Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

PENGAUDITAN FORENSIK

NAMA : HERLINAH HARIYANTO


NIM : 2018031010
DOSEN : YUNIZA ROVA SE., Ak., M.,Ak.
WAKTU : SENIN, 19:30 - 22:00
TUGAS : PERTEMUAN KE I

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


YAYASAN ADMINISTRASI INDONESIA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam selalu kita
panjatkan kepada Rasullullah SAW, karena kegigihan beliau dan ridho-Nyalah kita dapat
merasakan kenikmatan dunia seperti sekarang ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen pembimbing pada mata kuliah Pengauditan Forensik, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca sekalian.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Yuniza Rova, SE., Ak., M.,Ak selaku dosen mata kuliah
Pengauditan Forensik yang telah memberikan tugas untuk menambah wawasan sesuai bidang
studi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca sekalian demi terciptanya kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang memerlukan. Terima kasih.

Jakarta, Maret 2021

Herlinah Hariyanto

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan..................................................................................................... 2

PEMBAHASAN
A. Pengertian Audit Forensik............................................................... 3
B. Proses Audit Forensik...................................................................... 3
1. Identifikasi masalah...................................................................... 3
2. Pembicaraan dengan klien ........................................................... 3
3. Pemeriksaan pendahuluan............................................................. 3
4. Pengembangan rencana pemeriksaan........................................... 4
5. Pemeriksaan lanjutan.................................................................... 4
6. Penyusunan Laporan..................................................................... 4
C. Peran Penting Audit Forensik ............................................... 4
D. Tujuan Audit Forensik..................................................................... 5
E. Tugas Auditor Forensik................................................................... 5
F. Alasan Diperlukannya Audit Forensik............................................. 6

PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................8

ii
A. LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks, berkembang pula praktek
kejahatan dalam bentuk kecurangan (froud) ekonomi. Jenis frond yang terjadi pada berbagai
negara biasanya berbeda, karena dalam hal ini praktek frond antara lain di pengaruhi jenis
hukum di Negara yang bersangkutan. Pada negara maju dengan kehidupan ekonomis yang stabil,
praktik froud cenderung memiliki modus yang sedikit dilakukan. Sedangkan pada Negara
berkrmbang seperti Indonesia ,praktik froun cenderung memiliki modus banyak untuk dilakukan.
Menurut Charterji (2009) Audit forensik (forensic auditing) dapat didefinisikan sebagai
aplikasi keahlian mengaudit atas suatu keadaan yang memiliki konsekuensi hukum. Audit
forensik umumnya digunakan untuk melakukan pekerjaan investigasi secara luas. Pekerjaan
tersebut meliputi suatu investigasi atas urusan keuangan suatu entitas dan sering dihubungkan
dengan investigasi terhadap tindak kecurangan (fraud), oleh karena itu audit forensik sering juga
diartikan sebagai audit investigasi.
Istilah akuntansi forensik merupakan terjemahan dari forensic accounting. Praktek ini
tumbuh pesat, tak lama setelah terjadi krisis keuangan tahun 1977 Pada mulanya, di Amerika
Serikat, Bermula dari penerapan akuntansi untuk memecahkan hukum, maka istilah yang dipakai
adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Sekarang pun kadar akuntansinya masih terlihat,
misalkan dalam perhitungan ganti rugi, baik dalam konteks keuangan Negara, maupun di antara
pihak-pihak dalam sengketa perdata.
Dengan demikian, Audit Forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan
membandingkan antara kondisi di lapangan dengan criteria, untuk menghasilkan informasi atau
bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
memberikan pemahaman yang lebih lanjut bagi pembaca mengenai audit forensik, perbedaan
antara audit forensik dengan audit tradisional (keuangan), tujuan serta praktik ilmu audit forensik
dan peran seorang auditor forensik.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pandangan terhadap Pengauditan forensik ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori dan perumusannya ?
3. Apa yang dimaksud dengan pengertian Pengauditan forensik ?
4. Bagaimana proses Audit Forensik ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pandangan para ahli terhadap audit forensik.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan audit forensik .
3. Untuk mengetahui pengertian tujuan audit forensik
4. Untuk mengetahui klasifikasi perumusan audit forensik (Proses, peran penting, tugas,
dan tujuan).

