Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga
luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga.1 Liang telinga memproduksi sekret
hasil sekresi kelenjar yang disebut dengan serumen. Serumen secara umum dapat
ditemukan di kanalis akustikus eksternus.2 Serumen adalah campuran sekresi
(sekret kelenjar sebasea dan kelenjar serumen) yang ada di kulit sepertiga liang
telinga. Bila serumen tidak berhasil dikeluarkan maka akan menimbulkan
sumbatan pada kanalis akustikus eksternus atau sumbatan yang terdapat dikulit
sepertiga luar liang telinga. Hal ini disebut serumen prop (serumen obturans).3

Penumpukan serumen sering disebabkan oleh produksi kotoran yang


berlebihan sehingga akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri karena penekanan
pada kulit liang telinga, berdenging, rasa penuh, gatal dan penurunan
pendengaran. Serumen dapat menghambat penghantaran suara dari liang telinga
luar ke liang telinga dalam sehingga menyebabkan gangguan pendengaran yaitu
tuli kondukti.4,5

Sumbatan serumen ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi di dunia.


Berdasarkan laporan Karlmose B dalam penelitian ACTA Otorhinolaryngologica
Italica tahun 2009 mengatakan bahwa dari 1.507 pasien yang di skrinning
mengalami gangguan pendengaran memperlihatkan hubungan dengan serumen
sekitar 2,1%.6 Pada penelitian ACTA Otorhinolaryngologica Italica juga
mengatakan pasien yang sering membersihkan telinga dengan menggunakan
cotton bud, akan menekan serumen ke arah membran timpani, sehingga membuat
pengeluaran semakin sulit, akibatnya serumen akan terakumulasi hingga akhirnya
menyebabkan sumbatan pada telinga.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


 Nama : Tn. J

 Umur : 49 tahun

 Jenis kelamin : Laki-laki

 Alamat : Telanai Pura, Jambi

 Agama : Islam

 Pekerjaan : Karyawan Swasta

 Pendidikan : SLTA

 Register : 851339

 Pekerjaan ayah/ibu :-

 Pendidikan ayah/ibu :-

2.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis, Hari/Tgl : Senin, 20 Februari 2017)

 Keluhan Utama

Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan Telinga kiri
tersumbat
 Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien mengeluh telinga sebelah kiri tersumbat sejak kurang lebih 1


minggu yang lalu SMRS. Pasien juga merasa telinga kiri berdengung tapi pasien
menyangkal adanya nyeri, gatal, keluarnya cairan pada telinga, pusing, mual dan
muntah juga disangkal oleh pasien.
Sebelumnya pasien ada riwayat mengorek telinga, namun setelah dirasa
tersumbat pasien tidak lagi mengorek-ngorek telinga.

2
 Riwayat Pengobatan

Beberapa hari SMRS pasien berobat ke puskesmas dan oleh dokter dilakukan
irigasi dengan air hangat, tapi pasien belum merasa ada perbaikan

 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan yang sama pernah dirasakan pasien 2 tahun yang lalu. Riwayat
asma, sinusitis, tuberkulosis, diabetes mellitus, dan hipertensi disangkal.

 Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien
disangkal. Riwayat anggota keluarga asma, sinusitis, diabetes mellitus, dan
hipertensi disangkal.

Tabel 2.1 Anamnesis pasien


TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : -/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek :-/- Buntu : -/- Sakit Menelan : - Afonia : -
Nyeri :-/- Bersin Trismus :- Sesak napas : -
Bengkak :-/- * Dingin/Lembab : - Ptyalismus : - Rasa sakit : -
Otore :-/- * Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal : -
Tuli :-/- Berbau : -/- Rasa Berlendir : -
Tinitus :-/+ Mimisan : -/- Rasa Kering : -
Vertigo :-/- Nyeri Hidung : -/-
Mual :- Suara sengau : -
Muntah : -

