Makalah 2
Makalah 2
PENDIDIKAN AGAMA
DOSEN
HISBUL RAUF.SH.I.,M.PD.I
DISUSUN OLEH
RAHMAT ( 2003024 )
KELAS A1
FAKULTAS HUKUM
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................. 1
C. HADIST
1. Pengertian Hadist
Menurut bahasa, Hadist mempunyai beberapa arti yaitu yang baru, yang dekat, berita
dan berlaku, sedangkan menurut istilah, Hadits ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, persetujuan ataupun yang sepadannya[6].
Secara umum, para ahli Hadist berpendapat bahwa “Hadist” adalah sinonim kata
“Sunnah”. Jadi kedua kata tersebut pengertiannya sama. Namun terdapat beberapa perbedaan
yaitu hadist adalah perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW yang sudah
tertulis dan telah diriwayatkan oleh para sahabat dan generasi selanjutnya secara bersambung
dan turun temurun. Sedangkan Sunnah adalah wahyu Allah yang diterima dan dipraktikkan
Nabi Muhammad SAW untuk kemudian diriwayatkan oleh sahabat ke generasi selanjutnya.
Jadi dapat disimpulkan hal yang terkandung dalam pengertian Hadist atau Sunnah,
yaitu:
a. Perkataan Nabi SAW, yang berhubungan dengan suruhan, larangan, dan keputusan
b. Perbuatan Nabi SAW dan kebiasaannya
c. Pengakuan Nabi SAW yang tidak diucapkan
2. Fungsi Hadist
a. Sebagai penjelas terhadap masalah masalah dalam Al Quran
b. Menguatkan kebenaran Al Quran
c. Sebagai pegangan dan sumber hukum kedua setelah Al Quran
3. Macam-macam Hadist
Atas dasar jumlah periwayat, hadist dibagi menjadi mutawatir dan ahad. Hadist mutawatir
didasarkan pada panca indera (dilihat dan didengar sendiri oleh yang meriwayatkan) yang
diberitakan segolongan manusia yang berjumlah banyak.
a. Hadist Mashyur, yaitu Hadist yang diriwayatkan melalui lebih dari dua orang
b. Hadist Aziz, yaitu Hadist yang diriwayatkan melalui kurang dari dua orang
c. Hadist Gharib, yaitu Hadist yang diriwayatkan satu orang saja
Dan dari segi penerimaan hadist, terbagi atas dua macam yaitu maqbul yang artinya
dapat diterima dan mardul yang artinya tertolak[7].Usaha seleksi penerimaan tersebut
diarahkan kepada tiga unsur Hadist,yaitu:
a. Matan (isi Hadist)
Suatu isi Hadist dinilai baik apabila materi hadits itu tidak bertentangan dengan al-Qur'an
atau Hadits lain yang lebih kuat, tidak bertentangan dengan realita, tidak bertentangan dengan
fakta sejarah, tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam.
b. Sanad (persambungan antara pembawa dan penerima hadits).
Suatu persambungan Hadits dapat dinilai segala baik, apabila antara pembawa dan penerima
Hadits benar-benar bertemu bahkan dalam batas-batas tertentu berguru. Tidak boleh ada
orang lain yang berperanan dalam membawakan hadits tapi tidak nampak dalam susunan
pembawa Hadits itu. Apabila ada satu kaitan yang diragukan antara pembawa dan penerima
Hadits, maka Hadits itu tidak dapat dimasukkan dalam kriteria Hadits yang maqbul.
c. Rawi (orang-orang yang membawakan hadits):
Seseorang yang dapat diterima haditsnya ialah yang memenuhi syarat-syarat:
a) Adil, yaitu orang Islam yang baligh dan jujur, tidak pernah berdusta membiasakan dosa.
b) Hafizh, yaitu kuat hafalannya atau mempunyai catatan pribadi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Sejarah Singkat Perkembangan Hadist
Para ulamamembagi perkembangan Hadits itu kepada 7 periode yaitu:
1) Masa wahyu dan pembentukan hukum (pada Zaman Rasul: 13SH-11SH).
2) Masa pembatasan riwayat (masa khulafaur-rasyidin: 12-40 H).
3) Masa pencarian Hadits (pada masa generasi tabi’in dan sahabat-sahabat muda:41H-akhir
abad 1 H).
4) Masa pembukuan Hadits (permulaan abad II H).
5) Masa penyaringan dan seleksi ketat (awal abad III H) sampai selesai.
6) Masa penyusunan kitab-kitab koleksi (awal abad IV H sampai jatuhnya Baghdad pada tahun
656 H).
7) Masa pembuatan kitab syarah Hadits, kitab-kitab tahrij dan penyusunan kitab-kitab koleksi
yang lebih umum (656 H dan seterusnya)[8].
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al-Quran dan Hadist adalah sebagai sumber ajaran agama Islam yang telah
ditinggalkan oleh Rasullullah SAW, yang merupakan segala macam cara untuk memecahkan
semua permasalahan yang ada sepanjang hidup manusia.
Pengertian Al-Qur’an adalah kallam(wahyu) Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Untuk disampaikan kepada seluruh ummt manusia sampai akhir zaman
nanti. Selain sebagai sumber ilmu pengetahuan, al-Quran juga sebagai peringatan bagi ummat
manusia, juga sebagai pembeda atas Nabi Muhammad terhadap Nabi-Nabi sebelumnya.
Sedangkan Hadist adalah segala sesuatu yang mengenai perbuatan maupun perkataan
Rasullullah SAW. Adapun kegunaan dari hadist itu sendiri adalah untuk menjelaskan ayat-
ayat al-Quran yang penjelasannya bersifat umum.
Bukti keotentikan Al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya yaitu,
keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya, dengan sinonimnya, dengan
jumlah kata yang menunjuk pada akibatnya, dengan kata penyebabnya.Dari segi
kemukjizatannya yaitu segi isi atau kandungan al-Qur’an dan segi bahasa al-Qur’an.
Dari segi sejarahnya Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Secara
berangsur-angsur lebih dari 20 tahun, kemudian baru pada masa Utsman bin Affan tersusun
pembukuan al-Qur’an standar dalam rangka menjaga otentitas al-Qur’an sekaligus
mengantisipasi konflik internal sekitar qira’at pada masa itu. Sejak itu umat islam dalam
membaca al-Qur’an berpegang pada bentuk bacaan yang sesuai dengan mushaf Utsmani.
B. SARAN
Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mohon maaf. Dan kami sangat berharap atas kritikan
dan saran yang bersifat membangun.