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Audit Forensik


Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk
membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal
yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan.
Dengan demikian, audit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan
membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan informasi atau
bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.
Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di muka
pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan audit investigasi
terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi ahli (litigation support) di
pengadilan.
Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik digunakan
untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan risiko terjadinya fraud atau kecurangan.
Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti) awal terjadinya
fraud. Audit tersebut akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas ketidakberesan. Dalam hal
ini, audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan dilakukan.

B. Proses Audit Forensik


1.      Identifikasi masalah
Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak diungkap.
Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang lingkup sehingga
audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.
2.      Pembicaraan dengan klien
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup, kriteria,
metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk membangun
kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit.
3.      Pemeriksaan pendahuluan
Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya. Hasil
pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what, where,

3
when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi minimal 4W +
1H (who, what, where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini auditor akan
menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak.

4.      Pengembangan rencana pemeriksaan


Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit,
prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah diadministrasikan,
maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan
bersama tim audit serta klien.

5.      Pemeriksaan lanjutan
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa atasnya.
Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik-teknik
auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud tersebut.

6.      Penyusunan Laporan
Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam laporan
ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain adalah:
·         Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
·         Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu,
jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai temuan.
·         Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya mencakup
sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud tersebut.

C. Peran Penting Audit Forensik


Dalam beberapa artikel dan literatur, pembahasan Audit forensik lebih mengarah kepada kasus
pembuktian penyimpangan keuangan atau korupsi. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan,
audit forensik diperlukan untuk pembuktian pada kasus-kasus penipuan.
Objek audit forensik adalah informasi keuangan yang mungkin (diduga) mengandung unsur
penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud bisa berupa tindakan merugikan keuangan
perusahaan, seseorang, atau bahkan negara. Temuan audit dari hasil pemeriksaan ini bisa

4
dijadikan salah satu alat bukti bagi penyidik, pengacara, atau jaksa untuk memutuskan suatu
kasus hukum perdata. Tidak menutup kemungkinan hasil audit juga akan memberikan bukti baru
untuk tindakan yang menyangkut hukum pidana, seperti penipuan.
Dalam kasus semacam ini, auditor dituntut harus benar-benar independen. Meskipun penugasan
audit diberikan oleh salah satu pihak yang bersengketa, independensi auditor harus tetap dijaga.
Auditor tidak boleh memihak pada siapa-siapa. Setiap langkah, kertas kerja, prosedur, dan
pernyataan auditor adalah alat bukti yang menghasilkan konskuensi hukum pada pihak yang
bersengketa.

D. Tujuan Audit Forensik


Tujuan dari audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah berbagai jenis kecurangan (fraud).
Penggunaan auditor untuk melaksanakan audit forensik telah tumbuh pesat. Beberapa contoh di
mana audit forensik bisa dilaksanakan termasuk:
1.      Kecurangan dalam bisnis atau karyawan.
2.      Investigasi kriminal.
3.      Perselisihan pemegang saham dan persekutuan.
4.      Kerugian  ekonomi dari suatu bisnis.
5.      Perselisihan pernikahan.

E. Tugas Auditor Forensik


Auditor forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation).
Disamping tugas auditor forensik untuk memberikan pendapat hukum dalam pengadilan
(litigation), ada juga peran auditor forensik dalam bidang hukum di luar pengadilan (non
litigation), misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam
sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan /
pelanggaran kontrak.
Audit forensik dibagi ke dalam dua bagian: jasa penyelidikan (investigative services) dan jasa
litigasi (litigation services). Jenis layanan pertama mengarahkan pemeriksa penipuan atau auditor
penipuan, yang mana mereka menguasai pengetahuan tentang akuntansi mendeteksi, mencegah
dan mengendalikan penipuan. Jenis layanan kedua merepresentasikan kesaksian dari seorang
pemeriksa penipuan dan jasa-jasa akuntansi forensik yang ditawarkan untuk memecahkan isu-isu

5
valuasi, seperti yang dialami dalam kasus perceraian. Tim audit harus menjalani pelatihan dan
diberitahu tentang pentingnya prosedur akuntansi forensik di dalam praktek audit dan kebutuhan
akan adanya spesialis forensik untuk membantu memecahkan masalah.

F. Alasan Diperlukannya Audit Forensik


Mencoba menguak adanya tindak pidana korupsi dengan audit biasa (general audit atau opinion
audit) sama halnya mencoba mengikat kuda dengan benang jahit. BPK perlu alat yang lebih
dalam dan handal dalam membongkar indikasi adanya korupsi atau tindak penyelewengan
lainnya di dalam Pemerintahan ataupun dalam BUMN dan BUMD salah satu metodologi audit
yang handal adalah dengan metodologi yang dikenal sebagai Akuntansi forensik ataupun Audit
Forensik.
Audit forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau mengungkap motif
pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan hukum, maka istilah yang
dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan sampai dengan saat ini pun
kadar akuntansi masih kelihatan, misalnya dalam perhitungan ganti rugi baik dalam pengertian
sengketa maupun kerugian akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi forensik
menangani fraud khususnya dalam pengertian corruption dan missappropriation of asset.
Profesi ini sebenarnya telah disebut dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) pasal 179 ayat (1) menyatakan: ”Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan”’. Orang sudah mahfum profesi dokter yang disebut dalam peraturan diatas yang
dikenal dengan sebutan dokter ahli forensik, namun ”ahli lainnya” yang dalam ini termasuk juga
akuntan belum banyak dikenal sebutannya sebagai akuntan forensik.

6
PENUTUP

KESIMPULAN
Tujuan audit forensik sangat khusus sehingga penyusunan program maupun pelaksanaan
auditnya sangat berbeda dengan audit biasa karena digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti
yang cukup dan kompeten sehingga kasus kriminal yang sedang ditangani dapat terungkap.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya amat dibutuhkan auditor-auditor yang memiliki
karakteristik khusus seperti memiliki Sertikat Audit Forensik atau Certified Fraud Examiner
(CFE) untuk sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk sertifikasi
dari lembaga Dalam Negeri yang bisa di percaya untuk mengungkapkan informasi yang akurat,
obyektif, dan dapat menemukan adanya penyimpangan. Kasus yang biasa di hadapi
penyelewengan terhadap catatan-catatan akuntansi, penyimpangan prosedur akuntansi dan
korupsi, juga memeriksa kasus-kasus tuntutan perdata seperti ganti rugi, asuransi, persengketaan
pemegang saham dan perusahaan sampai pada gugatan pembagian harta akibat perceraian.

7
DAFTAR PUSTAKA
1.      http://blog.uad.ac.id/arifsapta/2011/01/29/audit-forensik-sebagai-alat-mendeteksi-fraud/
2.      http://fadlyknight.wordpress.com/2012/06/06/jenis-jenis-audit/
3.      http://itjen.deptan.go.id/index.php/component/content/article/44-artikel/479-
auditforensikmembedahfrauddanligitasi
4.      http://mediainformasi.org/audit-forensik-untuk-mendeteksi-risiko-fraud-atau-kecurangan/
5.      http://milamashuri.wordpress.com/akuntansi-forensik-di-indonesia/
6.      http://mynameisanggun-bukuhariananggun.blogspot.com/2012/01/apa-itu-akuntansi-
forensik.html
7.      http://uziek.blogspot.com/2011/07/audit-forensik.html

Anda mungkin juga menyukai