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


 Kesadaran : compos mentis

 Pernapasan : 20 x/i

 Suhu : 36,2 °C

 Nadi : 80 x/i

 TD : 120/80 mmHg

3
 Anemia : -/-

 Sianosis : -/-

 Stridor inspirasi : -/-

 Retraksi suprasternal :-

 Retraksi interkostal : -/-

 Retraksi epigastrial : -/-

a) Telinga

Tabel 2.2 Pemeriksaan Fisik Telinga

Daun Telinga Kanan Kiri


Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop - +
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - Tertutup serumen
Retraksi - Tertutup serumen

4
Bulging - Tertutup serumen
Atropi - Tertutup serumen
Perforasi - Tertutup serumen
Bula - Tertutup serumen
Sekret - Tertutup serumen
Reflek Cahaya Arah jam 5 Tertutup serumen
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

Tuba Eustachii : Valsava tes (DBN)

b) Hidung

Tabel 2.3 Pemeriksaan Fisik Hidung

Rinoskopi Anterior Kanan Kiri


Sekret (-), Hiperemis (-), Sekret (-), Hiperemis (-),
Vestibulum nasi
bisul(-), krusta(-) bisul(-), krusta(-)
Sekret (-),
Sekret (-), hiperemis (-),
Kavum nasi hiperemis (-), Edema
Edema mukosa (-)
mukosa (-)
Selaput lender Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung Dbn Dbn
Hipertrofi (-),
Hipertrofi (-), hiperemis (-)
Konka inferior hiperemis(-), edema
, edema mukosa (-)
mukosa (-)

5
Hiperemis (-), edema Hiperemis (-), edema
Meatus nasi inferior mukosa (-), secret (-), mukosa (-), secret (-),
polip (-) polip (-)
Hipertrofi (-),
Hipertrofi (-), hiperemis(-),
Konka media hiperemis(-), edema
edema mukosa (-)
mukosa (-)
Hiperemis (-), edema Hiperemis (-), edema
Meatus nasi media mukosa (-), secret (-), mukosa (-), secret (-),
polip (-) polip (-)
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Kavum nasi
Selaput lender
Koana
Septum nasi
Dalam batas normal Dalam batas normal
Konka superior
Adenoid
Massa tumor
Fossa rossenmuller
Transiluminasi
Kanan Kiri
Sinus
Sinus Maksilaris Terang Terang
Sinus Frontalis Terang Terang

c) Mulut

Tabel 2.4 Pemeriksaan Fisik Mulut

Hasil
Selaput lendir mulut Dbn
Bibir Sianosis (-) raghade (-), sudut bibir

6
(N), gerakan bibir(N)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-), parese(-)
Gigi Dbn
Kelenjar ludah Dbn

d) Faring

Tabel 2.5 Pemeriksaan Fisik Faring

Hasil
Bentuk normal, terletak ditengah,
Uvula permukaan rata, edema(-), hiperemis
(-)
Palatum mole hiperemis (-), benjolan (-)
Palatum durum Hiperemis (-), benjolan (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Dekstra : tonsil T1
Tonsil
Sinistra : tonsil T1
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

e) Laringoskopi indirect

Tabel 2.6 Pemeriksaan Fisik Laring

Hasil
Pangkal lidah
Epiglottis
Sinus piriformis
Aritenoid Dalam batas Normal
Sulcus aritenoid
Corda vocalis
Massa

7
f) Kelenjar Getah Bening Leher

Tabel 2.7 Pemeriksaan Fisik Kelenjar Getah Bening Leher

Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn
Regio II Dbn Dbn
Regio III Dbn Dbn
Regio IV Dbn Dbn
Regio V Dbn Dbn
Regio VI Dbn Dbn
area Parotis Dbn Dbn
Area postauricula Dbn Dbn
Area occipital Dbn Dbn
Area supraclavicula Dbn Dbn

g) Pemeriksaan Nervus Cranialis

Tabel 2.8 Pemeriksaan Nervus Cranialis

Nervus cranialis Kanan Kiri

Nervus III, IV, VI Dbn Dbn

Nervus VII Dbn Dbn

Nervus IX Dbn Dbn

Regio XII Dbn Dbn

2.4 PEMERIKSAAN AUDIOLOGI


Tabel 2.9 Pemeriksaan Audiologi

Tes Pendengaran Kanan Kiri


Tes rinne + +
Tes weber Tidak ada lateralisasi
Tes schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

8
Kesimpulan : Fungsi Pendengaran dalam batas normal

2.5 DIAGNOSIS
Serumen Prop

2.6 DIAGNOSIS BANDING


1. Korpus Alineum

2. kolesteatom

2.7 TERAPI
 Serumen dibersihkan ( dengan menggunakan pengait, dikarenakan
serumen keras dan kering)

2.8 KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

1. Memberitahu pasien untuk tidak mengorek telinga baik dengan cotton


bud atau lainnya
2. Memberitahu pasien untuk menghindari memesukkan air atau apapun
ke dalam telinga

3. Jika ingin membersihkan cukup bersihkan bagian luar telinga (daun


telinga)
4. Bersihkan telinga ke dokter atau ahlinya apabila timbul gejala nyeri,
rasa penuh, berdenging, gatal, penurunan pendengaran dan vertigo
2.10 Prognosis :

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad fungsionam : Bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi telinga

9
Secara anatomi telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.

Gambar 3.1 Anatomi Telinga


Telingan luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, denga rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan duapertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2 ½ - 3 cm.5
Pada sepertiga kulit bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.5
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
Propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan dari
epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti
epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa memeliki satu lapisan lagi di tengan yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. 5

10
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah
bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani kanan.5

Gambar 3.2 Membran Timpani


Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari:5
a. Membran timpani
b. Tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus, stapes. Tulang
pendengaran ini didalam telinga tengah saling berhubungan.
c. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak
lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah bawah dan
skala media dianataranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisis endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di
perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar
skala vestibuli disebut sebagian membran vestibuli sedangkan dasar skala media
adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung
organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran.5

11
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut luar dan kanalis
corti, yang membentuk organ corti.5
3.2 Fisiologi Pendengaran

Gambar 3.3 Fisiologi Pendengaran


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang atau getaran. Getaran kemudian dialirkan ke
liang telinga dan mengenai membran timpani, sehingga akan menggetarkan
membran timpani melalui rangkaian tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes)
yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan oval window. Energi getar
yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan
oval window, sehingga perilimfe pada skala vestibuli akan bergerak. Getaran
diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfe, sehingga akan
menimbulkan gerakan relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadilah pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan

12
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.3,5

3.3 Serumen Prop


3.3.1 Definisi Serumen
Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa,
epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal serumen
terdapat di sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya
ditemukan di daerah ini. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi kadang-kadang
kering. Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit
yang bergerak dari arah membran timpani menuju ke luar serta dibantu oleh
gerakan rahang sewaktu mengunyah.3,5
Walaupun tidak mempunyai efek anti bakteri ataupun anti jamur,
serumen mempunyai efek proteksi. Serumen mengikat kotoran, menyebarkan
aroma yang tidak disenangi serangga sehingga serangan enggan masuk ke
telinga. Serumen harus dibedakan dengan pengelupasan kulit yang biasanya
terdapat pada orang tua, maupun dengan kolesteatom atau keratosis obturans.
Gumpalan serumen pada liang telinga akan menimbulkan gangguan
pendengaran berupa tuli konduktif. Bila telinga masuk air, serumen
mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran
semakin dirasakan sangat mengganggu.5
3.3.2 Penyebab akumulasi Serumen
Serumen biasanya berkumpul di lantai kanalis akustikus eksternus, namun
terkadang dapat berkumpul dan menyumbat meatus. Penyebab utama serumen
terakumulasi dalam saluran telinga meliputi:
a. Karena penyakit obstruksi saluran telinga.
Penyakit saluran telinga dapat terjadi dalam tulang, jaringan lunak, atau kulit
liang telinga. Hambatan tulang bisa bawaan atau diperoleh, dan mungkin
berhubungan dengan kepala dan leher. Hambatan tulang akibat penyakit Paget
atau fibrous dysplasia adalah contoh penyakit yang diperoleh. Pertumbuhan tulang

13
dalam sebuah kanal yang tidak normal (sebuah osteoma tunggal atau beberapa
exostoses. Penyakit infeksi dan penyakit kulit (misalnya, otitis eksterna, eksim)
dapat ditemukan di saluran telinga, serta manifestasi dari penyakit sistemik
(misalnya, lupus eritematosus sistemik, penyakit Crohn, sindrom Sjogren).
Gangguan ini cenderung menyebabkan kelebihan pengelupasan kulit kanal dan
atrofi atau hipertrofi dari kelenjar sebaceous dan ceruminous.
b. Penyempitan saluran telinga
Setiap individu memiliki bentuk telinga yang berbeda-beda. Di dalam bagian
telinga dalam terdapat sebuah saluran yang disebut kanal yang bentuknya
berkelok-kelok dan sempit. Kanal ini berfungsi sebagai jalan dari hantaran suara
dan juga aliran untuk keluarnya serumen. Dengan kondisi anatomi yang berkelok
dan sempit cendrung mengakibatkan penumpukan serumen. Tumor jaringan yang
berada dalam atau di sekitar saluran telinga juga menyebabkan penyempitan
serumen. Selain itu, rambut telinga yang berlebihan juga dapat menjebak serumen
di liang telinga. Sumber lain obstruksi adalah runtuhnya tulang rawan yang
membentuk lateral sepertiga dari saluran telinga (misalnya, trauma).
c. Kegagalan migrasi epitel
Sebagai bagian dari proses penuaan, kelenjar pada kulit saluran liang telinga
cenderung atrofi, menghasilkan serumen lebih keras, kurang cairan yang
bermigrasi jauh lebih lambat keluar dari saluran telinga. Selain itu, perubahan
kronis kulit saluran telinga dapat menyebabkan hilangnya pola migrasi normal
dari epitel. Migrasi epitel dan penghapusan serumen di liang telinga juga dapat
terjadi sebagai akibat dari benda asing yang ditempatkan di liang telinga
(misalnya, kapas). Kapas-tipped aplikator (misalnya, Q-tips, cotton buds)
cenderung mendorong serumen lebih ke dalam saluran telinga dan dari waktu ke
waktu dapat menyebabkan obstruksi lengkap dalam beberapa individu. Alat bantu
dengar, telinga busi, dan berenang cetakan juga menghalangi saluran telinga dan,
dengan penggunaan jangka panjang, juga merupakan salah satu penyebab
akumulasi serumen.
d. Overproduksi

14
Beberapa individu menghasilkan volume serumen yang berlebihan sehingga
akan membatasi kemampuan telinga untuk mendengar.

3.3.3 Gejala Serumen Prop

Serumen atau sering disebut dengan kotoran telinga tidak memiliki efek
negative terhadap kesehatan telinga dan tidak perlu dibersihkan secara rutin.
Tetapi jika serumen yang dihasilkan oleh telinga berlebihan sehingga
menimbulkan gejala seperti nyeri, berdenging, gatal, rasa penuh, vertigo dan
gangguan pendengaran perlu dilakukannya tindakan pengobatan seperti
cerumenolytics, irigasi dan kuretase yang dilakukan oleh ahlinya.13,15
Serumen yang sudah menyumbat atau serumen obturans ini dapat
menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri akibat serumen prop timbul apabila serumen
keras menekan saraf sensoris yang ada di dinding liang telinga. Persarafan
sensoris untuk aurikula dan canalis akustikus eksternus berasal dari persarafan
kranialais dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang aurikulotemporal N.
Trigeminus (V), N. Fasialis (VII) dan N. Vagus (X) dan juga N. Aurikularis
magna dari pleksus servikalis (C 2-3).
Telinga berdenging terjadi aktivitas elektrik pada area auditorius yang
menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari
bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls
abnormal di dalam tubuh penderita sendiri. Impuls abnormal itu dapat
ditimbulkan oleh berbagai kelainan pada telinga. Tinitus dapat terjadi dalam
berbagai intensitas seperti tinitus dengan nada rendah, seperti bergemuruh atau
tinitus dengan nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus biasanya dihubungkan
dengan tuli sensorineural dan gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh
gangguan konduksi biasanya dengan bunyi nada rendah. Tinitus dengan nada
rendah terjadi akibat sumbatan serumen pada liang telinga, tumor, tuba katar,
otitis media dan otosklerosis.5
Serumen juga bisa menyebabkan vertigo, dimana terjadi karena gangguan
pada nervus vestibuler, dimana terjadi iritasi pada alat keseimbangan dan

15
hubungan-hubungan dengan sentralnya akan menimbulkan vertigo, yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan kesimbangan pada posisi berjalan atau
berdiri, serta cenderung untuk jatuh. Keluhan vertigo dapat disebabkan oleh
berbagai gangguan seperti pada sistem okuler (gangguan otot mata, diplopia,
oftalmoplegia), sistem akustik (obstruksi telinga, infeksi labirin, otitis media,
mastoiditis, perdarahandi dalam labirin dan kolesteatoma), sitemik (penyakit
jantung, arteriosklerosis, hipertensi, anemia, diabetes) dan neurologis (tumor
neurinoma akustik, aneurisma, akakhnoiditis).
Pada proses mendengar, ada proses dimana suara tersebut dihantarkan lewat
udara dan tulang pendengaran, dan melalui saraf rangsangan suara ini dihantarkan
ke otak. Pada kasus serumen obturans terjadi hambatan pada hantaran suara yang
berakibat pada penurunan pendengaran. Selain itu penurunan pendengaran bisa
juga disebabkan karena adanya edema kulit liang telinga, sekret yang purulen atau
serous, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, adanya
keratin yang deskuamasi, rambut telinga berlebihan, serumen, debris dan obat-
obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan
peredaman hantaran suara yang disebut dengan tuli konduktif.4,5
Untuk mengetahui penurunan pendengaran dapat dilakukan tes pendengaran
dengan memakai garputala dan dari hasil pemeriksaan dapat diketahui jenis
ketulian apakah tuli konduktif atau tuli sensorineural.

3.3.3 Penatalaksanaan Serumen


Mengeluarkan serumen
Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu:
cerumenolytics, irigasi atau dengan kuretase.16 Pada metode irigasi dan kuretase
sebaiknya menggunakan lampu kepala dan speculum sederhana.3

1. CerumenolyticsAgents

Cerumenolytics merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan untuk


menghancurkan serumen dengan menggunakan tetes telinga. Tetes telinga yang

16
dapat digunakan antara lain minyak mineral, hydrogen peroksida dan cerumenex.
Jika tetes telinga ini digunakan dalam jangka waktu yang lama atau tidak tepat
dapat menimbulkan iritasi dan kulit bahkan dermatitis kontak. Zat cerumenolytics
ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari sebelum pengangkatan serumen.8,9

Pada pasien penderita serumen tipe kering dan keras biasanya diperlukan
tindakan cerumenolytics yang bertujuan untuk melembutkan serumen sebelum
dikeluarkan. Proses ini akan tercapai dengan menggunakan larutan yang bersifat
cerumenolytics agen yang digunakan pada liang telinga.8Terdapat 2 jenis bahan
yang sering digunakan dalam proses cerumenolytics yaitu aquoes dan organic.8

 Solutio aquoes tersusun atas air yang dapat dengan baik memperbaiki
masalah sumbatan serumen dengan melunakan serumen. Komposisi
solutio aqueos terdiri dari:
- 10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan
glycerine)
- 3% hidrogen peroksida
- 2% asam asetat
- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03%
benzetonium chloride.
 Solusio organic berfungsi sebagai lubrikan, dan tidak berefek mengubah
intergitas keratin skuamosa. Komposisi dari solutio organic adalah:
- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine
- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil,
mineral oil, baby oil, olive oil)
- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)
- Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, dan oleate-
condensate)
- Docusate, sebagai active ingredient ditentukan pada
laxatives

17
Tindakan cerumenolytics dengan menggunakan bahan solutio organic
dapat menimbulkan reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Proses
membersihkan yang tidak sempurna dapat menyebabkan timbulnya infeksi
jamur dan akan timbul komplikasi seperti perforasi bila terdapat otoksisitas.
2. Irigasi ((syringing))
Irigasi merupakan cara halus untuk membersihkan liang telinga, tetapi
hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa seblumnya.
Perforasi membran memungkinkan masuknya larutan yang terkontaminasi ke
telinga tengah dan dapat menyebabkab otitis media.
Semprotan air yang terlalu keras ke arah membran timpani yang atrofi dapat
menyebabkan perforasi. Liang telinga dapat diirigasi dengan alat suntik atau yang
lebih mudah dengan botol irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan
dengan menarik daun telinga ke atas dan belakang.
Dengan pandangan langsung, arus air diarahkan sepanjang dinding superior liang
telinga,sehingga arus yang kembali akan mendorong serumen dari belakang. Air
yang keluar ditampung dalam pasu yang dipegang erat di bawah telinga. Bantuan
seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan prosedur ini.12

Gambar 3.4 cara membersihkan liang telinga (irigasi- menyemprotkan air kearah
superior liang telinga)
Namun pada sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah beberapa kali
dilakukan, pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tersumbat dan pada
pemeriksaan masih terdapat sumbatan yang besar. Pada kasus demikian, kadang-

18
kadang perlu dilakukan tindakan penghisapan. Penghisapan untuk mengeluarkan
serumen yang basah dan untuk mengeringkan liang telinga.3,12

3. Kuretase

Metode kuretase ini paling sering dilakukan pada orang Asia


Timur karena sebagian besar orang Asia Timur memiliki kotoran telinga jenis
kering.14 Alat-alat yang membantu dalam membersihkan liang telinga adalah jerat
kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam Hartmann yang halus. Yang penting
pemeriksaan harus dilakukan dengan sentuhan lembut karena liang telinga sangat
sensitif terhadap alat-alat. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau
kuret, apabila dengan cara ini kotoran telinga sulit dikeluarkan, dapat diberikan
karbogliserin 10% terlebih dahulu selama 3 hari untuk melunakkannya.12

Gambar: Metode Kuretase untuk mengambil Serumen

Cara:
- Mula-mula serumen dan lapisan epitel yang mengalami deskuamasi
dilepaskan dari kulit lliang telinga. (yang penting pada tahap ini harus
dilakukan dengan sentuhan lembut, karna liang telinga sangat sensitif
terhadap alat-alat)
- Dinding posterior dan superior liang telinga kurang sensitif sehingga
penglepasan paling baik dikerjakan di daerah ini.

19
- Kemudian serumen yang lepas ini dipegang dengan cunam dan ditarik
keluar. 12

Selain itu bisa juga dengan menggunakan aplikator logam berujung kapas.
Massa serumen yang keras harus lebih dahulu dilunakkan sebelum pengangkatan
untuk menghindari trauma. Zat yang dapat digunakan adalah gliserit peroksida
dan dipakai 2-3 hari sebelum dibersihkan. Obat pengencer serumen harus
digunakan dengan hati-hati, karena enzim atau bahan kimianya sering dapat
mengiritasi liang telinga dan menyebabkan otitis eksterna.12

Gambar: Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar


aplikator

Pada penderita serumen obturans dianjurkan untuk memeriksakan


keadaan telinganya setiap 6 bulan sekali. Kotoran telinga yang berlebihan
harus dibersihkan dengan beberapa metode dan motode tersebut harus
dilakukan oleh ahlinya karena pembersihan kotoran telinga merupakan
prosedur yang rumit. Apabila prosedur pembersihan tidak benar maka akan
mengakibatkan konsekuensi serius.12

BAB IV
ANALISA KASUS

20
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Tn. J, Laki-laki 49 tahun,
diketahui bahwa An. R datang ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi
dengan keluhan utama telinga kiri terasa tersumbat ± sejak 1 minggu yang lalu..
Pasien pernah membersihkan telinganya dengan menggunakan cotton bud.
Setelah dibersihkan dengan cotton bud pasien merasa semakin merasa tersumbat
dan terasa berdengung.Pasien menyatakan tidak ada merasakan gangguan
pendengaran . Pasien juga mengatakan tidak ada cairan yang keluar dari
telinganya dan tidak ada riwayat trauma sebelumnya.. Riwayat pengobatan ada,
dimana sebelumnya pasien pernah berobat dan telah dilakukan irigasi namun
pasien merasa keluhannya tidak berkurang. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat
penyakit keluarga tidak ada. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terhadap Tn.
J dan didapat hasil terdapat serumen pada telinga kiri yang menutup membran
timpani.
Hal tersebut diatas sesuai dengan gejala klinis dari serumen prop yaitu
dengan keluhan utama telinga kanan dan kiri terasa tersumbat, pasien
mengeluhkan telinga kiri terasa berdengung pendengaran sedikit berkurang. Dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan An. R menderita
serumen prop pada telinga kiri.
Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan ekstraksi serumen dengan cara
kuretase untuk mengeluarkan serumen yang kering dan sudah mengeras.
Berdasarkan teori penghapusan serumen bisa dilakukan dengan beberapa metode
yaitu metode cerumenolytics agent, irigasi dan suction, kuretase. Serumen yang
keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret, apabila dengan cara ini kotoran
telinga sulit dikeluarkan, dapat diberikan karbogliserin 10% terlebih dahulu
selama 3 hari untuk melunakkannya.

BAB V
KESIMPULAN

21
1. Serumen adalah campuran sekresi (sekret kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen) yang ada di kulit sepertiga liang telinga. Bila serumen tidak berhasil
dikeluarkan maka akan menimbulkan sumbatan pada kanalis akustikus
eksternus atau sumbatan yang terdapat dikulit sepertiga luar liang telinga
disebut serumen prop.
2. Penumpukan serumen sering disebabkan oleh produksi kotoran yang
berlebihan sehingga akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri karena
penekanan pada kulit liang telinga, berdenging, rasa penuh, gatal dan
penurunan pendengaran.
3. Untuk mengeluarkan serumen telinga yang berlebihan perlu dilakukan
pembersihan dengan menggunakan alat. Beberapa metode pembersihan
serumen yaitu metode cerumenolytics agent, irigasi dan suction, kuretase.
Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret, apabila dengan
cara ini kotoran telinga sulit dikeluarkan, dapat diberikan karbogliserin 10%
terlebih dahulu selama 3 hari untuk melunakkannya.

DAFTAR PUSTAKA

22
1. Herawati, dr. Sri: Rukmini, dr. Sri. Anatomi telinga. Dalam buku ajar ilmu
penyakit telinga hidung dan tenggorokan. Jakarta: EGC. 2000.
2. Tanto C, dkk. Kapita Selekta Kedokteran.Ed IV. Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI. 2014. 1025.
3. Boies R. Lawrence, Adam L. George. Penyakit Telinga Tengah dan
Mastoid. Alih bahasa : Wijaya Caroline. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi ke-6. Jakarta : EGC, 1997. Hal 76-77
4. Swart, Mark H. Buku ajar diagnostik fisik. Edisi kesatu. Jakarta: EGC.
1995. hal 123-
5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Editor. Buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala dan leher. Edisi
ketujuh. Jakarta: balai pustaka FKUI. 2012
6. J. F., Guest M.J. Greener, Robinson A. C., Impacted Cerumen:
compotition, production, epidemiology and management. Available at
Retrieved from http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/content/full/97/8/477
7. Pray W. Steven, earwax: Shoult it be removed?. Posted june 6th, 2005,
availavleat retrived from http://www.medscape.com/viewarticle/504788
8. Hawkw, Michael, Update on cerumen and ceruminolytics. Posted january
8th,2002.Available at retrived from http:// www.encyclopedia.com/doc
/IGI-90869479.html
9. Carl V F Wyk,et all. Cerumen Impact Removal. Posted Mar 25th, 2016,
availavleat retrived from http://www. emedicine. Medscape .com/article
/1413546-overview#a1.
10. Dinces, Elizabeth A.MD. Cerumen. Eksterna otitis. Versi 19,2. Mei. 2011
11. Roland, Peter S MD, Smith, Timothy L MD et all. Clinical practice
guideline: Cerumen impaction. Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
2008
12. Ballenger J. John, Penyakit telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher.
13th edition. Binarupa aksara

23

Anda mungkin juga menyukai