Anda di halaman 1dari 14

 

 
MODUL PERKULIAHAN IX
 

Metodologi
 
Penelitian  

PEMODELAN

 
 
 

     

  Fakultas  Program Studi  Tatap Muka  Kode MK  Disusun Oleh   

09
  Pasca Sarjana  Magister Teknik  54001 (3)  Dr. Hamzah Hilal 
Elektro   

Abstract  Kompetensi 
 
Kuliah keempat ini memuat materi Pengetahuan dan pemahaman
tentang klasifikasi model, mengenai klasifikasi model,
pengembangan model, dan pengembangan model, dan
analisis dan solusi model analisis dan solusi model
Pembahasan
9.1 UMUM
Model meruakan suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu (yang disepakati)
dari suatu sistem nyata. Pemodelan adalah proses membangun atau membentuk subuah
model dari suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu seperti dapat dilihat pada gambar
9.1.

Gambar 1.9 Skema proses pemodelan.

Prosedur pada gambar 1.9 dijelaskan sebagai berikut:


a. Sistem nyata (A) akan dilihat dan dibaca oleh pemodel dan membentuk image atau
gambaran tertentu di dalam pikirannya, namun “image” ini (A’) tidak persis sama dengan
sistem nyata (A≠A’), karena pemodel membaca dengan menggunakan kacamata tertentu.
Kacamata yang dimaksud disini adalah sudut pandang atau visi atau wawasan tentang
kehidupan yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: tata nilai yang diyakini/dianut oleh
pemodel, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh pemodel, dan pengalaman hidup dari
pemodel..
b. Image adalah suatu model yang disebut model mental (pikiran atau proses berpikir
manusia)
c. Model yany dimaksud di atas tidak mudah dikomunikasikan dengan orang lain.
Dibutuhkan alat komunikasi yang umumnya berbentuk bahasa tertulis seperti uraian
verbal, simbol-simbol, huruf, grafik, atau berupa wujud fisik, dll.
d. Model yang sudah diformalkan akan dapat diuji kesesuaiannya dengan sistem nyata
secara ilmiah. Untuk memperkecil kesalahan pengembangan dan hasil dari model, dapat
dilakukan penyesuaian–penyesuaian tertentu.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  2 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
Model digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang sederhana ataupun
kompleks dalam berbagai bidang dengan lebih memperhatikan beberapa bagian atau
beberapa ciri utama dari pada memperhatikan semua detail sistem nyata. Model tidak
mungkin berisikan semua aspek sistem nyata karena banyaknnya karakteristik sistem nyata
yang selalu berubah dan tidak semua sistem faktor atau variabel relevan untuk dianalisis.
Karena itu dalam membentuk suatu model diperlukan usaha penyederhanaan dan penciutan
yang kritis agar variabel relevan yang terpilih mempunyai dampak yang besar terhadap situasi
keputuan yang diambil.
Pemodelan menyangkut kemampuan untuk menampilkan persoalan dan juga
metodologi untuk menganalisis persoalan. Hasil akhir pemodelan itu sendiri adalah model dan
dapat dikatakan bahwa model adalah representasi kualitatif dan/atau kuantitatif suatu proses
atau usaha yang memperlihatkan pengaruh faktor-faktornya secara signifikan dari masalah
yang dihadapi. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan pemodelan bukan dilihat dari besar dan
rumitnya model, tetapi kecukupan jawab terhadap permasalahan yang ditinjau.
Kriteria baik burunya suatu model dapat diukur oleh pertanyaan-pertanyaan:
a. Apakah mengandung semua variabel yang relevan.
b. Apakah cukup sederhana, baik dalam struktur dan atau hubungan-hubungan yang ada
antar variabel-variabelnya.
Suatu model makin bermanfaat bila:
a. Model memudahkan pengertian tentang sistem yang diwakilinya.
b. Pengetahuan tentang alternatif keputusan yang dapat diambil dan hasil keputusan ini
makin banyak atau meningkat.
Jenis-jenis model berdasarkan pada teori keputusan:
a. Model matematik, model yang mewakili sebuah sistem secara simbolik matematik, dalam
bentuk rumus dan nilai-nilai (besaran-besaran). Atribut-atribut dinyatakan dengan
variabel-variabel dan aktivitas-aktivitas dinyatakan dengan fungsi-fungsi matematik yang
menjelaskan hubungan antar variabel-variabel tersebut.
b. Model informasi, model yang mewakili sebuah sistem dalam wujud grafik atau tabel.
Karakteristik suatu model yang baik sebagai ukuran pencapaian tujuan pemodelan yaitu:
a. Tingkat generalisas yang tinggi. Makin tinggi derajat generalisasi suatu model maka model
tersebut makin baik sebab kemampuan model untuk memecahkan masalah makin besar.
b. Mekanisme tranparansi. Model dikatakan baik jika dapat memperlihatkan mekanisme
dalam memecahkan masalah.
c. Potensial untuk dikembangkan. Model yang berhasil biasanya mampu membangkitkan
minat (interest) peneliti lain untuk menyelidikinya lebih lanjut, serta membuka

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  3 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
kemungkinan pengembangannya menjadi model yang lebih kompleks yang berdaya guna
untuk menjawab masalah sistem nyata.
d. Peka terhadap perubahan asumsi. Hal ini menunjukkan bahwa proses pemodelan tidak
pernah berakhir (selesai), selalu memberi celah untuk membangkitkan asumsi.

9.2 KLASIFIKASI MODEL


Karena model dapat ditampilkan dalam berbagai cara, maka model dapat dibagi-bagi atas
beberapa kelas atau jenis. Klasifikasi model ini bermanfaat untuk membangkitkan alternatif
atau pilihan model yang dapat mewakili sistem nyata, dan terdiri atas:
a. Berdasarkan pada fungsi, yaitu:
 Model deskriptif, memberikan sebuah gambaran dari sistem nyata, dan tidak meramal
atau memberikan rekomendasi. Model ini menggambarkan kondisi atau kegiatan
sekarang atau masa lalu tanpa usaha memprediksi sesuatu, contoh: struktur
organisasi, diagram tata letak pabrik, laporan keuangan, foto sinar-x paru-paru
seorang pasien, dll.
 Model Prediktif, menyatakan bahwa bila ini terjadi, maka kejadian itu akan menyusul.
Model ini menghubungkan variabel terkait dan bebas untuk meramalkan hasil dari
kondisi tertentu dan memungkinkan untuk melakukan percobaan dengan pertanyaan
“jika”, contoh:
o Analisis break even point, BE=F/(1-v), menyatakan bahwa bila biaya tetap (F)
diberikan, dan biaya variabel berupa bagian dari penjualan (v) diketahui, maka bep
dalam penjualan (BE) dapat diramalkan dengan pasti.
o S(t)=aS(t-1)+(1-a)S(t-2), menyatakan bahwa penjualan yang diramalkan untuk
periode t bergantung pada penjualan untuk dua periode sebelumnya.
 Model normatif, memberikan jawaban “terbaik” dari alternatif yang ada terhadap
sebuah masalah. Model ini memberikan aturan dan rekomendasi untuk langkah-
langkah atau tindakan yang dapat diambil untuk mengoptimalkan pencapaian
beberapa keuntungan (nilai), contoh: model simpleks dalam proram linier, pengaturan
waktu pesan optimum, dll.
b. Berdasarkan pada struktur, yaitu:
 Model ikonis, menyerupai sistem sebenarnya tetapi dalam skala yang berbeda,
contoh: maket tiga dimensi tata letak pabrik, foto udara real eastate, model pesawat,
dll.
 Model analog, menggunakan karakteristik suatu sistem untuk merepresentasikan
beberapa karakteristik sistem lain. Model ini dapat menggambarkan situasi dinamik

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  4 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
dan digunakan untuk perkiraan dan pengendalian, contoh: aliran lalu lintas dengan
aliran arus listrik, dll.
 Model simbolik, menggunakan berbagai simbol untuk menerangkan aspek-aspek
dunia nyata. Prediksi atau pemecahan optimal dapat dicapai dari model-model
simbolik iii dengan menerapkan metode-metode matematik, statistik, dan logika.
Keterbatasan praktis dari model simbolik ini adalah bahwa hasilnya mungkin tidak
mudah diinterpretasikan karena asumsi-asumsi dari model tidak cukup dikemukakan,
contoh:
o R=alnA+b, yang dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol bahwa reaksi penjualan
R sama dengan suatu tetapan a kali logaritma natural biaya reklame A ditambah
dengan tetapan lain b.
o TC=PC+CC+IC, yang menyatakan dalam bentuk simbol bahwa biaya persediaan
total TC sama dengan biaya pembelian (PC) ditambah biaya pengadaan (CC)
ditambah dengan biaya barang atau item (IC).
c. Berdasarkan pada acuan waktu, yaitu:
 Model statistik, tidak mempersoalkan perubahan-perubahan waktu. Model ini
mengabaikan pengaruh waktu, contoh:
o Struktur organisasi.
o E=p1S1+p2S2, yang menyatakan bahwa laba yang diharapkan E sama dengan
probabilitas keuntungan produk pertama p1 dikali dengan nilai keuntungan S1,
ditambah dengan probabilitas keuntungan kedua p2 dikalikan dengan nilai
keuntungannya S2.
 Model dinamik, menunjukkan perubahan setiap saat akibat aktivitas-aktivitasnya.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem dapat diturunkan sebagai fungsi dari
waktu. Dengan kata lain, model-model dinamik memiliki waktu sebagai variabel bebas,
contoh:
o dS/dt = r.A(t).(m-S)/m – yS, yang menunjukan perubahan dalam tingkat penjualan
dS/dt sebagai fungsi dari suatu tetapan reaksi r, tingkat reklame sebagai fungsi
dari waktu A(t), kejenuhan penjualan m, tingkat penjualan S, dan suatu tetapan
penurunan penjualan y.
o Model-model pertumbuhan populasi.
d. Berdasarkan pada acuan tingkat ketidakpastian, yaitu:
 Model deterministik, tingkat kepastian didasarkan pada tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh pengambil keputusan tentang sifat alamiah yang mempengaruhi sistem
yang sedang dianalisis. Sifat alamiah (state of nature) adalah aspek-aspek lingkungan
sistem yang tidak dapat atau sedikit bisa dikendalikan oleh pengambil keputusan.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  5 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
Disini peluang sifat alamiah itu besarnya satu atau peluang sempurna, contoh: Laba
sama dengan pendapatan dikurangi biaya.
 Model probabilistik, membantu dalam mengambil keputusan dengan faktor resiko.
Dalam model ini sifat alamiah diketahui dan dapat dinyatakan probabilitasnya.
Keputusan didasarkan pada nilai ekspektasi yang optimum, contoh: Hasil
pengembalian atas investasi ROI (Return On Investment) disimulasikan dengan jalan
menggunakan distribusi probabilitas dari berbagai pendapatan dengan nilai-nilai yang
dipilih dengan teknik acak. Hasil pengembalian atas investasi ini diperlihatkan dalam
bentuk grafik sebagai hasil pengembalian dalam rupiah versus probabilitas dari
berbagai tingkat hasil pengembalian dalam rupiah.
 Model konflik, sifat alamiah pengambil keputusan berada dalam pengendalian lawan,
contoh:
o Perang atau kompetisi,
o Posisi tawar (bargaining position)
o Negosiasi atau lobi.
 Model tak pasti, kondisi masa depan dan probabilitasnya tidak diketahui. Pemilihan
jawab berdasarkan pada pertimbangan, utilitas, dan resiko melalui probabilitas
subyektif, contoh: Model-model keputusan, maksimin-maksimaks.
e. Berdasarkan pada acuan derajat generalisasi, yaitu:
 Model umum, merupakan model-model yang dapat diterapkan pada berbagai bidang
fungsional dari usaha. Model ini dapat digunakan untuk beberapa jenis masalah yang
berbeda, contoh:
o Program linier yang dapat dipakai dalam memecahkan alokasi sumber.
o Model antrian, penerapannya dapat dilakukan dalam bidang produksi, personalia,
pemasaran, dan distribusi barang.
 Model spesifik/khusus, merupakan model-model yang dapat diterapkan terhadap
sebuah bidang usaha fungsional tunggal atau unik saja dan hanya dapat digunakan
pada masalah-masalah tertentu, contoh: Reaksi penjualan sebagai fungsi reklame
dapat didasarkan pada suatu himpunan dari persamaan yang unik.
f. Berdasarkan pada acuan lingkungan, yaitu:
 Model terbuka, memiliki interaksi dengan lingkungannya berupa pertukaran informasi,
material, energi. Model ini mempunyai satu atau lebih variabel eksogen yaitu variabel
yang berasal dari lingkungan eksternal, contoh: Model input-output.
 Model tertutup, tidak memiliki interaksi dengan lingkungannya. Model ini memiliki
variabel yang seluruhnya variabel endogen yaitu variabel yang berasal dari lingkungan
terkendali dan internal, contoh: Model termostat.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  6 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
g. Berdasarkan pada acuan derajat kuantifikasi, yaitu:
 Kualitatif, menggambarkan mutu, baik/buruknya suatu realita.
 Kuantitatif, variabel-variabelnya dapat dikuantifikasikan berupa numerik, contoh:
Model statistik, optimasi, dan simulasi.
h. Berdasarkan pada acuan dimensi, yaitu:
 Model dua dimensi, terdiri atas dua faktor atau dimensi penentu. Model ini merupakan
model yang paling sederhana, contoh: Model pegas, F=kx.
 Model multidimensi, terdiri atas banyak faktor penentu. Model ini mempunyai lebih dari
dua variabel atau dimensi, contoh: Analisis regresi berganda, simulasi, prototipe kapal,
dll.

