Anda di halaman 1dari 2

Covid 19 merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit

mulai ringan hingga berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit serius,
seperti MERS dan SARS. Pandemi COVID-19 telah menyebar di seluruh dunia
yang mana banyak negara terserang penyakit ini sampai menghadapi tingkat
kematian dan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Pandemi Covid-19
menyebabkan peningkatan angka pengangguran. Pandemi Covid-19 memberikan
dampak yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Banyak masyarakat
yang mengeluh dan terhenti aktivitasnya karena pandemi Covid-19.Pada kondisi
wabah ini banyak pihak swasta maupun pihak pemerintah mengadakan bantuan
sosial bagi keluarga maupun individu yang terdampak pandemi dan kurang
mampu.

Dalam PMK (Perkembangan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia)


Nomor 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementrian atau
Lembaga, bansos merupakan pengeluaran berupa transfer uang, barang, atau jasa
yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah kepada masyarakat guna melindungi
masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan
ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Risiko sosial yang dimaksud di sini
adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya
kerentanan sosial baik itu yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat sebagai dampak dari krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik,
fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan bantuan sosial akan
semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi yang wajar.

Namun banyak masyarakat yang meragukan keutuhan anggaran dengan


yang diterima masyarakat dikarena sering terjadinya korupsi pada program-
program bantuan oleh pemerintah, ketidak percayaan masyarakat dikuatkan lagi
oleh tindak korupsi menteri sosial pada bantuan sosial covid 19

Korupsi merupakan salah satu permasalahan terbesar yang hampir dialami


oleh seluruh negara. Korupsi bisa dikatakan seperti penyakit yang menjamur.
Tidak hanya terjadi di lingkungan pemerintahan, korupsi juga sudah menyebar ke
masyarakat. Korupsi seakan sudah menjadi asupan sehari-hari di media cetak
maupun televisi.
Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik
dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan Negara, maupun dari segi kualitas
yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh
aspek masyarakat.

Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa


bencana, tidak hanya terhadap kehidupan perekonomian nasional, tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Maraknya kasus korupsi di
Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak
hanya pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak pidana
korupsi, baik di sektor publik maupun privat.

Permasalahan ini memang bukan merupakan masalah yang baru, tapi sangat
berbahaya bagi kelangsungan Negara ini, jika pemerintah dan para ahli politik
saling bertentangan dalam persepsi mereka serta rasa egois untuk balik modal
dalam kampanye yang dilakukan dan bukan semata-mata karena rakyat.

Menyikapi keadaan ekonomi yang kian memburuk, tak sedikit yang menilai
bahwa berbagai permasalahan yang timbul adalah karena telah berurat-akarnya
praktik-praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Praktik tercela ini disinyalir
sudah menjadi bagian dari budaya, sehingga dalam pikiran banyak orang terkesan
sebagai sesuatu yang lumrah untuk dikerjakan, meskipun secara moral dan hukum
diakui sebagai hal yang salah

Anda mungkin juga menyukai