I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Ibu :
Umur : (Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20
tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko
terjadinya perdarahan pospartum yang dapat
mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan
pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan
pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita
sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi
reproduksi normal, Dhaneswari, dkk : 2007).
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan :
Alamat :
1
2. Keluhan Utama : Pasien mengatakan :
Pusing, lemas, berkeringat dingin,
menggigil ,pandangan kabur.
Terdapat pengeluaran darah yang
banyak (Prawiroharjo : 2005)
3. Riwayat Kesehatan Klien :
Mengenai penyakit yang pernah dan sedang
diderita, serta perilaku ibu yang mengganggu
proses kehamilan seperti merokok,
mengkonsumsi jamu atau alkohol. (M3, 2013)
Darah terlihat merah kehitaman karena
membentuk gumpalan darah, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat
dari perdarahan pasien lemas dan pucat.
Sebelumnya biasanya pasien pernah
mengalami hypertensi esensialis atau pre
eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus
yang sangat mengecil (hydroamnion gameli)
dll. (M3, 2013)
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan penurunan nilai hemoglobin di bawah
nilai normal, dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin kurang dari 8 gr%. Kekurangan
hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan
komplikasi lebih serius bagi ibu baik dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas yaitu dapat
mengakibatkan salah satunya adalah
perdarahan postpartum.( Dhaneswari, dkk :
2
2007)
5. Riwayat Menstruasi
Gravida : Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1
kali mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan
postpartum dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan
primigravida. Hal ini dikarenakan pada multigravida,
fungsireproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan
terjadinya perdarahan pospartum menjadi lebih besar. (Dhaneswari,
dkk : 2007)
Para : Paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari perdarahan pascapersalinan yang dapat
mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan paritas tinggi
(lebih dari tiga) mempunyai kejadian perdarahan lebih tinggi.
(Dhaneswari, dkk : 2007)
Siklus : 28 Hari (Sarwono, 2008:131)
Teratur/tidak : Teratur
Lama haid : 3-8 hari (Sinopsis Obstetri, 2008)
Bau : (Menstruasi berbau, tanda infeksi pada organ
reproduksi (Sinopsis Obstetri, 2008)
Keluhan waktu haid : Nyeri saat menstruasi tanda endometriosis
(Sarwono, 2008)
HPHT : digunakan sebagai dasar penentuan usia
kehamilan dan perkiraan taksiran partus
3
(Varney, 2006)
TP :dihitung menurut aturan Naegele, yakni 7 hari ditambahkan
pada hari pertama dan kemudian 3 bulan dikurangi dari hasil
tanggal tersebut. (Varney, 2006)
4
7. Riwayat imunisasi TT : Melanjutkan imunisasi pada trimester awal
(M3, 2013)
Antigen Interval
TT I Pada kunjungan antenatal
pertama
TT II 4 minggu setelah TT I
TT III 6 bulan setelah TT II
TT IV 1 tahun setelah TT III
TT V 1 tahun setelah TT IV
8. Riwayat Perkawinan
– Menikah atau tidak :
– Berapa kali menikah :
– Berapa lama menikah :
Hal ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan ibu, suami, dan keluarga
atas informasi kehamilannya (M3, 2013)
5
area genitalia/lipatan paha, dan
payudara menyebabkan lipatan-
lipatan kulit menjadi lebih lembab
dan mudah terivestasi oleh
mikroorganisme.
Jadi personal hygine harus lebih
ditingkatkan (Sarwono, 2009)
Hal ini dapat dijadikan sumber bagi bidan dalam melakukan konseling
mengenai kesehatan ibu dan janin serta hubungannya dengan faktor
psikologis dan sosial. (M3:2013)
6
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : TD : turun, sistolik <90 mmHg (syok)
Pernapasan : meningkat (> 24x/i) (Sarwono, 2009)
Suhu : meningkat 37,5 °C
Nadi : meningkat (> 100x/menit)
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala :
Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak tampak odem, dan
7
(Prawiroharjo, 2005)
Kontraksi : Perdarahan yang disebabkan oleh
atonia utreri kontraksi tidak baik
(WHO 2005)
Vesika Urinaria : kosong
Diastasis rektus abdominalis : 12 x 2 cm
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah > 500cc. (Dhaneswari, dkk
: 2007)
lochea rubra (1 – 3 hari),
Lochea sanguilenta (3 – 7 hari),
Lochea serosa (7 – 14 hari)
Lochea alba (>14 hari).
Anus :
Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan tidak tampak
varices,cavilari refile kembali dalam waktu < 2 detik
(Ambarwati dkk, 2009)
Palpasi
Kepala :
Mata :
Hidung :
Leher :
Payudara : Tidak teraba benjolan / massa, konsistensi teraba
padat berisi ( Ambarwati dkk, 2009)
Abdomen :
Diastasis rektus abdominalis : 12 x 2 cm (Varney 2008)
Genetalia :
Ekstremitas : Pada akral teraba dingin. (WHO 2005)Tidak teraba
8
oedema, Reflex Homan sign (-), (varney 2008
&Ambarwati dkk, 2009).
Auskultasi
Perkusi
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : Hb : > 8g%
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan Diagnostik lainnya
9
menyebabkan HPP ).
(Dhaneswari, dkk : 2007)
c) Kala III :……±menit(Pimpinan kala III
yang salah, dengan memijit-
mijit dan mendorong-dorong
uterus sebelum plasenta
terlepas)
(Dhaneswari, dkk,2007)
d) Kala IV :……±menit
2) Penyulit Persalinan :
CPD : ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu
sehingga janin tidak dapat lahir pervaginam.
Distosia : Kelambatan atau kesulitan persalinan yang disebabkan
lahir.
Malposisi : merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin
terhadap panggul ibu
Malpresentasi : semua presentasi lain dari janin selain presentasi
vertex.
Kelainan tenaga /His : Biasanya terjadi pada primigravida terutama
primigravida tua .
Komplikasi Persalinan :
a. Ketuban pecah dini : ketuban yang pecah sebelum waktunya ,ada teori
yang menghitung berapa jam sebelum inpartu misalnya 2 atau 4 jam
sebelum inpartu
10
b. Persalinan lama : Fase laten lebih dari 8 klien persalinan telah
berlangsung selama 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi
Tindakan khusus yang di dapat saat persalinan : persalinan yang
menggunakan peralatan akan menimbulkan trauma dan
mengakibatkna perdarahan seperti sesioseasaria, episiotomi dan
lainnya.
Data Bayi :
1) Lahir tanggal :……, jam :…………..
2) Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
3) Antropometri : BB :………… gr. PB :……….. cm
4) Kecacatan : Ada/tidak
5) IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
6) Tindakan Resusitasi :
11
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kebutuhan tindakan segera : Kolaborasi dengan dokter spesialis
kandungan
V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
Rasional : penjelasan mengenai pemeriksaan fisik postpartum merupakan
hak klien (varney 2007)
2. Melakukan Pemasangan Infus
Rasional: Pemenuhan cairan tubuh apat dilakukan melalui infus untuk
mencegah terjadinya syok.
3. Memasang Oksigen
Rasional: pemberian oksigen yang tepat dapat mencegah kurangnya suplai
oksigen ke otak
( Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1990)
4. Transfusi darah
Rasional : perdarahan dapat menyebabkan anemia, anemia dapat dicegah
dengan cara pemberian transfusi darah secara cepat dan tepat.
5. Pemberian Antibiotik
Rasional: Infeksi dapat terjadi saat terjadi perdarah, dan penanganan
persalinan dengan tehnik yang kurang steril dapat menyebabkan
infeksi, pemberian antibiotik dapat digunakan untuk pencegahan
infeksi.
6. Pemberian Uterotonika
Rasional : Perdarahan Post Partum terjadi karena kurangnya kontraksi
uterus yang dapat menyebabkan perdarahan terus terjadi. Uterotonika
dapat membantu kontraksi pada uterus.
7. Melakukan KBI dan KBE
Rasional : KBI dan KBE adalah suatu sistem atau cara penekanan pada
12
uterus agar perdarahan dapat dihentikan atau berhenti.
8. Melakukan Pemeriksaan Manual
Rasional: Plasenta yang tertinggal atau selaput ketuban yang tertinggal
dapat menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi dan menyebabkan
perdarahan.
9. Melakukan Penjahitan pada luka perineum atau vagina jika perdarahan
disebabkan oleh perlukaan
Rasional : perdarahan aktif yang disebabkan oleh perlukaan pada vagina,
serviks, ataupun perineum dapat segera ditutup atau dijahit untuk
mengurangi resiko terjadi infeksi dan resiko perdarahan.
10. Lakukan rujukan Ke Rumah Sakit
Rasional : Rujukan merupakan Penanangan kagawatdaruratan yang
intensif agra dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk bentuk SOAP.
13