Oleh
SEMESTER : I
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan artikel ini untuk
penyelesain tugas dari mata kuliah Kewarganegaraan.
Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan sumbangan baik berupa ide,
materi pembahasan dan juga bantuan lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUA
N
a) Latar Belakang
Pemilihan Kepala Daerah atau yang sekarang lebih dikenal dengan Pilkada
secara langsung merupakan sebuah kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang
menjadi momentum politik besar untuk menuju demokratisasi. Momentum ini
seiring dengan salah satu tujuan reformasi, yaitu untuk mewujudkan Indonesia
yang lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan mengembalikan
kedaulatan ke tangan rakyat.
b) Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah di jelaskan pada Bab I Pendahuluan, adapun permasalahan yang
saya temukan dan saya angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Tujuan
Sesuai dengan penelitian diatas, tujuan yang dapat dicapai dalam penelitian diatas adalah :
PEMBAHASAN
Memang diakui selama Rezim Orde Baru berkuasa, meskipun secara konsep kita
menganut sistem desentralisasi namun dalam realitanya Rezim Orde Baru telah
menjalankan praktek sentralisasi.21 Karakter sentralistik pemerintahan nasional waktu itu,
baik sipil maupun militer, yang di dalamnya de facto birokrasi tingkat daerah hanyalah
merupakan bawahan pemerintah pusat, menyebabkan proses perekrutan para pegawai
negeri sangat didikte pemerintah pusat. Proses perekrutan yang sentralistik ini jelas
menghasilkan pengangkatan para birokrat yang kebanyakan orang-orang luar dari
perspektif penduduk lokal. Menurut bahasa, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu
demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau
kekuasaan. Dapat diartikan bahwa pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Demokrasi
berdasarkan penyaluran atas kehendak rakyat ada dua macam yaitu :
1. Demokrasi Langsung, adalah paham demokrasi yang mengikutsertakan setiap
warga negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan
umum dan Undang-Undang.
2. Demokrasi Tidak Langsung, adalah paham demokrasi yang dilaksanakan
melalui sistem perwakilan. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi
perwakilan biasanya dilaksanakan melalui pemilihan umum.
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang sering disebut sebagai pilkada
Indonesia. Perubahan sistem pemilihan mulai dari pemilihan Legislatif, Presiden dan
yang dekat dan menjadi idaman seluruh lapisan masyarakat. Minimal secara moral dan
Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 sebagai dasar konstitusional pelaksanaan pemilihan kepala
daerah, sesungguhnya lahir bersamaan dengan Pasal 18A dan Pasal 18B, yaitu pada
perubahan kedua UUD 1945 dan dimasukkan dalam Bab tentang Pemerintahan Daerah.
Selanjutnya Pasal 22E lahir melalui perubahan ketiga UUD 1945 tetapi tidak
memasukkan Pasal 18 ayat (4) melainkan hanya ketentuan Pasal 18 ayat (3) yang
mengatur mengenai DPRD. Hal ini, menurut Leo Agustina, setidaknya dapat diartikan
bahwa Konstitusi tidak hendak memasukkan pemilihan kepala daerah dalam pengertian
pemilihan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22E ayat (1) yang menyebutkan
“pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali”.
Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, pemilihan kepala daerah tidak lagi
dipilih melalui sistem perwakilan oleh DPRD, akan tetapi dipilih secara langsung oleh
rakyat. Ini berarti pemilihan kepala daerah secara langsung memberi peluang bagi rakyat
untuk ikut terlibat secara aktif dalam proses pengambilan keputusan yang sangat
strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui pemilihan kepala daerah
secara langsung.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang mengatur tentang pemilihan kepala
daerah secara langsung itu menggunakan rujukan atau konsideran Pasal 1, Pasal 18,
Pasal 18A, dan Pasal 18B UUD 1945. Frase “ kedaulatan di tangan rakyat” dan dipilih
secara demokratis” agaknya menjadi sandaran pembuat Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 merumuskan diterapkannya pemilihan kepala daerah secara langsung untuk
menggantikan pemilihan kepala daerah melalui sistem perwakilan melalui DPRD
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Akan tetapi, kata
“dipilih secara demokratis” ini menurut Susilo dapat ditafsirkan pemilihan langsung oleh
rakyat atau pemilihan melalui perwakilan oleh DPRD.
Untuk mewujudkan pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota secara demokratis
diperlukan media untuk membentuk dan menciptakan konsep yang tepat, yang kemudian
dikenal dengan istilah pemilihan kepala daerah. Pemilihan kepala daerah merupakan
media untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah secara demokratis sesuai dengan
amanat UUD 1945.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
politik masyarakat di tingkat lokal berjalan dengan baik, dan konflik-konflik yang
Rozali Abdullah, 2005, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah
Secara Langsung, Jakarta: Rajawali Pers.