Anda di halaman 1dari 13

PELAYANAN KEFARMASIAN

SISTEM KARDIOVASKULAR

DISUSUN OLEH :

Nama : Sri Gustini


Nim : 2130122150
Kelas : Apoteker B

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah (arteri, vena, kapiler)
dan sistem limfatik. Fungsi utama sistem kardiovaskular adalah mengalirkan darah
yang kaya oksigen ke seluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh ke
sirkulasi paru untuk di oksigenasi. Jantung merupakan organ utama sistem vascular,
berotot dan berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastrum (Reni Yuli
Aspiani, 2015).
Penyakit kardiovaskular (PKV) adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi
jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke.
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular
(PTM) (63% dari seluruh kematian). Segala bentuk PKV, baik penyakit jantung
koroner maupun stroke atau cerebrovascular disease (CVD), hampir selalu didasari
oleh gaya hidup seperti merokok, kurangnya olahraga, dan konsumsi makanan
berlemak yang berlangsung dalam kurun waktu 10–15 tahun atau bahkan lebih
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Sekitar 59% dari kelompok usia dewasa muda
yang mengalami PKV atau penyakit yang sejenis mempunyai satu atau lebih faktor
risiko yaitu riwayat keluarga mengalami PJK dini, merokok, hipertensi, atau obesitas
(Kuklina, Yoon, & Keenan, 2010). PKV ini merupakan penyakit yang dapat dicegah
terutama dilakukan pada kelompok berisiko di masyarakat. Penilaian risiko
kardiovaskular harus dilakukan setidaknya sekali dalam lima tahun pada orang
dewasa di atas usia 40 tahun walaupun tanpa riwayat penyakit kardiovaskular (SIGN,
2017).
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian pertama dengan
Coronary Heart Desease (CHD) (43,8%) adalah penyebab utama kematian diikuti
dengan stroke (16,8%), hipertensi (9,4%), gagal jantung (9%), penyakit pada arteri
(3,1%), dan Penyakit kardiovaskular lainnya. Tiga faktor risiko utama untuk penyakit
kardiovaskular yaitu tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan merokok (Benjamin,
et al., 2018). Penyakit kardiovaskular sering terjadi pada individu tanpa diawali
dengan tanda dan gejala sebelumnya sehingga tindakan pencegahan termasuk
identifikasi akurat dari mereka yang berisiko, tetap merupakan tantangan dan menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius. Oleh karena itu, perlu dicetak persamaan
persepsi bagaimana memprediksi mereka yang memiliki faktor risiko tinggi,
diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan prediktor faktor risiko. Individu
dengan faktor risiko berikut harus dianggap berisiko tinggi penyakit kardiovaskular
jika memiliki penyakit ginjal kronis atau mikro atau makroalbuminuria atau
hiperkolesterolemia, usia di atas 40, dan menderita diabetes (SIGN, 2017), atau
dengan menggunakan FRS. Skor ini merupakan alat prediksi adanya penyakit
kardiovaskular yang teruji dan berfungsi dengan baik sebagai alat klinis sederhana
untuk mengidentifikasi subjek berisiko tinggi yang rentan terhadap penyakit
kardiovaskular, terutama jika dikaitkan dengan adanya metabolic syndrome (MetS)
pada responden yang memiliki faktor risiko obesitas, hipertensi, hiperglikemia, dan
dislipidemia (Stone, et al., 2013).
2. Rumusan Masalah
apa saja penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular dan apa saja faktor yang
menyebabkan penyakit kardiovaskular serta jelaskan apa saja terapi yang digunakan.
3. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami beberapa penyakit kardiovaskular dan faktor
penyebabnya serta cara terapi atau pengobatan yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian sistem kardiovaskular


Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah (arteri, vena, kapiler)
dan sistem limfatik. Fungsi utama sistem kardiovaskular adalah mengalirkan darah
yang kaya oksigen ke seluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh ke
sirkulasi paru untuk di oksigenasi. Jantung merupakan organ utama sistem vascular,
berotot dan berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastrum (Reni Yuli
Aspiani, 2015).
2. Penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular (PKV) adalah penyakit yang disebabkan gangguan
fungsi jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
stroke. Beberapa contoh penyakit kardiovaskular yaitu :
A. Hipertensi essensial
Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas di dunia, sering
disebut sebagai pembunuh diam-diam. Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi
tekanan darah sistolik kurang lebih besar dari 130 mmHg atau distolik kurang
lebih besar dari 80 mmHg. Sekitar 80-95% hipertensi essensial yang berarti tidak
ada penyebab spesifik. Kondisi ini umumnya jarang menimbulkan gejala dan
sering tidak disadari, sehingga dapat menimbulkan morbiditas lain seperti gagal
jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, stroke, gagal ginjal stadium akhir dan
bahkan kematian.
Pada umumnya pada penderita hipertensi essensial tidak memiliki keluhan atau
gejala dan tanda. Keluhan yang dapat muncul antara lain nyeri kepala, gelisah,
palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah dan
impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri
region oksipital terutama pada pagi hari.
Cara mengetahui penderita menderita penyakit hipertensi essensial adalah dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pengukuran darah. Prinsip umum
terapi antihipertensi adalah kombinasi obat antihipertensi dengan modifikasi gaya
hidup.jenis obat untuk terapi awal didasarkan pada effektifitas dalam mengurangi
kejadian klinis serta ditoleransi dengan baik, antara lain diuretic tiazid,
penghambat ACE, ARBs dan CCBs.
Contoh obat antihipertensi oral
Golongan Obat Nama obat Rentang dosis

( mg/hari)
Diuretic - Klortalidon - 12.5 – 25
- Hidroklorotiazid - 25-50
- Indapamid - 1.25-2.5
- Metozolan - 2.5-5
Penghambat ACE - Benezepril - 10-40
- Kaptopril - 12.5-15
- Enalapril - 5-40
- Fosinopril - 10-40
- Lisinopril - 10-40
- Meosipril - 7,5-30
- Perindopril - 4-16
- Kuinapril - 10-80
- Ramipril - 2.5-20
- trandolapril - 1-4

ARB - Azilsartan - 40-80


- Candesartan - 8-32
- Eprosartan - 600-800
- Irbesartan - 150-300
- Losartan - 50-100
- Olmesartan - 20-40
- Telmisartan - 20-80
- Valsartan - 80-320
CCB-Dihidropiridin - Amplodipin - 2.5-10
- Felodipin - 2.5-10
- Isradipin - 5-10
- Nikardipin SR - 60-120
- Nifedipin LA - 30-90
- Nisoldipin - 17-34
CCB- - Diltiazepam ER - 120-360
NonDihidropiridin - Verapamil IR - 120-360
- Verapamil SR - 120-360
- Verapamil delayed - 100-300
onset ER
Diuretik (loop) - Bumetadin - 0.5-2
- Furosemide - 20-80
- Torsemid - 5-10
Diuretic (Hemat - Amiloride - 5-10
Kalium ) - Triamterene - 5-100
Diuretic (antagonis - Eplerenon - 50-100
aldosterone) - Spironolakton - 25-100
Penyakit beta - Atenolol - 25-100
-kardioselectif - Betaxolol - 5-20
- Bisoprolol - 2.5-10
- Metoprolol Tartrat - 100-200
- Metoprolol suksinat - 50-200
Penyekat - Nebivolol - 5-40
kardioselectif dan
vasodilator
Penyekat beta- non - Nadolol - 40-120
kardioselectif - Propranolol IR - 80-160
- Propranolol LA - 80-160

