berpengaruh pula pada pengeluaran untuk bunga karena mempengaruhi jumlah
pinjaman untuk memeli properti atau mesin.
Prinsip dalam penetapan layout, agar diperoleh : jarak angkut minimum, aliran matarian
seimbang dengan kapasitas, penggunaan ruang efektif, fleksibel untuk perubahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rancangan dan tata letak adalah karakteristik lokasi.
Jika lokasi terdapat didaerah yang harga lahannya mahal, dapat dirancang gedung tingkat
tinggi agar mengurangi biaya lahan yang dibutuhkan, Proses prosuksi. Rancangan dan tata
letak akan dipengaruhi ketiga rancangan sistem proses produksi diatas,jenis produksi.
Rancangan dan tata letak akan dipengaruhi oleh sedikit banyaknya jenis produksi yang
dihasilkan, kapasitas produksi yang diinginkan. Rancangan dan tata letak harus mampu
disesuaikan dengan penambahan atau pengurangan kapasitas jumlah produksi yang
diinginkan.
2.6 PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI DAN PENENTUAN STANDAR
Perkiraan jumlah produk yang dibuat diwaktu yang akan datang dan penentuan
standar dapat dilakukan beberapa cara antara lain :
a)    Penghitungan Forecast Produksi
Forecast produksi didasarkan forecast penjualan perusahaan. Forecast penjualan dapat
dilakukan dengan metode statistik dan metode pendapatan. Besarnya forecast produksi
dirumuskan :
b)   Dasar Perhitungan BEP (Unit)
BEP (Break Even Point) adalah suatu keadaan pada titik atau jumlah penjualan itu
perusahaan tidak laba dan tidak rugi yang berarti total biaya (Total cost) sama dengan total
pendapatan (total revenue). Jumlah produk di buat harus lebih besar dari unit terjual pada
BEP.
Perhitungan BEP mempunyai asumsi, bahwa : Biaya dapat dipisah menjadi biaya tetap
dan variable; Haraga jual dan biaya varibel per unit dalam periode perhitungn selalu tetap;
Semua produksi terjual habis sehingga kuantitas penjualan sama dangan produksi.
c)    Penentuan Standar Kinerja
Standar kerja yang harus ditetapkan meliputi :
  Standar Kualitas
Standar mengenai kualitas barang atau jasa yang dihasilkan, dapat dilakukan standar per
atribut dari barang dan jasa. Untuk menjamin kualitas barang perlu pengendalian mutu
terpadu. Standar kualitas ini mencakup rencana, proses produksi, monitoring dan tindak
lanjut.
  Standar Kuantitas
Standar mengenai jumlah barang yang harus dibuat dalam suatu periode tertentu untuk
mencapai tujuan dan pertumbuhan perusahaan.
  Standar Waktu Proses
Standar waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi yang normal agar diperoleh efisiensi
yang maksimal.
  Standar Produktivitas (Productivity
Standar mengenai rasio antara output dari proses produksi dan input yang digunakan. Ukuran
productivity dapat diukur baik secara total maupun partial atau bagian-bagiannya. Ukuran
productivity antara lain sebagai berikut:
1.      Total factor Productivity, dihitung denga membaagi Output perusahaan dengan Labor +
Capital + Material + Energy input + Businnes service.
2.      Material Productivity, dihitung dengan membagi Output dengan material.
3.      Labour Productivity, dihitung dengan membagi Output dengan jumlah Labor.
2.7    PENGELOLAAN DALAM KEGIATAN OPERASI
a.      Pengaturan Bahan Baku
Pengatuaran bahan baku dilakaukan dalam mengefesienkan biaya pemasaran dan
penyimpanan yang akan dikeluarkan dalam satu periode dengan penerapan metode EOQ
(Economic Order Quantity) jika asumsinya dapat dipenuhi. Sedangkan untuk efesiensi biaya
penyimpanan ekstra (Ekstra Carrying Cost) dan penganti bahan baku (Stoc Out Cost)
dipergunakan metode ROP (Re Order Point).
Metode EOQ dan ROP memiliki asumsi yang sama yaitu : bahan baku selalau tersedia
pada leveransir; pola produksi yang stabil dalam perusahaan; tarif biaya pesan dan simpan
selalu tepat dalam satu periode; bahan baku yang dibeli tidak rusak akibat disimpan;
perusahaan memiliki gedang.
Juga bisa menggunakan metode JIT (just in time) yaitu metode pengelolaan bahan
baku tanpa harus memiliki gudang penyimpanan,karena bahan baku yang dibeli dari pemasok
langsung diproduksi.jika bahan baku akan habis,levelansir selalu menyediakan dan
menghantarkan sampai lokasi tempat produksi.dalam metode ini,levalinsir tidak boleh
terlambat,sebab akan mengganggu proses produksi.
b.      Keputusan Operasi
Pengambilan keputusan merupakan tema pokok dalam operasi perusahaan.
         Keputusan berkaitan dengan proses
Keputusan mengenai proses fisik berkenaan dengan fasilitas yang akan dipakai untuk
memproduksi brang dan jasa.
         Keputusan berkaitan dengan kapasitas
Keputusan mengenai kapasitas diperlukan untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat,
ditempat dan dalam waktu yang tepat pula.
         Keputusan berkaitan dengan kesediaan
Keputusan berkaitan kesediaan ini mencangkup apa yang akan dipesan, berapa banyak, dan
kapan dipesan.
         Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja
Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja mencangkup bagaimana rekrutmen, proses seleksi
diselesaikan, pelatihan dan pengembangan, supervisi, kompensasi dan PHK.
         Keputusan berkaitan dengan mutu
Keputusan yang menyangkut penentuan mutu produk harus menjadi orientasi bersama dalam
setiap proses operasi penetapan standar, desain peralatan, pemilihan orang-orang terlatih dan
pengawasan terhadap produk yang dihasilkan.
2.8 PENGAWASAN KEGIATAN PRODUKSI
Pengawasan dalam kegiatan produksi perlu dilakukan yaitu: pada kegiatan perencanaan
atau desainnya, proses produksinya, monitoringnya maupun tindak lanjut dari monitoring itu.
Pengawasan dilakukan pada seluruh aspek kegiatan yang berkaitan dengan produksi,
meliputi: pada kegiatan proses produksi; pada kualitas produksi atau jasa yang dihasilkan;
pada biaya produksi/operasi yang dikeluarkan; pada tenaga keerja yang melakukan kegiatan
produksi.
a.      Pembelian Bahan Baku
Para menejer melakukan tugas-tugas berikut ketika persediaan barang. Pertama memilih
pemasok bahan baku dengan memperhatikan karekteristik seperti harga, kecepatan, kualitas,
layanan dan ketersediaan kredit. Kedua mencoba mendapatkan potongan/diskon menurut
volume. Ketiga menyerahkan produksi kepada pemasok.
b.      Pengawasan Persediaan Bahan Baku
Pengawasan persediaan adalah proses pengelola persediaan pada tingkat yang meminimkan
biaya. Perencanaan kebutuhan bahan baku adalah proses untuk menjamin bahawa bahan baku
tersedia bila mana diperlukan.
c.       Routing
Roting ialah urutan (rute) tugas yang perlu nuntuk menghasilkan sebuah produk. Bahan baku
biasanya dikirimkan ke masing-masing pos krja (work station) agar dapat dipakai sesuai
spesifikasi proses produksi. Bagian tertentu dari proses produksi diselesaikan disetiap pos
kerja. Proses routing biasanya dievaluasi secara periodik untuk menentukan apakah bias
ditingkatkan sehingga mendapat proses produksi yang lebih cepat dan murah.
d.      Penjadwalan
Penjadwalan adalah tindakan menentukan periode waktu untuk setiap tugas dalam proses
produksi. Jadwal produksi adalah rancangan untuk timing dan volume tugas produksi.
Penjadwalan dapat menunjukkan kapan setiap tugas harus diselesaikan. Cara untuk
menjadwalkan proyek khusus adalah teknik evaluasi dan peninjauan program (program
evaluation and review technique-PERT), menjadwalkan tugas dengan cara meminimkan
hambatan proses produksi.
e.       Pengawasan Kualitas
Kualitas adalah dimana derajat dimana barang atau jasa memuaskan persyaratan atau harapan
