Anda di halaman 1dari 47

D.

PENCEMARAN DAN KONSERVASI PERAIRAN LAUT

1. Pengertian Pencemaran Laut


Pencemaran laut adalah peristiwa masuknya partikel kimia, limbah
industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran
organisme invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek
berbahaya.
Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya
berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang
dasar, yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring
air). Dengan cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam
rantai makanan. Semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan
semakin besar pula kadar racun yang tersimpan. Pada banyak kasus
lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi dengan oksigen. Sebagian
besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin,
terhanyut maupun melalui tumpahan.
2. Penyebab Pencemaran Perairan Laut
a. Pencemaran oleh minyak
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampir
tidak dapat dihindari. Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam
jumlah besar setiap tahun. Apabila terjadi pencemaran miyak dilautan,
akan mengakibatkan minyak mengapung di atas permukaan laut yang
akhirnya terbawa arus dan terbawa ke pantai.
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan
dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu daerah. Minyak yang
mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang
diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk
membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka banyak
minum minyak dan mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove dan
daerah air payau juga rusak.
Gambar D.1 Tumpahan Minyak di Laut
b. Pencemaran oleh logam berat
Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5
gram atau lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya
kurang dari 5 gram adalah logam ringan. Logam berat, seperti merkuri
(Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), seng (Zn),
dan nikel (Ni), merupakan bentuk materi anorganik yang sering
menimbulkan berbagai permasalahan pada perairan. Penyebab
terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari
masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan
pertambangan.
Jenis-Jenis Industri Pembuang Limbah yang Mengandung Logam
Berat :
No. Jenis Industri Pembuang Limbah Logam Berat
1. Kertas Hg, Pb, Ni, Zn
2. Petro-chemical Hg, Pb, Sn, Zn
3. Pengelantang Hg, Pb, Sn, Zn
4. Pupuk Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
5. Kilang minyak Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn
6. Baja Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn
7. Logam bukan besi Cr, Cu, Hg, Pb, Zn
8. Kendaraan bermotor Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn
9. Semen, keramik Cr
10. Tekstil Cr
11. Industri kulit Cr
12. Pembangkit listrik tenaga uap Cr, Zn
Logam berat yang memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm 3
adalah logam berat yang bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang
menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di dalam
perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam
tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam
berat di dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh
manusia apabila air yang mengandung logam berat diminum,
sedangkan secara tidak langsung apabila memakan bahan makanan
yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat
juga dapat terakumulasi dan menimbulkan bahaya kesehatan.

Gambar D.2 Pencemaran Logam Berat


c. Pencemaran oleh sampah
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang,
terapung dan terendap di lautan. 80% dari sampah di laut adalah
plastik. Massa plastik di lautan diperkirakan menumpuk hingga 100
juta metrik ton. Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang
terdapat di laut berbahaya untuk satwa liar dan perikanan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau
hilang di laut. Jaring ini sangat membahayakan lumba-lumba, penyu,
hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang
membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan
menghalangi hewan kembali ke permukaan untuk bernapas. Sampah
yang mengandung kotoran minyak juga dibuang ke laut melalui daerah
aliran sungai (DAS).
Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya
kandungan oksigen khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan
berpengaruh besar pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang
hidup di daerah tersebut. Pada keadaan yang paling ekstrim, jumlah
spesies yang ada didaerah tersebut akan berkurang secara drastis dan
dapat mengakibatkan bagian dasar dari estuarin kehabisan oksigen.
Sehingga mikrofauna yang dapat hidup hanya dari golongan cacing saja.