Gambar 9.2 Klasifikasi lain dari model.


Pakar lain mengklasifikasi model seperti pada gambar 9.2, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Model fisik atau abstrak. Model fisik biasanya adalah miniatur obyek yang diamati, yang
terdiri atas model fisik statis yang tidak bergerak (market pada arsitektur), dan model fisik
dinamik seperti yang digunakan pada terowongan anginuntuk menguji rancangan
pesawat. Sedangkan model abstrak dibagi lagi menjadi 3 jenis yaitu: model mental
merupakan model yang dimiliki semua orang di benaknya untuk mewakili proses atau
kejadian yang terjadi di sekitarnya, model bahasa atau verbal merupakan model
komunikasi yang dimiliki oleh orang, dan model matematik merupakan penggunaan
bahasa yang lebih tepat dan akurat yang biasanya diwakili oleh simbol-simbol atau
lambang-lambang.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  7 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
b. Model statik atau dinamik. Model dapat mewakili situasi yang berubah terhadap waktu.
Model statik menjelaskan hubungan yang tidak berubah terhadap waktu. Model dinamik
menangani interaksi yang berubah terhadap waktu.
c. Linier atau non-linier. Sistem yang diwakili oleh model dapat berupa sistem linier atau
sistem non-linier. Pada sistem linier, pengaruh luar pada sistem adalah murni
penjumlahan atau berlakunya pronsip superposisi. Sedangkan pada sistem non-linier
pengaruh luar ini tidak hanya bersifat penjumlahan saja.
d. Stabil atau tidak stabil. Sistem stabil adalah sistem yang cenderung akan kembali ke posisi
semula setelah diganggu. Sedangkan sistem yang tidak stabil tidak akan kembali ke
kondisi semula bila diganggu.
e. Kondisi tunak atau transien. Model dapat dibagi menurut prilakunya apakah kondisi tunak
atau mantap (steady state) atau kondisi transien (transient). Pola kondisi tunak adalah
model yang berulang terhadap waktu dan pola perilaku pada suatu waktu periode sama
sifatnya dengan periode lainnya. Sedangkan perilaku transien adalah fenomena sesaat
yang tidak dapat berulang.
f. Terbuka atau tertutup. Model tertutup dicirikan oleh perilaku nilai dari variabel terhadap
waktu dengan interaksinya terhadap variabel-variabel lain dalam sistem dan batas yang
menyatakan daerah terjadinya interaksi-interaksi yang menghasilkan perilaku yang
diamati. Konsep batas tertutup mengimplementasikan bahwa, perilaku sistem yang
sedang diamati tidak ditentukan oleh kejadian-kejadian di luar sistem, tetapi di dalam
sistem. Konsep batas tertutup tidaklah mengartikan bahwa sistem tidak dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian di luarnya, tetapi hanya menyatakan bahwa kejadian-kejadian di luar itu
dipandang sebagai kejadian-kejadian acak yang memang bersentuhan dengan sistem,
tetapi bukan yang memberi pertumbuhan intrinsik dan karakteristik kestabilan pada sistem
itu.