pelanggan. Pengawasan kualitas merupakan proses untuk menentukan apakah kualitas barang
atau jasa memenuhi tingkat kualitas yang diharapkan dan mengidentifikasi perbaikan yang
perlu dilakukan pada proses produksi. Kualiatas dapat diukur dengan menilai beberapa
karakteristik yang meningkatkan kepuasan pelanggan.
Pengawasan dilakukan pada berbagai waktu dari aktivitas produksi meliputi: pada saat
menentukan desain atau rancangan produk; pada saat perencanaan proses produksi; pada
aktivitas monitoring; pada akhir proses produksi.
Cara Pengawasan
  Pengawasan Terhadap Produk
1.      Dengan Sertivikasi
Sertivikasi terhadap produk dapat dilakukan dengan mengupayakan sertifikat berdasar
standart industri, asosiasi dan sebagainya.
2.      Pemeriksaan Laboratorium
Pemerikasaan laboratorium dilakukan untuk mengendalikan kualitas produk terhadap unsur
kimiawinya yang dikandung.
3.      Penilaian Dari Pendapat Konsumen
Pendapat konsumen didapat dari survei kepada konsumen dengan mengedarkan daftar
pertanyaan untuk dijawab mengenai kualitas produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
  Pengawasan Terhadap Proses Produksi
a.       Dengan Penerapan Gugus Kembali Mutu (GKM)
Proses produksi dengan membentuk gugus yang terdiri dari tiga sampai delapan orang yang
pekerjanya sejenis.
b.      Perolehan Sertifikasi ISO
Sertifikat ISO diberikan kepada perusahaan yang memenuhi standart organisasi ISO pada
perencanaannya atau proses produksinya atau pengawasannya atau pada tindak lanjutnya.
  Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Dengan Standart Produktifitas
Pengawasan ini dilakukan dengan membandingkan antara kinerja para tenaga kerja dengan
standart yang ditetapkan sebelumnya.
  Pengawasan Terhadap Standart Produksi
Dengan menegement control systems atau system pengendalian manejemen. Caranya dengan
selalu membandingkan antara anggaran atau standart yang lain dengan realita pembelanjaan
di bagian produksi.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Manajemen Produksi adalah salah satu cabang manajemen yang kegiatannya mengatur
agar dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa. Untuk mengatur
kegiatan ini, perlu dibuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk
mencapai tujuan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Unsur Manajemen terdiri dari ; perencanaan, pelaksanaan, pengawasan.
Tahap  Perencanaan, meliputi ; Penentuan strategi operasi; penentuan lokasi pabrik;
Riset dan pengembangan produk; penentuan jumlah produk; penentuan luas dan pola
produksi;penyusunan layout & job design; serta penentuan standar kerja.
Tahap Pelaksanaan, meliputi ; pengaturan bahan baku; pengturan proses produksi;
pemeliharaan dan penggantian fasilitas; perbaikan lingkungan kerja; dan perbaikan
kesejahteraan pekerja.
Tahap Pengawasan, meliputi ; pengawasan kuantitas ; pengawasan kualitas; dan
pengawasan biaya produksi dan operasi.
3.2 SARAN
       Setelah mengetahui kegiatan produksi dalam suatu perusahaan, maka penulis
menyarankan dan mengajak kepada pembaca agar dalam menjalankan suatu produksi harus
tahu terlebih dahulu terhadap penentuan standart suatu produksi sehingga barang yang di
produksi bisa di awasi dalam kegiatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Husni Mubarok, M.M. Pengantar Bisnis. Kudus:Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri(STAIN). 2010
http://id.shvoong.com/social-sciences/1995194-manajemen-produksi/#ixzz1Xtb5kyHN
http://nurrahmanarif.wordpress.com/2008/11/12/manajemen-operasi
http://id.shvoong.com/social-sciences/1995194-manajemen-produksi/#ixzz1Xtb5kyHN
http://nurrahmanarif.wordpress.com/2008/11/12/manajemen-operasi
MAKALAH SISTEM INFORMASI PEMASARAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Belakang Informasi adalah bahan dasar pengambilan keputusan dalam kegiatan pemasaran.
Informasi bagi usaha kecil dikelola dengan mudah, sederhana dan informal, sehingga usaha
kecil sering tidak memiliki unit kerja yang mengelola informasi bagi dalam pengumpulan,
pengolahan maupun distribusi. Bagi usaha atau perusahaan besar sekelas IBM, Airbus, Coca
Cola, aktivitas ini akan dilakukan dengan baik. Semakin besar dan komplek perusahaan
ditambah dengan meningkatnya persaingan dan perubahan lingkungan, semakin
meningkatkan kebutuhan sistem informasi yang lebih formal dan sistematis. Pada makalah
ini, kita akan menyuguhkan sistem informasi pemasaran, yaitu sustu sistem pengelolaan
informasi yang digunakan untuk kepentingan pemasaran. Sistem ini bisanya secara lengkap
diterapkan pada perusahaan yang besar. 1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini terdapat
butir-butir bahasan yang mempermasalahkan: a. Apa pengertian dari informasi dan sistem
informasi pemasaran ? b. Bagaimana menilai Kebutuhan Informasi? c. Bagaimana
Mengembangkan Informasi? d. Bagaimana Mendistribusikan Informasi? e. Apa saja
Komponen Sistem Informasi Pemasaran? f. Bagaimana Evolusi Konsep Sistem Informasi
Pemasaran? 1.3 Tujuan Permasalahan Menjelaskan arti penting informasi bagi perusahaan
dan pemahamannya tentang pasar. Menjelaskan cara perusahaan menganalisis dan
mendistribusikan informasi pemasaran. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Informasi
merupakan sumber daya yang sangat penting, sama pentingnya dengan sumberdaya-
sumberdaya yang lain, bahkan saat ini informasi menjadi lebih penting. Marion Herper
mengatakan “Mengelola bisnis dengan baik adalah dengan mengelola masa depannya dan
mengelola masa depannya adalah mengelola informasi”. Sistem informasi pemasaran
merupakan suatu sistem berbasis komputer yang bekerja sama dengan sistem informasi
fungsional lain untuk mendukung manajemen perusahaan dalam menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan pemasaran produk perusahaan. Sistem informasi pemasaran
(marketing information systems)adalah suatu sistem yang menyediakan informasi untuk
penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian
pasar dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran. Jika didefinisikan dalam arti
yang luas, sistem informasi pemasaran adalah kegiatan perseorangan dan organisasi yang
memudahkan dan mempercepat hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan
yang dinamis melalui penciptaan pendistribusian promosi dan penentuan harga barang jasa
dan gagasan. Sistem informasi pemasaran selalu digunakan oleh bagian pemasaran dalam
sebuah perusahaan untuk memasarkan produk-produk perusahaan tersebut. Sistem informasi
ini merupakan gabungan dari keputusan yang berkaitan dengan: 1. Produk 2. Tempat 3.
Promosi 4. Harga produk Sistem informasi pemasaran dapat juga diartikan sebagai suatu
struktur yang berkesinambungan dan saling berinteraksi dari orang-orang, peralatan dan
prosedur untuk mengumpulkan, mensortir, menganalisis, mengevaluasi dan mendistribusikan
informasi yang dibutuhkan, secara tepat waktu, dan akurat kepada pengambil keputusan
dalam bidang pemasaran. 2.2 Menilai Kebutuhan Informasi Sistem Informasi Pemasaran
(SIP) yang dirancang dengan baik mampu memenuhi informasi apa yang para manajer ingin
memilikinya, apa yang sesungguhnya mereka butuhkan dan dapat menangani,dan apa yang
patut untuk ditawarkan. Perusahaan yang bersangkutan mulai dengan mewawancarai para
manajer untuk mengetahui informasi apa yang mereka ingin memilikinya. Akan tetapi,
manajer tidak selalu membutuhkan semua informasi yang mereka minta, dan mungkin pula
mereka tidak meminta semua informasi yang sesungguhnya mereka butuhkan. Kadang kala
SIP tidak dapat menyediakan semua informasi yang diperlukan oleh manajer. Dengan
teknologi informasi yang paling mutakhir,kebanyakan perusahaan dapat menyediakan lebih
banyak informasi dan informasi yng semakin lebih kompleks bila dibandingkan dengan yang
secara realistik dapat digunakan oleh para manajer. Manajer mungkin perlu memperkenalkan
suatu produk baru pada tahun yang akan datang, oleh karena manajer tersebut tidak
mengetahui produk baru itu.tidak ada dalam pikirannya untuk menanyakan hal tersebut. SIP
harus memperhatikan lingkungan pemasaran dan menyediakan informasi bagi para
pengambilan keputusan berupa informasi yang mereka harus miliki untuk mengambil
keputusan-keputusan kunci dalam pemasaran. Sistem informasi pemasaran yang baik
menyeimbangkan informasi yang diinginkan oleh manajer dengan apa yang sebenarnya
mereka butuhkan dan apa yang layak untuk ditawarkan. SIP harus mengamati lingkungan
pemasaran agar dapat menyediakan, bagi pengambil keputusan, informasi yang harus mereka
ketahui untuk mengambil keputusan penting dalam bidang,pemasaran. 2.3 Mengembangkan
Informasi Informasi yang dibutuhkan oleh manajer pemasaran dapat diperoleh dari catatan
internal perusahaan, pengetahuan pemasaran, dan riset pemasaran. Sistem analisis informasi
kemudian memproses informasi ini untuk membuatnya lebih bermanfaat bagi manajer.
Catatan Internal Kebanyakan manajer pemasaran menggunakan catatan dan laporan internal
secara teratur, terutama untuk mengambil keputusan perencanaan, implementasi dan
pengendalian tugas sehari-hari. Informasi catatan internal terdiri dari informasi yang
dikumpulkan dari sumber di dalam perusahaan untuk mengevaluasi kinerja pemasaran dan
untuk mengetahui masalah serta pemasaran. Pengetahuan Pemasaran Pengetahuan pemasaran
adalah informasi sehari-hari mengenai perkembangan dilingkungan pemasaran yang
membantu manajer menyiapkan dan menyesuaikan rencana pemasaran. Sistem pengetahuan
pemasaran menetapkan pengetahuan apa yang dibutuhklan, mengumpulkannya dengan
mencari dalam lingkungan, dan menyampaikan kepada manajer. Riset Pemasaran Riset
pemasaran sebagai fungsi yang menghubungkan pemasar dengan konsumen, pelanggan, dan
publik lewat informasi. Informasi itu dipergunakan untuk mengetahui dan menentukan
peluang serta masalah pemasaran, untuk menghasilkan, mempertajam, dan mengevaluasi
tindakan pemasaran, untuk memantau kinerja pemasaran dan memperbaiki pemahaman
mengenai proses pemasaran. Peneliti pemasaran terlibat dalam berbagai macam aktivitas, dari
telaah potensi pasar dan pangsa pasar, untuk menilai kepuasan pelanggan dan tingkah laku
membeli, untuk mempelajari aktivitas penetapan harga, produk, distribusi, dan promosi.
Analisis informasi Informasi yang dikumpulkan oleh sistem pengetahuan pemasaran dan riset
pemasran sering kali perlu dianalisis lebih lanjut dan kadang-kadang manajer memerlukan
bantuan lebih lanjut untuk menerapkan informasi tadi pada masalah dan keputusan
pemasaran. Analisis informasi mungkin juga mencakup koleksi model matematika yang akan
membantu pemasar mengambil keputusan lebih baik. Setisp model mewakili beberapa
sistem, proses, atau hasil yang sebenarnya. Semua model ini dapat membantu menjawab
pertanyaan mengenai apa yang terjadi kalau dan mana yang terbaik. 2.4 Mendistribusikan
Informasi Informasi pemasaran tidak mempunyai nilai sampai manajer menggunakannya
untuk mengambil keputusan pemasaran yang lebih baik. Informasi dikumpulkan lewat
pengetahuan pemasaran dan riset pemasaran harus didistribusikan kepada manajer pemasaran
yang tepat, pada saat yang tepat. Perkembangan dalam teknologi informasi menyebabkan
revolusi dalam distribusi informasi. Dengan kemajuan dalam komputer, perangkat lunak, dan
telekomunikasi baru-baru ini, sebagian besar perusahaan melakukan desentralisasi sistem
informasi pemasaran. SIP tersebut bermula dan berakhir dengan penggunaan informasi.
Mula-mula SIP berinteraksi dengan manajer pemasaran untuk menilai informasi yang mereka
butuhkan. Kemudian SIP mengembangkan informasi yang dibutuhkan itu dari catatan-catatan
intern perusahaan-perusahaan,kegiatan-kegiatan intelijen pemasaran, serta proses riset
pemasaran. Analisis informasi,mengevaluasi dan mengolah informasi tersebut untuk
membuatnya lebih bermanfaat. 2.5 Komponen Sistem Informasi Pemasaran Sistem informasi
pemasaran mempunyai komponen yang sama dengan sistem informasi secara umum, yaitu
komponen-komponen input, model, output, basis data, teknologi dan kontrol. Perbedaan
komponen-komponen ini antar sistem-sistem informasi lainnya adalah konteks letak dari
sistem informasinya. Misalnya untuk Sistem informasi pemasaran ini, maka komponen
inputnya adalah input tentang data pemasaran dan outputnya adalah laporan-laporan berisi
informasi pemasaran. a. Komponen Input Pemasaran Sistem Informasi Akuntansi
Menyediakan catatan penjualan yang terinci, yang dapat menjadi dasar untuk Pembuatan
Laporan. Digunakan untuk aplikasi pengolahan data. Data digunakan untuk menyediakan
informasi dalam bentuk Laporan Khusus dan Laporan Periodik atau Model Matematika.
Subsistem Penelitian Pemasaran (Riset Pemasaran) Subsistem penelitian pemasaran
merupakan sistem yang berhubungan dengan pengumpulan, pencatatan dan analisis data
pelanggan dan calon pelanggan dan calon pelanggan. Manajer pemasaran dapat mengunakan
penelitian pemasaran untuk mengumpulkan segala jenis informasi tetapi sebagian besar
kegiatan ditujukan pada pelanggan dan calon pelanggan : 1. Data primer dan sekunder Data
primer adalah data yang dikumpulkan perusahaan. Sedangkan data sekunder adalah data yang
dikumpulkan oleh orang lain. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah
wawancara mendalam, pengamatan dan pengujian terkendali. Beberapa data skunder harus
dibeli dan sering tersedia dalam bentuk pita magnetik atau disket untuk memudahkan
pemasukan kedalam CBIS data sekunder yang lain seperti tersedia diperpustakan. 2.
Subsistem Intelijen Pemasaran Mengumpulkan data dan informasi mengenai pesaing
perusahaan. Tiap area fungsional bertanggung jawab untuk menghubungkan perusahaan
dengan elemen-elemen tertentu dilingkungan pemsaran yang memliki tanggung jawab utama
pada pelanggan dan pesaing. Seperti area fungsional lainnya, pemasran juga memiliki
tanggung jawab pada pemerintah dan komunitas global. Pemasaran tidak bertanggung jawab
untuk membuat arus keluar bagi pesaing tetapi membuat arus masuk. Tugas-tugas dasar
Intelijen : Ø Mengumpulkan data, terdiri dari data primer dan data sekunder. Ø Mengevaluasi
data, baik data primer dan data sekunder diperiksa untuk memastikan keakuratannya. Ø
Manganalisis data, tujuannya mengubah data menjadi informasi. Ø Menyimpan informasi /
intelijen. Ø Menyebarkan informasi / intelijen. Sistem informasi pemasaran mengumpulkan
data yang menjelaskan transaksi pemasaran perusahaan. Subsistem intelejen pemasaran
mengumpulkan informasi dari lingkungan perusahaan yang berkaitan dengan operasi
pemasaran. Subsistem peneliti pemasaran menlakukan penelitian khusus mengenai operasi
pemasaran. 3. Komponen Model Pemasaran Model digunakan untuk menghasilkan informasi
yang relevan yang sesuai dengan kebutuhan pemakai sistemnya. Model merupakan cetakan
yang merubah bentuk input menjadi output. Model di sistem informasi pemasaran banyak
digunakan untuk menghasilkan laporan keperluan anggaran operasi, strategi penentuan harga
produk, evaluasi produk baru, pemilihan lokasi fasilitas, evaluasi penghapusan produk
lama,penunjukan salesman, penentuan rute pengiriman yang paling optimal, pemilihan media
iklan yang paling efektif dan untuk persetujuan kredit. 4. Komponen Basis Data Pemasaran
Data yang digunakan oleh Subsistem out put berasal dari data base. Beberapa data dalam data
base adalah unik bagi fungsi pemasaran, tapi banyak yang berbagi dengan area fungsional
lain. 5. Komponen Output Pemasaran Tiap Subsistem out put menyediakan informasi tentang
Subsistem itu sebagai bagian dari bauran. Subsistem produk menyediakan informasi tentang
produk perusahaan. Subsistem promosi menyediakan informasi tentang kegiatan periklana
perusahaan dan penjualan langsung. Subsistem harga membantu manajer untuk membuat
keputusan harga. 2.6 Evolusi Konsep Sistem Informasi Pemasaran Pada tahun 1966 profesor
Philip Kotler dari Northwestern university menggunakan istilah pusat syaraf pemasaran
(marketing nerve center). Ia mengidentifikasikan tiga jenis informasi pemasaran: Intelijen
pemasaran (marketing intelligence) informasi yang mengalir keperusahaan dari lingkungan.
Informasi pemasaran intern (internal marketing information) informasi yang dikumpulkan
dalam peruasahaan. Komunikasi pemasaran (marketing Communication) informasi yang
mengalir keluar kelingkungan. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan
Sistem Informasi Pemasaran mencakup subsistem-subsistem input yang mengumpulkan data
bagi database. Dua dari sistem ini menyediakan informasi mengenai elemen-elemen
lingkungan yang terlibat dalam strategi kualitas. Subsistem penelitian pemasaran (Marketing
Research Subsystem) Subsistem ini mengumpulkan informasi mengenai keinginan dan
kebutuhan pelanggan melalui teknik-teknik seperti wawancara langsung, survei melalui
telpon, dan observasi. Dengan melaksanakan penelitian pemasaran, perusahaan
mengidentifikasi produk dan jasa yang dibutuhkan dan tingkat kualitasnya. Subsistem
inteligen pemasaran (Marketing intellegence subsystem) Subsistem ini mengumpulkan
informasi mengenai para pesaing perusahaan. Sebagian besar informasi ini dapat diperoleh
dengan berlangganan database komersial. SIP adalah komponen kunci dari manajemen
kualitas. SIP memungkinkan perusahaan bukan hanya menentukan produk dan jasa yang
ditawarkan, tetapi juga menetapkan kualitas pada tingkat yang tepat. 3.2 Saran Bagi
perusahaan yang telah memenuhi standar kelayakan untuk usaha, setidaknya dapat
memberikan asumsi yang berbeda bagi pihak-pihak intern maupun ekstern dalam mengelola
dan menyajikan informasi pemasaran yang akurat dan mampu dipertanggungjawabkan.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis
ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha
berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat
pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan
apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini
seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu
bersaing dengan unit usaha lainnya
Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah
maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi
lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan
UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara
pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusianya.
Menempatkan usaha mikro kecil dan menengah sebagai sasaran utama pembangunan
harus dilandasi komitmen dan koordinasi yang baik antara pemerintah, pembisnis dan
lembaga non bisnis serta masyarakat setempat dengan menerapkan strategi Agresif yang
berbasis pada ekonomi jaringan (Kemitraan); Pengembangan usaha mikro kecil dan
menengah keseluruhan dengan cara memberi dukungan positif dan nyata terhadap 
pengembangan sumber daya manusia (pelatihan kewirausahaan), teknologi, informasi, akses
pendanaan serta pemasaran, Perluasan pasar ekspor, merupakan indikator keberhasilan
membangun iklim usaha yang berbasis kerakyatan.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Usaha Kecil dan Menengah?
2.      Apasaja deinisi dan kriteria Usaha Kecil dan Menengah?
3.      Apasaja klasifikasi Usaha Kecil dan Menengah?
4.      Bagaimana kinerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia?
5.      Faktor-faktor yang dapat menghambat Usaha Kecil dan Menengah?
1.3  Tujuan
1.      Dapat mengetahui arti Usaha kecil dan menengah
2.      Dapat mengetahui definisi dan criteria usaha kecil dan menengah
3.      Dapat mengetahui klasifikasi usaha kecil dan menengah
4.      Dapat mengetahui kinerja usaha kecil dan menengah
5.      Dapat mengetahui factor-faktor yang dapat menghambat usaha kecil dan menangah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah
  Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998
Pengertian Usaha Kecil Menengah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan
bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi
untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
  Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Pengertian Usaha Kecil Menengah: Berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil
merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha
menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. 
  Berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994
Pengertian Usaha Kecil Menengah: Didefinisikan  sebagai perorangan atau badan usaha
yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai penjualan atau omset per tahun
setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau asset atau aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000
(di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari :
-   Bidang usaha ( Fa, CV, PT, dan koperasi )
- Perorangan ( Pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan,perambah hutan,
penambang, pedagang barang dan jasa )
  Menurut UU No 20 Tahun 2008
Pengertian Usaha Kecil Menengah: Undang undang tersebut membagi kedalam dua
pengertian yakni:
Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :
-     Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
-     Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki
kriteria sebagai berikut :
-      Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
-      Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri.
2.2 Definisi dan Kriteria UKM menurut Lembaga dan beberapa Negara Asing
Pada prinsipnya definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing didasarkan pada aspek-
aspek sebagai berikut:
-  Jumlah tenaga kerja
-  Pendapatan
-  Jumlah aset
Berikut adalah kriteria-kriteria UKM di negara-negara dan lembaga asing.
1. World Bank, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :
Medium Enterprise, dengan kriteria :
- Jumlah karyawan maksimal 300 orang.
- Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta.
- Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta.
Small Enterprise, dengan kriteria :
- Jumlah karyawan kurang dari 30 orang.
- Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta.
- Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta.
Micro Enterprise, dengan kriteria :
- Jumlah karyawan kurang dari 10 orang.
- Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu.
- Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu.
2. Singapura mendefinisikan UKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30%pemegang saham
lokal serta aset produktif tetap (fixed productive asset) dibawah SG $ 15 juta.

3. Malaysia mendefinisikan UKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawan yangbekerja
penuh (full time worker) kurang dari 75 orang atau yang modal pemegangsahamnya kurang
dari M $ 2,5 juta. Definisi ini dibagi menjadi dua, yaitu :

-      Small Industry (SI), dengan kriteria jumlah karyawan 5 – 50 orang atau jumlah modal saham
sampai sejumlah M $ 500 ribu.

-       Medium Industry (MI), dengan kriteria jumlah karyawan 50 – 75 orang atau jumlah modal
saham sampai sejumlah M $ 500 ribu – M $ 2,5 juta.

4. Jepang membagi UKM sebagai berikut :

-  Mining and manufacturing dengan kriteria jumah karyawan maksimal 300orang atau jumlah
modal saham sampai sejumlah US$2,5 juta.

-  Wholesale dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal saham
sampai US$ 840 ribu.

-  Retail dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang atau jumlah modal saham sampai
US$ 820 ribu.

-  Service dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal saham
sampai US$ 420 ribu.

5. Korea Selatan mendefinisikan UKM sebagai usaha yang jumlahnya dibawah 300 orang dan
jumlah assetnya kurang dari US$ 60 juta.

6. European Commision, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :

Medium-sized Enterprise, dengan kriteria :

- Jumlah karyawan kurang dari 250 orang.

- Pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta.


- Jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta.

Small-sized Enterprise, dengan kriteria :

- Jumlah karyawan kurang dari 50 orang.

- Pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta.

- Jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta.

Micro-sized Enterprise, dengan kriteria :

- Jumlah karyawan kurang dari 10 orang.

- Pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta.

- Jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta.

2.3 Klasifikasi Usaha Kecil dan Menengah

Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat)


kelompok yaitu :
1.      Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk
mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohya adalah
pedagang kaki lima
2.      Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat
kewirausahaan
3.      Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
4.      Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)
2.4 Undang-Undang dan Peraturan Tentang UKM
Berikut ini adalah list beberapa UU dan Peraturan tentang UKM :
1.      UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
2.      PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan
3.      PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil
4.      Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah
5.      Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha
Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan
Syarat Kemitraan
6.      Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah
7.      Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
8.      Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara
9.      Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
2.5 Kinerja UKM di Indonesia
UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-
masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya
jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak
merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan
UKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya
penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas.
UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat) hal,
yaitu :
1.   Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya yang
tidak tahan lama,
2.   Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan
usaha,
3.   Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya
memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan
4.   Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor
formal.
2.6 Peranan Usaha Kecil dan Menengah
Peranan UKM menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan
pembangunan yang dikelola oleh dua departemen:
1. Departeman Perindustrian dan Perdagangan
2. Deparetemen Koperasi dan UKM
Namun demikian usaha pengembangan yang dilaksanakan belum, terlihat hasil yang
memuaskan, kenyataanya kemajuan UKM masih sangat kecil dibandingkan dengan usaha
besar.
Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar berbentuk
usaha kecil yang bergerak disektor pertanian. UKM juga mempunyai peran yang strategis
dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karna itu selain berperan dalam pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga juga berperan dalam pendistribusian hasil hasil
pembangunan. Kebijakan yang tepat untuk mendukung UKM seperti: Perizinan, Tekhnologi,
Struktur, Manajeman, Pelatihan, Pembiayaan.
2.7 Permasalahan yang Dihadapi UKM
Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
antara lain meliputi:
• Faktor Internal
1.      Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan
Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit
usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah
merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan
modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank
atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan
teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan
terbesar bagi UKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM
memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.
2.           Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang
turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal
maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen
pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal.
Disamping itu dengan keterbatasan kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk
mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang
dihasilkannya.
3.           Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar Usaha kecil yang pada
umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas
dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan
jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan
usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan
teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.
4.           Mentalitas Pengusaha UKM
Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan mengenai UKM, yaitu
semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu sendiri.[17] Semangat yang dimaksud
disini, antara lain kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta
semangat ingin mengambil risiko.[18] Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari
UKM seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja. Sebagai contoh, ritme kerja
UKM di daerah berjalan dengan santai dan kurang aktif sehingga seringkali menjadi
penyebab hilangnya kesempatan-kesempatan yang ada.
5.           Kurangnya Transparansi
Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM tersebut terhadap generasi
selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak diberitahukan
kepada pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan
kesulitan bagi generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.
• Faktor Eksternal
1.                                   Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari tahun ke tahun selalu
dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan
produk domestik brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku
usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal
tetap brutto (investasi).[19] Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan
acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator
keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.
Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan UKM, meskipun dari tahun ke
tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat
antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil
dan menengah dengan pengusaha-pengusaha besar. Kendala lain yang dihadapi oleh UKM
adalah mendapatkan perijinan untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali
terdengar mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah,
ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak terkait dengan
kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak pihak kecil seperti UKM
tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar.
2.   Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan
kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang
UKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan
karena mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis.
3.   Pungutan Liar
Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan pungutan liar menjadi salah satu
kendala juga bagi UKM karena menambah pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak
hanya terjadi sekali namun dapat berulang kali secara periodik, misalnya setiap minggu atau
setiap bulan.
4.   Implikasi Otonomi Daerah
Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang
kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004, kewenangan daerah mempunyai otonomi
untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai
implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang
dikenakan pada UKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya
saing UKM. Disamping itu, semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan
kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di
daerah tersebut.
5.   Implikasi Perdagangan Bebas
Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020
berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan
bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan
produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar
global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000),
dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara
tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier for Trade). Untuk itu, UKM
perlu mempersiapkan diri agar mampu bersaing baik secara keunggulan komparatif maupun
keunggulan kompetitif.
6.   Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek
Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk
dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk
yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama.
7.      Terbatasnya Akses Pasar
Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan
secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
8.      Terbatasnya Akses Informasi
Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap informasi.
Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh
terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam
hal kualitas. Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari
UKM untuk menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang
berpotensial untuk bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses
terhadap pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.
2.8 Langkah Penanggulangan Masalah
Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UKM dan langkah-langkah yang
selama ini telah ditempuh, maka kedepannya, perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut:
1.   Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif
Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan
mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur
perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
2.   Bantuan Permodalan
Pemerintah perlu memperluas skema kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak
memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui
sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan
dana modal ventura. Pembiayaan untuk UKM sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) yang ada maupun non bank. Lembaga Keuangan Mikro bank antara Lain: BRI
unit Desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
3.      Perlindungan Usaha
Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan
ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-
undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan (win-
win solution).
4.      Pengembangan Kemitraan
Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antar UKM, atau antara UKM dengan
pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya
monopoli dalam usaha. Selain itu, juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan
bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian, UKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing
dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
      Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis
ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha
berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat
pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan
apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini
seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu
bersaing dengan unit usaha lainnya.
      Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah
maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi
lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan
UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara
pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusianya.Pengembangan terhadap sektor swasta merupakan suatu hal yang tidak
diragukan lagi perlu untuk dilakukan. UKM memiliki peran penting dalam pengembangan
usaha di Indonesia. UKM juga merupakan cikal bakal dari tumbuhnya usaha besar. “Hampir
semua usaha besar berawal dari UKM. Usaha kecil menengah (UKM) harus terus
ditingkatkan (up grade) dan aktif agar dapat maju dan bersaing dengan perusahaan besar. Jika
tidak, UKM di Indonesia yang merupakan jantung perekonomian Indonesia tidak akan bisa
maju dan berkembang. Satu hal yang perlu diingat dalam pengembangan UKM adalah bahwa
langkah ini tidak semata-mata merupakan langkah yang harus diambil oleh Pemerintah dan
hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah. Pihak UKM sendiri sebagai pihak yang
dikembangkan, dapat mengayunkan langkah bersama-sama dengan Pemerintah. Selain
Pemerintah dan UKM, peran dari sektor Perbankan juga sangat penting terkait dengan segala
hal mengenai pendanaan, terutama dari sisi pemberian pinjaman atau penetapan kebijakan
perbankan. Lebih jauh lagi, terkait dengan ketersediaan dana atau modal, peran dari para
investor baik itu dari dalam maupun luar negeri, tidak dapat pula kita kesampingkan.
      Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga hal masalah
klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi yang selama
ini kerap menjadi pembicaraan di seminar atau konferensi. Secara keseluruhan, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembangan terhadap unit usaha
UKM, antara lain kondisi kerja, promosi usaha baru, akses informasi, akses pembiayaan,
akses pasar, peningkatan kualitas produk dan SDM, ketersediaan layanan pengembangan
usaha, pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan kompetisi.
      Perlu disadari, UKM berada dalam suatu lingkungan yang kompleks dan dinamis. Jadi,
upaya mengembangkan UKM tidak banyak berarti bila tidak mempertimbangkan
pembangunan (khususnya ekonomi) lebih luas. Konsep pembangunan yang dilaksanakan
akan membentuk ‘aturan main’ bagi pelaku usaha (termasuk UKM) sehingga upaya
pengembangan UKM tidak hanya bisa dilaksanakan secara parsial, melainkan harus
terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional dan dilaksanakan secara
berkesinambungan. Kebijakan ekonomi (terutama pengembangan dunia usaha) yang
ditempuh selama ini belum menjadikan ikatan kuat bagi terciptanya keterkaitan antara usaha
besar dan UKM.
      Saat ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah berencana untuk menciptakan
20 juta usaha kecil menengah baru tahun 2020. Tahun 2020 adalah masa yang menjanjikan
begitu banyak peluang karena di tahun tersebut akan terwujud apa yang dimimpikan para
pemimpin ASEAN yang tertuang dalam Bali Concord II. Suatu komunitas ekonomi ASEAN,
yang peredaran produk-produk barang dan jasanya tidak lagi dibatasi batas negara, akan
terwujud. Kondisi ini membawa sisi positif sekaligus negatif bagi UKM. Menjadi positif
apabila produk dan jasa UKM mampu bersaing dengan produk dan jasa dari negara-negara
ASEAN lainnya, namun akan menjadi negatif apabila sebaliknya. Untuk itu, kiranya penting
bila pemerintah mendesain program yang jelas dan tepat sasaran serta mencanangkan
penciptaan 20 juta UKM sebagai program nasional.

DAFTAR PUSTAKA
http://infoukm.wordpress.com/2008/08/
http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah
http://www.danabergulir.com/layanan/skim-pinjaman-pembiayaan/pembiayaan-kepada-
koperasi-dan-usaha-kecil-dan-menengah-kukm-melalui-perusahaan-modal-ventura-pmv
A. MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA

Pengertian

Manajemen sumberdaya manusia adalah bagian dari ilmu manajemen


yang secara khusus mengatur aspek manusianya. Hal ini adalah hasil dari
perkembangan ilmu manajemen itu sendiri yang selama ini dikenal
memiliki enam unsur, yaitu Men, Money, Method, Materials, Machines,
Market. Unsur Men itulah yang membidani lahirnya ilmu sumberdaya
manusia.

Manajemen Sumberdaya Manusia adalah


suatu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan atas
pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pemutusan hubungan kerja, dengan
maksud untuk mencapai tujuan organaisasi
perusahaan secara terpadu (Umar, Husein.
1997). Menurut Drs. Malayu S.P. Hasibuan,
Manajemen Sumberdaya Manusia adalah
ilmu dan seni mengatur hubungan dan
peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

Manajemen sumberdaya manusia menurut Griffin (2004) adalah


rangkaian aktivitas organisasi yang diarahkan untuk menarik,
mengembangkan dan mempertahankan tenaga kerja yang efektif.

Peranan Sumberdaya Manusia

Menurut Arifin dan Fauzi (2007) peranan manajemen sumberdaya


manusia adalah mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang
meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja yang


sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2. Melakukan rekurtmen karyawan, seleksi dan penempatan pegawai


sesuai kualifikasi pegawai yang dibutuhkan perusahaan.

3. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi dan


pemutusan hubungan kerja.

4. Membuat perkiraan kebutuhan pegawai di masa yang akan datang.

5. Memperkirakan kondisi ekonomi pada umumnya dan perkembangan


perusahaan pada khususnya.
6. Senantiasa memantau perkembangan undang-undang ketenagakerjaan
dari waktu ke waktu khususnya yang berkaitan dengan masalah gaji/upah
atau kompensasi terhadap pegawai.

7. Memberikan kesempatan karyawan dal hal pendidikan, latihan dan


penilaian prestasi kerja karyawan.

8. Mengatur mutasi karyawan.

9. Mengatur pensiun, pemutusan hubungan kerja beserta perhitungan


pesangon yang menjadi hak karyawan.

Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia

Manajemen Sumberdaya Manusia terdiri dari dua fungsi, yaitu fungsi


manajemen dan fungsi operasional .

Fungsi Manajemen (FM) terdiri atas:

Fungsi Manajemen Fungsi Operasional


1. Fungsi Perencanaan 1. Fungsi Pengadaan

2. Fungsi Pengorganisasian 2. Fungsi Pengembangan

3. Fungsi Pengarahan 3. Fungsi Pemberi Kompensasi

4. Fungsi Pengkoordinasian 4. Fungsi Integrasi

5. Fungsi Pengontrolan/Pengawasan 5. Fungsi Pemeliharaan

B. MANAJEMEN KEUANGAN

Pengertian

Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan,


penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan
(Wikipedia Indonesia).

Fungsi Manajemen Keuangan

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari fungsi Manajemen Keuangan:

1. Perencanaan Keuangan, membuat rencana pemasukan dan


pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.

2. Penganggaran Keuangan, tindak lanjut dari perencanaan keuangan


dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
3. Pengelolaan Keuangan, menggunakan dana perusahaan untuk
memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.

4. Pencarian Keuangan, mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang


ada untuk operasional kegiatan perusahaan.

5. Penyimpanan Keuangan, mengumpulkan dana perusahaan serta


menyimpan dan mengamankan dana tersebut.

6. Pengendalian Keuangan, melakukan evaluasi serta perbaikan atas


keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan.

7. Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas keuangan


perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.

Bila dikaitkan dengan tujuan ini, maka fungsi manajer keuangan meliputi
hal-hal sebagai berikut :

1. Melakukan pengawasan atas biaya

2. Menetapkan kebijaksanaan harga

3. Meramalkan laba yang akan datang

4. Mengukur atau menjajaki biaya modal kerja

C. MANAJEMEN OPERASI/PRODUKSI

Manajemen produksi berkembang setelah manusia menghasilkan barang


dan jasa. Pesatnya perkembangan manajemen produksi terjadi berkat
dorongan dari beberapa faktor yang menunjang (Fuad, dkk. 2000), yaitu:

1. Adanya pembagian kerja (division labour) dan spesialisasi.

2. Revolusi industri

3. Perkembangan alat dan teknologi yang mencakup penggunaan


komputer.

4. Perkembangan ilmu dan metode kerja yang mencakup metode ilmiah,


hubungan antar manusia, dan model keputusan.

Menurut Fuad, dkk (2000) manajemen produksi adalah kegiatan untuk


mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya
berupa sumberdaya manusia, sumberdaya alat, dan sumberdaya dana
serta bahan secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambah
kegunaan (utility) suatu barang atau jasa.
Menurut Umar (2000) manajemen produksi dan operasi didefinisikan
sebagai proses yang secara kontinyu dan efektif menggunakan fungsi-
fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumberdaya secara
efisien dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Unsur-unsur pokok
dalam definisi tersebut, yaitu:

1. Kontinyu, berarti manajemen produksi dan operasi bukan suatu


kegiatan yang berdiri sendiri. Keputusan manajemen bukan merupakan
tindakan sesaat, melainkan tindakan yang berkelanjutan.

2. Efektif, berarti segala pekerjaan harus dilakukan secara tepat dan


sebaik-baiknya, serta mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan.

3. Fungsi manajemen, berarti kegiatan manajemen produksi dan operasi


memerlukan pengetahuan yang luas, mencakup planning, organizing,
actuating, dan controlling. Dalam pelaksanaanya, berbagai sumberdaya
diintegrasikan untuk menghasilkan barang dan jasa.

