Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

R DENGAN GANGGUAN
COMBUSTIO /LUKA BAKAR
RS BAHTERAMAS KOTA KENDARI

OLEH :

RESTI ALFRIDHA

POO320018040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
A. PENGERTIAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi
electromagnet.Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya
berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam
nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif.
Jadi Luka bakar atau combustio adalah luka yang disebabkan oleh berbagai
sumber yaitu dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda
panas yang mengenai kulitmukosa dan jaringan yang lebih dalam.

B. ETIOLOGI
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.
Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti
solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat.
Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan
ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan
cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
mobil.Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi
dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi.Apabila terjadi inhalasi, uap
panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan
tubuh.Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka
bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

C. PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut mungkin di pindah melalui kondisi atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar diklasifikasikan sebagai luka bakar thermal, radiasi
atau luka bakar kimiawi kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan
pada epidermis, dermis maupun jaringan SC tergantung factor penyebab dan
lamanya kulit kontak dengan sumber panas / penyebabnya. Dalamnya luka bakar
akan mempengaruhi kerusakan gangguan intergritas kulit dan kematian sel – sel.
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah
sehingga air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan
menyababkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hypovolemia
dan hemokonsentrasi.Kehilangan cairan tubuh pasien luka bakar dapat
disebabkan beberapa factor:
1. Peningkatanmineralokortikoid
a.         Retensi air, Na dan Cl
b.        Ekskresikalium
2.      Peningkatanpermeabilitaspembuluhdarah
Keluarnyaelektrolitdan protein daripembuluhdarah.
3.      Perbedaan tekanan osmotic intra sel dan ekstra sel
Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan
elektrolit tubuh yang selanjutnya akan terlihat pada hasil pemeriksaan
laboratorium. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusaka kulit,
tetapi juga mempengarihi seluruh system tubuh sehingga menunjukan
perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar.
Pada pasien luka bakar yang luas (mayor), tubuh tak mampu lagi untuk
mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi.
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga
di pengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya)
suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas api, air
panas, minyak panas, listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi
kebakaran, ruangan yang tertutup.Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka
bakar antara lain :
1.    Keluasan luka bakar
2.    Kedalaman luka bakar
3.    Umur
4.    Agen penyebab
5.    Fraktur atau luka – luka yang menyertai
6.    Penyakit yang dialami terdahulu seperti DM, jantung, ginjal dll
7.    Obesitas
8.    Adanya trauma inhalasi
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan luka bakar diberikan berdasarkan luas dan beratnya luka bakar
serta pertimbangan penyebabnya.Resusitasi cairan penting dalam menangani
kehilangan cairan intravascular.Oksigen diberikan melalui masker atau ventilasi
buatan.Luka bakarnya sendiri dapat di tutupi balutan steril basah atau
kering.Penambahan obat topkal dapat juga diindikasikan. Luka baka berat
memerlukan debridement luka dan transpalasi.Menurut R. Sjamsuhidajat, (2010)
Penatalaksanaan medis pada penderita luka bakar sebagai berikut:
a. Mematikan sumber api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh tubuh
(menyelimuti, menutup bagian yang terbakar, berguling, menjatuhkan diri ke
air).
b. Merendam atau mengaliri luka
Setelah sumber panas hilang adalah dengan merendam luka bakar dalam air
atau menyiram dengan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Pada luka
bakar ringan tujuan ini adalah untuk menghentikan proses koagulasi protein
sel jaringan dan menurunkan suhu jaringan agar memperkecil derajat luka
dan mencegah infeksi sehingga sel-sel epitel mampu berfoliferasi.
c. Rujuk ke Rumah Sakit
Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit yang
memiliki unit luka bakar dan selama perjalanan pasien sudah terpasang infus.
d. Resusitasi
Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas .namun bila terjadi
syok segera di lakukan resusitasi ABC.
1)      Airway Management
a) Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada
pasien tidak sadar.
b) Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal.
c) Pembedahan (krikotiroldotomi) bila indikasi trauma
silafasial/gagal intubasi.
2)      Breathing/Pernapasan
a) Berikan supplement O2.
b) Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks.
c) Pantau oksimetri nadi dan observasi.
3)      Circulation
a) Nilai frekuensi nadi dan karakternya
b) Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit.
c) Perawatan lokal
Untuk luka bakar derajat I dan II bias dilakukan perawatan lokal
yaitu dengan pemberian obat topical seperti salep antiseptic
contoh golongan: silver sulfadiazine, moist exposure burn
ointment, ataupun yodium providon.
e. Pemberian obat seperti antibiotic spectrum luas bertujuan untuk mencegah
infeksi terhadap pseudomonas yang dipakai adalah golongan aminoglikosida.
untuk mengatasi nyeri diberikan opiate dalam dosis rendah melalui intravena
f. Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak
2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat
Identitas Klien

Nama :Tn.r
Usia : 30 tahun
JenisKelamin : Lakilaki
Alamat :Abeli
Agama : Islam
TanggalMRS : november 2020
No.MR :
Diagnosa Medis: Combustio/luka bakar

Data pre Hospital


CaratibakeRS: Ambulans
Tandatandavital:Tekdarah: 126/83 mmHg,
Nadi: 120 x/mnt
Pernafasan: 27 x/mnt , Suhu:
37˚ C

Tindakan&pengobatanyangtelahdilakuka
n:
a. pemasangan infus
b.pemasanagn O2 nasal kanul 4 lpm

Keluhan Utama : klien mengatakan terkena minyak goreng panas 5 jam,klien masuk ke
daput tertumpa minyak panas.

Pengkajian Primer
Airway :Tidakpaten:stridor

Breathing : Efektif
: Warnakulit: pucat
: Polanafas : reguler
:Kerjanafas: bradipnea
:Menggunakanototbantunafas:tidak
:Suaranafas: vesikuler
:Jejas:tidak
:Deviasitrakea:tidak
:Pengembangandada: simetris

: Distensivenajugularis: tidak
Circulation :Kualitasnadi :lemah
:Ritmejantung: regular
:EKG: normal
:CRT: 3 detik
: warnakulit:pucat
Suhukulit :dingin
Diaphoresis:tidak
Disability : Tingkat kesadaran :

: GCS : mata : 2 Verbal : 2 Motorik : 3

Eksposure :

Pengkajian Sekunder

Riwayat Kesehatan Sekarang: keluarga klien mengatakan pasien terkena minyak panas

RiwayatKesehatanLalu :klien mengatakan tidak ada

Riwayat KesehatanKeluarga :klien mengatakan tidak ada

Pengkajian Head to Toe


Kepala Inspeksi & Palpasi
a. Rambut : bersih

b. Wajah : tampak pucat

c. Mata : konjungtiva anemis,

d. Hidung : baik
e. Telinga : tidak ada cairan keluar

f. Mulut : baik
Leher Inspeksi & Palpasi
 Nyeri : tidak ada

 Bendungan vena jugularis : tidak ada

Thorak a. Inspeksi (paru & jantung) :


 Bentuk thorak : normal
 Jumlah nafas :16x/mnt
 Pola nafas : reguler
 Pengembangan dada : simetris
 Pulsasi : jantung lemah

b. Palpasi (paru & jantung)


 Nyeri : tidak ada
 Krepitasi : tidak ada
 Iktus cordis : normal
 Irama jantung : reguler

c. Auskultasi (paru & jantung)

 Bunyi nafas :bronkovesikuler

 Bunyi nafas abnormal : stidor

 Bunyi Jantung : normal

 Kelainan bunyi jantung : tidak ada

d. Perkusi (paru & jantung)


 Paru : sonor
 Jantung: pekak
Abdomen a. Inspeksi :
 Bentuk : flat
 Kelainan : tidak ada

b. Palpasi
 Nyeri : tidak ada
 Distensi :tidak ada

c. Auskultasi :
 Suara peristaltic : ada
 Jumlah : 10x/mnt
d. Perkusi :
 Timpani : ya
 Kelainan : tidak ada
Ekstremitas a. Inspeksi
 Warna : sawo matang

b. Palpasi :
 Nyeri : tidak ada
 Krepitasi : tidak ada
 Edema : : tidak ada
 Pulse:tidak ,Sensasi:tidak , Motorik :tidak dapat
ada dapat diperiksa
diperiksa
Pemeriksaan Penunjang & Terapi Medis
Radiologi Laboratorium Darah Pemeriksaan Lain Terapi
Medis
ASUHAN KEPERAWATAN
KLASIFIKASI DATA
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada perut dan tungkai kanan
- Klien mengatakan merasa lemas

DO :
- Nampak kerusakan jaringan pada kedua kaki klien
- Nampak kerusakan pada lapisan kulit kedua kaki klien
- Nampak terlihat luka bakar keputihan,luka masih basah
- Nampak terpasang verban
- Nampak nekrosis
- Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 126/83 mmHg
2. Pernapasan :27 kali / menit
3. Nadi :112 kali / menit
4. Suhu badan :37 0C
ANALISA DATA

Analisa data Etiologi problem


DS : Panas , radiasi kimia, Gangguan
listrik integritas kulit
- Klien mengatakan nyeri pada perut dan tungkai
dan jaringan b.d
kanan faktor elektris
- Klien mengatakan merasa lemas
Luka bakar
DO :
- Nampak kerusakan jaringan pada kedua
kaki klien Kerusakan
jaringan
- Nampak kerusakan pada lapisan kulit kedua (epidermis,
kaki klien dermis)
- Nampak terlihat luka bakar keputihan dan
masi basah
Gangguan
- Nampak nekrosis
integritas kulit dan
- Tanda-tanda vital: jaringan
- TD : 126/83 mmHg
- RR : 27 kali / menit
- N : 112 kali / menit
- S :37 0C

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan faktor elektris

RENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Luaran Intervensi


Gangguan integritas kulit dan Label : integritas kulit dan Label : perawatan
jaringan b.d faktor elektris jaringan luka bakar
Setelah dilakukan perawatan Observasi :
selama 1 x 24 jam maka - Identifikasi
integritas kulit dan jaringan penyebab luka
meningkat dengan kriteria bakar
hasil :
- Monitor kondisi
1. perfusi jaringan meningkat
luka
2. kerusakan jaringan menurun
3. kerusakan lapisan kulit Terapeutik :
menurun - gunakan teknik
4. nyeri menurun aeseptik selama
5. kemerahan menurun perawatan luka
- lepaskan balutan
lama dengan
menghindari nyeri
dan pendarahan
- bersihkan luka
dengan cairan steril
- jadwalkan
frekuensi
perawatan luka
berdasarkan ada
atau tidaknya
infeksi,jumlah
eksudat dan jenis
balutan yang
digunakan

Edukasi :
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan tinggi
kalori dan protein
Kolaborasi
- Kolaborasi
antibiotik, jika
perlu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Hari / tanggal Implementasi Evaluasi

1. Jum’at , - Mengidentifikasi penyebab luka S :klien mengatakan nyeri


4 – 12-2020 bakar pada perut dan tungkai
- Memonitor kondisi luka kanan
- Menggunakan teknik aeseptik
selama perawatan luka
- Melepaskan balutan lama
dengan menghindari nyeri dan O :nampak klien masi
pendarahan lemas
- Membersihkan luka dengan
cairan steril
- Menjadwalkan frekuensi
A :masalah belum teratasi
perawatan luka berdasarkan ada
atau tidaknya infeksi,jumlah
eksudat dan jenis balutan yang
digunakan P :intervensi di
- Menjelaskan tanda dan gejala hentikan,pasien di
infeksi
pindahkan ke ruangan.
- Menganjurkan meningkatkan
asupan tinggi kalori dan protein
- Mengkolaborasi antibiotik, jika
perlu
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN LUKA

A. TOPIK SOP: perawatan luka


B. DEFINISI
Melakakukan tindakan perawatan terhadap luka, mengganti balutan dan membersihkan
luka.
C. INDIKASI
1. Perdarahan dalam jumlah banyak
2. Fraktur (patah tulang)
3. Luka bakar luas
D. PERSIAPAN ALAT/BAHAN
- Gunting verban 1 buah
- Plester
- Pengalas
- Pinset anatomi 1 buah
- Kom kecil 2 buah bila dibutuhkan
- Nierbeken 2 buah
- Kapas alkohol
- Aceton/bensin
- Larutan NaCl 0,9%
- Larutan savlon
- Larutan H2O2
- Larutan Boor Water (BWC)
- Bethadine
- Sarung tangan 1 pasang
- Masker
- Kantong plastik/baskom untuk tempat sampah
-
A. PROSEDUR KERJA
2. Menutup sampiran
3. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
4. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
5. Letakkan pengalas dibawah area luka
6. Letakkan nierbeen didekat pasien 
7. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunkan
pinset anatomi, Buang balutan bekas kedalam nierbeken. Jika menggunakan plester
lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan kulit di bawahnya,
setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan. Bila masih
terdapat sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin
8. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan
dengan berlahan
9. Letakkan balutan kotor ke nierbeken lalu buang ke kantong plastik, hindari
kontaminasi dengan permukaan luar wadah
10. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
11. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
12. Membersihkan luka sesuai denganjenis lukanya apakah luka bersih atau kotor serta
sejenisnya.*
13. Menutup luka dengan cara tertentu sesuai keadaan luka*
14. Plester dengan rapi
15. Buka sarung tangan dan masukkan kedalam nierbeken
16. lepaskan masker
17. Atur dan rapikan posisi pasien
18. Buka sampiran
19. Evaluasi keadaan umum pasien
20. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan
rapi
A. DOKUMENTASI
- Perhatikan keadaan umum pasien
- Catat waktu pelaksanaan, hasil tindakan, respon klien.
G. ANALISA ASPEK KESELAMATAN
1. Pastikan alat yang digunakan steril
2. Bersihkan luka dengan teliti
3. Gunakan hanscoon steril
ASPEK PASIEN SAFETY

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia untuk
menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi,
langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.

1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike


Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication
error).
Solusi :
a. NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko
b. Memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih
dulu
c. Pembuatan resep secara elektronik.

2. Pastikan Identifikasi Pasien. Kegagalan mengidentifikasi pasien àkesalahan


pengobatan, transfusi , pemeriksaan, pelaksanaan prosedur yang keliru orang,
penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb.
Rekomendasi :
a. Verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini
b. Standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem
layanan kesehatan
c. Partisipasikan pasien dalam konfirmasi ini
d. Penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang
sama.

3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayananàterputusnya kesinambungan
layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera
terhadap pasien.
Rekomendasi :
a. Memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk
mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis
b. Memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima
c. Melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.

4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini à pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi
tubuh yang salah.Sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya
informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya
terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-
bedah yang distandardisasi.
Rekomendasi :
a. Mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses
verifikasi prapembedahan
b. Pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur
c. Adanya tim yang terlibat dalam prosedur sesaat sebelum memulai prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.

5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).

Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil
risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya.Rekomendasi :
a. Membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah
b. Pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang
spesifik.

6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.


Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi
(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah
salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasi:
a. Menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi
yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan / atau perintah
pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi
b. Komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien
akan ditransfer atau dilepaskan.

7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa
agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah,
serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasi :
Menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang
mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang
benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan
sambungan & slang yang benar).

8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran HIV, HBV, dan HCV yang
diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
Rekomendasi:
a. Perlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan
b. Pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya
tentang prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga
mereka mengenai penularan infeksi melalui darah.
c. Praktek jarum sekali pakai yang aman.
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang
efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasi:
a. Mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia
pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran
b. Pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan tangan yang benar mengingatkan
penggunaan tangan bersih ditempat kerja
c. Pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan /
observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc.Jogjakarata : Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta: EGC

Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.

Moenadjat Y. 2003. Luka bakar.Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

Anda mungkin juga menyukai