B. Jantung koroner
Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner. penyempitan atau penyumbatan
ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa
nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan jantung memompa darah akan hilang,
sehingga sistem kontrol irama jantung akan terganggu dan selanjutnya bisa
menyebabkan kematian (Soeharto, 2001). Beberapa cara diagnosis jantung koroner
yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, foto sinar X dada. Penyebab
terjadinya penyakit kardiovaskuler pada perinsipnya disebabkan oleh dua faktor
utama yaitu:
1) Aterosklerosis Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit
arteri koroneria yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara
progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka
esistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah
miokardium (Brown, 2006).
2) Trombosis Endapan lemak dan pengerasan pembuluh darah terganggu dan
lamakelamaan berakibat robek dinding pembuluh darah. Pada mulanya, gumpalan
darah merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegahan perdarahan
berlanjut pada saat terjadinya luka. Berkumpulnya gumpalan darah dibagian robek
tersebut, yang kemudian bersatu dengan keping-keping darah menjadi trombus.
Trombosis ini menyebabkan sumbatan di dalam pembuluh darah jantung, dapat
menyebabkan serangan jantung mendadak, dan bila sumbatan terjadi di pembuluh
darah otak menyebabkan stroke (Kusrahayu, 2004).

Faktor-faktor resiko dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat diubah dan tidak
dapat diubah.
1) Faktor resiko lain yang masih dapat diubah
a. Hipertensi
Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka waktu panjang akan
mengganggu fungsi endotel, sel-sel pelapis dinding dalam pembuluh darah
(termasuk pembuluh koroner). Disfungsi endotel ini mengawali proses
pembentukan kerak yang dapat mempersempit liang koroner.
b. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) berpotensi menjadi ancaman terhadap beberapa
organ dalam tubuh termasuk jantung. Keterkaitan diabetes mellitus dengan
penyakit jantung sangatlah erat. Resiko serangan jantung pada penderita DM
adalah 2-6 kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang tanpa DM.
c. Merokok
Sekitar 24% kematian akibat PJK pada laki-laki dan 11% pada perempuan
disebabkan kebiasaan merokok. Orang yang tidak merokok dan tinggal
bersama perokok (perokok pasif) memiliki peningkatan resiko sebesar 20-
30%.
d. Hiperlipidemia
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak
bebas berasal eksogen dari makanan dan endogen dari sintesis lemak.
Kolesterol dan trigliserida adalah dua jenis lipid yang relatif mempunyai
makna klinis yang penting sehubungan dengan arteriogenesis. Lipid tidak larut
dalam plasma tetapi terikat pada protein sebagai mekanisme transpor dalam
serum. Peningkatan kolesterol LDL, dihubungkan dengan meningkatnya
resiko terhadap koronaria, sementara kadar kolesterol HDL yang tinggi
tampaknya berperan sebagai faktor perlindung terhadap penyakit arteri
koroneria (Muttaqin, 2009).
e. Obesitas
Kelebihan berat badan memaksa jantung bekerja lebih keras, adanya
beban ekstra bagi jantung. Berat badan yang berlebih menyebabkan
bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi sehingga
berkolerasi terhadap tekanan darah sistolik (Soeharto, 2001).
f. Gaya hidup tidak aktif
Ketidakaktifan fisik meningkatkan resiko PJK yang setara dengan
hiperlipidemia, merokok, dan seseorang yang tidak aktif secara fisik memiliki
resiko 30%-50% lebih besar mengalami hipertensi. Aktivitas olahraga teratur
dapat menurunkan resiko PJK.
2). faktor resiko yang tidak dapat diubah, yaitu
a. Jenis Kelamin
Penyakit jantung koroner pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan
pada perempuan dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki
daripada perempuan. Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun
setelah menopause insidensi PJK meningkat dengan cepat dan sebanding dengan
insidensi pada laki-laki (Leatham, 2006).
b. Keturunan (genetik)
Riwayat jantung koroner pada keluarga meningkatkan kemungkinan
timbulnya aterosklerosis prematur (Brown, 2006). Riwayat keluarga penderita
jantung koroner umumnya mewarisi faktor-faktor resiko lainnya, seperti
abnormalitas kadar kolesterol, peningkatan tekanan darah, kegemukan dan DM.
Jika anggota keluarga memiliki faktor resiko tersebut, harus dilakukan
pengendalian secara agresif.
Pedoman Tatalaksana Penyakit Kardiovaskuler di Indonesia tahun 2009 obat
yang disarankan untuk penderita PJK adalah :
a. Golongan Nitrat
Mekanisme kerja golongan nitrat vasodilatasi, menurunkan pengisian diastolik,
menurunkan tekanan intrakardiak dan meningkatkan perfusi subendokardium.
Nitrat kerja pendek penggunaan sublingual untuk profilaksis, nitrat kerja
panjang penggunaan oral atau transdermal untuk menjaga periode bebas nitrat.
Nitrat kerja jangka pendek diberikan pada setiap pasien untuk digunakan bila
terdapat nyeri dada. Dosis nitrat diberikan 5 mg sublingual dapat diulang tiga
kali sehari (Anonim, 2009).
b. Golongan Penyekat β (beta bloker)
Terdapat bukti-bukti bahwa pemberian beta bloker pada pasien angina yang
sebelumnya pernah mengalami infark miokard, atau gagal jantung memiliki
keuntungan dalam prognosis. Berdasarkan data tersebut beta bloker merupakan
obat lini pertama terapi angina pada pasien tanpa kontraindikasi (Anonim,
2009). Beta bloker dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan
pencernaan, mimpi buruk, rasa capek, depresi, reaksi alergi blok AV, dan
bronkospasme. Beta bloker dapat memperburuk toleransi glukosa pada pasien
diabetes juga mengganggu respon metabolik dan autonomik terhadap
hipoglikemik (Anonim, 2000). Dosis beta bloker sangat bervariasi untuk
propanolol 120-480/hari atau 3x sehari 10-40mg dan untuk bisoprolol 1x sehari
10-40mg.
c. Golongan antagonis kalsium
Mekanisme kerja antagonis kalsium sebagai vasodilatasi koroner dan sistemik
dengan inhibisi masuknya kalsium melalui kanal tipe-L. Verapamil dan
diltiazem juga menurunkan kontraktilitas miokardium, frekuensi jantung dan
konduksi nodus AV. Antagonis kalsium dyhidropyridin (missal: nifedippin,
amlodipin, dan felodipin) lebih selektif pada pembuluh darah (Anonim, 2009).
d. Obat antiplatelet
Terapi antiplatelet diberikan untuk mencegah trombosis koroner oleh karena
keuntungannya lebih besar dibanding resikonya. Aspirin dosis rendah (75-
150mg) merupakan obat pilihan kebanyakan kasus. Clopidogrel mungkin dapat
dipertimbangkan sebagai alternative pada pasien yang alergi aspirin, atau
sebagai tambambahan pasca pemasangan sent, atau setelah sindrom koroner
akut. Pada pasien riwayat perdarahan gastrointestinal aspirin dikombinasi
dengan inhibisi pompa proton lebih baik dibanding dengan clopidogrel. Untuk
Clopidogrel dengan dosis 75 mg satu kali sehari (Anonim, 2009).
e. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE-I)
ACE-I merupakan obat yang telah dikenal luas sebagai obat antihipertensi,
gagal jantung, dan disfungsi ventrikel kiri. Sebagai tambahan, pada dua
penelitian besar randomized controlled ramipril dan perindopril penurunan
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada pasien penyakit jantung koroner
stabil tanpa disertai gagal jantung. ACE-I merupakan indikasi pada pasien
angina pectoris stabil disertai penyakit penyerta seperti hipertensi, DM, gagal
jantung, disfungsi ventrikel kiri asimtomatik, dan pasca infark miokard.
f. Antagonis Reseptor Bloker
Mekanisme dengan mencegah efek angiotensin II, senyawa-senyawa ini
merelaksasikan otot polos sehingga mendorong vasodilatasi, meningkatkan