4. Efisien, berarti manajer produksi dan operasi dituntut untuk


mempunyai kemampuan kerja secara efisien agar dapat mengoptimalkan
penggunaan sumberdaya dan memperkecil limbah.

5. Tujuan, berarti kegiatan manajemen produksi dan operasi harus


mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produk seusuai dengan
yang direncanakan.

Kegiatan manajemen ini berhubungan dengan penciptaan/pembuatan


barang dan jasa. Dalam perusahaan jasa, fungsi produksi tidak terasa
nyata, sehingga kegiatan manajemen produksinya disebut sebagai
manajemen operasi. Istilah operasi sesungguhnya juga dipakai dalamm
perusahaan manufaktur, yaitu dalam pengertian mengoperasikan
sumberdaya produksi untuk menghasilkan suatu produk. Karena itu,
istilah manajemen operasi mengandung pengertian yang lebih luas.

Schroeder dalam Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti (2009) memberikan


penekanan terhadap definisi kegiatan produksi dan operasi pada tiga hal,
yaitu:

1. Pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa.

2. Adanya sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa.

3. Adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari


manajemen operasi.

D. MANAJEMEN PEMASARAN
Manajemen pemasaran adalah suatu analisis, perencanaan, implementasi,
dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaranyang
bermanfaat dengan pembeli untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi (M.
Fuad, dkk. 2000). Manajemen pemasaran berupaya mempengaruhi
tingkat, saat, dan karakter permintaan dengan cara yang akan membantu
pencapaian tujuan organisasi. Karena itu manajemen pemasaran sering
disebut juga sebagai manajemen permintaan.

Menurut penulis yang sama, terdapat lima konsep dalam manajemen


pemasaran, yaitu:

1. Konsep Produksi

Konsep ini menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang


terjangkau oleh kemampuan mereka. Konsep produksi ini merupakan
alternatif yang tepat bila menghadapi dua macam situasi. Pertama, bila
permintaan akan suatu produk melebihi pasokan, sehingga perlu
diupayakan peningkatan produksi. Kedua, bila biaya tinggi sehingga
produksi perlu diturunkan sambil melakukan perbaikan produktivitas.

2. Konsep Produk

Konsep ini berpegang teguh pada anggapan bahwa konsumen akan


menyenangi produk yang menawarkan mutu, penampilan, maupun
keistimewaan dibandingkan produk sejenis. Karena itu organisasi perlu
mengadakan perbaikan-perbaikan produk yang berkesinambungan.

3. Konsep Penjualan

Konsep penjualan menekankan pada anggapan bahwa konsumen tidak


akan membeli produk, jika organisasi tidak melakukan usaha-usaha
promosi dan penjualan.

4. Konsep Pemasaran

Menurut konsep ini, kunci untuk mencapai keberhasilan sasaran


organisasi adalah kejelian dalam menentukan kebutuhan dan keinginan
pasar sasaran, serta mengupayakan pemenuhan kepuasan yang lebih
baik ketimbang apa yang dilakukan pesaing.

5. Konsep Pemasaran Kemasyarakatan

Menurut konsep ini tugas organisasi berhubungan dengan penentuan


kebutuhan, keinginan, serta minat pasar sasaran dan untuk memberikan
kepuasan yang lebih efisien dan efektif daripada pesaing dengan cara
mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan
masyarakat secara keseluruhan.
.

E. AKUNTANSI MANAJEMEN

Akuntansi adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisa, menyajikan


dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas, dan
melaporkan aktivitas/transaksi perusahaan dalam bentuk informasi
keuangan (Rudianto. 2006). Dilihat dari siapa pemakai laporan keuangan
perusahaan, akuntansi dibagi menjadi dua macam, yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen.

1. Akuntansi keuangan adalah sistem akuntansi yang pemakai


informasinya adalah pihak eksternal organisasi perusahaan, seperti
kreditor, pemerintah, pemegang saham, investor, dan sebagainya.

2. Akuntansi manajemen adalah sistem akuntansi yang pemakain


informasinya adalah pihak internal organisasi perusahaan, seperti
manajer produksi, manajer keuangan, manajer pemasaran, dan
sebagainya guna pengambilan keputusan internal organisasi. Dan
menurut Rita Erni Purwanti dan Indah Nugraheni (2001) akuntansi
manajemen tidak terikat pada pelaksanaan prinsip-prinsip akuntansi, selai
itu akuntansi manajemen berorientasi pada waktu yang akan datang yaitu
memberikan gambaran mengenai alternatif/keputusan yang mungkin
akan diambil di masa yang akan datang.

Akuntansi Manajemen atau Akuntansi Manajerial adalah sistem


akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan informasi
akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasi dan
untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan
bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam
pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol (Wikipedia Indonesia).
Berbeda dengan Informasi Akuntansi keuangan, Informasi Akuntansi
manajemen adalah:

1. Dirancang dan dimaksukan untuk digunakan oleh pihak manajemen


dalam organisasi sedangkan informasi Akuntansi keuangan dimaksudkan
dan dirancang untuk pihak eksternal seperti kreditur dan para pemegang
saham;

2. Biasanya rahasia dan digunakan oleh pihak manajemen dan bukan


untuk laporan publik;

3. memandang ke depan, bukan sejarah;

4. Dihitung dengan mengacu pada kebutuhan manajer, sering


menggunakan sistem informasi manajemen, bukan mengacu pada
standar akuntansi keuangan.
Hal ini disebabkan karena penekanan yang berbeda: informasi akuntansi
manajemen digunakan dalam sebuah organisasi, biasanya untuk
pengambilan keputusan.

Menurut Chartered Institute of Management Accountants (CIMA),


akuntansi manajemen adalah “proses identifikasi, pengukuran,
akumulasi, analisis, penyusunan, interpretasi, dan komunikasi informasi
yang digunakan oleh manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi dan
pengendalian dalam suatu entitas dan untuk memastikan sesuai dan
akuntabilitas penggunaan sumber daya tersebut. Akuntansi manajemen
juga meliputi penyusunan laporan keuangan untuk kelompok non-
manajemen seperti pemegang saham, kreditur, badan pengatur dan
otoritas pajak “(Istilah resmi CIMA).

The American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)


menyatakan bahwa akuntansi manajemen sebagai praktik meluas ke tiga
bidang berikut:

1. Manajemen Strategi – Memajukan peran akuntan manajemen sebagai


mitra strategis dalam organisasi.

2. Manajemen Kinerja – Mengembangkan praktik pengambilan keputusan


bisnis dan mengelola kinerja organisasi.

3. Manajemen Risiko – Berkontribusi untuk membuat kerangka kerja dan


praktik untuk mengidentifikasi, mengukur, mengelola dan melaporkan
risiko untuk mencapai tujuan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai