Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN

REHABILITASI PENYALAHGUNA NARKOBA PADA


KALANGAN PELAJAR DAN MAHASISWA DI KOTA
SEMARANG OLEH BNNP JATENG

Nama : Gideon Heru Sukoco


Email : gideonherusukoco@gmail.com

DEPARTEMEN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kekuatiran peneliti tentang penyalahgunaan narkoba pada
kalangan pelajar dan mahasiswa di Kota Semarang. Tingginya kasus penyalahgunaan narkotika
menjadi perhatian tersendiri bagi Pemerintah yang juga sangat menyita perhatian masyarakat di Kota
Semarang. Bahkan menimbang kepentingannya, Pemerintah menyerukan Negara darurat narkoba.
Oleh karena itu, strategi Pemerintah untuk menanggulangi penyalahgunaan Narkobasangat diharapkan
mampu mengatasi permasalahan tentang Narkotika sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 35
Tahun 2009 tentang Narkotika.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif-analisis. Tujuan penelitian ini yaitu guna mendapatkan data tentang strategi
Pemerintah dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba pada kalangan Pelajar dan Mahasiswa di
Kota Semarang. Kajian dan analisa berdasarkan wawancara dan studi literature dari sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Hasil penelitian ini menunjukan strategi pencegahan, pemberantasan dan rehabilitasi


penyalahguna narkoba pada kalangan Pelajar dan Mahasiswa di Kota Semarang yang dirancang oleh
BNNP Jateng tidak sepenuhnya berjalan sesuai yang diharapkan, sehingga belum dapat mengurangi
kasus penyalahgunaan narkoba secara signifikan Berdasarkan analisis SWOT hal tersebut dapat
diketahui penjelasannya secara lebih terperinci. Dan karena itu, peran Pemerintah dalam melindungi
warganya dari bahaya narkoba harus semakin ditingkatkan melalui pengoptimalan fungsi BNN,
penyempurnaan strategi P4GN, dan memperdayakan masyarakat, terkhusus bagi anak-anak muda sang
penerus generasi bangsa, sehingga dapat tercipta cita-cita mulia Indonesia bebas narkooba.

Kata Kunci : Penyalahgunaan Narkoba, Strategi P4GN, Pencegahan, Pemberantasan,


Rehabilitasi.
1. PENDAHULUAN Berdasarkan hasil penelitian BNN
bekerjasama dengan Puslitkes UI tahun 2011
1.1 Latar Belakang
diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna
Kejahatan narkoba merupakan kejahatan
Narkoba telah mencapai sebesar 2,2% dari total
serius (serious crime) yang bersifat lintas negara
populasi penduduk (berusia10-60 tahun) atau
(transnational crime), kejahatan terorganisir
sekitar 3,8 s/d 4,3 juta orang. Hal ini mengalami
(organized crime), yang dapat menimpa dan
peningkatan sebesar 0,21% bila dibandingkan
mengancam setiap negara dan bangsa dan dapat
tahun 2008 (1,99%) atau sekitar 3,3 juta orang.
mengakibatkan dampak buruk yang sangat masif.
(BNN, 2011).1 Fakta tersebut di dukung oleh
Indonesia menetapkan kejahatan narkotika sebagai
adanya kecenderungan peningkatan angka sitaan
kejahatan luarbiasa dengan ancaman hukuman
dan pengungkapan kasus narkoba. Data
bagi pengedar adalah hukuman mati.
pengungkapan kasus di tahun 2011 sekitar 36.589
Badan Narkotika Nasional adalah
kasus nasional, lalu meningkat menjadi 50.178
lembaga pemerintah non-struktural yang
kasus di tahun 2015. Fakta bahwa sebagian besar
bertanggung jawab dan berada di bawah
penyalahguna merupakan remaja dan
Presiden.Berdasarkan undang-undang tersebut,
berpendidikan tinggi yang merupakan modal
status kelembagaan BNN menjadi Lembaga
bangsa yang tidak ternilai tentu sangat
Pemerintah Non-Kementrian (LPNK) dengan
memprihatinkan. Dampak ekonomi dan sosial
struktur vertikal ke propinsi dan kabupaten/kota.
yang sangat besar akibat penyalahgunaan narkoba
Di propinsi dibentuk BNN Propinsi, dan di
ini mengingatkan kita bahwa upaya pencegahan
kabupaten/kota dibentuk BNN Kabupaten/Kota.
dan pemberantasan narkoba adalah upaya yang
BNN dipimpin oleh seorang Kepala BNN yang
sangat mendesak karena dapat menimbulkan
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. BNN
dampak yang sistemis.
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
Keadaan inilah yang mendorong penulis
kepada Presiden. BNN memiliki visi
ingin melakukan penelitian yang dituangkan
³0HZXMXGNDQ PDV\DUDNDW ,QGRQHVLD EHEDV GDUL
dalam bentuk skripsi dengan judul ³Strategi
SHQ\DODKJXQDDQ GDQ SHUHGDUDQ JHODS QDUNRED´
Pencegahan, Pemberantasan dan Rehabilitasi
Permasalahan tentang pengedaran dan
Penyalahgunaan Narkoba pada Kalangan Pelajar
penyalahgunaan narkoba semakin
dan Mahasiswa di Kota Semarang oleh BNNP
memprihatinkan. Dari laporan perkembangan
Jateng.´
situasi narkoba dunia tahun 2014, diketahui angka
2. LANDASAN TEORI
estimasi pengguna narkoba di tahun 2012 adalah
2.1 Konsep Strategi
antara 162 juta hingga 324 juta orang atau sekitar
3,5%-7%1. Perbandingan estimasi prevalensi Secara etimologis, kata strategi berasal
tahun 2012 (3,5%-7%)2 dengan estimasi tahun dari kata strategodalam bahasa Yunani yang
2010 yang kisarannya 3.5%-5.7% terdiri dari kata Stratos (Tentara) dan ego

5
BNN (2011). Jurnal Data 2011.
(pemimpin). Strategi sendiri merupakan alat untuk 2.3.1 Tindakan Preventif
mencapai tujuan. Penjelasan tersebut
Tindakan preventif adalah tindakan yang
menerangkan bahwa pada awalnya strategi
dilakukan untuk mencegah atau menjaga
memang merupakan alat yang digunakan dalam
kemungkinan akan terjadinya kejahatan. Menurut
kemiliteran guna mencapai tujuannya.
A. Qirom Samsudin M, dalam kaitannya untuk
Adapun beberapa konsep strategi
melakukan tindakan preventif adalah mencegah
menurut para ahli adalah sebagai berikut :
kejahatan lebih baik daripada mendidik penjahat
a. Agryris (1985) Mintzberg (1979), Stein dan
menjadi baik kembali, sebab bukan saja
Miner (1977) yang mengemukakan bahwa
diperhitungkan segi biaya, tapi usaha ini lebih
srtategi merupakan respon secara terus
mudah dan akan mendapat hasil yang memuaskan
menerusmaupun adaptif terhadap peluang dan
atau mencapai tujuan. Dalam kaitannya dengan
ancaman eksternal serta kekuatan dan
permasalahan narkoba, Badan Narkotika Nasional
kelemahan internal yang dapat mempengaruhi
Provinsi Jawa Tengah memiliki pedoman bahwa
organisasi.
melakukan pencegahan dan pemberdayaan adalah
b. Barney (1997) mengemukakan bahwa strategi
tindakan yang lebih baik daripada menghukum
adalah pola alokasi sumberdaya yang
atau merehabilitasi penyalahguna narkoba.
memungkinkan organisasi-organisasi dapat
2.3.2 Tindakan Represif
mempertahankan kinerjannya.
Tindakan represif adalah segala tindakan
2.2 Teori Implementasi Kebijakan
yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum
Menurut Donald Van Metter Dan Carl
sesudah terjadinya tindakan pidana. Tindakan
Van Horn dalam Agustino (2012:141-144),model
respresif lebih dititikberatkan terhadap orang yang
ini mengandal-kan bahwa implementasi kebijakan
melakukan tindak pidana, yaitu antara lain dengan
berjalan secara linier dari keputusan politik yang
memberikan hukum (pidana) yang setimpal atas
tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik.
perbuatannya. Tindakan ini sebenarnya dapat juga
Ada enam variabel, menurut Van Horn dan Van
dipandang sebagai pencegahan untuk masa yang
Metter yang mempengaruhi kinerja kebijakan
akan datang. Tindakan ini meliputi cara aparat
publik, yaitu :
penegak hukum dalam melakukan penyidikan,
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
penyidikan lanjutan, penuntutan pidana,
2. Sumberdaya
pemeriksaan di pengadilan, eksekusi dan
3. Karakter Agen Pelaksana
seterusnya sampai pembinaan narapidana.
4. Sikap (Disposition) para Pelaksana
Penangulangan kejahatan secara represif ini
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas
dilakukan juga dengan tekhnik rehabilitas,
Pelaksana
2.4 Analisis SWOT
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Salah satu instrumen analisis dalam
2.3 Teori Pencegahan dan Penanggulangan
proses pengambilan keputusan organisasi yaitu
Kejahatan
analisis SWOT. SWOT merupakan akronim dari
kata ³6WUHQJWKV´ (kekuatan), ³ZHDNQHV´ yang dianggap faham dan mengerti pada
(kelemahan), ³2SSRUWXQLWLHV´ (peluang), dan permasalahan yang peneliti inginkan. Adapun
³7KUHDWV´ (ancaman). Faktor kekuatan dan yang bertindak sebagai informan adalah pihak-
kelemahan terdapat dalam tubuh suatu organisasi pihak yang bersangkutan baik individu dan atau
sedangkan peluang dan ancaman merupakan kelompok diantaranya sebagai berikut :
faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh 1. Kepala Bidang Pencegahan Badan Narkotika
organisasi. Nasional Provinsi Jawa Tengah;
Analisis SWOT bergantung pada 2. Staf Bidang Pencegahan Badan Narkotika
kemampuan para penentu strategi untuk Nasional Provinsi Jawa Tengah;
memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan 3. Staf Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika
pemanfaatan sehingga sekaligus berperan sebagai Nasional Provinsi Jawa Tengah;
alat untuk meminimalisir kelemahan serta 4. SMA Negeri 5 Semarang yang pernah
ancaman yang harus dihadapi.matriks kekuatan ± mengikuti kegiatanBNNP Jateng;
kelemahan ±peluang± ancaman adalah sebuah alat 5. Mahasiswa di Kota Semarang yang pernah
pencocokan yang penting yang dapat membantu mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh
para pengambil kebijakan mengembangkan empat BNNP Jateng.
jenis strategi yaitu SO, WO, ST, dan WT. 2.5.2 Metode Pengumpulan Data
2.5 Metode Penelitian Data yang akurat, relevan, dan dapat
dipertanggungjawabkan diperoleh dengan
Pada penelitian ini peneliti menggunakan
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
karena masing-masing mempunyai kelebihan dan
bertujuan untuk menggambarkan gejala sosial
kekurangan. Tehnik pengumpulan data yang
tertentu. Dalam penelitian deskriptif belum
dilakukan adalah menggunakan metode
terdapat hipotesis tetapi sudah ada analisa
pengumpulan data secara kualitatif.
meskipun belum begitu mendalam. Sedangkan
Tahap Pengumpulan data secara kualitatif
yang lain menyebutkan bahwa penelitian
adalah sebagai berikut:
deskriptif yaitu sebuah penelitian dengan cara
1 Wawancara
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi 2 Dokumentas
pelaksanaan suatu program atau kebijakan.
3 Observasi atau Pengamatan
2.5.1 Subyek Penelitian
4 Teknik Studi Pustaka
Subyek pada penelitian ini adalah orang
yang memberikan informasi tentang situasi dan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kondisi dari permasalahan penelitian. Teknik 3.1 Tujuan dan Sasaran Strategi Pencegahan,
pemilihan informan dalam penelitian ini Pemberantasan dan Rehabilitasi
menggunakan teknik purposive sampling yaitu Penyalahgunaan Narkoba di Kota
teknik dengan mempertimbangkan sumber data Semarang oleh BNNP Jateng.
Berdasarkan pertimbangan Undang- membantu masyarakat terkhususnya para siswa
Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dan mahasiswa untuk mengetahui tentang bahaya
Pemerintah memberikan wewenang sepenuhnya narkoba melalui setiap kegiatan yang
kepada BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non- diselenggarakan BNNP Jateng baik sosialisasi,
Kementrian untuk mewujudkan masyarakat diseminasi, advokasi, dan sebagainya guna
Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur yang masyarakat memiliki kekebalan diri atau daya
merata materiel dan spiritual berdasarkan tolak terhadap narkoba agar terhindar dari
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Republik Indonesia tahun 1945, kualitas sumber 3.2 Aktivitas dalam Mencapai Tujuan
daya manusia Indonesia sebagai salahsatu modal Strategi Pencegahan, Pemberantasan dan
pembangunan nasional perlu dipelihara dan Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba di
ditingkatkan secara terus-menerus, termasuk Kota Semarang oleh BNNP Jateng.
derajat kesehatannya; bahwa untuk meningkatkan Aspek aktivitas BNNP Jateng dalam
derajat kesehatan sumberdaya manusia perlu mencapai tujuan strategi P4GN untuk mencegah
dilakukan upaya peningkatan di bidang penyalahgunaan narkoba mencakup tiga hal yaitu
pengobatan dan pelayanan kesehatan, antara lain aktivitas di Bidang Pencegahan dan
dengan mengusahakan ketersediaan Narkotika Pemberdayaan Masyarakat (P2M), aktivitas di
jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai bidang Pemberantasan, serta aktivitas di bidang
obat, serta melakukan pencegahan dan Rehabilitasi.
pemberantasan bahaya penyalahgunaan dan
3.2.1 Aktivitas Bidang Pencegahan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Pemberdayaan Masyarakat
Narkotika.
Berdasarkan kajian pustaka dari Memori
Strategi yang dilaksanakan oleh BNNP
Serah Terima Jabatan Kepala Badan Narkotika
Jateng juga telah selaras dengan teori
Nasional Provinsi Jawa Tengah2 aktivittas yang
penanggulangan kejahatan, dimana dalam usaha
dilakukan olehBidang Pencegahan dan
untuk menanggulangi kejahatan mempunyai dua
Pemberdayaan Masyarakat BNNP Jateng adalah
cara yaitu preventif (mencegah sebelum terjadinya
sebagai berikut :
kejahatan) dan tindakan represif (usaha sesudah
terjadinya kejahatan). BNNP Jateng telah 1. Advokasi,
mengakomidir teori tersebut seperti yang Advokasi yang telah dilakukan BNNP Jateng
tercermin dari pembagian tugas bidang yang di meliputi pembuatan komitmen kerjasama
kategorikan kedalam Bidang Pencegahan dan (MoU) dengan sejumlah 8 instansi
Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan, dan pemerintah, 2 instansi swasta, serta pihak lain
Rehabilitasi. seperti organisasi masyarakat, organisasi
Strategi BNNP Jateng tersebut demikian kemahasiswaan, dan lain sebagainya. Untuk
diketahui menurut data dari wawancara dan dari
studi pustaka sudah sangat baik serta sangat 2
Ibid
program advokasi yang dilakukan dengan Terima Jabatan Kepala Badan Narkotika Nasional
VHNRODK \DLWX SURJUDP ³%DQJ :DZDQ´ yang Provinsi Jawa Tengah tahun 20163, kegiatan yang
berarti Pembangunan Berwawasan Anti sudah dilakukan adalah sebagai betikut ;
Narkoba. 1. Penyelidikan jaringan narkotika sejak
2. Tes Urin, Januari sampai dengan Juni 2016 sebanyak
BNNP Jateng telah melakukan tes urin 40 kali,
kepada sejumlah 3.130 orang yang terdiri dari 2. Pengungkapan kasus narkotika yang
34 Instansi Pemerintah, 2 lingkungan menghasilkan 13 tersangka, kesemunya
pendidikan, dan 3 lingkungan kerja swasta. sudah P-21,
3. Penyuluhan 3. Operasi Yustisi sebanyak 9 kali, operasi
Kegiatan penyuluhan melalui diseminasi tatap gabungan dengan kepolisian dan TNI di
muka telah dilakukan terhadap 3.943 orang, beberapa lapas, tempat hiburan, kost-kostan
terdiri dari 30 instansi pemerintah, 28 instansi di wilayah Jawa Tengah,
swasta, dan 29 lingkungan masyarakat. 4. Barang temuan narkotika dan Psycotropica
4. Diseminasi melalui media elektronik dan non- dimusnahkan :
elektronik, 5. Penyerahan hasil operasi Yustisi BNNK
Kegiatan diseminasi melalui media elektronik Batang sebanyak Dekstro 10.000 butir dan
dilakukan dengan berbagai kegiatan Talk pil Alprazolam 170 butir,
Show melalui media TV dan Radio, melalui 6. Hasil undercover sebanyak shabu brutto 5,5
pesan videotron yang dipasang di tempat- gram,
tempat strategis. Kegiatan diseminasi non- 7. Barang temuan paket melalui ekspedisi yang
elektronik dilakukan melalui pemasangan tidak diambil di bandar udara Internasional
baliho, spanduk, penyebaran leaflet, dan Achmad Yani Semarang sebanyak Hasis
stiker stop narkoba. Netto 27,85 gram.
5. Pemetaan daerah rawan Pemberantasan narkotika adalah strategi
pemetaan terhadap daerah rawan di wilayah yang paling sulit diungkapkan karena di dalamnya
Kota Semarang untuk mengetahui tingkat melibatkan operasi intelejen. Kasus pengungkapan
kerawanan dan prioritas sebagai dasar dari pemberantasan narkotika paling banyak ditemukan
langkah yang akan di ambil sebagai upaya di imigrasi dan bahkan di dalam lapas yang
pencegahan penyalahgunaan dan peredaran angkanya mencapai sekitar 70% dari total semua
gelap narkoba. pengungkapan penyalahgunaan dan pengedaran
6. Pemberdayaan gelap narkotika.
Pemberdayaan penggiat anti narkoba di 3.2.3 Aktivitas BidangRehabilitasi
lingkungan pendidikan dan masyarakat. Untuk bidang rehabilitasi, berdasarkan
3.2.2 Aktivitas Bidang Pemberantasan studi pustaka dari Memori Serah Terima Jabatan
Untuk bidang Pemberantasan,
berdasarkan studi pustaka dari Memori Serah 3
Ibid
Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa b. Layanan rawat lanjut, berupa ; home
4
Tengah tahun 2016 , kegiatan yang sudah visit, peer group, seminar pengembangan
dilakukan adalah sebagai betikut ; diri, dan tes urin.
1. Penguatan lembaga Rehabilitasi Selain melakukan pencegahan dan pemberantasan
a. Pelaksanaan assesmen terpadu yang BNNP Jateng juga telah melakukan rehabilitasi
diikuti 68 orang dari seluruh Kabupaten bagi pasien penyalahguna narkoba yang bertujuan
di Jawa Tengah. untuk menurunkan angka ketergantungan terhadap
b. Rehabilitasi rawat jalan 12 orang narkoba yang dapat membahayakan diri
voluntir. penyalahguna maupun lingkungan.
c. Raker yang dihadiri oleh Ditres Narkoba 3.2.4 Strategi Penanggulangan
Polda Jateng, Biddokes Polda Jateng, Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah
RSUD Tugurejo, Kanwilkumham, Kejati Sebagai tindak lanjut dalam melakukan
Jateng, dan BNNP Jateng. penelitian tentang Strategi P4GN yang dilakukan
d. Assesmen medis oleh BNNP Jateng pada kalangan pelajar dan
e. Rakor lintas sektor dengan Kepolisian, mahasiswa, peneliti juga melakukan penelitian
dan Kejaksaan. langsung ke Sekolah dengan memilih SMK 11
f. Diskusi interaktif BNNP dengan BNNK Semarang sebagai sampel dan lokus penelitian.
g. Peningkatan kompetensi petugas lembaga Dari hasil observasi dan wawancara yang berhasil
rehabilitasi instansi pemerintah dihimpun dan dilakukan oleh peneliti, dapat
h. Pelayanan rehabilitasi rawat inap warga disimpulkan bahwa dari sudut pandang Guru atau
binaan Sekolah, strategi yang dilakukan BNNP Jateng
i. Bimbingan teknis kepada BNNK Kendal, sebagai perwakilan BNN masih belum maksimal
Batang, Tegal, Temanggung, dan belum memuaskan. Hal ini dapat dibuktikan
Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap dengan melihat mulai dari bentuk kerjasama
j. Pemetaan lembaga rehabilitasi instansi antara BNN dengan sekolah yang tidak atau
pemerintah untuk pelaksanaan belum memiliki tindak lanjut yang jelas sehingga
rehabilitasi di tingkat daerah. kurang membuahkan hasil. Meskipun dari
k. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut kemudian dapat diketahui
program rehabilitasi di lapas. kondisi dari para siswa, dan bahkan ada dua orang
2. Pasca rehabilitasi anak yang ditangkap. Tapi hal ini masih belum
a. Rumah dinding yaitu layanan bimbingan cukup karena yang dites urin hanya dua kelas.
lanjutan bagi penyalahguna narkoba yang Padahal akan sangat meungkinkan hasil yang lebih
telah selesai menjalankan terapi. banyak lagi jikalau dilakukan tes menyeluruh.
Kemudian minimnya pengedukasian yang
dilakukan BNNP Jateng membuat masyarakat
memiliki kesan bahwa BNN hanya suka
4
Ibid menangkap penyalahguna narkoba tapi tidak mau
memberikan pemahaman sebelumnya. Padahal merupakan hal wajib yang harus segera di
pemakai juga adalah merupakan korban. Ditambah wujudnyatakan untuk memperkuat penegakan
lagi dengan tidak adanya BNNK, membuat hukum dalam hal ini, pencegahan, pemberantasan,
sasaran yang dituju BNN tidak dapat terfokus dan rehabilitasi.
karena BNN lebih menargetkan masyarakat 3.3 Strategi Penanggulangan Penyalahguna-
umum, tidak memiliki target khusus ke sekolah- an Narkoba di Universitas
sekolah. Tidak atau belum dilibatkannya unsur- Untuk mengetahui bagaimana strategi
unsur masyarakat seperti pendidik, orang tua, dan pencegahan narkoba yang dilakukan BNNP pada
tokoh juga tidak sesuai dengan keterangan dari mahasiswa, peneliti menentukan Universitas
BNN yang seharusnya melakukan pencegahan dan Diponegoro Semarang sebagai sampel penelitian.
pemberdayaan masyarakat. Hal ini dapat menjadi Disamping data yang peneliti miliki tenang
catatan penting bagi BNNP Jateng, meskipun kondisi penyalahgunaan narkoba di Sekolah,
peneliti memaklumi sumberdaya yang ada baik peneliti juga melakukan penelitian di tingkat
finansial maupun sumberdaya manusianya yang kampus atau Universitas. Penelitian dilakukan
dimiliki BNNP Jateng tidak cukup banyak, namun melalui wawancara mendalam kepada 2 orang
kegiatan pencegahan, pemberdayaan, mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan anti
pemberantasan dan rehabilitasi sebaiknya dapat narkoba atau aktifis anti narkoba yaitu dari UKM
tetap berjalan dengan baik, dengan strategi yang Peduli Napza Undip dengan berdasarkan tehnik
lebih efisien dan efektif. purposive rundom sampling. Narasumber yang
Peneliti juga memiliki rekomendasi, yaitu pertama adalah M. Septian Budiman mahasiswa
bahwa sebaiknya kegiatan-kegiatan kaderisasi semester 7 Ilmu Pemerintahan yang juga menjabat
penggiat anti narkoba di setiap sekolah dapat sebagai ketua dari UKM Peduli Napza Undip, dan
segera BNNP Jateng jalankan agar dapat narasumber yang kedua adalah Artha Dhyna
mempercepat dan meningkatkan pengetahuan para Dwijayanti mahasiswa semester 5 FKM yang
siswa tentang bahaya narkoba, serta dapat menjabat sebagai wakil dari UKM Peduli Napza
mencegah dan meminimalisir penyalahgunaan Undip.
narkoba di sekolah. Selain itu BNN juga Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat
sebaiknya dapat lebih masuk ke kehidupan anak- di simpulkan bahwa dari sudut pandang
anak, mengingat pergeseran korban pemakai mahasiswa ternyata strategi pencegahan yang
narkoba adalah mayoritas pelajar dan mahasiswa, dilakukan BNNP Jateng masih kurang maksimal.
sehingga dapat menyelamatkan generasi bangsa. Sehingga para aktivis anti narkoba di kampus
Sosialisasi ke daerah-daerah, melibatkan bahkan merasa belum bisa merasakan peran BNN.
masyarakat, guru-guru, dan tokoh masyarakat juga Hal ini disebabkan karena BNNP Jateng tidak
penting dilakukan untuk meningkatkan imunitas memiliki program khusus atau departemen yang
masyarakat terhadap bahaya narkoba. terfokus pada mahasiswa saja melainkan lebih
Penambahan anggota dan pembentukan BNNK kepada masyarakat umum secara luas. Dengan
(Badan Narkotika Nasional Kabupaten) juga keterbatasan anggaran dana dan sumberdaya
manusia, BNNP Jateng justru kurang melakukan Dari fakta yang peneliti temukan
bimbingan kepada para mahasiswa aktivis anti dilapangan, terbukti bahwa masih ada ketidak
narkoba sama seperti temuan yang peneliti sesuaian atau belum berjalannya strategi P4GN
temukan saat penelitian di Sekolah, yang padahal secara maksimal. Sehingga hal ini dapat di kaitkan
seharusnya dapat BNNP manfaatkan sebagai dengan kondisi dan fenomena penyalahgunaan
suksesor strategi P4GN dengan melatih dan narkoba pada kalangan pelajar dan mahasiswa
membimbing pada siswa dan mahasiswa supaya yang masih relatif tinggi. Berjalannya program
dapat menjadi kepanjangan tangan dari BNN di P4GN yang masih dalam lingkup sempit dan
lingkungannya. Gagasan strategi P4GN terkesan hanya mencomot-comot mengakibatkan
sebenarnya cukup bagus yaitu bertujuan manfaat yang masyarakat terima dalam hal ini
menginformasikan ke masyarakat tentang bahaya siswa dan mahasiswa masih sangat sedikit dan
narkoba dan ajakan untuk melakukan pola hidup tidak merata. Masih banyak pekerjaan rumah yang
sehat tanpa narkoba, namun cakupannya masih harus diselesaikan pemerintah untuk
relatif sempit sebagaimana contoh audiensi yang menyelamatkan generasi penerus bangsa. Dasar
pernah dilakukan di Undip justru hanya yang baik melalui gagasan dan perencanaan yang
mengundang ketua-ketua UKM dan anggota matang namun jika tidak dapat
organisasi Peduli Napza sehinngga sasarannya terimplementasikan dengan baik pula maka tidak
kurang luas dan kurang berdampak masif. akan memberikan hasil yang maksimal. Sehigga
Peneliti juga menyimpulkan bahwa peneliti memberikan rekomendasi untuk dilakukan
aktivitas yang di lakukan para mahasiswa Peduli evaluasi program P4GN secara menyeluruh dari
Napza sangat baik dan patut di apresiasi. Dengan tingkat perencanaan sampai pelaksanaan supaya
program-program yang mereka miliki yaitu strategi P4GN yang dicanangkan Pemerintah
kaderisasi, diklat, pendampingan, sosialisasi ke melalui BNN dapat berjalan efektif dan memberi
sekolah-sekolah, pemasangan poster anti narkoba, dampak yang signifikan.
kontes membuat poster, orasi peringatan hari besar 4. ANALISIS FAKTORPENGARUH
anti narkoba, kunjungan ke tempat rehab, STRATEGIP4GN PADA KALANGAN
sebaiknya pihak Universitas dapat membantu PELAJAR DAN MAHASISWA DI KOTA
mensukseskan dengan pemberian dana yang SEMARANG BERDASARKAN ANALISIS
cukup dan lancar supaya setiap program yang SWOT
telah UKM Peduli Napza gagas dan rencanakan Strategi dan aktivitas BNNP Jateng
dapat berjalan sesuai harapan. Demikian juga dalam mencegah dan memberantas
dengan BNNP Jateng sebaiknya memberikan penyalahgunaan narkoba dan merehabilitasinya
pelatihan dan bimbingan yang lebih intensif dan telah diketahui sebagaimana dijabarkan dalam
berkelanjutan jika ingin memaksimalkan strategi uraian. Menurut BNNP Jateng, strategi P4GN
P4GN pada kalangan mahasiswa agar dapat telah di implementasikan sesuai porsi. Namun
berdampak masif. sekalipun demikian dapat kita amati seolah
penyalahgunaan narkoba tetap saja ada dan
terbilang cukup tinggi di Kota Semarang supaya tidak dimanfaatkan oleh para pengedar
terkhususnya pada kalangan pelajar dan dan penyalahguna narkoba yang dapat
mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan kurang berdampak buruk bagi masyarakat, dan
maksimalnya pelaksanaan strategi yang dilakukan terkhususnya pelajar yang ada di Kota
BNNP Jateng yang telah teruji melalui penelitian Semarang.
yang dilakukan dengan mengambil sampel di
4.2.2 Kekuatan Finansial
SMK N 11 Semarang dan Universitas Diponegoro
BNNP Jateng sebagai suatu badan
Semarang.
pemerintah secara fundamental keuangan
4.1 Faktor Pendorong Strategi (Strength and
yang bisa dikatakan masih lemah. Hal ini
Opportunity)
dikhawatirkan dapat berpengaruh negatif
1. Kualitas Sumberdaya
dalam pelaksanaan tugas. Lebih lagi
2. Karakteristik Agen Pelaksana
tanggungjawab yang di emban sangat besar
3. Disposisi Atau Sikap Para Pelaksana
dan memiliki urgensitas yang sangat tinggi.
4. Komunikasi
Hal tersebut tentu menjadi hambatan bagi
4.2 Faktor Penghambat Strategi (Weaknesses
BNNP Jateng yang dapat dikategorikan
and Treats).
sebagai kelemahan.
4.2.1 Kuantitas Sumberdaya
Peneliti menyimpulkan bahwa dari 4.2.3 Tingkat Kepedulian Masyarakat
segi kuantitas sumberdaya yang dimiliki, (Siswa-Mahasiswa)
BNNP Jateng akan sangat membutuhkan Berdasarkan penelitian yang
lebih banyak bantuan karena sedikitnya dilakukan di SMK N 11 Semarang dan
jumlah anggota yang dimiliki tidak sebanding Universitas Diponegoro Semarang, sikap dari
dengan banyaknya rencana kegiatan serta lembaga Pendidikan dapat mencerminkan
tingginya kasus penyalahgunaan narkoba tingkat kepedulian masyarakat. Dari hasil
yang harus ditangani di Kota Semarang yang penelitian didapati tingkat kepedulian
sangat luas ini. Sayangnya pencegahan adalah masyarakat yang beragam. Untuk tataran
hal penting bagi masyarakat terkhususnya pendidikan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
bagi siswa dan mahasiswa, sehingga tingkat kepeduliannya relatif tinggi. Hal
sepertinya BNNP Jateng perlu tersebut tidak terlepas dari peran guru
mempertimbangkan untuk menambah staf Bimbingan Konseling (BK) yang aktif dalam
atau mendirikan kantor baru untuk Kota melakukan tindakan-tindakan represif
Semarang dan BNNK-BNNK di maupun preventif kepada siswa untuk
Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Tengah meningkatkan kepedulian siswa dan warga
mengingat sampai saat ini baru berdiri 7 sekolah. Sedangkan berdasarkan penelitian di
BNNK di wilayah Jawa Tengah. Faktor inilah lingkup mahasiswa didapati hasil yang negatif
yang menjadi kelemahan bagi BNNP Jateng dikarenakan rendahnya kepedulian lembaga
yang harus segera disikapi dengan seksama pendidikan tinggi terhadap bahaya naroba.
Hal ini memperbesar peluang bagi pengedar pemberantasan narkoba semakin susah
dan penyalahguna untuk semakin bebas dilakukan. Hampir semua strategi BNNP
menyalahgunakan narkoba yang dapat Jateng belum berjalan optimal, mulai dari
menjadi ancaman serius bagi kehidupan pencegahan hingga pemberantasan dan
masyarakat kampus. Hal ini membuktikan rehabilitasi masih cukup buruk karena
rendahnya kepedulian masyarakat yang harus keterbatasan BNNP Jateng serta rendahnya
di antisipasi oleh BNN dengan memanfaatkan kepedulian masyarakat untuk terlibat aktif
peluang yang salahsatunya melalui melaporkan kasus penyalahgunaan narkoba
mempererat kerjasama dengan organisasi yang terjadi di lingkungannya.
mahasiswa peduli Napza Undip supaya dapat 5. KESIMPULAN DAN SARAN
membantu mengedukasi para mahasiswa 5.1 Kesimpulan
sebagai strategi pencegahan serta kerjasama Berdasarkan data dan fakta yang
dengan rektorat agar dapat menekan tingginya ditemukan, secara keseluruhan dapat peneliti
angka penyalahgunaan narkoba pada simpulkan bahwa dalam rangka mengatasi
kalangan mahasiswa. permasalahan narkoba di Indonesia, Pemerintah
menetapkan Strategi P4GN yaitu Strategi
4.2.4 Kondisi Lingkungan Ekonomi, Sosial,
Pencegahan, Pemberantasan, dan Penanggulangan
dan Politik
Peredaran Gelap Narkotika sebagai dasar
Banyak hal yang menjadi faktor
kebijakan yang memiliki tujuan dan sasaran yaitu
penghambat bagi BNNP Jateng dalam
mengambil langkah-langkah yang diperlukan
mengimplementasikan strategi P4GN yang
sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan BNNP
salah satunya di dominasi oleh faktor
Jateng, meliputi: Pencegahan, Pemberdayaan
eksternal seperti lingkunagn sosial, ekonomi,
Masyarakat, Pemberantasan, dan Rehabilitasi.
dan politik. Kendala-kendala tersebut
Berdasarkan kebijakan tersebut disusun suatu
memerlukan solusi yang tepat dan cepat dari
strategi yaitu;
BNNP Jateng maupun Pemerintah agar dapat
a. Mendorong masyarakat menjadi imun
menunjang implementasi strategi P4GN untuk
narkotika, yaitu mempertahankan kondisi
memberantas penyalahgunaan narkoba dan
masyarakat yang belum menggunakan
peredaran gelap narkoba terkhususnya di
narkoba agar tetap tidak
lingkungan sekolah dan Universitas di Kota
menggunakan/menyalah gunakan narkoba;
Semarang. Narkoba merupakan salah satu
b. Membantu korban penyalahgunaan narkoba
kejahatan luar biasa, sehingga harus ditangani
agar pulih kembali, yaitu memulihkan atau
dengan cara yang luar biasa pula. Dari hasil
menyembuhkan warga masyarakat yang
penelitian menggambarkan faktor
menjadi korban penyalahgunaan narkoba dan
penghambat cukup kuat dalam menghambat
mengupayakan tidak relapse; dan
kinerja BNNP Jateng datambah dengan
c. Memberantas jaringan peredaran gelap
keterbatasan yang dimiliki membuat proses
narkoba, termasuk memberantas produksi dan
sindikat/jaringan peredaran gelap narkoba. menunjung kinerja menjadi lebih baik dan cepat.
Kebijakan dan strategi yang pertama dan ke Pembentukan Badan Narkotika Nasional
dua dimaksudkan untuk mengurangi Kabupaten/Kota (BNNK) juga dirasa perlu untuk
permintaan (demand reduction), sedangkan direkomendasikan sebagai percepatan untuk
yang terakhir untuk pengurangan pasokan mengantisipasi ancaman bahaya narkoba yang
(supplay reduction). semakin meningkat.
5.2 Saran Dengan kemajemukan masyarakat dan
Pemerintah memiliki peran yang sangat semakin majunya tekhnologi informasi
besar dalam mengatasi permasalahan narkotika di memunculkan potensi masuknya narkoba dengan
Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, Kebijakan, semakin sulit terdeteksi yang dapat
dan Strategi yang di tetapkan pemerintah dalam disalahgunakan dan merusak masyarakat
menangani permasalahan narkoba sudah cukup terkhususnya generasi muda dengan rasa ingin
baik. Namun dari sisi implementasi kebijakan tahu yang tinggi. Pemerintah harus mampu
masih terdapat kelemahan dan hambatan seperti menjaga dan menyelamatkan rakyatnya dari
sumberdaya yang tidak sebanding, sarana bahaya narkoba sesuai dengan UU No. 35 tahun
prasarana yang kurang mendukung, serta 2009 pasal 4 ayat 2 dan 3 yang berbunyi:
terbatasnya wewenang BNN sehingga membuat ³0HQFHJDK PHOLQGXQJL GDQ PHQ\HODPDWNDQ
upaya pemberantasan narkoba berjalan dengan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika.
tidak sempurna. Oleh karenanya berdasarkan Memberantas peredaran gelap narkotika dan
penelitian yang telah dilakukan, peneliiti prekursor Narkotika; dan, Memberantas dalam hal
merekomendasikan sebaiknya langkah ini adalah terhadap peredarannya yang didalamnya
pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan terdapat bandar, produsen, kurir, pengedar, dan
narkoba harus lebih gencar dilaksanakan dari PHUHND \DQJ PHPSHUGDJDQJNDQ QDUNRWLND ´
pusat sampai daerah, di mana harus terintegrasi, Sudah saatnya masyarakat menjadi lebih
terencana, terukur dan berkelanjutan. Strategi peduli dan partisipatif dalam mendukung program
P4GN dapat dimaksimalkan dengan menggandeng pemerintah Indonesia bebas narkoba terutama di
masyarakat, ormas, tokoh masyarakat, lembaga mulai dari keluarga dimana keluarga adalah
pendidikan, lembaga pemerintah, serta secara tempat bersosialisasi pertama, serta dengan
khusus pada kalangan pelajar dan mahasiswa pendidikan dan penguatan keimanan karena
adalah ormawa, osis, dan organisasi-organisasi dengan pendidikan dapat membuat seseorang
kesiswaan lainnya untuk berpartisipasi di semakin berpengetahuan dan dengan agama dapat
dalamnya sebagai kepanjangan tangan BNN serta menjadikan seseorang menjadi manusia yang lebih
sekaligus sebagai pengawal Strategi P4GN. berbudi pekerti luhur dan berguna, sehingga besar
Penambahan personil merupakan suatu kemungkinan dapat memperkecil peluang adanya
keharusan yang sebaiknya sesegera mungkin di penyalahgunaan narkoba.
laksanakan untuk dapat meningkatkan kualitas
maupun kuantitas sumberdaya BNN agar dapat
Daftar Pustaka

Afiatin, Tina. 2008. Pencegahan


penyalahgunaan narkoba dengan Program Aji.
Yogyakarta:Gajahmada University Press.

Sumber lain
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika.

Peraturan Presiden Republik Indonesia


Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional;

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor


12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan
Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba Tahun
2011 ± 2015;

Peraturan Kepala BNN Nomor:


PER/04/V/2010/BNN tentang Organisasi dan Tata
kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi; Badan
Narkotika Nasional Kabupaten/Kota sebagaimana
telah diubah Peraturan Kepala Badan Narkotika
Nasional Nomor: 04 Tahun 2013;

Perda Nomor 13 Tahun 2010 tentang


Pencegahan dan Penanggulangan Peredaran Gelap
Narkoba/ Napza

Peraturan Gubernur Nomor 42 Tahun 2009


tentang Kawasan Dilarang Merokok

Keputusan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
0461/U/1984 tentang Pembinaan Kesiswaan.

Anda mungkin juga menyukai