Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK


Disusun Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Ratna Wijayanti DP.,S.E.,M.M

Disusun oleh :

Nama : Meri Anggi Permata


Nim : 214132147
Kelas : 3 AK B1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

STIE WIDYA GAMA LUMAJANG

2017

_________________________________________________________________________
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus dan


berkesinambungan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik
material maupun spiritual, untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, Pemerintahan perlu
melaksanakan pembangunan segala bidang, baik itu bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan.
Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah mencapai kondisi masyarakat yang
sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan utama, pembangunan ekonomi itu pemerintah berusaha
meningkatkan pendapatan nasional. Kemampuan menggali dana baik domestik maupun luar
negri dalam pelaksanaan pembangunan disegala bidang perlu terus ditingkatkan. Hal ini
berkaitan dengan upaya perwujudan kemandirian pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha
untuk mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan yaitu dengan menggal sumber dana
yang berasal dari dalam Negeri berupa pajak.
Menurut pasal 1 UU No.28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
(KUP) adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat timbal balik secara
langsung dan dipergunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan menurut Andriani (2007:3) pajak adalah iuran kepada Negara yang dapat
dipaksakan, yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan dengan tidak
mendapatkan imbalan kembali yang dapat ditunjuk secara langsung.
Hal ini memperjelas bahwa potensi penerimaan pajak sangat berpengaruh dalam
menyukseskan pembangunan nasional, menyadari hal ini sangat diperlukan kesadaran dari
seluruh lapisan masyarakat untuk turut menyukseskan peningkatan penerimaan pajak dengan
cara menjalani kewajiban mereka dengan benar dan tepat waktu. Salah satu jenis pajak yang
dipungut di Indonesia dan memberikan kontribusi yang sudah cukup besar adalah Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
Waluyo (2011:1) mengatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai sebenarnya telah lama
dikenal walaupun dalam berbagai nama. Ditinjau dari sejarahnya pajak penjualan telah
diterapkan di Eropa pada abad pertengahan, seperti di Belanda, Spanyol, Jerman, Prancis dan
lain-lain.
Prancis sebagai negara pertama yang mengadopsi Pajak Pertambahan Nilai (Value Added
Tax-VAT) tahun 1994 ditingkat perdagangan besar yang akirnya diperluas sampai pada
penyerahan barang yang dilakukan pada tingkat pedagang eceran.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau
produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disebut PKP. Dalam perhitungan
PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak
keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan
adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.
Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen.
Saat ini PPN memiliki peranan yang strategis dan signifikan dalam porsi penerimaan
negara dari sektor perpajakan. Dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
maupun DJP (Direktorat Jenderal Pajak) untuk mencegah kebocoran penerimaan pajak dari
sektor PPN, seperti faktur pajak yang tidak sesuai dengan data sebenarnya.
Guna mendukung kebijakan pemerintah dan DJP (Direktorat Jenderal Pajak) dalam sektor
pajak perlu adanya kesadaran dan kepedulian masyarakat atas pajak serta program/sistem
perpajakan seperti sosialisasi pajak, penegakan hukum sanksi perpajakan. Penerimaan pajak
dikantor pelayanan pajak dari sektor pajak pertambahan nilai selama beberapa tahun tidak
mencapai target, realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai terus mengalami penurunan.
Berdasarkan gambaran umum diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengajukan judul “Pengaruh Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Terhadap
Penerimaan Pajak”

B.   Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulisan dapat mengidentifikasikan masalah
sebagai berikut :
1.         Kurangnya sosialisi pajak atas pajak pertambahan nilai.
2.         Kurangnya kesadaran wajib pajak
3.         Penerapan sanksi pajak tidak efektif
4.         Penerimaan pajak pertambahan nilai yang tidak efektif
C.   Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan luasnya ruang lingkup pada materi ini, serta agar
penelitian ini dapat lebih terfokus, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:
1.         Pengaruh
Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:849) pengaruh adalah
daya yang ada atau timbul dari.
2.         Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pengenaan pajak atas pengeluaran untuk konsumsi
baik yang dilakukan perorangan maupun badan, baik badan swasta maupun badan pemerintah
dalam bentuk belanja barang atau jasa yang dibebankan pada anggaran belanja negara.
3.         Penerimaan
Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima tanpa melihat darimana sumbernya,
dengan besar tidak selalu sama untuk setiap kurun atau jangka waktu tertentu.
4.         Penerimaan Pajak
Penerimaan negara atau penerimaan pemerintah diartikan sebagai penerimaan pemerintah
seluas-luasnya yang meliputi: penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang, dan lain
sebagainya.
5.         Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Cipulir di Jalan Cipulir Raya, Jakarta
Selatan 12260.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Desember 2015 hingga September 2017 yakni dengan
melakukan observasi secara langsung ke KPP Cipulir.

D.   Perumusan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi dan pembahasan masalah, maka penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.         Bagaimana perkembangan penerimaan pajak pertambahan nilai?
2.         Bagaimana potensi penerimaan pajak?
3.         Bagaimana pengaruh penerimaan pajak pertambahan nilai terhadap penerimaan pajak?

E.   Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.         Tujuan Penelitian


Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengetahui perkembangan penerimaan pajak pertambahan nilai.
b.      Untuk mengetahui potensi penerimaan pajak.
c.       Untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak pertambahan nilai terhadap penerimaan pajak.
2.         Manfaat Penelitian
a.     Manfaat Teoritis
Dengan Adanya penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ilmu ekonomi
khususnya metodologi penelitian tentang pajak dan pajak pertambahan nilai, serta dapat
digunakan sebagai landasan bagi penulisan di bidang yang sama dimasa yang akan datang.

b.     Manfaat Umum


Dengan adanya penulisan ini diharakan dapat menjadi bahan informasi atau masukan, untuuk
mengetahui seberapa pentingnya penelitian sebagai upaya menunjang kegiatan pembuatan karya
ilmiah, dan dapat dijadikan sebagai referensi atau pertimbangan dalam mengatasi permasalahn
individu atau kelompok.

F.    Kerangka Pemikiran

Menurut pedoman penulisan skripsi Universitas Pamulang kerangka berpikir merupakan


jembatan untuk menyusun hipotesis. Kerangka berpikir adalah argumentasi-argumentasi logis,
rasional, dan kritis mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang disusun
berdasarkan hasil komparasi, analisis, dan sistensi teori.
Pajak pertambahan nilai adalah yang ditetapkan oleh undang-undang No.8 tahun 2004
berbeda dengan pajak penjualan yang digantikannya, pajak pertambahan nilai merupakan pajak
yang dikenakan terhadap pertambahan nilai yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi
disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan
memperdagangkan barang atau jasa kepada para konsumen.
Sedangkan penerimaan pajak adalah penerimaan pemerintah kita artikan sebagai
penerimaan dalam arti yang seluas-luasnyayaitu meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang
diperoleh dari hasil penjualan barang atau jasa yang memiliki dan dihasilkan oleh pemerintah.

G.  Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang kebenarannya perlu diuji oleh data
empiris hasil peenelitian.
Menurut Sugiyono (2009:99) hipotesis merupakan jawaban semetara terhadap rumusan
masalah penelitian, biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa apakah ada
pengaruh atau keterkaitan antara pajak pertambahan nilai dengan penerimaan pajak. Maka nilai
hipotesis di penelitian ini dapat dimaksudkan sebagai berikut:
H0 : p ≠ 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan pajak pertambahan nilai terhadap penerimaan pajak.
H1 : p ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan pajak pertambahan nilai terhadap penerimaan pajak.

H.  Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan lebih memahami maksud dan persoalan ini maka, penulis
menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
1.         Sampul muka
2.         Kata pengantar
3.         Daftar isi
4.         Bagian utama
Bab I : Pendahuluan
a.       Latar Belakang Masalah
b.      Identifikasi Masalah
c.       Pembatasan Masalah
d.      Perumusan Masalah
e.       Tujuan dan Mandaat Penelitian
f.       Kerangka Pemikiran
g.      Hipotesis
h.      Sistematika Penulisan
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab III :Metodologi Penelitian
a.       Jenis Penelitian
b.      Model Penelitian
c.       Teknik Pengumpulan Data
d.      Pengolahan dan Analisis Data
e.       Operasional Variabel
5.         Bagian akhir, terdiri dari
a.     Daftar Pustaka

I.    Pendekatan Data dan Keilmuan

1.     Pengertian Pajak

Pajak merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh atau
mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kepentingan
umum. Pajak adalah merupakan pungutan wajib atau dipaksakan kepada rakyat.
a.    Definisi pajak menurut pasal 1 UU No. 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan (KUP):
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan
dipergunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
b.    Definisi pajak yang dikemukakan Adriani yang disampaikan oleh Santoso Brotodiharjo
(2011:2) dalam buku pengantar ilmu hukum pajak:
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib
yang membayarkannya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) yang tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung yang dapat ditunjuk dan yang gunanya adalahuntuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintah.
c.    Definisi pajak yang diungkapkan Waluyo (2008:2) dalam bukunya “Perpajakan Indonesia”
edisi 8 ada berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian pajak yang
diantaranya sebagai berikut:
1.   Pengertian pajak menurut Seligman dalam bukunya Essay In Taxation yang diterbitkan di
Amerika menyatakan Tax in compulsary contribution from the person, to the government the
depray the expense incurred in the common interest of all, without reference to special benefit
conferred. Dari definisi di atas terlihat adanya kontribusi seorang yang ditujukan kepada negara
tanpa adanya manfaat yang ditujukan secara khusus pada seseorang, memang demikian halnya
bahwa bagaimanapun pajak itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat.
2.   Pengertian pajak menurut Philip Taylor dalam buku The Economics of Public Finance,
memberikan batasan pajak seperti diatas hanya menggantikan without reference dengan with
little reference.
3.   Rochmat Soemitro dalam buku Mardiasmo (2011:1) mengemukakan pengertian pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada
mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk
membayarpengeluaran umum.
Dari definisi tersebut, Mardiasmo (2011:1) menyimpulkan bahwa pajak memiliki unsur sebagai
berikut:
1.   Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut
berupa uang (bukan barang).
2.   Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanannya.
3.   Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan dengan adanya kontrapestasi individual oleh
pemerintah.
4.   Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.

Jadi, pajak adalah iuran wajib dari rakyat kepada negara yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya, dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik
individual secara langsung dari negara, dan digunakan untuk keperluan negarademi kemakmuran
rakyat.

2.  Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:12) ada dua fungsi pajak, yaitu:


a.    Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber
keuangan negara, pemerintah berupaya memasukan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.
Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan
peraturan sebagai jenis pajak seperti pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN)
dan pajak atas penjualan barang mewah (PPnBM), pajak bumi dan bangunan.
b.    Fungsi Mengatur (Regularend)
Pajak mempunyai fungsi mengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu
diluar bidang keuangan, beberapa contoh penerapan pajak sebagai pengaturan adalah:
1)   Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman
keras.
2)   Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup
konsumtif.
3)   Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia dipasar dunia.

3.  Pengelompokan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:5) pajak dikelompokan menjadi tiga, yaitu:


a.    Menurut Golongannya
pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1.   Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang
bersangkutan. Contoh: pajak penghasilan (PPh), PPh dibayar atau ditangguhkan.
2.   Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada ahirnya bisa dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lainatau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau
perbuatan yang menyebabkan terutang pajak, misalnya terjadi penyerahan arang atau jasa.
Contoh: pajak pertambahan ilai (PPN), PPN terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap
barang atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat
dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukan dallam harga
barang atau jasa).
Untuk menentukan apakah sesuatu termasuk pajak langsung atau tidak langsung dalam arti
ekonomi, yaitu dengan cara melihat tiga unsur yang terdapat dalam kewajiban pemenuhan
perpajakan, ketiga unsur tersebut terdiri atas penanggung jawab pajak, adalah orang yang secara
formal yuridis diharuskan melunasi pajak.
a.    Penanggung pajak adalah orang yang dalam faktanya memikul terlebih dahulu beban pajaknya.
b.   Pemikul pajak adalah orang yang menurut undang-undang harus dibebani pajak.
c.    Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang maka pajaknya disebut pajak langsung,
sedangkan sebaliknya jika ketiga unsur tersebut terpisah atau lebih dari satu orang maka pajak
tersebut disebut pajak tidak langsung.
b.    Menurut Sifatnya
Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1.   Pajak subjektif yaitu pajak yang berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri wajib pajak. Contoh: pajak penghasilan.
2.   Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan wajib
pajak. Contoh: pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.
c.     Menurut Lembaga Pemungutnya
1.   Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara. Contoh: pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
dan bea materai.
2.   Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangg daerah. Pajak daerah terdiri atas:
a.    Pajak propinsi, contoh: pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
b.    Pajak kabupaten atau kota, contoh: pajak hotel. Pajak restoran dan pajak hiburan.
4.  Asas Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2103:6) asas pemungutan pajak terdiri dari 3, yaitu:


a.    Asas Domisili (Asas tempat tinggal)
Asas ini menyatakan bahawa negara berhak mengenakan pajak atau seluruh penghasilan wajib
pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun
dari luar negeri. Setiap wajib pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah Indonesia
(wajib pajak dalam negeri) dikenankan pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya baik
dari Indonsia maupun dari luar Indonesia.
b.    Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber
di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. Setiap orang yang memperoleh
penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya tadi.
c.    Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan
berkebangsaan Indonesia tetapi tinggal di Indonesia.

5.  Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2013:7) dalam pemungutan pajak dikenakan beberapa sistem


pemungutan , yaitu:
a.     Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan
sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut
pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau
tidaknya pelaksanaan pemungut pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan
dominan ada pada aparatur perpajakan).
b.    Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri
jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut
pajak sepenuhnya berada di tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung
pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai
kejujuran yang tinggi serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu,
wajib pajak diberi kepercayaan untuk:
1.        Menghitung sendiri pajak yang terutang.
2.        Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.
3.        Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang.
4.        Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.
5.        Mempertanggung jawabkan pajak yang terutang.
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada
wajib pajak sendiri.
c.     With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk
menentukan besarnya pajak yang teutang oleh wajib pajak sesuai dengan perundang-undangan
pajak yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong, memungut,
menyetor dan mempertanggung jawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia berhasil atau
tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tertanggung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

6.  Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Menurut UU No. 42 tahun 2009, “pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan
atas konsumsi barang dan jasa didalam daerah pabean yang dikenakan bertingkat setiap jalur
produksi dan distribusi”.
TMbooks (2013:1) mengungkapkan pajak pertambahan nilai adalah pajak yang
dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak didalam daerah Pabean
(dalam wilayah Indonesia). Orang pribadi, perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa
adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang
PPN.
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan barang kena pajak (BKP) dan atau
penyerahan jasa kena pajak (JKP) meliputi baik pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi
pengusaha kena pajak (PKP) maupun pengusaha yang seharusnya dikukukan menjadi pengusaha
kena pajak tetapi belum dikukuhkan.
Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.
Pajak pertambahan nilai (PPN) yang di tetapkan undang-undang No. 8 tahun 2004 berbeda
dengan pajak penjualan (PPn) yang digantikannya. Pajak pertambahan nilai merupakan pajak
yang dikenakan terhadap pertambahan nilai yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi
disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan
memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumsi.
Pengenaan pajak pertambahan nilai secara bertingkat disetiap jalur produksi dan distribusi
yang pengenaannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pada konsumsi
masyarakatyang merupakan objek dari pajak pertambahan nilai. Dengan perkembangan ekonomi
yang sangat dinamis baik ditingkat nasional, regional maupun internasional yang terus
menciptakan jenis pola transaksi bisnis yang baru. Dalam transaksi bisnis dibidang jasa selalu
berkembang dengan terciptanya transaksi jasa baru atau adanya modifikasi tranksksi sebelumnya
yang pengenaan pajak pertambahan nilai belum diatur dalam undang-undang pajak pertambahan
nilai. Oleh karena itulah perlu pembaruan dan peyempurnaan undang-undang perpajakanatau
pembaruan sebagai bentuk reformasi terhadap sistem pajak konseumen yang telah diberlakukan
sejak tahun 1983. Sebagai tujuan perubahan atas undang-undang pajak pertambahan nilai yaitu:
a.    Meningkatkan kepastian hukum dan keadilan bagi pengenaan pajak pertambahan nilai.
Perkembangan transaksi bisnis, terutama jasa, telah menciptakan jenis dan pola transaksi baru
yang perlu ditegaskan lebih lanjut pengenaannya dalam undang-undang pajak pertambahan nilai.
b.    Menyederhanakan sistem pajak pertambahan nilai dilakukan dengan mengubah atau
menyempurnakan ketentuan dalam undang-undang pajak pertambahan nilai yang menyulitkan
wajib pajak dalam rangka melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
c.    Penyederhanaan sistem pajak pertambahan nilai diharapkan pula dapat mengurangi
beban/biaya, baik biaya administrasi bagi wajib pajak dalam rangka melaksanakan hak dan
kewajiban maupun biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka
mengawasi kepatuhan wajib pajak.
d.   Tercapainya tujuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepatuan sukarela wajib
pajak. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak
yang tercermin dengan naik rasio pajak.
e.    Disamping tujuan seperti telah disebutkan, fungsi sebagai pajak sumber penerimaan negara
tetap menjadi pertimbangan.
f.     Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah merupakan
pajak yang dikenakan atas konsumsi jasa. Oleh karena itu, barang yang tidak dikonsumsi
didalam daerah pabean dikenakan pajak dengan tarif 0%. Sebaliknya, atas impor barang
dikenakan yang sama dengan produksi barang dalam negeri. Sesuai dengan pertimabangan
keadaan ekonomi, sosial, budaya tidak semua jenis barang dan jasa dikenakan pajak.
Seperti telah dijelaskan bahwa pajak pertambahan nilai dikenakan hanya terhadap pertambahan
nilainya saja dan dipungut bebrapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan. Pertambahan
nilai itu sendiri timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan
dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian
pelayanan jasa kepada para konsumen.semua biaya untuk mendapatkan dan mmempertahankan
laba termasuk bunga modal, sewa, tanah, upah kerja, dan laba perusahaan merupakan unsur
pertambahan nilai yang menjadi dasar pengenaa pajak pertambahan nilai.

7.  Fungsi Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Zain dalam bukunya (2007:123) mengatakan secara garis besar terdapat lima fungsi
dari pajak pertambahan yaitu sebagai berikut:
a.    Merupakan fungsi dan tujuan utama dari setiap pelaksanaan pemungutan pajak, yang digunakan
untuk membiayai pengeluran pemerintah salah satunya.
b.    Pengusaha kecil yang menghasilkan dan menjual barang atau memberikan jasa dibebaskan dari
pengenaan pajak. Dengan dikecualikan pengusaha kecil mengembangkan usahanya.
c.    Selanjutnya atas ekspor barang dikenakan tarif 0% bahkan pajak pertambahan nilaii yang telah
masuk dalam harga barang yang telah diekspor dapat dikembalkan. Hal ini sesuai dengan prinsip
pengenaan pajak atas konsumsi barang dan jasa di dalam negeri dan didalam daerah pabean.
Akrenanya atas barang yang tidak dikonsumsi didalam negeri tidak dibebani pajak. Dasar
pertimbangan ini adalah dalam harga barang yang diekspor itu tidak dimaksud dengan beban
pajak sehingga dengan demikian membantu menekan harga pokok barang ekspor dan
meningkatkan daya saing dipasaran internasional. Sebaliknya impor barang dikenakan pajak
yang sama dengan produk dalam negeri.
d.   Mulai pengenaan PPN, subjek pajak yang dibebaskan dari pajak penghasilan, secara tidak
langsung menjadi penanggung pajak melalui konsumsi yang dilakukannya. Dengan demikian,
beban pajak akan terbebani pada setiap orang tanpa terkecuali.
e.    Dengan pembebasan atau pengembalian PPN atas erolehan atas impor barang modal
diharapkan akan mendorong investasi.

8.  Karakteristik PPN

Agung (2009:6) mengemukakan bahwa PPN di Indonesia memiliki karakteristik yang tidak
dimiliki PPn, yaitu:
1.    Pajak tidak langsung
Secara ekonomis beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain. Tanggung jawab pembayaran
pajak yang terutang berada pada pihak yang menyerahkan barang atau jasa. Sedangkan pihak
yang menanggung beban pajak berada pada penanggung pajak.
2.    Pajak objektif
Timbulnya kewajiban membayar pajak sangat ditentukan olehh adanya objek pajak. Kondisi
subjektif subjek pajak tidak dipertimbangkan.
3.    Pemungutan PPN (Multistage Tax)
PPN dikenakan secara bertahap pada setiap mata rantai jalur produksi dan distribusi (dari
pabrikan sampai ke peritel).
4.    Non kumulatif
PPN tidak bersifat kumulatif meskipun memiliki karakteristik multistage tax karena PPN
mengenal adanya mekanisme pengkreditan pajak masukan. Oleh karena itu, PPN yang dibayar
bukan unsur dari harga pokok baran atau jasa.
5.    Tarif tunggal
PPN di Indonesia hanya mengenal satu jenis tarif yaitu 10% untuk menyerahkan dalam negeri
dan 0% untuk ekspor barang kena pajak.
6.    Credit method / invoice method / indirect substruction method
Metode ini mengandung pengertian bahwa pajak yang terutang diperoleh dari hasil pengurangan
pajak yang dipungut atau dikenakan pada saat penyerahan barang atau jasa yang disebut pajak
keluaran dengan pajak yang dibayar pada saat pembelian barang atau penerimaan jasa yang
disebut pajak masukan.
7.    Pajak atas konsumsi dalam negeri
Atas impor barang kena pajak dikenakan PPN sedangkan atas ekspor barang kena pajak tidak
dikenakan PPN. Prinsip ini menggunakan prinsip tempat tujuan, yaitu pajak dikenakan ditempat
barang atau jasa akan dikonsumsi.
8.    Consumption type value add tax
Dalam PPN di Indonesia, pajak masukan atas pembelian dan pemeliharaan barang modal dapat
dikreditkan dengan pajak keluaran yang dipungut atas penyerahan barang kena pajak (BKP)
dan / atau jasa kena pajak (JKP).

9.  Objek Pajak Pertambahan Nilai

Waluyo (2011:16) menyatakan Pajak pertambahan nilai dikenakan atas:


a.    Penyerahan BKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
b.    Impor BKP
c.    Penyerahan JKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
d.   Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.
e.     Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.
f.     Ekspor BKP berwujud oleh pengusaha kena pajak (PKP).
g.    Ekspor BKP tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak (PKP).
h.    Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh
orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
i.      Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan oleh
PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang pajak masukannya tidak dapat dikreditkan.

10.  Mekanisme pemungutan PPN

Sebelum barang kena pajak atau jasa kena pajak dikonsumsi pada tingkat konsumen, PPN
telah dipungut setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur kontribusi. Pemungutan pada setiap
tingkat ini tidak menimbulkan efek ganda karena adanya umur kredit pajak. Oleh karena itu,
beban pajak oleh konsumen besarnya tetap sama, tidak terpengaruh panjang atau pendeknya jalur
produksi atau jalur distribusi.
Pengenaan PPN atas nilai tambah barang kena pajak atau jasa kena pajak yang diserahkan
pengusaha kena pajak. Nilai tambah ini dimaksudkan adalah selisih harga jual dan harga pokok
barang tersebut. Selanjutnya berapakah besarnya pajak yang terutang atas nilai tambah? Hal
tersebut dikenakan di tiga metode Waluyo (2011:10):
a.    Pada metode ini bahwa PPN dihitung dari tarif kali seluruh penjumlahan nilai tambah. Pada
metode ini diisyaratkan bahwa padasetiap pengusaha kena pajak harus mempunyai pembukuan
yang tertib dan rinci atas biaya yang dikeluarkan.
b.    Substraction method
Pada metode ini PPN yang terutang dihitung dari tarif kali selisih antara harga penjualan dengan
harga pembeli.
c.    Credit method
Metode ini hampir sama dengan metode diatas, pada kredit metode ini harus mencari selisih
antara pajak yang dibayar saat pembelian dengan pajak yang dipungut saat penjualan. Metode ini
hasilnya lebih akurat karena dimungkinkan komponen harga beli terdapat komponen yang tidak
terutang PPN. Dalam hal ini metode pengkreditan menggunakan substraction method yang
menghasilkan pajak atas nilai tambah secara tidak langsung, disebut indirect substraction
method. Demikian pula penyebutan invoice method sebagai akibat dituntut alat bukti berupa
faktur pajak.

11.      Dasar Pengenaan Pajak

Menurut Waluyo (2011:18) dasar pengenaan pajak adalah jumlah harga jual atau
penggantian atau nilai imor atau nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan
menteri keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
Dasar pengenaan pajak (DPP) merupakan jumlah pajak tertentu sebagai dasar untuk
menghitung PPN. Dasar pengenaan pajak terdiri atas harga jual, nilai penggantian, nilai ekspor,
nilaii impor, dan nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak.
a.    Harga jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pengusaha karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut
berdasarkan undang-undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
b.    Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak termasuk PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak.
c.    Nilai impor adalah berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditmbah
pemungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan dalam pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut berdasarkan
undang-undang PPN.
d.   Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh eksportir.

12.  Faktur Pajak

Faktur pajak menurut Waluyo (2011:83) adalah bukti pungutan pajakan yang dibuat oleh
pengusaha kena pajak karena penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak
atau bukti pungutan pajak karena impor barang kena pajak digunakan oleh direktorat jenderal
bea dan cukai.
Faktur pajak ini merupakan faktur pajak yang dapat digunakan sebagai bukti pemungutan
pajak atau sebagai sarana untuk mengkreditkan pajak masukan. Faktur pajak ini dahulu dikenal
dengan istilah faktur pajak standar sesuai dengan undang-undang PPN dan PPnBM lama
sebelum perubahan.
Dengan perubahan undang-undang PPN dan PPnBM berlaku per 1 Januari 2010 tidak
dikenal lagi dengan faktur pajak standar. Pembagian secara global yaitu faktur pajak yang dapat
dikreditkan dan faktur pajak yang tidak dapat dikreditkan. Untuk setiap penyerahan barang kena
pajak atas penyerahan jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak harus dibuat satu faktur pajak.

13.  Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 angka 27 undang-undang PPN tahun 2009,


pemungutan pajak pertambahan nilai adalah bendaharawan pemerintah, badan, atau instansi
pemerintah yang ditunjukan oleh menteri keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan
pajak yang terutang oleh pengusaha kena pajak atas pengenaan barang kena pajak dan
penyerahan jasa kena pajak kepada bendaharawan pemerintah, badan, atau instansi pemerintah
tersebut.

14.      Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tarif pajak pertambahan nilai sebesar 10%, tarif pajak yang berlaku atas penyerahan
barang dan jasa kena pajak adalah tarif tunggal. Sehingga mudah dalam pelaksanaannya dan
tidak memerlukan daftar penggolongan barang atau jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana
berlaku pada penjualan pajak atas barang mewah.
Tarif pajak pertambahan nilai yang dikenakan atas konsumsi barang kena pajak didalam
daerah pabean. Oleh karena itu, barang kena pajak yang diekspor atau dikonsumsi diluar daerah
pabean dikenakan pajak PPN denga tarif 0% bukan berarti pembebasan dari pengenaan pajak
pertambahan nilai. Dengan demikian, pajak masukan yang telah dibayar dari barang yang
diekspor tetap dapat dikreditkan.

15. Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai

Cara menghitung PPN yang terutang adalah dengan mengalikan tarif PPN 10% atau 0%
untuk ekspor barang kena pajak dengan dasar pengenaan pajak.
       PPN yangterutang = tarif PPN x Dasar pengenaan pajak
 

Dasar pengenaan pajak ada;ah jumlah harga jual, penggantian, nilai impor dan ekspor atau
nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
Pajak PPN yang terutang ini merupakan pajak keluaran yang dipungut oleh pengusaha
kena pajak bagi pengusaha kena pajak pembeli merupakan pajak masukan.

16.    Pengertian Penerimaan Pajak


Penerimaan pajak merupakan perolehan dari iuran atau pembayaran oleh rakyat kepada
pemerintah tanpa balas jasa yang langsung dapat ditunjukan berdasarkan undang-undang ke kas
negara.
Penerimaan pemerintah kita artikan sebagai penerimaan pemerintah dalam arti seluas-
luasnya yaitu meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang
dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah mencetak uang dan
sebagainya.
J.    Tim Peneliti
1.      Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi sehingga dapat menyelesaikan proposal ini
tepat pada waktunya.
2.      Bapak Angga Hidayat selaku dosen Metodologi Penelitian yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan kepada kami sehingga terwujudnya proposal ini.
3.      Dan semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu
kelancaran dalam penyusunan proposal ini.
4.      Teman satu kelompok yang sudah bekerja sama dengan baik untuk menyelesaikan proposal ini
tepat waktu.
1)    Andhiska Hardiyanti
2)    Anisa Fadillah
3)    Desiana
4)    Eko Ari Prasetyo
5)    Istiana Choerul Umam
5.      Terima kasih kepada Anisa Ulfah yang sudah memberikan bantuan tethering kuota dan
pendapat tentang materi yang ditulis di proposal ini.
K.   Jadwal Kegiatan
Untuk bisa menyelesaikan proposal tepat waktu, kami membuat perencanaan waktu kegiatan
yang akan dilaksanakan. Seperti kegiatan persiapan, pelaksanaan, penyusunan dan lain-lain,
seperti berikut :
 

K.   Anggaran
Dalam pembuatan proposal ini, kami mencatat pengeluaran selama proses pembuatan proposal.
Adalah sebagai berikut :
1.      Transportasi Rp 300.000
2.      Konsumsi Rp 150.000
3.      Bimbingan Rp 350.000
4.      Pencetakan Proposal Rp 200.000
5.      Sidang Rp 100.000
6.      Wisuda Rp 3.000.000 +
Total pengeluaran Rp 4.100.000

L.    Pedoman Peliputan Data


Peliputan data yaitu :
Interview (wawancara) yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan – pertanyaan secara langsung kepada pihak – pihak yang terkait dengan objek
penelitian.
Kuesioner (angket) yaitu daftar pertanyaan yang disiapkan oleh penulis berupa formulir
yang diajukan secara tertulis kepada para narasumber yang terkait dengan objek penelitian.
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung di
lapangan terhadap objek yang diteliti. Objek yang diteliti adalah sikap dan motivasi masyarakat.
M. Metodologi Penelitian
1.    Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis data pajak
pertambahan nilai dan penerimaan pajak. Penelitian ini juga berusaha menjawab masalah
bagaimana pengaruh pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap penerimaan pajak.
2.    Model Penelitian
1)      Berdasarkan Tempat
a.       Penelitian Pustaka
Penelitian yang dilakukan diruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang
bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku yang dapat dijadikan sumber untuk
menyusun proposal.
b.      Penelitian Lapangan
Penelitian yang dilakukan dilapangan yaitu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk
menyelidiki suatu penelitian.
2)      Berdasarkan Sifat
a.       Penelitian Dasar
Penelitian dari kenyataan objektif yang diamati secara empirik, kemudian ditelaah melalui
analisis untuk disusun sebagai proposal.
b.      Penelitian Vertical
Penelitian dari teori yang ada, kemudian dihubungkan dengan kenyataan yang objektif yang
diamati secara empirik yang ditelaah melalui analisis.
c.       Penelitian Survey
Penelitian dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap segala sesuatu yang berlangsung
di lokasi penelitian.
3)      Berdasarkan Jenis
a.       Penelitian Eksploratif
Penelitian dilakukan dengan pengenalan terhadap pembahasan tertentu.
b.      Penelitian Deskriptif
Dengan mengadakan pemeriksaan dan pengukuran terhadap pembahasan tertentu.
c.       Penelitian Konformatif
Menelaah dan menjelaskan pola hubungan antara dua variabel atau lebih.
3.  Populasi dan Sampel
a.     Menurut Sugiyono (2009:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi penelitian adalah data penerimaan pajak yang ada di KPP Cipulir berupa data
penerimaan pajak dan buku-buku yang berkaitan dengan perpajakan.
b.    Sampel
Menurut Sugiyono (2009:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Penulis menggunakan sampel dalam penelitian ini dengan simple random
sampling karena pengambilan anggota sampel populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.
4.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk menyelesaikan pembuatan proposal ini, maka penulis memperoleh data-data yang
diperlukan dari KPP Cipulir dengan menggunakan metode sebagai berikut:

A.    Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan meneliti secara langsung di tempat
dilakukan penelitian.
B.     Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
dokumen yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
5.    Pengolahan Dan Analisis Data
Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis memperoleh data-data yang diperlukan dari
KPP Cipulir, perpustakaan Universitas Pamulang, Perpustakaan Umum, Perpustakaan
Universitas lain dan Toko Buku dengan menggunakan data dan pemungutan data sebagai
berikut:
1.    Jenis Data
a.    Data Primer
Data primer terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1)   Data kuantitatif adalah data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik.
2)   Data Kualitatif adalah proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola) dan disebut
sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih perkenaan dengan interpretasi
terhadap data yang ditemukan dilapangan.
b.   Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), seperti: buku catatan/dokumen pihak
lain, karikatur, skripsi yang dibuat oleh orang lain. Data ini digunakan untuk melengkapi data
primer dari suatu penelitian.
Data sekunder dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1)   Data internal adalah data dari dalam suatu organisasi yang menggambarkan keadaan
organisasi tersebut. Contohnya: suatu perusahaan, jumlah karyawan, jumlah modal atau jumlah
produksi, dll.
2)   Data eksternal adalah data dari luar suatu organisasi yang dapat menggambarkan faktor-
faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi. Misalnya: daya beli masyarakat
mempengaruhi hasil penjualan suatu perusahaan.
2.    Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian kemudian dianalisis. Proses analisis data merupakan suatu
usaha yang digunakan untuk mendapatkan jawaban terhadap permasalahan penelitian.
6.    Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2010:58) operasional variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi mengenai hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu variabel bebas yaitu pajak
pertambahan nilai dan variabel terikat yaitu penerimaan pajak.
1.    Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2010:59) variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang
menjadi sebab terjadinya perubahan terhadap variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pengaruh pajak pertambahan nilai terhadap penerimaan pajak.
2.     Variabel Terikat
Sugiyono mengemukakan (2010:59) variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah penerimaan pajak.
N.   DAFTAR PUSTAKA

"Kamus Besar Bahasa Indonesia”. (2008). Edisi Keempat. PT.Gramedia. Jakarta.


Agung, M. (2009). “Perpajakan Indonesia”. Edisi Dua. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Andriani, P. J. A. (2007). “Akuntansi Perpajakan”. Salemba Empat, Jakarta.
Brotodihardjo, R S. (2010). “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”. edisi empat. PT. refika aditama. Bandung.
Fitriandi, P. & Birowo, T. (2009). “Kompilasi Undang-undang Perpajakan”. Salemba Empat, Jakarta.
Mardiasmo. (2011). “Perpajakan”. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Sugiyono. (2009). “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif”. Alfabeta. Bandung.
TMbooks. (2013). “Perpajakan Esensi dan Aplikasi”. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Undang-undang Nomor 17. (2003). “Keuangan negara”.
Undang-undang Nomor 28. (2007). “Ketentuan umum dan tata cara perpajakan”.
Undang-undang Nomor 42. (2009). “Pajak pertamaban nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas
barang mewah”.
Undang-undang Pasal 1 Nomor 27. (2009). “Undang-undang pajak pertambahan nilai”.
Waluyo. (2011). “Perpajakan Indonesia”. Buku Sebelas. Salemba Empat. Jakarta.
Zain, M. (2007). “Manajemen Perpajakan”. Salemba Empat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai