ASESMEN PASIEN
DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1 TUJUAN..............................................................................................................4
1.2 DEFINISI..............................................................................................................4
BAB IV DOKUMENTASI.....................................................................................................27
LAMPIRAN........................................................................................................................25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3: FRM.RI. 2.3 Asesmen Awal Kebidanan Dan Kandungan Rawat Inap............40
Lampiran 4: FRM.RI. 2.4 Asesmen Awal Bayi Baru Lahir Rawat Inap...............................46
Lampiran 11: FRM.RI. 2.9a Penilaian Resiko Jatuh Pasien Dewasa Dan Asesmen Ulang
Resiko Jatuh............................................................................................68
Lampiran 12: FRM.RI. 2.9b Penilaian Resiko Jatuh Pasien Anak Dan Asesmen Ulang
Resiko Jatuh............................................................................................70
Lampiran 13: FRM.RI. 2.9c Penilaian Resiko Jatuh Pasien Geriarti Dan Asesmen Ulang
Resiko Jatuh............................................................................................72
Lampiran 15: FRM.RI. 2.10a. K Skrining Lanjutan Gizi Pasien Rawat Inap........................76
Lampiran 20: FRM. RI. 4.4 Asesmen Pra Bedah Dan Asesmen Pra Anastesi dan
Asesment Keperawatan Bedah...............................................................99
2
Lampiran 25: FRM.RJ.3a.f Asesmen Awal Gigi dan Mulut Dewasa.................................117
Lampiran 28: FRM.RJ.3c Asesmen Awal Kebidanan dan Kandungan Rawat Jalan..........126
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. TUJUAN
Tujuan Umum :
Asesmen dari seorang pasien, baik pasien gawat darurat, pasien rawat jalan,
maupun pasien rawat inap dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien
dan untuk memulai proses pelayanan baik awal maupun lanjutan.
Tujuan Khusus :
Asesmen memberikan informasi komprehensif yang digunakan untuk :
1. Menilai kondisi danmasalah pasien.
2. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
3. Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
4. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa
5. Melakukan intervensi segera
6. Menetapkan diagnosis awal
7. Mengevaluasi respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
8. Menentukan terapi/ pelayanan berikutnya
9. Menentukan rencana perawatan setelah keluar rumah sakit (discharge
planning)
2. DEFINISI
4
dokter/ DPJP, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, penata anestesi,
fisioterapis
5. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP):dokter yang sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien memberikan asuhan medis
lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patologi/ penyakit, dari
awal sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan
rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan
asesmen medis sampaidengan implemenasi rencana serta tindak lanjutnya
sesuai kebutuhan pasien.
6. DPJP Utama: DPJP yang bertindak sebagai koordinator tim DPJP jika
seorang pasien dirawat oleh beberapa DPJP sehingga terlaksana asuhan
medis komprehensif, terpadu, efektif demi keselamatan pasien.
7. Case Manager/ Manajer Pelayanan Pasien: profesional di rumah sakit
yang melaksanakan manajemen pelayanan pasien, berkoordinasi dan
berkolaborasi dengan DPJP dan PPA lainnya, manajemen rumah sakit, pasien
dan keluarganya, pembayarnya, mengenai asemen, perencanaan, fasilitasi,
koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi
pemenuhan kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif, melalui
komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberi hasil
(outcome) yang bermutu dengan biaya efektif selama dan pasca rawat inap.
8. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yangtelah diberikan kepada pasien.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
2. KEWENANGAN PELAKSANA
6
Ahli gizi melakukan asesmen nutrisi terhadap pasien rawat jalan (di Poli
Gizi) dan pasien rawat inap yang mendapatkan instruksi diet khusus dari
DPJP/ permohonan perawat setelah melakukan skrining status gizi pasien
dengan menggunakan MUST (Malnutrition Universal Screening Tool).
5. Apoteker
Apoteker melakukan asesmen farmasi dan asesmen ulang farmasi.
3. WAKTU PELAKSANAAN
1. Asesmen awal pasien dilakukan pada saat pasien terjadi kontak pertama
dengan Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dan tercatat sebagai pengunjung/
pasien baru di setiap unit pelayanan.
2. Asesmen awal rawat jalan (pasien poliklinik, IGD, hemodialisis, fisioterapi)
diselesaikan dalam waktu 6 jam setelah pasien menjalani perawatan.
Asesmen awal rawat inap diselesaikan dalam waktu selambat-lambatnya 24
jam sejak pasien masuk rumah sakit
3. Asesmen ulang pasien rawat jalan dilakukan setiap pasien berkunjung ke
unit rawat jalan tersebut. Asesmen ulang rawat inap dilakukan minimal
sekali dalam 24 jam oleh PPA (Profesional Pemberi Asuhan) atau lebih sering
sesuai dengan kebutuhan pasien.
7
dapat menggambarkan keadaan pasien saat berkunjung ke RS William Booth
Surabaya
3. Hasil asesmen yang dianggap dapat berubah dengan cepat seperti
tanda vital (GCS, tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan), skala nyeri, resiko
jatuh, hasil pemeriksaan glukosa darah, dll.
5. Asesmen awal berisi data yang lebih lengkap, lebih terinci dibandingkan
dengan asesmen ulang. Data untuk asesmen ulang hanya data/ informasi
singkat yang berhubungan dengan keadaan pasien menjadi perhatian terapi/
perawatan.
6. Hasil asesmen awal dan asesmen ulang memberikan rencana
pengobatan/ perawatan/ pelayanan lebih lanjut pada pasien.
7. Asesmen ulang pasien dilakukan dengan menggunakan format SOAP di
dalam formulir CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi) dalam
kerangka waktu yang ditelah ditentukan:
1. Pasien rawat inap dilakukan setiap 24 jam
2. Pasien rawat jalan (pasien kontrol ulang) dilakukan paling lambat
30 hari
8. Semua hasil asesmen pasien baik asesmen awal dan ulang dicatat dalam
formulir yang tersedia sesuai dengan kondisi/ kebutuhan pasien dan
disimpan dalam berkas rekam medis pasien.
9. Pasien dan atau keluarga pasien diberikan informasi tentang hasil
asesmen dan diupayakan turut berpatisipasi dalam pengobatan/ perawatan/
pelayanan pasien. Dengan demikian setiap hasil asesmen, rencana terapi/
perawatan diketahui dan disetujui oleh pasien dan atau keluarga pasien.
Hasil komunikasi dan edukasi tersebut dicatat di formulir asesmen
kebutuhan edukasi pasien dan keluarga dan jika diperlukan untuk tindakan
khusus/ invasif dimintakan informed consent.
8
>6 bulan, setiap pasien hemodialisa baik pasien baru ataupun pasien lama
yang menjalani terapi hemodialisa.
4. Asesmen rawat jalan bersifat ringkas, berisi informasi identitas pasien,
riwayat sosial ekonomi, psikologis, data subyektif (anamnesis) dan
obyektif (pemeriksaan penunjang), resiko jatuh, skala nyeri, skrining gizi,
asesmen fungsional, masalah kesehatan – medis, rencana terapi/
keperawatan dan dicatat/ terekam pada formulir yang tersedia.
5. Bila diperlukan konsultasi pada pihak atau bidang lain (dokter spesialis)
ditulis pada status pasien.
6. Hasil asesmen diberitahukan kepada pasien dan keluarga, termasuk
rencana terapi/ perawatan lanjutan.
Ketentuan asesmen ulang pasien rawat jalan :
1. Pasien rawat jalan yang mendapat asesmen ulang adalah pasien di poli
umum, poli gigi, poli spesialis, poli KIA, poli gizi, unit rehabilitasi medik.
2. Pasien rawat jalan yang mendapat asesmen ulang adalah
1. pasien yang tidak memenuhi ketentuan asesmen awal pasien
rawat jalan.
2. pasien yang kontrol ulang untuk perawatan lanjutan.
3. Pasien yang membawa hasil dilakukan pemeriksaan penunjang
(Laboratorium, Radiologi).
4. pasien yang sudah terjadwal untuk rehabilitasi medis ulang.
3. Asesmen ulang medis dan PPA lainnya berisi informasi subyektif
(anamnesis), obyektif (pemeriksaan penunjang) jika ada, analisa/
diagnosis dan rencana terapi/ perawatan sesuai dengan respon/ keadaan
pasien saat itu. Asesmen ulang berupa catatan ringkas, cukup berisi hal-
hal penting saja.
4. Pendokumentasian asesmen ulang pada formulir yang telah disediakan
sesuai dengan poli/ unit tempat pasien berkunjung.
5. Bila diperlukan konsultasi pada pihak atau bidang lain (dokter spesialis)
ditulis pada status pasien.
6. Hasil asesmen diberitahukan kepada pasien dan keluarga, termasuk
rencana terapi lanjutan
9
2. Asesmen IGD berisi data subyektif dan obyektif asesmen medis,
asesmen keperawatan, asesmen nyeri, resiko jatuh, asesmen
fungsional, observasi pasien, tindakan di IGD, rencana tindak lanjut
dan discharge planning.
4. Asesmen medis dilakukan oleh dokter IGD, asesmen keperawatan
dilakukan oleh perawat.
5. Jika diperlukan dokter IGD dapat meminta bantuan kepada bidan atau
tenaga PPA lainnya untuk melakukan asesmen pasien.
10
3. Asesmen ulang dilakukan sebagai tolok ukur rencana pengobatan
selanjutnya serta rencana pemulangan.
4. Asesmen ulang dilakukan setiap hari oleh DPJP, apoteker, ahli gizi dan
fisioterapis, setiap shift jaga oleh perawat ruang rawat inap dan bidan
atau lebih sering jika diperlukan.
5. Jika PPA pasien tersebut tidak dapat melakukan asesmen, maka PPA lain
yang setara akan ditunjuk dan melakukan asesmen ulang pasien.
6. Asesmen ulang dan rencana terapi/ perawatan/ tindakan berikutnya oleh
PPA tercatat dalam formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
(CPPT).
11
melakukan skrining awal dan jika diperlukan dilanjutkan dengan asesmen
lanjutan sesuai dengan keadaan pasien atau umur pasien.
4. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan diagnostik
imajing (radiologi) untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan
pasien dan diagnosis. Hasil analisis atas informasi tersebut diatas berupa
asesmen awal yang dibuat oleh dokter, perawat atau Profesional Pemberi
Asuhan (PPA) lainnya yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi.
5. Penatalaksanaan baik rencana dan implementasi di bagian diagnosis,
terapi, monitoring, edukasi untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang
telah diidentifikasi.
6. Discharge planning yang berisi rencana tindak lanjut perawatan saat
pasien Keluar Rumah Sakit (KRS).
Meskipun pasien baru menjalani perawatan rawat inap, beberapa pasien
perlu dipersiapkan sedini mungkin rencana lanjutan perawatan setelah
keluar rumah sakit sehingga dapat dicegah komplikasi, readmisi dan
kebutuhan asuhan keperawatan/ pengobatan dapat dipenuhi
berkesinambungan dan tuntas untuk pasien tersebut.
Isi asesmen ulang pasien berisi informasi singkat anamnesis, pemeriksaan fisik,
hasil pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan rencana dan implementasi
terapi/ keperawatan terhadap hal-hal yang menjadi perhatian/ prioritas
pengobatan/ perawatan atau berisi hal baru yang bermakna yang dapat
merubah rencana terapi/ perawatan pasien. Isi asesmen ulang ditulis dalam
bentuk format SOAP.
12
BAB III
TATA LAKSANA
13
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) termasuk maksud dan
tujuan transfer.
3. Saat di dalam ambulans, tim ambulans akan mengobservasi pasien
sesuai dengan kebutuhan saat itu dan memberikan intervensi jika
diperlukan dan mencatatnya dilembar asesmen ambulans.
4. Jika diperlukan tim ambulans akan meminta bantuan konsultasi ke
dokter IGD atau DPJP selama dalam perjalanan.
5. Setelah tiba di tempat tujuan, tim ambulans melakukan timbang
terima pasien dengan petugas di tempat fasilitas kesehatan rujukan atau
dengan keluarga di tempat tinggal pasien.
6. Selama melakukan proses rujukan, saat di ambulans hingga serah
terima, tim ambulans memperhatikan syarat standard precaution
termasuk hand hygiene (cuci tangan).
Asesmen gawat darurat dilakukan di IGD yang terdiri dari triage pasien dan
asesmen IGD.
Triage adalah suatu proses untuk mengidentifikasi tingkat kegawat-
daruratan pasien dan menetapkan kecepatan tindakan medis dan keperawatan
terhadap pasien tersebut. Triage berisi penilaian awal dan selintas tentang
keadaan jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, kesadaran, disabilitas, nyeri, kondisi
mental pasien.
Asesmen pasien di IGD bersifat ringkas, tidak mendetail, cukup asesmen
penting yang diperlukan untuk melakukan pertolongan dan perawatan penderita
di IGD.
Asesmen IGD berisi :
1. asesmen identitas minimal berisi nomer rekam medis, nama dan tanggal
lahir pasien. Jika diketahui ditambahkan informasi alamat pasien; nama dan
alamat serta nomer telepon keluarga/ penanggung jawab.
2. asesmen medis singkat berisi hal-hal yang berhubungan dengan kegawat-
daruratan pasien dan penatalaksanaan di IGD. Asesmen medis berisi
anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat
alergi), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium, foto
radiologi, ECG atau lainnya), diagnosis, rencana terapi dan jika diperlukan
hasil konsultasi dengan dokter spesialis.
3. asesmen keperawatan singkat berisi hal-hal yang berhubungan dengan
kegawat-daruratan pasien dan penatalaksanaan keperawatan di IGD.
4. Asesmen keperawatan berisi keterangan singkat dan penting tentang vital
sign, sistem B1 – B6 (breathing, blood, brain, bladder, bowel, bone),
asesmen nyeri, asesmen resiko jatuh, asesmen fungsional dan jika
diperlukan asesmen khusus (kebidanan, anak, geriatric), rencana
keperawatan, tindakan dan observasi keperawatan
Tata laksana asesmen di IGD :
14
1. Pasien datang di IGD diterima di triage oleh perawat yang bertugas di
triage dan dinilai derajat kegawat-daruratannya sesuai dengan standar
Singapore Patient Acuity Category Scale (PACS)
2. Saat di IGD, pasien mendapat prioritas perawatan sesuai dengan kategori
triage yang didapat (merah, kuning, hijau, hitam).
3. Dokter dan perawat ruang IGD melakukan asesmen IGD, melakukan
perencanaan pengobatan, perawatan, implementasi dan observasinya di
bagian lembar triage/ asesmen IGD yang sesuai.
4. Bila pasien tidak rawat inap maka berkas rekam medis IGD yang sudah
terisi disimpan ke Instalasi Rekam Medis, bila pasien dirawat inapkan
maka berkas rekam medis IGD tersebut disertakan ke ruang rawat inap.
5. Dalam hal tertentu dokter IGD dapat meminta bantuan tenaga lain untuk
melakukan asesmen pasien seperti bidan, perawat ICU, dokter spesialis
anestesi untuk melakukan asesmen dan tindakan pengobatan/ perawatan
di IGD.
Pasien rawat jalan yang mendapat asesmen adalah pasien di poli umum, poli
gigi, poli spesialis, poli KIA, poli gizi, unit rehabilitasi medik, unit hemodialisis.
Asesmen pasien di poliklinik bersifat ringkas, tidak mendetail, cukup
asesmen penting yang diperlukan untuk melakukan pertolongan dan perawatan
penderita di poliklinik.
Asesmen awal poliklinik berisi:
1. Asesmen identitas minimal berisi nomer rekam medis, nama, tanggal lahir
pasien.
2. Asesmen medis singkat berisi hal-hal yang berhubungan dengan keadaan
klinis pasien dan penatalaksanaannya di poliklinik. Asesmen medis berisi
data subyektif yaitu anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang
dan dahulu, riwayat alergi), data obyektif (pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang (laboratorium, foto radiologi, ECG atau lainnya)), diagnosis kerja,
penatalaksanaan (rencana terapi, implementasi terapi) dan indikator
keberhasilan klinis. Asesmen medis selain berisi data yang bersifat umum,
juga berisi data subyektif dan obyektif sesuai dengan bidang spesialistik tiap
dokter spesialis/ poliklinik.
3. asesmen keperawatan singkat berisi hal-hal yang berhubungan dengan
keadaan klinis pasien dan penatalaksanaan keperawatan di poliklinik.
Asesmen keperawatan berisi keterangan singkat dan penting tentang vital
sign, sistem B1 – B6 (breathing, blood, brain, bladder, bowel, bone),
asesmen nyeri, asesmen resiko jatuh, asesmen fungsional, rencana
keperawatan, tindakan/ implementasi dan jika diperlukan observasi
keperawatan
Asesmen ulang pasien poliklinik berisi masalah klinis/ keperawatan baru
atau monitoring hasil terapi sebelumnya. Pada umumnya asesmen ulang
15
poliklinik cukup berisi informasi singkat hal – hal yang menjadi perhatian klinis
sebelumnya, hasil monitoring, tindak lanjut selanjutnya.
Tata laksana asesmen awal pasien poliklinik:
1. Pasien yang berkunjung ke poliklinik atau unit rawat jalan lainnya akan
mendapat pelayanan sesuai dengan urutan nomer pendaftaran.
2. Perawat/ bidan/ PPA (Profesional Pemberi Asuhan) lainnya melakukan
pengisian form asesmen awal rawat jalan sesuai dengan keadaan pasien/
kebutuhan pasien di bagian form yang tersedia di masing – masing unit
rawat jalan.
3. Dokter memeriksa pasien dan mencatat hasil asesmen medis di formulir
asesmen rawat jalan yang sesuai di masing – masing unit rawat jalan. Dokter
dapat meminta perawat/ bidan untuk turut memeriksa pasien seperti
mengukur tekanan darah, mengukur suhu tubuh, menghitung nadi,
menghitung jumlah pernafasan.
Tata laksana asesmen ulang pasien poliklinik:
1. Pasien yang berkunjung ke poliklinik atau unit rawat jalan lainnya akan
mendapat pelayanan sesuai dengan urutan nomer pendaftaran.
2. Dokter memeriksa pasien dan mencatat hasil asesmen medis di lembar
CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi) rawat jalan sesuai dengan
format SOAP. Dokter dapat meminta perawat/ bidan untuk turut memeriksa
pasien seperti mengukur tekanan darah, mengukur suhu tubuh, menghitung
nadi, menghitung jumlah pernafasan.
3. Perawat/ bidan atau PPA (Profesional Pemberi Asuhan) lainnya, jika
diperlukan dapat memeriksa pasien, melakukan diagnosis, rencana dan
implementasi tindakan asuhan dan mencatat hasilnya CPPT (Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi) rawat jalan dengan format SOAP.
16
pasien dan penatalaksanaannya di ruang rawat inap. Asesmen medis berisi
data subyektif yaitu anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang
dan dahulu, riwayat alergi), data obyektif (pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang (laboratorium, foto radiologi, ECG atau lainnya)), diagnosis kerja,
penatalaksanaan (rencana terapi dan intruksi/ implementasinya) dan
indikator keberhasilan klinis. Asesmen medis selain berisi data yang bersifat
umum, juga berisi data subyektif dan obyektif sesuai dengan bidang
spesialistik tiap dokter spesialis/ poliklinik.
3. Asesmen keperawatan berisi hal-hal yang berhubungan dengan keadaan
klinis pasien dan penatalaksanaan keperawatan di ruang rawat inap.
Asesmen keperawatan berisi keterangan singkat dan penting tentang status
sosial ekonomi, emosi-psikologis, vital sign, sistem B1 – B6 (breathing, blood,
brain, bladder, bowel, bone), asesmen nyeri, asesmen resiko jatuh, asesmen
fungsional, rencana keperawatan, tindakan/ implementasi. Asesmen nyeri,
asesmen resiko jatuh menggunakan form asesmen nyeri dan form asesmen
resiko jatuh sesuai dengan umur/ keadaan pasien.
4. Discharge planning berisi rencana tindak lanjut pengobatan/ keperawatan
setelah keluar rumah sakit. Hanya pasien dengan kriteria tertentu yang perlu
dilakukan asesmen discharge planning.
Asesmen ulang rawat inap dilaksanakan oleh PPA (Profesional Pemberi
Asuhan), sesuai dengan ketentuan RS. William Booth Surabaya dan sesuai
dengan keadaan/ kebutuhan pasien di formulir CPPT (Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi) rawat inap. Pengisian catatan perkembangan pasien
tersebut bersifat sangat ringkas, memuat data terkini saat dilakukan asesmen
ulang dan dicatat dalam format SOAP (Subyektif, Obyektif, Asesmen, Planning).
SOAP berisi data :
S : Subyektif terdiri dari anamnese penyakit/ keluhan pasien
O: Obyek yang terdiri dari hasil pemeriksaan fisik, penunjang medik
A: Asesmen diagnosis kerja/ diagnosis yang didapatkan berdasarkan data
subyektif dan obyektif yang ada.
P: Penatalaksanaan berisi rencana dan implementasi asuhan (diagnosis, terapi,
monitor, edukasi) yang diberikan
Perlu dicatat bahwa pencatatan SOAP tidak harus dengan tegas menyebut
bagian – bagian yang berisi komponen SOAP, tetapi isi catatan haruslah berisi
komponen SOAP.
Tata laksana asesmen awal rawat inap:
1. Pasien dilakukan asesmen awal rawat inap setelah menempati tempat
tidur yang telah ditentukan di ruang perawatan.
2. Perawat/ bidan melakukan asesmen awal lengkap pasien sesuai dengan
umur/ keadaan penyakit pasien dengan menggunakan form asesmen awal
yang sesuai dalam waktu 24 jam setelah MRS.
3. Bidan selain melakukan asesmen awal kebidanan dan kandungan pasien
juga melakukan asesmen awal bayi baru lahir dalam waktu 1 jam setelah
17
bayi lahir.
4. Perawat atau bidan dapat bersama-sama melakukan asesmen awal
dengan DPJP.
5. DPJP melakukan asesmen awal lengkap sesuai dengan umur/ keadaan
penyakit pasien sesuai dengan form asesmen yang sama yang sesuai dalam
waktu 24 jam setelah pasien MRS.
6. Jika diperlukan DPJP dan perawat/ bidan melakukan asesmen tambahan/
khusus sesuai dengan keadaan/ penyakit pasien. Asesmen sakit terminal
untuk pasien dalam keadaan sakit terminal, asesmen restrain untuk pasien
yang memerlukan restrain, asesmen partus untuk pasien partus.
7. DPJP atau perawat/ bidan juga melakukan asesmen resiko jatuh, asesmen
nyeri, skrining awal status nutrisi.
8. Ahli gizi melakukan asesmen gizi jika diperlukan/ diminta konsultasi oleh
DPJP atau perawat/bidan; apoteker melakukan asesmen farmasi dengan
menggunakan form asesmen farmasi.
Tata laksana asesmen ulang rawat inap:
1. Pasien rawat inap dilakukan asesmen ulang oleh PPA (Profesional
Pemberi Asuhan) sesuai dengan kompentensi dan interval waktu yang
ditentukan RS William Booth Surabaya (lihat di sub bab tata laksana asesmen
ulang).
2. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Perawatan) melakukan asesmen ulang
pasien di ruang perawatan didampingi oleh perawat/ bidan.
3. PPA (Profesional Pemberi Asuhan) lainnya dapat melakukan asesmen
ulang secara mandiri.
4. Hasil asesmen ulang dicatat di form CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi) dengan format SOAP dan disimpan dalam berkas rekam medis
pasien.
5. Asesmen ulang nyeri dan asesmen ulang resiko jatuh menggunakan form
yang sudah disediakan sesuai dengan umur/ keadaan pasien.
18
2. Asesmen prabedah rawat jalan
3. Asesmen prabedah rawat inap
Untuk kasus emergensi/ cito, DPJP operator ataupun DPJP anestesi dan
perawat cukup memberikan catatan singkat tentang diagnosis dan rencana
pembedahan di lembar triage atau lembar asesmen ulang poliklinik atau di CPPT
(Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi) dengan tetap memperhatikan
kaidah keselamatan pasien dan menghindari salah pasien, salah lokasi
pembedahan, salah prosedur bedah. Kelengkapan pencatatan berkas dapat
dilakukan setelah dilakukan operasi.
Ketentuan asesmen prabedah rawat jalan:
1. Pasien yang akan menjalani pembedahan rawat jalan mendapat asesmen
prabedah rawat jalan dan dicatat di formulir asesmen prabedah rawat jalan.
Pasien yang akan menjalani prosedur/ operasi kecil di ruang poliklinik/ IGD
tidak perlu dilakukan asesmen khusus prabedah.
2. Asesmen prabedah medis dilakukan oleh DPJP (dokter operator),
asesmen prabedah keperawatan dilakukan oleh perawat instalasi bedah.
Asesmen dapat dilakukan sesaat sebelum tindakan operasi.
3. Asesmen prabedah medis rawat jalan berisi catatan ringkas yang
bermakna berkenaan dengan proses pembedahan yang akan dilakukan
meliputi catatan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
diagnosis utama (diagnosis yang menjadi alasan pembedahan), nama
tindakan/ operasi, dan jika diperlukan persiapan khusus saat pembedahan.
Selain itu juga dilakukan penandaan lokasi operasi untuk daerah operasi
yang mempunyai perbedaan sisi (laterality), multiple struktur (jari tangan,
jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang belakang).
4. Asesmen prabedah keperawatan berisi catatan ringkas status pasien
termasuk status sosial ekonomi, psikologis, anamnesis penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, masalah keperawatan dan
rencana tindakan keperawatan.
5. Formulir asesmen prabedah rawat jalan disimpan menjadi satu dengan
berkas rekam medis pasien.
6. Jika diperlukan tindakan dokter spesialis anestesi dalam operasi yang
akan dijalankan, dokter spesialis anestesi diperkenankan melakukan
asesmen sesaat sebelum dilakukan anestesi dan mencatat hasil asesmen di
lembar asesmen prabedah yang telah disediakan.
Ketentuan asesmen prabedah rawat inap:
1. Pasien yang akan menjalani pembedahan saat rawat inap mendapat
asesmen prabedah rawat inap dan dicatat di formulir asesmen prabedah
rawat inap.
2. Asesmen medis prabedah dilakukan oleh DPJP (dokter operator),
asesmen pra-anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi, asesmen
keperawatan prabedah dilakukan oleh perawat instalasi bedah.
3. Asesmen medis dilakukan paling lambat 24 jam sebelum tindakan
19
operasi, asesmen keperawatan prabedah boleh dilakukan saat pasien berada
di instalasi bedah. Untuk kasus bedah emergensi/ cito ketentuan waktu
minimal dilakukannya asesmen prabedah dapat diabaikan.
4. Asesmen prabedah medis rawat inap berisi catatan ringkas yang
bermakna berkenaan dengan proses pembedahan yang akan dilakukan
meliputi catatan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
diagnosis utama (diagnosis yang menjadi alasan pembedahan), nama
tindakan/ operasi, dan jika diperlukan persiapan khusus saat pembedahan/
pembiusan. Selain itu juga dilakukan penandaan lokasi operasi untuk daerah
operasi yang mempunyai perbedaan sisi (laterality), multiple struktur (jari
tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang belakang).
5. Asesmen keperawatan prabedah berisi catatan ringkas status pasien
termasuk status sosial ekonomi, psikologis, anamnesis penyakit,
pemeriksaan fisik (fungsi B1 – B6), resiko jatuh, asesmen nyeri, asesmen
fungsional, pemeriksaan penunjang, masalah keperawatan dan rencana
tindakan keperawatan.
6. Formulir asesmen prabedah rawat inap disimpan menjadi satu dengan
berkas rekam medis pasien.
Tata laksana asesmen prabedah rawat jalan:
1. Setelah memeriksa pasien di poliklinik dan memutuskan akan
melakukan operasi, dokter operator menghubungi instalasi bedah untuk
mengkonfirmasi jadwal dan jenis/ nama tindakan intervensi/ operasi dan
persiapan khusus operasi jika diperlukan dan memberikan surat pengantar
operasi kepada pasien.
2. Pasien datang di hari yang telah ditentukan ke instalasi bedah dan
dilakukan asesmen prabedah rawat jalan.
3. Asesmen prabedah medis rawat jalan dilakukan oleh dokter
operator dan asesmen prabedah keperawatan dilakukan oleh perawat
instalasi bedah dengan menggunakan form asesmen bedah rawat jalan.
4. Berkas asesmen prabedah dan laporan operasi lainnya dikirim ke
instalasi rekam medis untuk dijadikan satu dengan berkas rekam medis
pasien.
Tata laksana asesmen prabedah rawat inap:
1. Dokter operator atau perawat membuat jadwal operasi dan
mengkonfirmasi jadwal tersebut ke instalasi bedah. Selain menentukan
jadwal operasi, dokter operator atau dokter anestesi juga menentukan
persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum, selama, setelah
pembedahan.
2. Pasien rawat inap yang menjalani pembedahan dilakukan asesmen
prabedah oleh DPJP (dokter operator), asesmen pra-anestesi oleh dokter
spesialis anestesi di ruang rawat inap minimal 24 jam sebelum tindakan
operasi dengan menggunakan form asesmen prabedah. Saat melakukan
asesmen prabedah dokter didampingi oleh perawat ruang rawat inap.
20
3. Dokter operator juga melakukan penandaan lokasi operasi jika
diperlukan. Saat penandaan lokasi operasi DPJP selain melibatkan perawat
ruang rawat inap juga melibatkan pasien/ keluarga pasien.
4. Asesmen keperawatan prabedah dilakukan oleh perawat instalasi bedah
di instalasi bedah.
5. Semua hasil asesmen dicatat di lembar asesmen prabedah, dijadikan satu
dengan berkas rekam medis pasien dan disertakan saat pasien dihantar ke
instalasi bedah.
1. Skrening awal status nutrisi pasien dilakukan oleh perawat/ bidan dengan
menggunakan Malnutrition Universal Screening Tool (MUST/MST), yang
betujuan untuk mengidentifikasi dan menatalaksana pasien yang mengalami
masalah gizi buruk, kurang gizi.
2. MST yang digunakan sesuai dengan umur/ keadaan pasien. Terdapat MST
untuk pasien anak - anak, dewasa dan pasien obstetric.
3. Pasien yang mempunyai skore/ nilai MST ≥ 2 akan dikonsulkan ke bagian
gizi. Ahli gizi rumah sakit yang akan melakukan asesment status nutrisi
dengan lengkap.
4. Permintaan konsultasi gizi pasien rawat inap dapat dilakukan oleh DPJP,
perawat atau bidan.
5. Asesmen nutrisi lengkap rawat inap dilakukan ahli gizi dalam waktu 24
jam setelah permintaan konsultasi dilakukan.
6. Form asuhan gizi berisi data antropometri, biokimia, fisik-klinik, riwayat
gizi, riwayat personal (sosial, ekonomi, budaya, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu), diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan
evaluasi.
Tata laksana asesmen status nutrisi:
1. Tata laksana asesmen status nutrisi rawat jalan:
1. Pasien dilakukan skrining status nutrisi oleh perawat/ bidan saat berobat
di poliklinik dengan menggunakan MST sesuai dengan kondisi/ umur
pasien.
2. Jika hasil skrining MST ≥ 2 yang mengindikasikan pasien tersebut memiliki
problem nutrisi dan gizi, maka dibuatkan permintaan konsultasi nutrisi
lebih lanjut ke ahli gizi.
3. Di poli gizi, pasien dilakukan asesmen lengkap status gizi dan dilakukan
intervensi gizi dan dilakukan monitoring nutrisi dan status gizinya sesuai
dengan penyakit/ keadaan klinis pasien.
4. Asesmen gizi lanjutan dan intervensinya dicatat di formulir yang telah
disediakan
2. Tata laksana asesmen status nutrisi pasien rawat inap:
1. Pasien rawat inap dilakukan skrining status gizi dengan menggunakan
MST sesuai umur/ keadaan pasien.
21
2. Untuk pasien yang memiliki nilai skor MST ≥ 2, yang mengindikasikan
pasien tersebut memiliki problem nutrisi dan gizi maka pasien akan
dikonsulkan lebih lanjut kepada ahli gizi.
3. Perawat diberikan wewenang untuk langsung melakukan konsultasi gizi
pasien rawat inap ke ahli gizi.
4. Ahli gizi melakukan asesmen nutrisi pasien lebih lanjut dalam waktu
paling lama 24 jam setelah permintaan konsultasi gizi diterima.
5. Asesmen nutrisi pasien lengkap menggunakan form asuhan gizi yang
telah disediakan.
6. Hasil perkembangan terapi gizi dicatat di CPPT (Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi).
7. Form asesmen nutrisi pasien rawat inap disimpan menjadi satu di berkas
rekam medis pasien.
22
menunjukkan resiko jatuh sedang atau tinggi, dipasang kancing resiko jatuh
berwarna kuning di gelang identitas pasien
5. Hasil asesmen resiko jatuh dicatat di formulir penilaian resiko jatuh yang
sesuai dengan umur pasien dan dijadikan satu dengan berkas rekam medis
pasien.
23
penilaian kedalaman sedasi dengan menggunakan Pasero Opioid-
Induced Sedation Scale (POSS) score.