9.3 PENGEMBANGAN MODEL


Model merupakan cara sederhana untuk memandang suatu masalah. Model yang
baik cukup hanya mengandung bagian-bagian yang perlu saja. Untuk memudahkan
pemikiran tentang karakteristik-karakteristik model yang dibuat, haruslah dapat
dimengerti tentang masalah (problem) dan sistemnya.
Dalam pembentukan model, harus diperhatikan faktor apa saja yang mempengaruhi
perilaku dari sistemnya, atau dengan kata lain memperhatikan pengertian (konsep)
sistemnya. Dengan demikian, dapat ditentukan variabe-variabel apa saja yang menentukan
performansi dari sistem yang diamati, kemudian bagaimana variabe-variabel tersebut dapat
dikendalikan dan diatur. Pada akhirnya akan diperoleh suatu performansi sistem yang

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  8 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
dikehendaki.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam memodelkan suatu sistem,
antara lain:
a. Model harus mewakili (merepresentasikan) sistem nyatanya; dan
b. Model merupakan penyederhanaan dari kompleksnya sistem, sehingga
diperbolehkan adanya penyimpangan pada batas-batas tertentu.
Model tidak hanya digunakan untuk menggambarkan sekumpulan pemikiran-
pemikiran, tetapi juga mengadakan evaluasi dan meramalkan kelakuan sistem,
sehingga akan didapatkan perancangan terbaik tanpa membutuhkan konstruksi
seluruh kenyataan alamiahnya.
Kebanyakan masalah yang dihadapi oleh manajer adalah belum dimilikinya
definisi atau susunan sistem yang jelas. Jadi harus dilakukan pendekatan sistem
untuk membangun sistemnya secara eksplisit. Lagi pula, sering masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang unik yang bisa saja terjadi dengan latar belakang
yang berbeda. Memang telah banyak model yang tersedia yang tampaknya cocok dengan
masalah yang sedang dihadapi, namun pertanyaan klasik selalu muncul yakni, bagaimana
caranya memakai model tersebut. Dengan kata lain apa yang harus dilakukan agar model
yang ada dapat dipakai tanpa mengurangi nilai pemecahan masalah. Oleh karena itu,
diperlukan modifikasi dan pengembangan model dari sistem masalah yang ditinjau.
Pengembangan model tidak lain adalah suatu usaha memperoleh model baru yang memiliki
kemampuan lebih di dalam beberapa aspek. Langkah-langkah pengembangan model yang
dimaksud dapat dilihat pada gambar 9.3.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  9 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
Gambar 9.3 Langkah-langkah pengembangan model
Gambar 9.3, secara implisit memiliki lima tahap umum yang selalu muncul dalam
membuat suatu model yaitu:
a. Definisi masalah. Sebagai langkah awal, definisi masalah sangat kritis, karena akan
menentukan kelancaran tahap-tahap selanjutnya. Lagi pula sebuah model dibangun
bukan untuk didiamkan saja, melainkan untuk digunakan menurut tujuan-tujuan tertentu.
Maka kejelasan tujuan pemakaian model akan sangat menentukan kelancaran proses
pemodelan. Pada tahap ini, harus sudah disiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak
terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit, yang jawabnya akan diperoleh lewat penerapan
model. Perlu diingat bahwa pertanyaan-pertanyaan ini dapat saja diperbaiki ketika
pemodelan sedang berlangsung. Pengalaman menunjukkan bahwa analis jarang sekali
melakukan kekeliruan dalam mencari penyelesaian suatu masalah, justru kekeliruan yang
sering dilakukan adalah menyelesaikan suatu masalah yang dirumuskan dengan salah.
Perumusan masalah terdiri atas beberapa langkah yang lazim dilakukan dalam
pemodelan yakni penetapan gejala, identifikasi masalah, dan definisi masalah.
b. Model konseptual. Model konseptual menunjukkan keterkaitan antarvariabel yang
menentukan perilaku sistem. Model ini termasuk model verbal yang hanya menguraikan
hubungan masalah, sistem, dan tujuan studi. Tujuan studi memberikan indikasi
performansi apa yang ingin dicapai dan model konseptual inilah yang memberikan
kerangka apa yang membentuk performansi itu. Model konseptual terkadang terlalu luas
dan belum operasional untuk dilakukan simbolisasi dan penetapan aturan kuantitatif, oleh
sebab itu diperlukan pengidealan dan penciutan. Idealisasi dan penyederhanaan
keterkaitan variabel sistem ini dikenal sebagai tahap karakterisasi sistem. Tahap

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  10 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
karakterisasi sistem memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai aspek-aspek
fisik sistem yang berkaitan dengan dunia nyata masalah.
c. Formulasi model. Karakterisasi sistem yang telah diperoleh akan memberikan masukan
berupa struktur masalah yang menunjukkan keterkaitan hubungan antara variabel-
variabel yang penting dalam penyelesaian masalah. Proses merumuskan perilaku model
dalam bentuk fungsi-fungsi suatu variabel terhadap variabe-variabel lainnya disebut
formulasi atau perumusan model. Formulasi dilakukan berdasarkan pada teori yang
berlaku di wilayah sistem asal dan teori matematika yang dapat menjelaskan hubungan
tersebut. Interaksi antarvariabel yang kompleks sering disederhanakan dengan
menggunakan asumsi yang tepat. Formulasi ini mengikuti lima tahap, yakni:.
 Variabel-variabel yang dilibatkan. Sebuah model harus dapat mereproduksi suatu
fenomena yang diminati oleh perancangnya, sehingga variabel yang harus dilibatkan
adalah yang relevan saja. Sedangkan yang tidak, dapat diabaikan. Kebanyakan
variabel yang relevan sudah dapat diidentifikasikan setelah adanya pembatasan
masalah. Variabel ini adalah variabel output. Kemudian akan ada pula variabel yang
mempengaruhi variabel output yang menyebabkan ia harus dimasukkan juga. Pada
tahap ini yang dibutuhkan dari seorang analis adalah daya imajinasi dan kapasitasnya
(pcngetahuan dan pengalaman) untuk memilih faktorfaktor yang penting dan relevan
dengan masalah yang dikaji.
 Tingkat agregasi dan kategorisasi. Masalah agregasi adalah penggabungan berbagai
variabel menjadi satu variabel. Sedangkan kategorisasi menunjuk kepada pengelom-
pokan populasi (obyek) atas variabe-variabel. Misalnya, penduduk bisa dikategorikan
atas dasar umur, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, pendapatan, dan
sebagainya. Penentuan kategori seperti ini akan, tergantung pada tujuan dari model.
 Perlakuan terhadap waktu. Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
melihat faktor waktu ini. Pertama, adalah masalah horizon waktu yang dicakup
suatu model. Ini terutama berkaitan dengan perencanaan yang selalu
berurusan dengan sesuatu yang akan datang. Kedua, apakah waktu memang
secara eksplisit perlu dilibatkan dalam model, yang berarti model tersebut
dinamis, ataukah cukup statik saja. Pertimbangan atas kedua hal di atas akan
banyak ditentukan hasilnya oleh :
o Hakikat (the nature of) masalah/fenomena yang dihadapi.
o Kemampuan intelektual beserta perangkat lainnya dari pemodel.
 Spesifikasi model. Setelah perancang model memutuskan tujuan suatu model,
variabe-variabel yang harus terlibat, dan tingkat yang layak bagi agregasi dan
kategorisasi, maka selanjutnya ia perlu membuat hipotesis (betapapun

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  11 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
sederhananya) tentang struktur dan perilaku fenomena yang sedang dicoba
merepresentasikannya. Setelah ini dia menguraikan dengan jelas hipotesis itu,
dan kalau diperlukan, menerjemahkannya ke dalam bahasa matematika.
 Kalibrasi model. Kalibrasi adalah mencocokkan model dengan kondisi nyata. Apabila
model berbentuk bahasa matematika, maka biasanya ada parameter-parameter yang
disesuaikan dengan kondisi nyata. Kalibrasi mudah dilakukan bila format/bentuk dan
struktur model sudah pernah dicoba pada berbagai kesempatan sebelumnya (estimasi
parameter). Apabila suatu model sama sekali baru, maka proses kalibrasi tidak mudah
dilakukan, ia mungkin memerlukan simulasi.

9.4 ANALISIS DAN SOLUSI MODEL


Pemahaman akan suatu model dapat ditingkatkan dengan melakukan analisis model.
Pengupasan hubungan antarvariabel dilandasi oleh teori matematis untuk
mendapatkan solusi, misalnya bila suatu fungsi yang mewakili kejadian dianggap
berada dalam kondisi stasioner. Selayaknya solusi model yang diperoleh memiliki ciri
eksistensi dan keunikan. Eksistensi (keberadaan) solusi menunjukkan bahwa solusi
model itu benar-benar ada dan tidak sepele (non-trivial). Keunikan menunjukkan
bahwa solusi yang diperoleh berada dalam batas-batas yang telah ditentukan. Solusi
yang baik dapat juga dilihat dari derajat sensitivitas fungsi tujuan terhadap
perubahan-perubahan variabel bebas dan parameter model.
Apabila formulasi awal sebuah model sudah selesai, maka kemampuannya
untuk mereproduksi sifat-sifat dan perilaku sistem nyata harus diuji.
Adalah penting untuk disadari bahwa rincian formulasi model dapat saja diubah
bila pengertian dan pemahaman tentang sistem yang dikaji bertambah. Dan
pertambahan pemahaman ini dapat diperoleh melalui simulasi dengan komputer.
Kekurangsesuaian antara hasil pengujian dengan data yang nyata dapat
menimbulkan proses siklus reformulasi model, tergantung pada sejauh mana deviasi
tersebut dapat ditoleransikan.
Siklus ini merupakan inti pemodelan, namun dalam kenyataannya sering sulit
sekali dilaksanakan. Umumnya keterbatasan ini menyangkut ketersediaan data nyata
yang dapat dibandingkan dengan data dari model. Konsekuensinya, pemodelan
menggeser pertanyaan dari apakah suatu model valid atau tidak ke pertanyaan
sejauh mana model tersebut dapat menolong kita memperbaiki ketelitiannya dalam
merepresentasikannya. Umumnya ada lima kriteria untuk mengevaluasi sebuah
model, yaitu :
a. Ketelitian. Di sini terutama diperiksa kesesuaian perilaku model dengan perilaku sistem
nyata yang direpresentasikannya.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  12 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
b. Validitas. Di samping masalah perilaku, struktur atau saling hubungan antarvariabel
model perlu juga diperiksa. Adalah mungkin bahwa suatu model berperilaku mirip dengan
sistem nyatanya, tetapi tidak memiliki struktur/saling hubungan yang mirip/mendekati
sistem nyatanya.
c. Ketetapan (constancy). Kriteria ini tidak mempengaruhi model sebagai alat menjelaskan,
namun sangat penting bila model itu akan digunakan untuk meramalkan. Hal ini berkaitan
dengan sejauh mana suatu hubungan antarvariabel akan tetap selama periode waktu
tertentu.
d. Ketersediaan taksiran untuk variabel. Apakah suatu model dapat digunakan dengan
berhasil untuk meramalkan atau tidak, tergantung pada ketersediaan nilai taksiran untuk
variabe-variabel kunci. Salah satu pertimbangan yang harus diingat selama spesifikasi
variabe-variabel yang akan dilibatkan dalam suatu model (dan satu hal yang
mempengaruhi ketelitian model tersebut dalam meramal) adalah kemudahan dan
ketelitian variabel tersebut untuk diramalkan nilainya.
e. Interpretasi dan implementasi model. Solusi yang diperoleh dari perumusan masalah
harus mampu menjelaskan situasi sistem asal, karena disinilah letak nilai keberhasilan
suatu model. Hasil penafsiran ini berguna untuk memperbaiki perilaku sistem asal.
Suatu model yang telah berhasil dibangun tidak bisa begitu saja diterapkan.
Sebelum model tersebut digunakan, dibutuhkan beberapa pertimbangan berikut.
a. Proses pemodelan menyebabkan adanya asumsi-asumsi, hipotesis-hipotesis, dan latar
belakang-latar belakang tertentu.
b. Keadaan ketika model hendak diterapkan belum tentu persis sama dengan keadaan nyata
yang menjadi dasar dibangunnya model tersebut.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  13 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

 
Daftar Pustaka
1. Nazir, Moh., ”Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia, 2011.
2. Noor, J., ”Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah”,
Prenadamedia Group, 2011.
3. Wijanto, SH., ”Metode Penelitian: Menggunakan Structural Equation Modelling Dengan
LISREL 9”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, 2015.
4. Sugiyono, ”Metode Penelitian dan Pengembangan”, ALFABETA, 2015.
5. Taha, H.A., Riset operasi, Binarupa Aksara, 2009.
6. Beightler, C.S., et al, Foundation of optimization, Prentice Hall of India, 2010.
7. Foundation of optimization, Prentice Hall of India, 2011.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  14 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai