Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KHUSUS

Stasiun Penguapan
Tebu merupakan bahan baku dalam pembuatan gula kristal karena tebu bisa
menghasilkan sukrosa lewat proses fotosintesis. Sukrosa yang dihasilkan disimpan di
dalam batang tebu. Selain sukrosa, terdapat komponen-komponen lain seperti gula
reduksi, senyawa organik, senyawa anorganik, air, serabut dan komponen lainnya yang
terkandung di dalam tebu. Sehingga untuk mendapatkan gula kristal, sukrosa di dalam
batang tebu perlu diekstrak terlebih dahulu dan dipisahkan dari komponen-komponen
lain yang terdapat di dalam tebu.
Tebu dari perkebunan akan dibawa ke pabrik untuk diproses menjadi gula kristal.
Proses pertama yang dilakukan yaitu pengekstrakan nira atau pengambilan sukrosa dari
dalam batang tebu. Pada proses ini juga terjadi pemisahan antara nira dengan ampas.
Nira yang sudah dipisahkan dari ampasnya, kemudian masuk ke proses berikutnya yaitu
proses pemurnian dimana pada proses ini nira akan dimurnikan atau dipisahkan dari
kotoran yang bukan nira. Hasil dari proses pemurnian adalah nira encer. Yang dimaksud
dengan nira encer adalah nira yang masih mengandung banyak air karena komponen
terbanyak di dalam batang tebu adalah air yaitu sekitar 75-80 %. Nira encer yang
dihasilkan kemudian dipisahkan dari air dengan proses penguapan.
Proses penguapan di PG. Kedawoeng bertujuan untuk mengubah nira encer
menjadi nira kental dengan menghilangkan kandungan air sebanyak mungkin dan
menjaga kerusakan sukrosa seminimal mungkin. PG. Kedawoeng memakai sistem
evaporator quintiple effect yang terdiri dari 5 badan penguapan. Pada evaporator
quintiple effect terdapat barometric kondensor yang digunakan untuk membuat tiga
bejana evaporator badan akhir dalam kondisi vacum (agar nira bisa dengan mudah
mengalir ke evaporator badan selanjutnya).
Nira yang sudah dipanaskan di PP3 dengan suhu 110 oC akan dipompa oleh
pompa nira jernih untuk dialirkan ke badan penguapan 1. Di badan penguapan 1, nira
dipanaskan dengan menggunakan uap bekas dengan tekanan 0,4 kg/cm2. Tujuan
penggunaan uap bekas adalah untuk menghemat energi selain itu digunakan uap bekas
karena suhunya rendah sekitar 120-180 oC sedangkan suhu uap baru yang masuk turbin
sekitar 325 oC.
Uap bekas akan masuk ke bagian shell untuk memanaskan nira dan akan
berkontak dengan tube yang suhunya lebih rendah dari suhu uap pemanas yang
digunakan, sehingga suhu uap pemanas akan turun dan melepaskan panas.
Terkondensasinya uap ini akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dalam shell
sehingga uap nira dari badan penguapan 1 dapat mengalir ke badan penguapan 2 dan
seterusnya. Perbedaan tekanan pada masing-masing evaporator akan mengakibatkan
nira mengalir secara otomatis dari badan 1 ke badan berikutnya. Nira yang masuk ke
tiap-tiap badan evaporator akan bersirkulasi hingga mencapai kepekatan tertentu.
Kemudian valve akan dibuka dan nira akan mengalir ke badan berikutnya.
Luas pemanas pada badan penguapan 1 yaitu 1800 m 2 sehingga kebutuhan uap
pemanas yang digunakan lebih banyak dari badan lainnya. Dari badan penguapan 1 ke
badan penguapan 2 terjadi perbedaan luas pemanas dimana luas pemanas pada badan
penguapan 2 yaitu 900 m2 sehingga kebutuhan uap pemanas yang digunakan lebih
sedikit dari badan penguapan 1. Karena adanya perbedaan luas pemanas pada badan
penguapan 1 dan badan penguapan 2 maka uap nira yang keluar dari badan penguapan 1
akan berlebih atau dalam jumlah yang banyak. Uap nira berlebih yang keluar dari badan
penguapan 1 akan di bleeding karena kebutuhan uap di badan penguapan 2 lebih sedikit
dari badan penguapan 1. Uap bleeding dari badan penguapan 1 akan digunakan di PP1
dan untuk memanaskan nira di badan selanjutnya. Air kondensat yang dihasilkan dari
badan penguapan 1, 2, dan 3 digunakan sebagai air pengisian ketel. Sedangkan air
kondensat dari badan 4 dan 5 digunakan sebagai air proses yang dialirkan ke rotary
vacuum filter, stasiun putaran, pan masakan, dan air imbibisi pada stasiun diffuser.
Nira dari badan penguapan 1 akan mengalir ke badan penguapan 2 yang
disebabkan oleh distribusi tekanan atau perbedaan tekanan. Suhu pada badan penguapan
2 sekitar 100-110 oC dan tekanannya sekitar 0,2 kg/cm2. Media pemanas yang
digunakan di badan penguapan 2 berasal dari uap nira dari badan penguapan 1. Luas
pemanas di badan penguapan 2 sebesar 900 m2 sehingga pipa amoniak yang terdapat di
badan penguapan 2 lebih kecil dari badan penguapan 1. Pada badan penguapan 1 dan
badan penguapan 2 tekanan masih belum vacum dan dilengkapi dengan pipa amonia
sehingga gas-gas yang tidak terembunkan atau tidak terkondensasi akan dibuang. Gas
amonia dari badan penguapan 1 dan badan penguapan 2 langsung dibuang ke udara
tanpa melalui kondensor sedangkan gas amonia dari badan penguapan3, 4, dan 5 akan
dibuang ke kondensor. Jika gas amonia tidak dikeluarkan atau dibuang maka akan
menghambat proses transfer panas. Hal ini dikarenakan uap pemanas yang masuk akan
memanaskan amonia terlebih dahulu sehingga proses penguapan akan terganggu karena
semakin banyak amonia di dalam badan penguapan maka uap pemanas yang digunakan
akan semakin banyak.
Nira dari badan penguapan 2 akan mengalir ke badan penguapan 3 karena adanya
distribusi tekanan. Sedangkan pemanas yang digunakan di badan penguapan 3
menggunakan uap nira yang berasal dari badan penguapan 2. Nira akan mengalir terus
sampai badan terakhir karena adanya distribusi tekanan dan uap pemanas yang
digunakan berasal dari uap nira dari badan penguapan sebelumnya. Proses penguapan
dilakukan beberapa kali dengan perbedaan suhu dan tekanan di tiap badan penguapan
yang berbeda-beda. Badan penguapan 3, 4, dan 5 bekerja pada suhu masing-masing 70-
80 oC, 60-70 oC, dan 50-60 oC dengan tekanan vacum. Masing-masing badan penguapan
dihubungkan dengan kondensor yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pengembunan
yang memungkinkan terbentuknya ruang vacum pada masing-masing evaporator
dengan maksud agar pemanasan pada badan penguapan tidak mengalami pemanasan
berlebih. Tujuan penguapan dalam kondisi vacum adalah menghindari kerusakan
sukrosa akibat suhu tinggi, menghemat penggunaan uap dan menurunkan titik didih nira
sehingga tidak terbentuk karamel.
Terbentuknya vacum karena ada perubahan fase dari uap menjadi cair sehingga
terjadi pemampatan volume. Vacum dibuat di dalam kondensor. Untuk membuat
kondisi vacum yaitu dengan pompa vacum yang dihubungkan dengan kondensor. Cara
kerja kondensor yaitu sebagai pendingin uap nira. Uap nira dari badan terakhir akan
masuk ke kondensor. Agar uap nira dari badan terakhir dapat mengalir ke kondensor
maka diperlukan adanya perbedaan tekanan. Sebelum nira keluar dari badan penguapan
terakhir, kondensor harus dibuat vacum terlebih dahulu dengan cara menghisapkan
udara dengan menggunakan pompa vacum karena tekanan pada badan penguapan lebih
besar dari pada kondensor.
Uap nira dari badan penguapan terakhir dengan suhu sekitar 55-65 oC akan masuk
ke kondensor. Dari bagian atas kondensor akan dimasukan air injeksi yang memiliki
suhu sekitar 27-30 oC. Air jatuhan kondensor ini kemudian ditampung di dalam bak
pendingin dan nantinya akan digunakan sebagai air imbibisi pada stasiun diffuser.
Nira kental yang keluar dari stasiun penguapan memiliki kekentalan sekitar 30-
32o Be. Jika nira yang keluar masih encer atau masih mengandung banyak air maka
kerja dari stasiun masakan akan menjadi berat, karena akan memperlambat proses
pemasakan nira. Dan jika nira yang keluar terlalu kental maka proses di sulfitator nira
kental akan terganggu karena SO2 yang digunakan tidak akan menembus masuk ke
dalam nira sehingga gula yang dihasilkan warnanya tidak putih.
Nira kental dialirkan menuju peti tunggu nira kental. Dari peti tunggu, nira
dialirkan menuju sulfitator nira kental dimana akan terjadi kontak antara nira kental
dengan gas SO2. Penambahan gas SO2 bertujuan untuk memucatkan warna nira
(bleaching) sehingga gula yang dihasilkan akan mempunyai warna lebih putih. Setelah
di sulfitasi, nira kental dialirkan menuju stasiun masakan untuk proses selanjutnya.
Agar diperolah hasil penguapan yang baik, maka diperlukan pengawasan dalam
operasinya, antara lain:
1. Bahan pemanas
Tekanan dari uap pemanas harus diperhatikan yaitu minimal 0,4-0,7 kg/cm2.
2. Hampa badan penguapan akhir
Tekanan dari uap pemanas harus stabil pada vacuum 60- 63 cmHg. Hindari adanya
kebocoran-kebocoran atau kurangnya air injeksi.
3. Pengeluaran air kondensat
Pengeluaran air kondensat harus lancar, karena air kondensat yang ada di dalam
badan penguap dapat mengurangi transfer panas dan menyebabkan isolasi panas.
4. Level nira
Agar didapat hasil penguapan yang baik maka tinggi nira harus sesuai. Biasanya
tinggi nira ± ⅓ panjang pipa, tetapi bisa saja tinggi nira yang baik tidak ⅓ panjang
pipa agar diperoleh kecepatan penguapan yang baik.
5. Pengeluaran gas yang tidak terkondensasi
Agar gas yang tidak terkondensasi tidak menganggu proses penguapan, maka untuk
badan 1 dan badan penguapan 2 pipa amoniaknya terus dibuka dengan bukaan
optimal. Sedangkan untuk badan penguapan yang memiliki tekanan vacum, maka
pipa amoniaknya dialirkan menuju kondensor.
6. Kebersihan pipa pemanas
Adanya kerak di pipa pemanas akan mempengaruhi perpindahan panas karena
koefisien perpindahan panas akan rendah.

Anda mungkin juga menyukai