5. Asesmen ulang nyeri dilakukan pada:
1. Setiap pemeriksaan ke pasien
2. Pasien yang mengeluh nyeri
3. Derajat nyeri yang tiba – tiba meningkat, terutama yang
menimbulkan perubahan tanda vital
4. Setelah menjalani prosedur terapi intervensi/ bedah
5. Sebelum memindahkan/ transfer pasien
6. Sebelum memulangkan pasien.
6. Interval ulang asesmen nyeri:
1. 1 x tiap shift jaga perawat untuk nyeri ringan (skor 1 – 3)
2. Setiap 3 jam untuk nyeri sedang (skor 4 -6)
3. Setiap 1 jam untuk nyeri berat (skor 7 – 10)
4. Asesmen ulang dihentikan bila skor nyeri 0
5. Untuk pasien dengan nyeri kardiak (jantung), setiap 5 menit setelah
pemberian nitrat dan obat intravena
6. Setelah terapi nyeri:
1. 30 menit setelah terapi parenteral
2. 60 menit setelah terapi oral
3. 30 – 60 menit setelah terapi non farmakologis
7. Hasil asesmen nyeri dicatat di formulir asesmen nyeri yang sesuai dengan
umur/ keadaan pasien dan disatukan dengan berkas rekam medis pasien.
24
1. Asesmen khusus dilakukan pada pasien – pasien yang memiliki problem
yang tidak dijumpai pada semua pasien dimana pasien tersebut memiliki
problem medis khusus, keperawatan khusus, psikososial yang kompleks,
beresiko medis/ sosial dan memerlukan penanganan khusus.
2. Asesmen khusus diberikan pasien geriatri, yang menderita sakit terminal,
pasien partus, pasien neonatus.
3. Yang mendapat asesmen geriatri adalah pasien yang berusia ≥ 65 tahun.
Jika pasien mendapat pasien geriatri maka asesmen geriatri menggantikan
asesmen awal rawat inap dewasa (pasien tidak perlu mendapatkan asesmen
formulir asesmen awal rawat inap dewasa)
4. Yang dimaksud pasien dengan sakit terminal adalah pasien yang
mempunyai gejala: perubahan kesadaran (delirium, halusinasi, agitasi),
kesadaran menurun (coma), pernafasan tidak teratur (periode apnea lebih
sering), bernafas lewat mulut, tidak mampu bicara, edem paru, menjadi
inkontinensia (urin, alvi), tekanan darah turun (20-30 mmHg dari biasanya
atau <70/50 mmHg), ekstremitas dingin/ mati rasa, perubahan warna kulit/
acral menjadi pucat/ sianosis, posisi tubuh tidak berubah/ rigid, kadang-
kadang pasien tiba-tiba menjadi lebih baik dari keadaan tersebut.
5. Yang diberikan asesmen neonatus adalah pasien neonatus yang memiliki
masalah kesehatan/ menderita suatu penyakit, bukan pasien neonatus yang
sehat setelah dilahirkan (rawat gabung dengan ibu bersalin)
6. Asesmen khusus dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP) dan perawat berkualifikasi PK3 atau atau bidan berkualifikasi BK3.
Khusus untuk ibu bersalin normal asesmen ibu melahirkan dapat dilakukan
oleh bidan berkualifikasi BK1.
7. Dalam hal DPJP mengalami kesulitan melakukan asesmen dan
penanganan lebih lanjut, DPJP mengkonsulkan pasien kepada DPJP lain
sesuai dengan penyakit/ kondisi pasien.
8. Hasil penilaian pasien dengan kebutuhan khusus tersebut dicatat dalam
formulir yang sesuai dan disatukan dengan berkas rekam medis pasien.
Tata laksana asesmen khusus:
1. Pasien yang teridentifikasi memiliki problem sehingga memerlukan
asesmen khusus, mendapatkan asesmen khusus sesuai kondisi yang ada.
2. Perawat kualifikasi PK3 tersebut melakukan asesmen khusus sesuai
dengan problem yang ada dengan menggunakan form yang ada.
3. Untuk DPJP, setelah melakukan asesmen awal dapat melakukan langsung
asesmen khusus sesuai dengan problem yang ada dengan menggunakan
form yang sesuai.
4. Hasil asesmen disimpan bersama berkas rekam medis lainnya.
1. Asesmen ulang medis dilakukan pada saat visite oleh DPJP minimal satu
kali per hari (1x/24 jam) termasuk pada akhir pekan/ hari Minggu dan hari
25
libur nasional. Jika berhalangan, DPJP dapat mendelegasikan kepada tenaga
medis lain yang memiliki kompetensi sederajat serta memiliki Surat Izin
Praktik (SIP) dan Surat Kewenangan Klinis di RS William Booth Surabaya,
misalnya kepada DPJP dengan spesialisasi/ kompetensi yang sama atau
kepada dokter jaga IGD sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Asesmen ulang keperawatan/ kebidanan dilakukan oleh perawat/ bidan
setiap shift jaga sesuai dengan pembagian tugas/ tim yang ada.
3. Asesmen ulang oleh PPA (Profesional Pemberi Asuhan) lainnya dilakukan
minimal setiap hari (1x24 jam) termasuk akhir pekan/ hari Minggu dan hari
libur nasional lainnya. Jika berhalangan, PPA tersebut dapat mendelegasikan
kepada PPA lainnya yang memiliki kompetensi sederajat serta Surat Izin
Praktik (SIP) dan Surat Kewenangan Klinis di RS William Booth Surabaya
4. Asesmen ulang meliputi monitoring atas keluhan, temuan fisik, diagnosis
kerja, penatalaksanaan selanjut (format S-O-A-P). Tulisan/ huruf SOAP tidak
harus ditulis dengan jelas di setiap asesmen ulang, tetapi dapat berupa
narasi dengan isi dan maksud sesuai format SOAP.
5. Isi informasi Subyektif dan Obyektif adalah informasi terkini dalam 24 jam
terakhir sebelum DPJP melakukan asesmen ulang (visite). Isi SOAP hanyalah
berisi catatan singkat perkembangan masalah/ fokus perawatan yang
bermakna yang akan mempengaruhi masalah/ diagnosis dan rencana
implementasi diagnosis/ terapi/ monitoring/ edukasi pasien.
6. Hasil asesmen ulang dicatat dalam formulir CPPT (Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi) rawat inap
7. Setiap asesmen ulang (pada bagian akhir SOAP) diberikan tanggal, jam,
tanda tangan PPA. Setiap asesmen ulang PPA diverifikasi oleh DPJP atau
DPJP Utama pada setiap lembar CPPT dengan cara memberikan tanda
tangan dibagian akhir setiap lembar CPPT (kolom verifikasi) beserta tanggal
dan jam dilakukannya verifikasi.
8. Formulir CPPT pasien disimpan menjadi satu dengan berkas rekam medis
pasien.
26
BAB IV
DOKUMENTASI
27
Lampiran 1: FRM.RI. 2.1 Asesmen Awal Dewasa Rawat Inap
28
29-1
29
30
31
32
33
Lampiran 2: FRM.RI. 2.2 Asesmen Awal Anak Rawat Inap
34
Obj107
35
Obj108
36
Obj109
37
Obj110
38
Obj111
39
Lampiran 3: FRM.RI. 2.3 Asesmen Awal Kebidanan Dan Kandungan Rawat Inap
Obj112
40
Obj113
41
Obj114
42
43
44
45
Lampiran 4: FRM.RI. 2.4 Asesmen Awal Bayi Baru Lahir Rawat Inap
Obj118
46
47
48
49
50
Lampiran 5: FRM.RI. 2.5. K Asesmen Awal Khusus Geriarti
Obj123
51
Obj124
52
Obj125
53
Obj126
54
Obj127
55
Obj128
56
Obj129
57
Lampiran 6: FRM.RI. 2.7. K Asesmen Tahap PasienTerminal
Obj130
58
Obj131
59
Obj132
60
Lampiran 7: FRM.RI. 2.8a Asesmen Nyeri Anak Dan dewasa
61
62
Lampiran 8: FRM.RI. 2.8b. K Asesment Nyeri Neonatal
63
64
Lampiran 9: FRM.RI. 2.8c. K Asesment Nyeri Pasien Perawatan Kritis
Obj137
65
66
Lampiran 10: Skrining Awal Resiko Jatuh Pasien Rawat Jalan
NO RM:
NAMA:
TANGGAL LAHIR:
ASESMEN RISIKO JATUH RAWAT JALAN
GET UP AND GO TEST
Lampiran 11: FRM.RI. 2.9a Penilaian Resiko Jatuh Pasien Dewasa Dan Asesmen Ulang
Resiko Jatuh
67
68
Obj140
69
Lampiran 12: FRM.RI. 2.9b Penilaian Resiko Jatuh Pasien Anak Dan Asesmen Ulang
Resiko Jatuh
Obj141
70
Obj142
71
Lampiran 13: FRM.RI. 2.9c Penilaian Resiko Jatuh Pasien Geriarti Dan Asesmen Ulang
Resiko Jatuh
Obj143
72
Obj144
73
Lampiran 14: FRM.RI. 2.10. K Asessmen Gizi
74
Obj146
75
Lampiran 15: FRM.RI. 2.10a. K Skrining Lanjutan Gizi Pasien Rawat Inap
Obj147
76
Lampiran 16: FRM.RI. 2.11a. K Lembar Asesment Awal Farmasi
Obj148
77
Lampiran 17: FRM.2.12 K Form Asesmen Awal Mata Rawat Inap
Obj149
78
Obj150
79
Obj151
80
81
Obj153
82
83
Lampiran 18: FRM 2.13 K Asesmen Awal THT Rawat Inap
Obj155
84
85
Obj157
86
Obj158
87
Obj159
88
Obj160
89
Obj161
90
Obj162
91
Lampiran 19: FRM 2.14 K Asesmen Awal Neonatus Rawat Inap
Obj163
92
93
Obj165
94
Obj166
95
96
97
Obj168
98
Lampiran 20: FRM. RI. 4.4 Asesmen Pra Bedah Dan Asesmen Pra Anastesi dan
Asesment Keperawatan Bedah
99
100
101
102
Obj173
103
104
Lampiran 21: FRM.RI .5.2 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
105
Lampiran 22: FRM. RI. 8.8b.K Formulir Monitoring Pasien di Ambulance
Obj176
106
Obj177
107
Lampiran 23: Triage dan Asesmen IGD
Obj178
108
109
110
111
112
Lampiran 24: FRM.RJ.3a Asesmen Awal Dewasa Rawat Jalan
113
114
115
116
117
Lampiran 25: FRM.RJ.3a.f Asesmen Awal Gigi dan Mulut Dewasa
118
119
120
Lampiran 26: FRM.RJ.3b Asesmen Awal Anak Rawat Jalan
121
122
123
Lampiran 27: FRM.RJ.3b.f Asesmen Awal Gigi dan Mulut
124
125
126
Lampiran 28: FRM.RJ.3c Asesmen Awal Kebidanan dan Kandungan Rawat Jalan
127
128
129
130
131
Lampiran 29: FRM.RJ.3d Asesmen Awal KIA
132
133
134
135
136
Lampiran 30: FRM.RJ.3e Asesmen Awal Fisioterapi
137
138
139
Lampiran 31: FRM.RJ.3g Asesmen Awal Rehabilitasi Medik
140
141
142
Lampiran 32: FRM.RJ.3h Asesmen Awal Bedah Rawat Jalan
143
144
145
146
Lampiran 33: FRM.RJ.3i Asesmen Gizi Rawat Jalan
147
Lampiran 34: FRM.RJ.3j Asesmen Awal Hemodialisa
148
149
150
151
152
Lampiran 35: FRM.RJ.3k Asesmen Awal Mata Rawat Jalan
153
154
155
156
Lampiran 36: FRM.RJ.3l Asesmen Awal THT Rawat Jalan
157
158
159
160
161
Lampiran 37: Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) Rawat Jalan
162