Anda di halaman 1dari 15

Gangguan Sistem Enzim Pencernaan Tubuh

Nur Sabrina binti Mohd Rokis

102013519

Blok 9 2013/2014

Alamat korespondensi: Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510

nursabrina.rokis@gmail.com

Kasus:

Seorang remaja berusia 16 tahun, sejak kecil ia sering mengalami sakit perut, flatulensi dan diare
setelah makan es krim atau produk-produk yang mengandung susu lainnya. Oleh ibunya ia
dikonsultasikan ke dokter. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyatakan remaja tersebut
mengalami intoleransi laktosa.
PENDAHULUAN

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Makanan harus dicerna dan diuraikan menjadi
molekul-molekul kecil untuk diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi dan di
distribusikan ke sel-sel. Jenis makanan yang diambil dapat mempengaruhi kelancaran proses
pencernaan oleh tubuh. Selain itu, pemakanan yang baik yang dapat membantu kelancaran
pencernaan dapat menyumbang ke arah tubuh badan yang lebih sihat. Tubuh kita mempunyai
pelbagai organ, hormon dan sekresi serta mekanisme yang membantu mencernakan makanan
sehingga dapat diserap untuk kegunaan tubuh badan kita.

ISI PERBAHASAN

Struktuk Makroskopik Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan adalah terdiri dari mulut, pharynx, oesophagus, gaster, usus halus yaitu
duodenum, jejunum dan ileum, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Gaster atau Lambung

Lambung merupakan kantong, rongga perut yang terletak pada kiri atas abdomen. Ia terdiri dari
fundus, korpus dan pylorus. Di ujung lambung terdapat otot lingkar atau sphingter yang
berbatasan dengan oesophagus dan berbatasan dengan usus halus. Fungsi lambung adalah
mencerna dan mencampurkan makanan. Pada dinding lambung terdapat kelenjar yang
menghasilkan getah lambung yaitu yang terdiri dari selaput lendir lambung yang melapisi
mukosa lambung dan kelenjar yang mana menghasilkan enzim Pepsin, HCl dan enzim Renin
yang terlibat dalam proses pencernaan protein. Otot pada lambung melakukan pengosongan
lambung dan dibawa ke usus halus untuk diserap. Faktor yang mempengaruhi keasaman isi
lambung adalah jumlah pengeluaran asam lambung, jumlah makanan yang masuk dan sifatnya
dan pergerakan otot (motilitas) lambung.

2. Hati
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam
tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesisprotein plasma, dan penetralan obat. Dia juga
memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Hati terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri.
Struktur mikroskopik organ ini terdiri atas lobulus–lobulus berbentuk segi enam yang terdiri atas
sel–sel hati, antara lain menghasilkan protein plasma seperti heparin, fibrinogen dan protrombin,
pusat metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, menetralisir racun yang masuk ke dalam
tubuh (defoksifikasi), tempat menyimpan cadangan makanan seperti glikogen, dan menghasilkan
cairan empedu.

Setelah diserap oleh usus, sari-sari makanan dibawa oleh darah menuju ke hati dan seluruh
tubuh. Pada hati bermuara dua pembuluh darah, yaitu: vena porta hepatica yang berasal dari
Iambung dan usus yang mengandung darah miskin oksigen, tetapi kaya nutrisi (sari makanan)
dan arteri hepatica yang merupakan cabang arteri coeliaca (arteri yang mengalirkan darah ke
saluran cerna) yang kaya oksigen.

3. Pankreas

Pankreas adalah organ pada system pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak
pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum. Pankraes terdiri dari 2
jaringan dasar yaitu pertama asinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan kedua adalah
pulau pankreas yang menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam
duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk
yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan
aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

4. Kantong Empedu

Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu
yang dibutuhkan tubuh untuk prosespencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah
sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap. Organ ini terhubungkan dengan hati dan duodenum
melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu pertama adalah membantu
pencernaan dan penyerapan lemak dan kedua, berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari
tubuh, terutama haemoglobin(Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol.

5. Usus Halus (Intestinum)

Lambung melepaskan makanan ke dalam duodenum, yang merupakan bagian pertama dari usus
halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa
dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan
empedu dari hati. Cairan tersebut(yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut
sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan
peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan
mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa senti pertama dari lapisan
duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan
tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan
dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap.

Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum. Bagian ini
terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini
diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Kepadatan dari isi usus berubah secara
bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus. Di dalam duodenum, air dengan
cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung. Ketika melewati usus
halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim
pankreatik.

6. Usus Besar

Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum). Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil
berbentuk seperti tabung, yang terletak pada caecum, pada perbatasan kolon asendens dengan
usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja.
Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya
menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal
dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di
dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.

Struktur Mikroskopik Saluran Pencernaan

Lapisan  saluran pencernaan secara umum dari luar ke dalam: Tunika mukosa, submukosa,
muskularis dan serosa/adventisia. Adventisia merupakan jaringan ikat pada retroperitoneal.

1. Gaster

Tunika mukosa gaster merupakan epitel selapis torak tanpa bersel goblet, tidak terdapat vili
intestinalis. Terdapat foveola gastrika/pit gaster yang dibentuk epitel, lamina propia dan
muskularis mukosa. Seluruh gaster terdapat rugae (lipatan mukosa dan submukosa) yang bersifat
sementara dan menghilang saat gaster distensi oleh cairan dan material padat. Foveola tersebut
terdapat sel mukosa yang menyekresi mucus terutama terdiri dari sel neck yang menghasilkan
secret mukosa asam kaya glikosaminoglikan, sel parietal yang menghasilkan HCl, sel chief yang
menghasilkan pepsin dan sel argentaffin yang menghasilkan intrinsic factor castle untuk
pembentukan darah.

Tunika submukosa terdapat jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah dan
saraf pleksus meissner. Pada tunika muskularis pula, terdiri atas otot oblik (dekat lumen),otot
sirkular (bagian tengah) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantara otot sirkuler dan
longitudinal tersebut sedikit dipisah pleksus saraf mienterikus auerbach. Tunika serosa
mempunyai peritoneum visceral dengan epitel selapis gepeng, yang diisi pembuluh darah dan
sel-sel lemak.

2. Usus Halus
Ciri khas terdapat plika sirkularis kerkringi, vili intestinalis, dan mikrovili. Plika sirkularis
kerkringi merupakan lipatan mukosa(dengan inti submukosa) permanen. Vili intestinales
merupakan tonjolan permanen mirip jari pada lamina propia ke arah lumen diisi lakteal
(pembuluh limfe sentral). Mikrovili merupakan juluran sitoplasma (striated brush border). Pada
lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn, didasarnya terdapat sel paneth (penghasil
lisozim-enzim antibakteri pencerna dinding bakteri tertentu dan mengendalikan mikroba usus
halus) dan sel enteroendokrin (penghasil hormone-gastric inhibitory peptide,sekretin dan
kolesistokinin/pankreozimin-).

3. Duodenum

Pada tunika mukosa terdapat epitel kolumner simpleks dengan mikrovili, terdapat vili intestinalis
dan sel goblet. Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn. Tunika submukosa
mempunyai jaringan ikat longgar. Terdapat kelenjar duodenal Brunner (ciri utama pada
duodenum yang menghasilkan mucus dan ion bikarbonat). Trdapat plak payeri (nodulus
lymphaticus agregatia/ gundukan sel limfosit). Tunika muskularis terdiri atas otot sirkular
(bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus
auerbach. Tunika serosa merupakan peritoneum visceral dengan epitel gepeng simpleks, yang
diisi pembuluh darah dan sel-sel lemak.

4. Jejunum dan Ileum

Secara histologis sama dengan duodenum, perkecualiannya tidak ada kelenjar duodenal brunner
ataupun agmina peyeri.

5. Appendiks

Secara struktur mirip kolon. Ada banyak kesamaan dengan kolon seperti epitel berlapis dengan
sel goblet. Lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn (tapi kurang berkembang, lebih
pendek, letak sering berjauhan) dan jaringan limfoid difus sangat banyak. Terdapat pula tunika
muskularis mukosa. Tunika submukosa sangat vascular. Tunika muskularis terdiri atas otot
sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantaranya dipisah oleh pleksus
mienterikus auerbach.

6. Usus Besar
Terdapat caecum, colon ascendens, tranversal, descendens, sigmoid, rectum serta anus. Pada
tunika mukosa, terdiri daripada epitel selapis torak, mempunyai sel goblet (lebih banyak
dibanding usus halus) tapi tidak mempunyai plika sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina
propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn yang lebih banyak dan nodulus limpatikus. Tidak
terdapat sel paneth tapi terdapat sel enteroendokrin. Dibawah lamina terdapat tunika muskularis
mukosa. Tunika submukosa mempunyai jaringan ikat longgar yang banyak mengandung
pembuluh darah, sel lemak dan saraf pleksus meissner. Tunika muskularis terdiri atas otot
sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Otot sirkular berbentuk utuh tapi otot
longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli). Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus
auerbach. Tunika serosa merupakan peritoneum visceral dengan epitel gepeng simpleks, yang
diisi pembuluh darah dan sel-sel lemak. Colon tranversum dan sigmoid melekat ke dinding tubuh
melalui mesenterium, sehingga tunika serosa menjadi lapisan terluar bagian colon ini. Sedangkan
adventisia membungkus colon ascendens dan descendens karena letaknya peritoneal.

7. Kelenjar-Kelenjar pencernaan

Terdapat beberapa kelenjar air liur yaitu kelenjar parotis, submandibular dan sublingual.

Kelenjar pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Terdapat epitel duktus
ekskretorius bervariasi dari torak rendah bersel goblet–kubus. Duktus interkalarisnya (isthmus)
panjang-panjang dan epitelnya selapis gepeng. Bentuk sel asinusnya lebih kecil dari sel asinus
parotis. Pars terminalisnya 100% serous dan di tengah pars terminal sering dijumpai sel-sel
sentroasini yang merupakan bagian dari isthmus. Pada kelenjar pancreas tidak ada sel myoepitel

Hepar mempunyai sel-sel hati yang berbentuk polygonal dan berinti bulat, tersusun menjadi pita-
pita sel hati. Pita-pita sel hati bercabang dan beranastomosa, serta tersusun radier terhadap vena
sentralis. Di antara pita-pita sel hati terdapat sinusoid-sinusoid darah, yang pada sayatan tampak
sebagai celah-celah atau rongga-rongga. Di dalamnya sering tampak butir-butir darah. Jaringan
interlobular terdiri atas jaringan ikat, di dalamnya terdapat vena interlobular yang berdinding
tipis, arteri interlobuler yang berdinding tebal. Pembuluh empedu interlobuler, lumennya dibatasi
oleh sel-sel kubus atau silindris yang rendah. Sinusoid dibatasi oleh sel-sel batas dan sel Kupffer
yang makrofag sehingga tampak jelas pada pewarnaan dengan tinta cina. Lobulus hati dibatasi
oleh jaringan ikat interlobuler, pada penampang melintang tampak bentuk segi 5 atau 6 dengan
jaringan interlobuler di sekelilingnya.

Sifat utama vesica fellea adalah tanpa tunica muskularis mukosa. Tunika mukosa terdapat epitel
selapis torak pada lamina propria didapati sinus Rokistansky Aschof. Tunika muskularisnya
tidak teratur. Tunika perimuskularis/subserosa berupa anyaman penjambung jarang. Di sini
terdapat duktus Aberans Luscha. Tunika Adventitia berupa membran serosa.

Karbohidrat dalam makanan

Dalam diet normal manusia hanya ada tiga sumber utama karbohidrat. Ketiganya yaitu sukrosa
yang merupakan disakarida yang dikenal sebagai gula tebu; laktosa, yaitu disakarida yang
terdapat dalam susu; dan tepung, yang merupakan polisakarida besar yang terdapat pada hampir
semua bahan makanan bukan hewani dan terutama terdapat pada padi-padian. Karbohidrat lain
yang dicernakan lebih sedikit yaitu amylase, glikogen, alkohol, asam laktat, asam piruvat, pectin,
dekstrin, dan sejumlah kecil derivate karbohidrat dalam daging. Diet juga mengandung sejumlah
besar selulosa, yang merupakan suatu karbohidrat. Akan tetapi, tidak ada satupun suatu enzim
yang mampu menghidrolisis selulosa, disekresikan di dalam saluran cerna. Akibatnya, selulosa
tidak dapat dianggap sebagai bahan makanan untuk manusia.

Mekanisme Pencernaan Karbohidrat

Ketika makanan dikunyah, makanan bercampur dengan saliva, yang terdiri atas enzim ptyalin
(suatu α-amilase) yang terutama disekresikan oleh kelenjar parotis. Enzim ini menghidrolisis
tepung menjadi disakarida maltose dan polimer glukosa kecil lainnya yang mengandung tiga
sampai sembilan molekul glukosa (seperti maltotriosa dan α limit dekstrin) yang merupakan titik
cabang molekul tepung. Tetapi makanan berada dalam mulut hanya untuk waktu yang singkat,
dan mungkin tidak lebih dari 5 persen dari semua tepung tang dimakan telah dihirolisis pada saat
makanan ditelan. Pencernaan berlanjut di dalam korpus dan fundus lambung selama 1 jam
sebelum makanan bercampur dengan sekresi lambung, karena amylase pada dasarnya tidak aktif
sebagai suatu enzim bila pH medium turun di bawah sekitar 4,0. Meskipun demikian, rata-rata,
sebelum makanan menjadi bercampur secara menyeluruh dengan sekresi dari lambung, sebanyak
30 sampai 40 persen tepung akan dihidrolisis teruama menjadi maltosa.
Pencernaan karbohidrat di usus halus dilakukan oleh amylase pancreas. Sekresi pancreas seperti
saliva mengandung sejumlah besar α-amilase yang fungsinya hampir mirip dengan α-amilase
saliva tetapi beberapa kali lebih kuat. Oleh karena itu, dalam waktu 15 sampai 30 menit setelah
kimus dikosongkan dari lambung ke duodenum dan bercampur dengan getah pancreas,
sebenarnya, semua tepung telah dicernakan. Pada umumnya, hampir semua tepung diubah
menjadi maltosa dan polimer-polimer glukosa yang sangat kecil lainnya sebelum keduanya
melewati duodenum atau jejunum bagian atas.

Protein dalam makanan

Protein dalam makanan dibentuk dari rantai panjang amino yang diikat bersama oleh ikatan
peptide. Karakteristik dari masing-masing jenis protein ditentukan oleh jenis asam aminonya
dalam molekul protein dan oleh susunan asam-asam amino ini.

Mekanisme Pencernaan Protein

Pepsin, enzim peptic lambung yang penting, paling aktif pada pH 2-3 dan tidak aktif pada pH di
atas 5. Akibatnya, agar enzim ini dapat melakukan kerja pencernaan terhadap protein, maka
cairan getah lambung harus bersifat asam. Kelenjar lambung mensekresi sejumlah besar asam
hidroklorida. Asam hidroklorida ini disekresikan oleh sel-sel parietal pada pH kira-kira 0,8,
tetapi pada saat asam hidroklorida bercampur dengan isi lambung dan bersama dengan sekresi
dari sel-sel kelenjar nonparietal lambung, pH berkisar antara 2 sampai 3 suatu batas asiditas yang
cukup tinggi untuk aktivitas pepsin.

Salah satu gambaran penting pencernaan pepsin adalah kemampuannya untuk mencernakan
kolagen, suatu albuminoid yang sangat sedikit dipengaruhi oleh enzim-enzim pencernaan
lainnya. Kolagen merupakan unsur dasar utama dari jaringan penyambung interselular daging;
oleh karena itu, agar enzim pencernaan saluran dapat menembus daging dan mencernakan
protein selular, pertama penting bahwa serabut-serabut kolagen dicernakan. Akibatnya, pada
orang yang tidak mempunyai aktivitas peptic dalam lambung, pencernaan daging kurang baik
ditembus oleh enzim-enzim pencernaan dan oleh karena itu proses pencernaannya buruk.

Kebanyakan pencernaan protein terjadi terutama di dalam usus halus bagian atas, di dalam
duodenum dan jejunum, di bawah pengaruh enzim-enzim proteolitik dari sekresi pancreas. Saat
protein meninggalkan gaster, protein biasanya terutama dalam bentuk proteosa, pepton, dan
polipeptida-polipeptida besar. Segera setelah masuk ke usus halus, produk yang sudah
dipecahkan sebagian diserang oleh enzim-enzim proteolitik utama pancreas, tripsin, kimotripsin,
karboksipeptidase, dan proelastase. Keduanya, baik tripsin maupun kimotripsin dapat
memecahkan molekul-molekul protein menjadi polipeptida-polipeptida kecil; karboksipeptidase
kemudian memcahkan asam amino-asam amino tunggal dari ujung karboksil polipeptida.
Proelastase meningkatkan elastase yang kemudian mencernakan serabut-serabut elastin yang
menahan daging. Hanya suatu presentase protein kecil yang dicernakan sepenuhnya menjadi
unsure-unsur asam amino oleh getah pancreas. Kebanyakan tinggal sebagai dipeptida, tripeptida,
dan beberapa bahkan lebih besar.

Mekanisme Pencernaan Lemak


Lemak diabsorpsi dalam bentuk monogliserida dan asam lemak bebas, keduanya akan larut
dalam gugus pusat lipid dari misel empedu, dan zat-zat ini dapat larut dalam kimus. Dalam
bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas ditranspor ke permukaan mikrovili brush border
sel usus dan kemudian menembus ke dalam ceruk diantara mikrovili yang bergerak. Dari sini
keduanya segera berdifusi keluar misel dan masuk ke bagian dalam sel epitel. Proses ini
meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan melakukan fungsinya
berkali-kali membantu absorpsi monogliserida dan asam lemak.
Enzim Dan Hormon Pencernaan
1. Hormon pencernaan

Hormon Keterangan

Gastrin  Merangsang sekresi sel parietal dan sel utama

 Meningkatkan motilitas lambung

 Melemaskan sfingter ileosekum

 Menginduksi gerakan massa ke kolon

 Bersifat trofik bagi mukosa lambung dan usus halus

Sekretin  Melemaskan sfingter ileosekum


 Menginduksi gerakan massa ke kolon

 Bersifat trofik bagi mukosa lambung dan usus halus

 Menghambat pengosongan lambung

Kolesistokinin  Menghambat sekresi lambung


(CCK)
 Merangsang sekresi NaHCO3 encer oleh sel-sel duktus pancreas

 Merangsang sekresi empedu kaya-NaHCO3 oleh hati

 Bersifat trofik bagi pancreas eksokrin

 Menghambat pengosongan lambung

 Merangsang sekresi enzim-enzim pencernaan oleh sel-sel asinus


pancreas

 Menyebabkan kontraksi kandung empedu

Gastric inhibitory  Menyebabkan relaksasi sfingter Oddi


peptide
 Bersifat trofik bagi pancreas eksokrin

 Dapat menimbulkan perubahan-perubahan adaptif jangka panjang


proporsi enzim-enzim pancreas

 Berperan dalam rasa kenyang

 Menghambat pengosongan lambung

 Menghambat sekresi lambung

 Merangsang sekresi insulin oleh pancreas

2. Pencernaan dalam mulut

Enzim Keterangan

Saliva  Terdiri daripada 99.5% air dan bahan padat seperti albumin, globulin dan musin.
 pH saliva adalah 6,8 dan bervariasi tergantung konsentrasi CO2 dalam darah

 Kepadatan berkisar dari 18 ke 35

Amilas  Menghidrolisis polisakarida menjadi disakarida


e
 Enzim ini bekerja paling optimum pada pH 6,8

 Pada pH kurang dari 4 enzim ini inaktif misalnya di dalam lambung

3. Pencernaan di lambung

Enzim Keterangan

HCl  HCl melindungi lambung dari serangan bakteri, virus dan jamur yang
lambung masuk bersama makanan dan minuman.

 Apabila protein dan HCl lambung bercampur akan terjadi denaturasi.


Struktur tersier protein akan hilang karena penghancuran ikatan hydrogen.
Lipatan rantai polipeptida akan terbuka sehingga enzim proteolitik dapat
bekerja.

Pepsin  Menghidrolisis protein menjadi fragmen peptida

 Sel chief mensekresi proenzim (zimogen) pepsinogen di dalam lambung

 Zimogen ini diaktifkan oleh HCl yang disekresi oleh sel parietal

Renin  Enzim yang hanya terdapat pada lambung bayi


(kimosin)
 Enzim ini digunakan untuk koagulasi susu dan mencegah aliran cepat dari
lambung.

 Kasein susu apabila bercampur dengan Ca renin akan menjadi Ca


parakaseinat. Ca parakaseinat bercampur dengan pepsin akan pecah
kembali.

Lipase  Digunakan untuk hidrolisis triasilgliserol menjadi monoasilgliserol dan


asam lemak.
 Fungsi lipolitiknya tidak penting karena pH optimum kurang lebih 7.5
(tidak sesuai dengan pH lambung)

 Aktivitasnya diperkuat oleh garam empedu.

4. Pencernaan oleh pancreas dan usus

Enzim Keterangan

Tripsin  Tripsinogen disekresi sebagai zimogen

 Tripsinogen diaktifkan di dalam duodenum dengan bantuan enzim


enterokinase menjadi tripsin

 Pepton menghidrolisis pada ikatan peptide yang mengandungi asam


amino lysin dan arginin

 Mempunyai daya koagulasi susu pada pH optimal 8.

 Kimotripsin disintesis di dalam pankreas sebagai kimotripsinogen


yang tidak aktif
Kimotripsin
 Kimotripsinogen bersama tripsin akan mengaktifkan kimotripsinogen
menjadi kimotripsin.

Karboksipeptidas  Enzim ini adalah ekso peptidase


e
 Enzim proteolitik mengandungi Zn.

Amilase pankreas  Amilase kurang lebih sama dengan amilase saliva.

 Amilase pancreas menghidrolisis kanji menjadi maltose.

Lipase pankreas  Enzim ini menghidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol, mono
(steapsin) dan digliserida.

 Aktivitasnya diperkuat oleh garam empedu.

Kolesterol esterase  Kolestrol bebas bercampur dengan asam lemak akan menjadi est.
kolestrol dan asam lemak.

 Enzim ini diaktifkan oleh garam empedu

RNase dan DNase  Enzim ini mengkatalisa asam nukleat (RNA dan DNA) menjadi
nukleotida.

5. Pencernaan oleh usus

Enzim Keterangan

Aminopeptidase  Enzim ini mengubah polipeptida menjadi amino asid dan


peptida.

 Cara kerja enzim ini dengan mengkatalisis hidrolisa ikatan


peptida di ujung molekul di sisi yang mengandungi gugus
amino bebas.

Dipeptidase  Enzim ini mengubah peptida menjadi amino asid.

Disakaridase  Enzim ini mengubah disakarida menjadi monosakarida


misalnya enzim sukrase, maltase, isomaltase dan laktase.

Fosfatase  Enzim ini digunakan untuk melepaskan fosfat dari senyawa


fosat organik berasal dari makanan seperti hexosefosfat dan
gliserofosfat nukleotida.

Polinukleotidase  Enzim ini mengubah asam nukleat menjadi nukleotida.

Nukleotidase (nukleosida  Nukleosida (purin) Fosfolisasi pentose


fosforilase)
- Enzim purin nukleosidase

 Nukleosida (pirimidin) uridin, sistidin dan timidin

- Enzim pirimidin nukleosidase

Lesitinase  Enzim ini mencerna lesitin menjadi gliserol, asam lemak,


asam fosfat dan kolin.
KESIMPULAN

Empat proses pencernaan dasar adalah motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan. Aktivitas
pencernaan diatur secara cermat oleh mekanisme-mekanisme hormone dan saraf otonom .
Pengaturan ini untuk memastikan bahwa makanan yang masuk disajikan secara maksimal pada
tubuh digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan energi. Saluran pencernaan terdiri dari
suatu saluran kontinu yang berjalan dari mulut sampai anus. Dalam proses pencernaan makanan
yang mengandung berbagai unsure makanan yang berbeda-beda melibatkan enzim-enzim
pencernaan yang berbeda. Enzim makanan ini membantu memecahkan senyawa unsure makanan
dari komponen yang besar menjadi kecil agar dapat diserap dan digunakan tubuh sebagai sumber
energi. Bila terjadi gangguan pada enzim pencernaan otomatis makanan yang masuk tidak dapat
diuraikan dengan baik sehingga akan menghambat dan menganggu sistem pencernaan manusia.
Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa anak tersebut mengalami diare dan sakit perut
diakibatkan terganggunya enzim pencernaan dimana makanan yang mengandung protein tidak
bekerja dengan baik sehingga terjadi intoleransi laktosa dan meyebabkan anak tersebut
mengalami sakit perut dan diare.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lauralee Sherwood. Human physiology from cells to system. 7th edition. Canada:
Brooks/Cole Cengage Learning; 2010.p.256-325.

2. Snell RS. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008.h.101-18.

3. Anthony LM. Junquiera’s basic histology text & atlas. 12th edition. Singapore: Mc Graw
Hill; 2010.p.210-25.

4. Moore KL, Dalley AF. Clinically oriented anatomy. 5th ed. United States: Lippincott
Williams & Wilkins; 2006.p.135-50.
5. Barret KB, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s review of medical
physiological. 23rd ed. Singapore: McGraw-Hill companies; 2010.p.669-708.
6. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harper’s illustrated biochemistry.
26th edition. United States: Mc Graw Hill; 2003.p.61-3.

Anda mungkin juga menyukai