1.1 Notaris
Kata notaris berasal dari kata "nota literaria" yaitu tanda tulisan atau
kalimat yang disampaikan narasumber. Tanda atau karakter yang dimaksud adalah
tanda yang dipakai dalam penulisan cepat. Pada awalnya jabatan notaris
hakikatnya adalah sebagai pejabat umum yang ditugaskan oleh kekuasaan umum
untuk melayani kebutuhan masyarakat akan alat bukti otentik yang memberikan
kepastian hubungan hukum keperdataan. Jadi, sepanjang alat bukti autentik tetap
diperlukan oleh sistem hukum negara maka jabatan notaris akan tetap diperlukan
bahwa “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
Perubahan telah mengatur secara rinci mengenai jabatan umum yang dijabat oleh
notaris, dan dalam undang-undang tersebut juga mengatur tentang bentuk dan sifat
1
Lumban Tobing,G.H.S, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, h. 41
akta notaris, serta tentang minuta akta, grosse akta,dan salinan akta, maupun
berwenang untuk membuat akta otentik. Pejabat umum yang dimaksud dalam
pemerintah dan diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani publik dalam
2
Komar Andasasmita, 1981, Notaris I, Sumur Bandung, Bandung, h. 45
1.1.2 Kedudukan Notaris Sebagai Pejabat Umum
menjadikan notaris sebagai pejabat umum, berhubung dengan definisi dari akta
otentik yang diberikan oleh Pasal 1868 KUHPerdata yang berbunyi : “Suatu akta
otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh
diartikan sebagai pejabat yang diserahi tugas untuk membuat akta otentik yang
dapat membuat suatu akta otentik seseorang harus mempunyai kedudukan sebagai
pejabat umum.Namun dalam Pasal 1868 KUHPerdata itu tidak menjelaskan lebih
tugas yang bertalian dengan kepentingan publik, sehingga tepat jika Openbare
yang diserahi tugas untuk membuat akta otentik yang melayani kepentingan
Dari pasal tersebut jelas menggambarkan bahwa tugas pokok dari notaris
berfungsi sebagai alat pembuktian yang mutlak. Dalam arti bahwa apa yang
tersebut dalam akta otentik pada pokoknya dianggap benar. Hal ini sangat penting
bagi siapa saja yang membutuhkan alat pembuktian untuk suatu keperluan, baik
membuat akta otentik telah ditegaskan dalam ketentuan yang tercantum dalam
pejabat umum, tapi kualifikasi notaris sebagai pejabat umum tidak hanya untuk
notaris saja karena sekarang ini seperti Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya
disebut PPAT) juga diberi kualifikasi sebagai Pejabat Umum dan Pejabat Lelang.
Pemberian kualifikasi sebagai pejabat umum kepada pejabat lain selain kepada
notaris bertolak belakang dengan makna dari pejabat umum itu sendiri, karena
seperti PPAT hanya membuat akta-akta tertentu saja yang berkaitan dengan
pertanahan dengan jenis akta yang sudah ditentukan, dan pejabat lelang hanya
3
Habib Adjie, 2009, Sekilas Dunia Notaris & PPAT Indonesia, Mandar Maju,
Bandung, (selanjutnya disebut Habib Adjie I) h. 16
4
Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris), Refika Aditama,Bandung, (selanjutnya disebut Habib Adjie
II) h. 13
Kedudukan seorang notaris sebagai fungsionaritas dalammasyarakat
yang boleh diandalkan dan pembuatan dokumen yang kuat dalam suatu proses
segalanya (capnya) memberikan jaminan dan bukti kuat, seorang ahli yang tidak
unimpeachable), yang tutup mulut, dan membuat suatu perjanjian yang dapat
atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi
lingkungan pekerjaan tetap. Sebagai pejabat umum, notaris : (a) berjiwa pancasila;
(b) taat kepada hukum, sumpah jabatan, Kode Etik Notaris; (c) berbahasa
Indonesia yang baik.6Sehingga segala tingkah laku notaris baik di dalam ataupun
yang berlaku, dan yang tidak kalah penting juga kode etik notaris.
5
Tan Thong Kie, 2000, Studi Notariat Serba Serbi Praktek Notaris, Ikhtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, h. 162
6
Abdulkadir Muhammad, 2006, Etika Profesi Hukum, cet 3, Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 89
1.2 Mediator Pada Umumnya
yakni sebagai penengah antara dua orang atau lebih yang saling bersengketa, oleh
menengahi, sedangkan orang yang menengahi disebut mediator atau orang yang
menjadi penengah.8
tidak hanya dilakukan di luar pengadilan oleh lembaga swasta dan swadaya
7
Syahrizal Abbas, 2009, Mediasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 1-2
8
Rahmadi Usman, I, Op.cit, h. 79
9
Fatahillah A. Syukur, 2012, Mediasi Yudisial Di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, h. 1
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2000, Kamus
Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta, h. 640
KUHPerdata adalah “suatu perjanjian dimana kedua belah pihak dengan dalam
pengertian mediasi hanya dapat dijumpai dalam Perma Nomor 1 Tahun 2008
Beberapa unsur penting yang terdapat dalam mediasi antara lain sebagai
berikut:
perundingan;
penyelesaian;
perundingan berlangsung;
5. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan
maupun sebagai dasar negara Pancasila yang dikenal istilah musyawarah untuk
mufakat. Seluruh suku bangsa di Indonesia pasti mengenal makna dari istilah
penyelesaian sengketa selalu diikuti dengan kata-kata “kalau terjadi sengketa atau
dilakukan dalam sistem peradilan. Sistem hukum Indonesia dalam hal ini
Mahkamah Agung (selanjutnya disebut MA) lebih memilih bagian yang kedua
yaitu mediasi dalam sistem peradilan atau court annexed mediation atau lebih
dikenal court annexed dispute resolution.12 Untuk saat ini, pemberlakuan mediasi
Pengadilan yang menetapkan mediasi sebagai bagian dari hukum acara dalam
11
Suyut Margono, 2000, ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, PT.
Graha Indonesia, Bogor, h. 59
12
Suyud Margono, 2002, ADR (Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase Proses
Pelembagaan Dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 23-33
perkara perdata, sehingga suatu putusan akan menjadi batal demi hukum
manakala tidak melalui proses mediasi (Perma Nomor 1 Tahun 2008 Pasal 2).
Mediasi di Pengadilan, maka setiap perkara perdata tertentu yang akan diadili oleh
dimaksudkan dapat menjadi salah satu instrumen efektif dalam mengatasi masalah
sejalan dengan prinsip penyelesaian sengketa yang cepat dan murah, yang pada
akhirnya dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak untuk
keadilan.
tertulis “Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang
lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada
luar yang tidak memihak (impartial) bekerja sama dengan pihak yang bersengketa
sertifikat mediator, hal ini sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 5 Perma
1. Kecuali keadaan sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (3) dan Pasal 11 ayat
(6), setiap orang yang menjalankan fungsi mediator pada asasnya wajib
memiliki sertifikat mediator yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan
yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari
Mahkamah Agung Republik Indonesia.
2. Jika dalam wilayah sebuah pengadilan tidak ada hakim, advokat,
akademisi hukum dan profesi bukan hukum yang bersertifikat mediator,
hakim di lingkungan pengadilan yang bersangkutan berwenang
menjalankan fungsi mediator.
3. Untuk memperoleh akreditasi, sebuah lembaga harus memenuhi syarat-
syarat berikut:
a. Mengajukan permohonan kepada Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia;
b. Memiliki instruktur atau pelatih yang memiliki sertifikat telah
mengikuti pendidikan atau pelatihan mediasi dan pendidikan atau
pelatihan sebagai instruktur untuk pendidikan atau pelatihan mediasi;
c. Sekurang-kurangnya telah dua kali melaksanakan pelatihan mediasi
bukan untuk mediator bersertifikat di Pengadilan;
d. Memiliki kurikulum atau pelatihan mediasi di pengadilan yang di
sahkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia.
sengketa cukup terbatas diatur dalam undang-undang ini, yaitu hanya satu pasal,
13
Khotibul Uman, 2010, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, Pustaka Yustisia,
Yogjakarta, h. 10
yaitu pasal 6 dengan 9 ayat. Dalam pasal tersebut tidak ditemukan persyaratan
pihak ketiga, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses mediasi. Oleh karena
itu, sangat tepat bila undang-undang ini disebut sebagai undang-undang arbitrase
yang dimaksud dengan “mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak
penyelesaian.”
dipersengketakan;
14
Syahrizal Abbas, 2009, Mediasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 297
5. Membantu para pihak untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap
untuk memutuskan sengketa antara para pihak namun dalam hal ini para pihak
proses negosiasi yang lebih efektif dan dengan demikian membantu para peserta
15
Harijah Damis, Hakim Mediasi Versi Sema Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai, Majalah Mimbar
Hukum, Nomor 63 tahun XV, Edisi Maret-April 2004, h. 28
16
Khotibul Uman, Loc.cit
di lingkungan pengadilan yang bersangkutan berwenang menjalankan
fungsi mediator.
syarat berikut :
Republik Indonesia;
mediasi;
pengadilan;
Indonesia.
bersangkutan;
Selain itu menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Perma
Nomor 1 Tahun 2008 menyatakan bahwa tugas mediator untuk membantu para
satu pihak atau para pihak atau kuasa hukumnya telah dua kali berturut-
mediasi yang telah disepakati atau telah dua kali berturut-turut tidak
nyata berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan dalam surat
sengketa merupakan salah satu kekayaan yang paling berguna bagi seorang
siapa yang benar dan siapa yang salah, mediator dihadirkan karena keterampilan
mendalam;
sebagai wasit dengan tetap menjaga netralitas dan tidak boleh terbawa didalam
emosi salah satu pihak dan selalu menjaga kenyamanan suasana. Garry
tahapan, yaitu:
antara lain:
pihak;
informasi;
17
Rachmadi Usman, 2002, Hukum Arbitrase Nasional, Grasindo, Jakarta, (selanjutnya
disebut Rachmadi Usman II) h. 17
h. Menciptakan interaksi model dan disiplin.
masalah.
dilakukan:
pemecahan masalah;
mereka;
Setelah para pihak tersebut mencapai kesepakatan, mereka harus menulis sebuah
mewakili satu pihak saja, karena hal ini dapat membuat mediator rentan terhadap
18
ibid, h. 104