eksresi garam dan air di ginjal, menurunkan volume plasma, dan mengurangi
hipertrofi sel. Antagonis reseptor angiotensin II secara teoritis juga mengatasi
beberapa kelemahan ACEI (Oates and Brown, 2007). Antagonis reseptor
bloker diberikan bila pasien intoleran dengan ACE-I (Anonim, 2009).
C Hiperlipidemia
Merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar lipid darah yang ditandai
dengan meningkatnya kadar kolesterol total Low Density Lipoprotein (LDL), dan
trigliserida dalam darah yang melebihi batas normal. Hiperlipidemia dapat
menyebabkan terjadinya aterosklerosis, yaitu proses penebalan lapisan dinding
pembuluh darah yang akibatnya akan menghambat aliran darah dan mengurangi
elastisitas pembuluh darah serta merangsang pembekuan darah. Aterosklerosis
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinyapenyakit jantung koroner (PJK)
(Adams, 2005). Faktor resiko hiperlipidemia antara lain :
1. Gaya hidup tidak sehat
Gaya hidup tidak sehat minsalnya obesitas karena banyak mengosumsi
makanan berlemak, kebiasaan merokok, terlalu sering mengosumsi minuman
beralkohol dan malas berolahraga dapat meningkatkan kadar kolestrol jahat.
2. Obat-obatan tertentu
Pil KB dan beberapa jenis obat tertentu dapat mempengaruhi kadar kolestrol.
3. Kondisi kesehatan tertentu
Tingkat kolestrol abnormal bisa ditemukan pada ibu hamil dan orang yang
menderita penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal, kelainan tiroid
dan sindrom ovarium polikistik.
4. Keturunan
Hiperlipidemia juga bisa bersifat genetic atau geturunan. Umumnya orang
dengan kondisi hiperlipidemia turunan memiliki kadar kolestrol dan
trigliserida yang tinggi sejak usia remaja.
Diagnosis hiperlipidemia dapat dilakukan dengan tes darah yang disebut
pemeriksaan profil lemak atau panel lipid. Hasil pemeriksaan ini akan
menunjukan kadar kolestrol baik dan jahat. Kadar kolestrol yang normal
adalah :
 Kadar kolestrol total berada dibawah 200 mg/dL dan dapat dikatakan
tinggi apabila melebihi 240 mg/Dl.
 Kadar LDL dianggap normal berkisar antara 100-129 mg/Dl dan
dikatakan tinggi bila melebihi 190mg/dl.
 Kadar trigliserida berada dibawah 150mg/Gl dan dikatakan tinggi jika
melebihi 200 mg/Dl.
Cara mencegah hiperlipidemia dengan menerapkan pola hidup yang sehat
seperti makan makanan yang rendah lemak, rajin berolahraga, berhenti merokok
dan berhenti minum alkohol. Jenis obat yang digunakan jika menderita
hiperlipidemia yaitu
 Golongan obat statin, seperti simpastatin, atorvastin,resuvastin
 Asam nikotinat
 Fibrat
D. Stroke istemik
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda klinis fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada
tindakan dari pembedahan atau kematian) tanpa tanda – tanda penyebab non
vaskuler, termasuk didalamnya tanda – tanda perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intraserebral, iskemik atau infark serebri. Patologi stroke diklasifikasikan sebagai
stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke iskemik lebih sering ditemukan dari pada stroke hemoragik. Penelitian
yang dilakukan Hsieh et_al., di Taiwan pada 30.599 pasien stroke, memperlihatkan
proporsi stroke iskemik 74,0% dan stroke hemoragik 26,0%. Stroke iskemik atau
stroke non hemoragik adalah kematian jaringan otak karena gangguan aliran darah
ke daerah otak, yang disebabkan oleh tersumbatnya arteri serebral atau servikal
atau yang kurang mungkin tersumbat, vena serebral. Klasifikasi stroke iskemik
yang sering digunakan pada penelitian untuk mengklasifikasikan subtipe stroke
iskemik adalah klasifikasi Trial of ORG 10172 in Acute Stroke Treatment
(TOAST), yaitu aterosklerosis pembuluh darah besar, kardioembolik, lakunar,
penyebab lain, dan tidak diketahui penyebabnya.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi Usia, jenis kelamin dan riwayat
keluarga adalah faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang
dapat dimodifikasi Hipertensi, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, obesitas,
alkohol dan atrial fibrillation adalah faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Cara
mendiagnosis jenis patologi stroke dapat dilakukan pemeriksaan neuroimaging (CT
Scan kepala atau MRI). Stroke dengan lesi yang luas, misalnya di daerah kortikal
atau ganglia basalis, gambaran abnormal CT scan kepala baru akan muncul setelah
1-3 jam. Pemeriksaan CT Scan kepala dilakukan dalam 24 jam pertama sejak
admisi pasien ke rumah sakit. Diagnosis stroke akut dapat ditegakkan dengan lebih
cepat dan akurat dengan menggunakan MRI terkini (resolusinya lebih tinggi,
munculnya gambaran abnormal lebih cepat, dan dapat menilai lesi di batang otak).
Jika penampakan tidak khas atau tidak menunjukkan stroke, maka seorang klinisi
harus tetap menganggap itu adalah stroke dan dilanjutkan dengan penentuan
apakah pasien adalah calon untuk mendapatkan terapi akut.
Ada 4 komponen untuk merawat pasien – pasien stroke iskemik akut
(1). Terapi akut dan optimalisasi status neurologis
(2). Penentuan etiologi untuk melakukan pencegahan sekunder
(3). Pencegahan kerusakan neurologis atau komplikasi-komplikasi medis
(4). Pemulihan dan rehabilitasi
Tujuan penatalaksanaan atau terapi adalah memulihkan perfusi ke jaringan
otak yang mengalami infark dan mencegah serangan stroke berulang. Terapi dapat
menggunakan Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rtPA) yang
merupakan bukti efektivitas dari trombolisis, obat antiplatelet dan antikoagulan
untuk mencegah referfusi pada pasien stroke iskemik.
a. Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)
Obat ini juga disebut dengan rrt PA, t-PA, tPA, alteplase (nama generik),
atau aktivase atau aktilise (nama dagang). Pedoman terbaru bahwa rt-PA
harus diberikan jika pasien memenuhi kriteria untuk perawatan.
b. . Terapi antiplatelet
Pengobatan pasien stroke iskemik dengan penggunaan antiplatelet 48 jam
sejak onset serangan dapat menurunkan risiko kematian dan memperbaiki
luaran pasien stroke dengan cara mengurangi volume kerusakan otak yang
diakibatkan iskemik dan mengurangi terjadinya stroke iskemik ulangan
sebesar 25%.
Antiplatelet yang biasa digunakan diantaranya aspirin, clopidogrel.
Kombinasi aspirin dan clopidogrel dianggap untuk pemberian awal dalam
waktu 24 jam dan kelanjutan selama 21 hari. Pemberian aspirin dengan dosis
81 – 325 mg dilakukan pada sebagian besar pasien. Bila pasien mengalami
intoleransi terhadap aspirin dapat diganti dengan menggunakan clopidogrel
dengan dosis 75 mg per hari atau dipiridamol 200 mg dua kali sehari.
c. Terapi antikoagulan
Terapi antikoagulan sering menjadi pertimbangan dalam terapi akut
stroke iskemik, tetapi uji klinis secara acak menunjukkan bahwa
antikoagulan tidak harus secara rutin diberikan untuk stroke iskemik akut.
Penggunaan antikoagulan harus sangat berhati-hati. Antikoagulan sebagian
besar digunakan untuk pencegahan sekunder jangka panjang pada pasien
dengan fibrilasi atrium dan stroke kardioemboli. Terapi antikoagulan untuk
stroke kardioemboli dengan pemberian heparin yang disesuaikan dengan
berat badan dan warfarin (Coumadin) mulai dengan 5-10 mg per hari.
Pencegahan penyakit stroke terdiri dari pencegahan primer dan sekunder. Pada
pencegahan primer meliputi upaya – upaya perbaikan pola hidup dan pengendalian
faktor – faktor risiko. Pencegahan ini ditujukan kepada masyarakat yang sehat dan
belum pernah terserang stroke, namun termasuk pada kelompok masyarakat risiko
tinggi. Upaya - upaya yang dapat dilakukan adalah:
1. mengatur pola makan sehat
2. penanganan stress dan beristirahat yang cukup
3. pemeriksaan kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter (diet dan obat)
Pencegahan sekunder, yakni dengan mengendalikan faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi dan dapat digunakan sebagai penanda (marker) stroke pada
masyarakat, sedangkan pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi kita
dapat melakukan evaluasi kepada pasien stroke saat dirawat maupun ketika keluar
dari RS. Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan pada pasien stroke iskemik
akut :
1. pemeriksaan MRI pada beberapa pasien dapat dipertimbangkan untuk
mendapatkan informasi tambahan dalam penegakan diagnosis dan dalam
membuat perencanaan perawatan selanjutnya.
2. pencitraan non invasif rutin dilakukan dalam waktu 24 jam sejak pasien masuk
RS, dimana hanya untuk pasien dengan Modified Rankin Scale (MRS) 0-2.
3. monitoring jantung harus dilakukan setidaknya selama 24 jam pertama.
4. pemeriksaan diabetes mellitus dengan pengujian glukosa plasma
darah,hemoglobin A1c atau tes toleransi glukosa oral.
5. pengukuran kadar kolesterol darah pada pasien yang telah medapatkan terapi
statin
6. penilaian troponin awal dapat diberikan, tetapi tidak boleh menunda alteplase
IV atau trombektomi
7. pemberian antikoagulasi pada pasien yang memiliki hasil tes koagulasi
abnormal pasca stroke iskemik
8. pemberian antitrombotik pada pasien stroke iskemik akut non kardioembolik,
yakni pemilihan antiplatelet dapat mengurangi risiko stroke berulang dan
kejadian kardiovaskular lainnya
9. pemberian terapi statin pada pasien selama periode akut
10. revaskularisasi karotid dapat dilakukan untuk pencegahan sekunder pada pasien
stroke dengan Modified Rankin Scale (MRS) 0-2, jika tidak ada kontraindikasi.
11. inisiasi intervensi di RS dengan menggabungkan farmakoterapi dan dukungan
terapi perilaku pada pasien stroke yang memiliki kebiasaan merokok, serta
melakukan konseling rutin agar membantu pasien berhenti merokok.
12. memberikan pendidikan tentang stroke. Pasien harus diberikan informasi, saran,
dan kesempatan untuk berdiskusi mengenai dampak stroke dalam kehidupan
sehari-hari mereka.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah (arteri, vena, kapiler) dan
sistem limfatik. Fungsi utama sistem kardiovaskular adalah mengalirkan darah yang kaya
oksigen ke seluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh ke sirkulasi paru
untuk di oksigenasi. Penyakit kardiovaskular (PKV) adalah penyakit yang disebabkan
gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner, hipertensi,
stroke dan hiperlipidemia.
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler adalah hipertensi essensial,
penyakit jantung koroner, hiperlipidemia dan stroke istemik. Dai masing – masing penyakit
memiliki gejala yang berbeda. Faktor resiko dari penyakit tersebut terbagi atas dua bagian
yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi Usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, alkohol dan penyakit tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

 Haris Abdul & Martiningsih. 2019. Resiko Penyakit Kardiovaskuler pada peserta
program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) di puskesmas kota bima.
Keperawatan mataram. Journal keperawatan Indonesia Pissn 1410-4490,Eissn 2354-
9203.
 Lestari sri ending dkk. 2014. Faktor resiko penyakit kardiovaskular (studi mahasiswa
perokok fakultas teknik jurusan mesin universitas diponegoro semarang). Journal
kesehatan masyarakat vol 2, No 1.
 Adrian JS & Tommy. Hipertensi essensial : diagnosis dan tatalaksana terbaru pada
dewasa. Universitas katolik Indonesia atma jaya. Journal CDK-274/Vol 46. NO 3.
 Sarwindah Dwi. 2020. Potensi seledri sebagai anti kolestrol. Universitas Lampung.
Journal penelitian perawat propesional. Vol 2. No 4. E-ISSN 2715-6885;p-ISSN
2714-9757.
 Mutiarasari Diah. 2019. Ischemic stroke, risk factors, and prevention. Fakultas
kedokteran universitas tadulako. Journal ilmiah kedokteran vol 6, No 1.

Anda mungkin juga menyukai