Gambar D.3 Pencemaran Laut oleh Sampah


d. Pencemaran oleh pestisida
Pencemaran yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat
akumulatif. Pestisida sengaja ditebarkan dengan tujuan untuk
mengontrol hama tanaman atau organisme-organisme lain yang tidak
diinginkan. Idealnya pestisida ini harus mempunyai spesifikasi yang
tinggi yaitu dapat membunuh organisme-organisme yang tidak
dikehendaki tanpa merusak hewan lainnya, tetapi pada kenyataannya
pestisida bisa membunuh biota laut.
Beberapa pestisida yang dipakai berasal dari suatu grup bahan kimia
yang disebut Organochloride. Pestisida jenis ini termasuk golongan yang
mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-molekul ini
kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun sejak mulai
dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan digunakannya
golongan ini secara terus menerus akan terjadi penumpukan di lingkungan
dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak dapat ditolerir lagi dan
berbahaya bagi organisme yang hidup.
e. Pencemaran akibat proses Eutrofikasi
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan
nutrisi, biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam
ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas
primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan
dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk
penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya
menganggu kestabilan populasi organisme lain. Muara merupakan
wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang
diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi.
f. Pencemaran akibat polusi kebisingan
Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan
atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik
eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan
suara lebih cepat di laut daripada di udara. Hewan laut, seperti paus,
cenderung memiliki penglihatan lemah, dan hidup di wilayah yang
sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga
untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di wilayah gelap.
Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di
laut naik sekitar sepuluh desibel (meningkat sepuluh kali lipat).
3. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Air Laut
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran
laut :
a. Tidak membuang sampah ke laut
b. Penggunaan pestisida secukupnya
c. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.
d. Kurangi penggunaan plastik
e. Jangan tinggalkan tali pancing, jala, atau sisa sampah dari kegiatan
memancing di laut.
f. Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL)
g. Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan
tertutup.
h. Pendaurulangan sampah organik
i. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan
makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran air.
j. Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
k. Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untuk
menetralisir pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari
ledakan ladang minyak.
l. Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap
logam berat juga ditempuh. Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut
adalah pohon api-api (Avicennia marina). Pohon Api-api memiliki
kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi.
m. Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran
serta masyarakat
4. Konservasi Perairan Laut
Konservasi dalam bahasa inggris disebut conservation yang artinya
pengawetan atau perlindungan alam. Konservasi adalah upaya yang dilakukan
untuk pemeliharaan dan pengembangan alam menurut status aslinya. Dengan
kata lain dalam konservasi laut diharapkan agar mampu untuk melindungi
dan mengembangkan sumberdaya yang ada di laut baik berupa hewan,
tumbuhan, dan lain-lain sehingga tercipta alam laut yang alami tanpa diusik
oleh tangan-tangan usil manusia.
Menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah:
a. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi
yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi dilain pihak
menyediakan jasa yang sama tingkatannya.
b. Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan
dan sumber daya alam.
c. Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kimia
atau transformasi fisik.
d. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan.
e. Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola,
sementara keanekaragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan
mempertahankan lingkungan alaminya.
Jadi konservasi ekosistem laut merupakan upaya untuk melindungi dan
mengembangkan potensi ekosistem yang ada di laut dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya sehingga tercipta kelestarian ekosistem.
Bentuk-bentuk konservasi sebagai berikut :
a. Konservasi Ekosistem Pantai
Pantai merupakan ekosistem yang terletak antar garis air surut
terendah dengan air pasang tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah
rendah yang substratnya berbatu dan berkerikil (yang mengandung flora
dan fauna dalam jumlah terbatas) hingga daerah berpasir aktif (dimana
populasi bakteri, protozoa, dan metozoa ditemukan) serta daerah yang
bersubstrat liat dan lumpur (dimana ditemukan sejumlah besar
komunitas binatang yang jarang muncul ke permukaan).
Banyak diantara pantai-pantai di Indonesia yang mengalami abrasi,
mulai dari yang tingkat abrasinya rendah, sedang, sampai yang tingkat
abrasinya parah/tinggi. Dalam upaya mengatasi abrasi ini sudah saatnya
bagi kita untuk memikirkan cara-cara dan melakukan tindakan yang
berwawasan konservasi, tidak lagi hanya dengan melakukan upaya yang
sifatnya sementara saja. Pencegahan ataupun penanggulangan abrasi
dengan berwawasan konservasi ini tentunya akan memberikan berbagai
keuntungan bagi lingkungan (alam) yang akan membawa banyak imbas
positif dalam kehidupan manusia. Salah satu cara mencegah ataupun
mengatasi abrasi yaitu dengan cara penanaman bakau. Sebenarnya telah
banyak orang yang mengetahui fungsi dan kegunaan hutan bakau bagi
lingkungan. Namun dalam prakteknya di lapangan, masih banyak pula
yang belum memanfaatkan hutan bakau sebagai sarana untuk mencegah
atau mengatasi abrasi.
Yang sering terlihat, dalam usaha mengatasi abrasi di daerah pantai,
pemerintah di beberapa daerah melakukan kebijakan pencegahan abrasi
dengan membangun pemecah gelombang buatan di sekitar pantai dengan
maksud untuk mengurangi abrasi yang terjadi tanpa dibarengi dengan
usaha konservasi ekosistem pantai (seperti penanaman bakau dan/atau
konservasi terumbu karang). Akibatnya dalam beberapa tahun kemudian
abrasi kembali terjadi karena pemecah gelombang buatan tersebut tidak
mampu terus-menerus menahan terjangan gelombang laut. Ketika
pemecah gelombang telah rusak, lagi-lagi pemerintah setempat
membangun pemecah geombang buatan tanpa dibarengi dengan
penanaman bakau atau konservasi terumbu karang yang rusak. Hal
tersebut seakan-akan menjadi suatu rutinitas yang bila difikir lebih jauh,
tetunya hal tersebut akan berimbas terhadap dana yang harus
dikeluarkan daerah setempat.
Seandainya, dalam mengatasi abrasi tersebut kebijakan yang diambil
pemerintah yaitu dengan membangun pemecah gelombang buatan (pada
awal usaha mengatasi abrasi atau jika kondisi abrasi benar-benar parah
dan diperlukan tindakan super cepat) dengan dibarengi penanaman
bakau di sekitar daerah yang terkena abrasi atau bahkan bila
memungkinkan dibarengi pula dengan konservasi terumbu karang,
tentunya pemerintah setempat tidak perlu secara berkala terus menerus
membangun pemecah gelombang yang menghabiskan dana yang tidak
sedikit. Hal ini dikarenakan dalam beberapa tahun sejak penanaman,
tanaman-tanaman bakau tersebut sudah cukup untuk mengatasi atau
mengurangi abrasi yang terjadi.
b. Konservasi ekosistem estuari
Estuari merupakan suatu perairan semi tertutup yang berada di
bagian hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga
memungkinkan terjadinya percampuran antara air tawar dan air laut.
Salah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan
cukup tinggi adalah estuaria (muara sungai). Daerah ini merupakan
ekosistem produktif yang setara dengan hutan hujan tropik dan terumbu
karang, karena perannya adalah sebagai sumber zat hara, memiliki
komposisi tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis dapat
berlangsung sepanjang tahun, serta sebagai tempat terjadinya fluktuasi
permukaan air akibat aksi pasang surut.
Kondisi ekosistem yang produktif ini kemudian menjadikannya
sebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat produktifitas tinggi.
Produktifitas merupakan suatu proses produksi yang menghasilkan
bahan organik yang meliputi produktifitas primer ataupun sekunder.
Produktifitas primer pada wilayah estuaria dapat diartikan sebagai
banyaknya energi yang diikat atau tersimpan dalam aktifitas fotosintesis
dari organisme produsen, terutama tanaman yang berklorofil dalam
bentuk-bentuk substansi organik yang dapat digunakan sebagai bahan
makanan. Produktifitas ini dilakukan oleh organisme ‘outotroph’.
Estuari merupakan wilayah yang sangat dinamis (dynamics area), rentan
terhadap perubahan dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun
biologi (ekosistem) dari dampak aktifitas manusia di darat ataupun
pemanfaatan sumberdaya perairan laut secara berlebihan (over-exploited).
Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sumber kerusakan dan
perubahan fisik lingkungan wilayah estuaria antara lain:
1) Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan
lahan di darat, dapat meningkatkan sedimentasi di wilayah estuaria.
2) Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan
daya dukung produktifitas pada suatu kawasan estuaria, seperti
sumberdaya perikanan, sehingga kawasan muara sungai tersebut
terus mendapat tekanan dan menyebabkan menurunnya
produktifitas.
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak kerusakan
pada ekosistem perairan wilayah estuaria yaitu:
1) Menata kembali sistem pengelolaan daerah atas.
Pembangunan lahan atas harus memperhitungkan dan
mempertimbangkan penggunaan lahan yang ada di wilayah pesisir. Jika
penggunaan lahan wilayah pesisir sebagai lahan perikanan tangkap,
budidaya atau konservasi maka penggunaan lahan atas harus bersifat
konservatif. Perairan pesisir yang penggunaan lahannya sebagai lahan
budidaya yang memerlukan kualitas perairan yang baik maka
penggunaan lahan atas tidak diperkenankan adanya industri yang
memproduksi bahan yang dapat menimbulkan pencemaran atau limbah.
Limbah sebelum dibuang ke sungai harus melalui pengolahan terlebih
dahulu sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
2) Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Secara Optimal
Wilayah estuaria yang berfungsi sebagai penyedia habitat
sejumlah spesies untuk berlindung dan mencari makan serta tempat
reproduksi dan tumbuh, oleh karenanya di dalam pemanfaatan
sumberdaya perikanan khususnya di wilayah estuaria diperlukan
tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi pemanfaatan
secara optimal dan lestari. Pola pemanfatan sebaiknya
memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity).
c. Konsenvasi Hutan Mangrove
Mangrove/bakau merupakan komunitas vegetasi pantai tropis
yang khas tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai
berlumpur, berpasir, atau muara sungai, seperti pohon api-api (Avicennia
spp), bakau (Rhizophora spp), pedada (Sonneratia), tanjang
(Bruguiera), nyirih (Xylocarpus), tengar (Ceriops) dan buta-buta
(Exoecaria).
Ekosistem mangrove sebagai ekosistem peralihan antara darat dan
laut telah diketahui mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai penghasil
bahan organik, tempat berlindung berbagai jenis binatang, tempat
memijah berbagai jenis ikan dan udang, sebagai pelindung pantai,
mempercepat pembentukan lahan baru, penghasil kayu bangunan, kayu
bakar, kayu arang, dan tanin (Soedjarwo, 1979). Masing-masing kawasan
pantai dan ekosistem mangrove memiliki historis perkembangan yang
berbeda-beda. Perubahan keadaan kawasan pantai dan ekosistem
mangrove sangat dipengaruhi oleh faktor alamiah dan faktor campur
tangan manusia.
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan.
Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis
hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi
air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground),
tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan
(spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim
mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan
rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang
selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang
surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah
pantai adalah daratan yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang
surut, dengan kelerengan kurang dari 8%

E. POTENSI, PERSEBARAN, DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DARAT

1. SUNGAI
Sungai adalah aliran air yang mengalir memanjang mulai dari sumber
(bagian hulu) sampai ke muara (bagian hilir). Sumber air sungai dapat
berasal dari air hujan dan pencarian es atau gletser. Adapun badan-badan
air yang berfungsi sebagai muara adalah laut, danau, atau sungai lain.
a. Pembagian wilayah sungai
Gambar E.1 Pembagian wilayah sungai
Sumber : http://harirustianto.blogspot.com
1) Hulu
Pada umunya terletak pada dataran tinggi. Badan sungai sempit
dengan kecepatan aliran cukup besar sehingga erosi bagian dasar
lebih besar daripada bagian tepi.
2) Tengah
Lembah menyerupai huruf U. Kecepatan aliran mulai kecil sehingga
partikel besar mulai diendapkan pada bagian tepi sungai.
3) Hilir
Air mengalir sangat lambat sehingga hanya partikel berukuran kecil
yang masih mampu mengalir.
b. Klasifikasi sungai
1) Berdasarkan debit dan volumenya
a) Sungai episodik atau sungai permanen
Sungai yang memiliki volume dan debit air yang relatif konstan
sepanjang tahun.
b) Sungai periodik atau sungai non permanen
Sungai yang volume dan debit airnya tinggi di musim penghujan
dan kering dimusim kemarau.
c) Sungai ephemeral
Sungai yang terisi air jika terjadi hujan dan selanjutnya kering
kembali.
2) Berdasarkan sumber airnya
a) Sungai hujan
Sungai yang sumber airnya berasal dari resapan air hujan,
kemudian keluar sebagai mata air.
b) Sungai gletser
Sungai yang sumber airnya berasal dari gletser. Sungai gletser
hanya ada di daerah bersalju dan es. Di Indonesia ada di bagian
hulu sungai membramo dan digul.
c) Sungai campuran
Sungai gletser yang mendapat tambahan air hujan, seperti sungai
di bagian tengah dan hilir di papua.
3) Berdasarkan genetiknya

Gambar E.2 Pembagian sungai berdasar genetiknya


Sumber : www.agrobisnisinfo.com
a) R (sungai Resekuen)
Sungai yang mengalir searah dengan kemiringan batuan. Sejajar
dengan sungai konsekuen. Merupakan anak sungai subsekuen
yang terbentuk setelah sungai konsekuen dan sungai subsekuen
pada bidang erosi yang baru dan pada level lebih rendah.
b) K (sungai Konsekuen)
Sungai yang alirannya searah dengan kemiringan batuan yang
dilaluinya. Terdapat dua jenis sungai konsekuen.
 Konsekuen lateral : menuruni lereng-lereng asli yang ada di
permukaan bumi seperti dome, pegunungan blok, atau
dataran yang baru terangkat.
 Konsekuen longitudinal : memiliki aliran sejajar dengan bagian
puncak gelombang pegunungan.
c) O (sungai Obsekuen)
Sungai yang mengalir berlawanan arah dengan kemiringan
struktur batuan dan juga sungai konsekuen.
d) S (sungai Subsekuen)
Sungai yang mengalir sejajar dengan arah perlapisan. Mengalir
pada bidang yang relatif tahan erosi. Umumnya tegak lurus
dengan sungai konsekuen.

c. Pola aliran sungai


1) Pola aliran dendritik
Sungai yang umum dijumpai. Daerah aliran sungainya luas, aliran
sungai konsekuen, dan anak-anak sungainya mirip cabang atau akar
pohon. Terbentuk pada daerah dengan kemiringan struktur batuan
yang hampir horizontal dan memiliki tingkat resistensi batuan yang
seragam.

Gambar E.3 Pola aliran dendritik


Sumber : www.lets-sekolah.blogspot.com

2) Pola aliran trelis


Banyak ditemukan di daerah yang memiliki struktur perlipatan dan
daerah pesisir. Pola trelis terbentuk di area bidang perlapisan yang
tersingkap panjang dan sejajar. Pola ini menunjukkan desain
geometris berbentuk persegi dari jaringan konsekuen dan anak-anak
sungai. Anak-anak sungai ini hampir membentuk sudut 90 0 terhadap
sungai induknya dengan panjang yang relatif sama.
Gambar E.4 Pola aliran trelis
Sumber : www.aditiamuhamad.blogspot.com

3) Pola aliran rektangular


Terbentuk akibat adanya patahan atau rekahan pada permukaan
suatu area. Juga memiliki geometri berbentuk persegi dengan sudut
900. Berbeda dengan trelis, pola ini sangat dipengaruhi oleh
keberadaan struktur batuan sehingga terkadang tidak ada jaringan
antarsungai. Ruang antar sungai memiliki jarak lebih lebar antara
sungai satu dengan berikutnya.

Gambar E.5 Pola aliran rektangular


Sumber : www.lets-sekolah.blogspot.com

4) Pola aliran paralel


Pola aliran sungai yang arah alirannya hampir sejajar dengan sungai
induk. Terbentuk di daerah dengan batuan seragam dengan
kemiringan yang sama. Umumnya terbentuk di wilayah pesisir yang
sempit atau lereng perbukitan yang panjang.
Gambar 6. Pola aliran paralel
Sumber : www.gurugeografi.id

5) Pola aliran radial sentripetal


Pola aliran yang ditemukan di daerah topografi seperti kubah, bukit
terisolasi, atau kerucut vulkanik dengan lereng divergen yang
ditemukan disemua arah. Daerah aliran sungai berasal dari puncak
topografi dan menyebar ke segala arah dari atas dataran tinggi.

Gambar E.7 Pola aliran sentripetal


Sumber : www.fastrans.blogspot.com

6) Pola aliran radial


Terbentuk pada sungai-sungai dari arah yang berbeda bertemu di
dalam satu cekungan, seperti laut pedalaman, danau, atau cekungan
struktural.
Gambar E.8 Pola aliran radial
Sumber : www.lunu.blogspot.com

7) Pola anular
Pola anular melingkar menunjukkan aliran konsentrasi sungai di
sekitar dataran tinggi. Umumnya terjadi ketika batuan keras dan
lunak tersusun dalam bentuk konsentris di sebuah struktur seperti
kubah.

Gambar E.9 Pola aliran anular


Sumber : www.fastrans.blogspot.com

8) Pola pinnate
Pola pengaliran anak-anak sungai yang bermuara ke sungai induk
membentuk sudut lancip. Banyak ditemui di daerah yang memiliki
lereng tinggi dan curam.
Gambar E.10 Pola aliran pinnate
Sumber : www.fastrans.blogspot.com.
d. Manfaat sungai bagi kehidupa manusia
1) Menampung dan mengalirkan air hujan.
2) Pembangkit listrik.
3) Pusat dari ekosistem.
4) Sumber mata pencaharian.
5) Sebagai tempat wisata.
6) Sumber air kehidupan.
7) Pencegah banjir.

2. AIR TANAH
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam
ruang antara butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Air tanah dapat disebut
aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran
atau rembesan.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran air tanah
1) Tingkat porositas tanah dan batuan
Porositas tanah adalah ruang volume pori-pori tanah yang dapat
meoloskan air dari satu lapisan ke lapisan yang lain.
2) Kemiringan lereng
Lereng yang miring memiliki tingkat infiltrasi lebih tinggi daripada lereng
yang landai atau lereng yang datar. Air hujan yang jatuh di wilayah
dataran tinggi lebih cepat bergerak sebagai air larian (run off), sedangkan
air yang jatuh di wilayah datar lebih banyak meresap melalui pori-pori
tanah.
3) Tingkat kelembaban tanah
Tanah kering memiliki kemampuan untuk menyerap air lebih banyak
dibanding dengan tanah yang lembap atau basah.
b. Klasifikasi air tanah
1) Beradasarkan letaknya

Gambar E.11 Klasifikasi air tanah berdasarkan letaknya


Sumber : www.rinessa.blogspot.com
a) Air tanah freatis
Air tanah yang berada di atas lapisan kedap air. Biasanya letaknya
jauh dari permukaan tanah.
b) Air tanah artesis
Air yang terperangkap diantara dua lapisan kedap air. Letaknya
jauh di dalam tanah. Untuk pemanfaatan perlu dibuat sumur
artesis atau sumur bor.
2) Berdasarkan asal-airnya
a) Air tanah meteorik
Air tanah yang airnya berasal dari hujan dan gletser.
b) Air tanah tubir
Air tanah yang airnya berasal dari dalam perut bumi, seperti air
tanah yang tersimpan di dalam batuan sedimen.
c) Air tanah juvenile
Mata air panas yang naik ke permukaan karena gas-gas magma
yang dilepaskan
d) Air tanah fosil
Air tanah yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan dan
tetap tinggal dalam batuan tersebut sejak penimbunan terjadi.
c. Manfaat air tanah bagi manusia
1) Sebagai bagian dari siklus hidrologi.
2) Memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti memasak dan mencuci.
3) Membantu proses produksi pada industri kecil atau industri
rumah tangga.
4) Sebagai sumber irigasi pertanian, yang dialirkan melalui sumur bor.

3. DANAU
Danau adalah suatu genangan air dalam jumlah besar yang menempati
cekungan dan terletak di wilayah daratan. Air yang menggenangi danau
dapat berasal dari mata air, air tanah, air sungai yang bermuara di danau
tersebut atau berasal dari air hujan.

Gambar E.12 Danau Maninjau di Sumatera Barat


Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/8a/Panoramaninjau.jpg
Suatu genangan dapat disebut danau apabila memiliki tiga syarat ini:
1) Mempunyai permukaan air yang cukup luas sehingga mampu
menimbulkan gelombang.
2) Air cukup dalam sehingga terdapat strata suhu pada kedalaman air
tersebut.
3) Vegetasi yang mengapung tidak cukup untuk menutupi seluruh
permukaan danau.
a. Klasifikasi Danau
1) Berdasarkan Jenis Airnya
a) Danau Air Asin
Dikatakan danau air asin karena airnya asin. Pada umumnya
danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid dimana terjadi
proses penguapan yang sangat kuat dan danau bersifat tertutup
sehingga air yang ada tidak terganti. Ketika danau mengering,
terdapat lapisan garam di dasar danau. Contoh : Great Salt Lake
di Amerika Serikat.

Gambar E.13 Great Salt Lake


Sumber: https://cache-graphicslib.viator.com/graphicslib/page-
images/360x240/166945_shutterstock_135015434.jpg
b) Danau Air Tawar
Dikatakan danau air tawar karena airnya tawar. Danau air tawar
terutama terdapat di daerah-daerah yang beriklim humid (basah)
dengan curah hujan tinggi. Pada umumnya jenis danau ini
mendapatkan sumber air dari hujan dan mengalirkan airnya
kembali ke laut sehingga termasuk dalam danau terbuka.
Contohnya adalah danau-danau yang ada di Indonesia.

Gambar E.14 Danau Toba, termasuk Danau Air Tawar


Sumber: https://encrypted-
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQrfCjcd43pQ15CVA8TPgIFe8-
wrT3ud2MBcl9nvtY4Z_vR8s7PFA
2) Berdasarkan Proses Tebentuknya
a) Danau Tektonik
Pada dasarnya yang dimaksud dengan danau tektonik adalah danau
yang terbentuk akibat peristiwa tektonik seperti gempa bumi.
Peristiwa gempa tersebut akan berujung pada fault atau suatu
kejadian dimana permukaan tanah mengalami patahan.
Selanjutnya, patahan tersebut akan mengalami pemerosotan atau
dikenal juga dengan istilah subsidence/amblas. Lokasi amblas ini
akan membentuk cekungan alami. Pada saat musim penghujan,
cekungan bekas gempa tersebut kemudian akan terisi oleh air dan
jadilah danau alami.

Gambar E.15 Proses patahan


Sumber: http://www.everythingselectric.com/wp-content/uploads/fault-horsts-grabens-1.jpg

Danau yang terbentuk akibat gempa ini bisa dijumpai dengan


mudah di Indonesia. Contohnya antara lain Danau Singkarak,
Danau Tondano, Danau Towuti, Danau Poso, Danau Tempe, Danau
Maninaju, Danau Takengon, dan masih banyak lagi lainnya.

Gambar E.16 Danau Singkarak


Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-
DHMPrl460d8/UbWFwLk0woI/AAAAAAAAAo4/TmqHlQO7GHk/s1600/danau-
singkarak.jpg
b) Danau Vulkanik
Danau ini terbentuk dari aktivitas vulkanik. Pada bekas letusan
gunung api akan menimbulkan cekungan yang disebut depresi
vulkanik. Jika dasar tersebut kemudian tertutup oleh material
vulkanik yang kedap air, maka air hujan yang jatuh akan
tertampung dan membentuk danau vulkanik.
Ciri lain suatu danau merupakan danau tektonik adalah terdapat
jejak endapan material letusan gunung api tua di lembah-lembah di
sekitar danau. Bukit-bukit yang mengelilingi danau juga mencirikan
dinding sisa runtuhan tubuh gunung api akibat letusan kaldera.
Dinding kaldera sangat khas karena tegak.
Contohnya adalah Danau Batur, Danau Kelimutu, Danau Kerinci,
Danau Toba, Danau Kawah di Gunung Kelud, Danau Telaga Warna
di Dieng.

Gambar E.17 Danau Kelimutu


Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-
DHMPrl460d8/UbWFwLk0woI/AAAAAAAAAo4/TmqHlQO7GHk/s1600/danau-
singkarak.jpg
c) Danau Karst
Danau karst ini ini merupakan danau yang terjadi di daerah
bertanah kapur sebagai akibat dari proses pelarutan terhadap
batuan kapur yang dilakukan oleh air hujan. Proses pelarutan kapur
ini lama kelamaan akan membentuk sebuah cekungan dan
cekungan tersebut akan terisi air, sehingga terbentuklah danau.
Contoh : dolina di Gunung Kidul.
Gambar E.18 Danau doline Saptosari, Gunung Kidul
Sumber: https://younggeomorphologys.files.wordpress.com/2010/04/pemanfaatan-
doline.jpg?w=300&h=225

d) Danau Glasial
Jenis danau selanjutnya adalah danau glasial. Danau glasial ini
merupakan danau yang terjadi karena adanya proses erosi glasial,
yakni erosi yang terjadi pada gletser. Karena proses erosi inilah
membentuk sebuah cekungan, dan cekungan tersebut terisi oleh air
sehingga terbentuklah sebuah danau. Biasanya, danau jenis ini
banyak dijumpai di daerah sekitar kawasan iklim kutub. Contoh :
danau Michigan di Amerika Serikat, Danau St. Laurence di Kanada,
Danau Superior, dan Danau Mc. Kanzie.

Gambar E.19 Danau Finger, New York


Sumber:
https://arisudev.files.wordpress.com/2011/12/finger_lake.jpg?w=500&h=332
e) Danau Buatan (Waduk)
Danau yang terjadi akibat manusia karena memang sengaja
dibangun oleh manusia yang biasa disebut waduk. Manusia
membangun waduk atau bendungan dengan tujuan tertentu, seperti
pengendali banjir, menejemen sumber daya air, Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA), irigasi, pariwisata, budidaya ikan, dan
sebagainya. Contoh : Waduk Jati Luhur (Jawa Barat), Waduk
Serbaguna Wonogiri (Jawa Tengah), Waduk Karang Kates (Jawa
Timur), dan Waduk Asahan (Sumatra Utara).

Gambar E.20 Waduk Sermo


Sumber: http://www.piknikdong.com/wp-content/uploads/2015/03/Mengenal-
Keindahan-Waduk-Sermo-Kulon-Progo.jpg
b. Penyebab Hilangnya Danau
Suatu danau dapat hilang karena beberapa hal berikut:
1) Pembentukan delta-delta dan sedimentasi di danau yang
mengakibatkan penyempitan dan pendangkalan danau yang
akhirnya membuat danau menghilang.

Gambar E.21 Pengerukan material sedimentasi di Danau Buyan, Bali


Sumber http://singarajafm.com/wp-content/uploads/2016/06/160617.-mud-pengerukan-sedimentasi-
Danau-Buyan-1-1024x682.jpg

2) Gerakan tektonik berupa pengangkatan dasar danau.


3) Penguapan yang tinggi terutama di daerah kering
Gambar E.22 Danau Waiau, Hawaii yang mengering
Sumber https://2.bp.blogspot.com/-h-
47Aea0O08/VUS1BnUBaYI/AAAAAAABEO8/_ozwkEUNI4o/s1600/36.jpg

4) Sungai-sungai yang mengalir keluar dari danau menimbulkan erosi


dasar pada bibir danau sehingga bibir danau semakin rendah dan air
yang keluar dari danau semakin banyak. Akibatnya danau akan
kehabisan air dan mengering.

Luas perairan danau alam di Indonesia sekitar 518.240,2 ha atau


0,27% dari luas daratan Indonesia. Sebagian besar diantaranya belum
dimanfaatkan secara maksimal. Air danau di Indonesia sebagian besar
masih aman kecuali Danau / Waduk Pluit di Jakarta. Danau ini sudah
tidak layak dari segala jenis peruntukan karena memiliki kandungan nitrat,
fosfat, klorida, dan sulfat yang sangat tinggi.

Gambar E.23 Waduk Pluit, Jakarta


Sumber https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2016/07/14/729149/670x335/4-
pompa-waduk-pluit-rusak-istana-dan-balai-kota-terancam-banjir.jpg
Permasalahan lain yang dialami danau-danau di Indonesia adalah
proses sedimentasi, seperti yang terjadi di Danau Tempe (Sulawesi Selatan),
Danau Sentani (Papua), Danau Singkarak (Sumatera Barat), Danau
Tondano, dan Danau Limboto (Sulawesi Utara). Upaya yang harus
dilakukan dalam rangka pembinaan dan pengelolaan danau antara lain
dengan menjaga kelestarian hutan di sekitar danau.
Hal ini agar ketersediaan air tetap terjaga dan menanggulangi
tingkat sedimentasi yang berlebihan. Upaya lainnya adalah memberikan
penyuluhan dan melatih masyarakat mengenai pentingnya
mempertahankan kualitas hutan, tanah, dan air.
c. Pemanfaatan Danau
1) Merupakan tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora maupun
fauna yang bersifat penting. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
danau merupakan tempat hidup berbagai jenis flora dan fauna.
2) Merupakan sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang
berada di lingkungan sekitarnya. Air yang ada di danau merupakan air
yang bersih. Apabila danau tersebut merupakan jenis danau air tawar,
maka air danau tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
kepentingan, diantaranya rumah tangga, industri, maupun pertanian
(untuk mengairi lahan persawahan atau ladang).
3) Sebagai sumber listrik. Air danau juga dapat dijadikan sebagai sumber
pembangkit listrik, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air.

Gambar E.24 PLTA Waduk Wonogiri


Sumber http://assets.kompas.com/data/photo/2016/12/15/1834220IMG-
20161215-WA0-780x390.jpg

4) Sarana rekreasi keluarga.Di danau terdapat banyak aktivitas yang dapat


dilakukan, seperti memancing, berkeliling danau menggunakan perahu,
maupun sekedar menikmati pemandangan alam yang ada di sekitarnya.

Gambar E.25 Danau Ciburuy, Bandung


Sumber http://www.buahatiku.com/wp-content/uploads/2015/02/situ-ciburuy-300x199.jpg
5) Sebagai sarana edukasi. Ekosistem danau juga mempunyai fungsi
sebagai sarana edukasi atau pendidikan tentang ketergantungan
makhluk hidup terhadap lingkungannya. Danau dapat dijadikan sebagi
objek penelitian tentang ekosistem, kualitas air danau, dll.

4. RAWA
Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu
yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang
(waterlogged) air dangkal. Rawa selalu tergenang air baik dari air hujan, air
tanah, atau air permukaan lainnya dan tidak ada jalan untuk pelepasan
airnya secara lancar. Rawa adalah daerah rendah yang tergenang air dan
pada umumnya permukaan air rawa selalu dibawah atau sama dengan
permukaan air laut, sehingga airnya selalu menggenang dan permukaan
airnya selalu tertutup oleh tumbuhan air, tidak bergerak (static) atau
mengalir, baik air tawar, payau, maupun air asin, termasuk juga wilayah
laut yang kedalaman airnya, pada keadaan surut terendah tidak melebihi
enam meter.

Gambar E.26 Rawa


Sumber https://2.bp.blogspot.com/-
P_98mVF_Od0/Vrl88lkRTcI/AAAAAAAAAgg/I1tiPdgCfSw/s640/Pengertian%2BRawa%252C%2BJenis%2Bdan%2B
Manfaat.jpg

Karakteristik rawa antara lain :


a. Air rawa adalah airnya asam dan berwarna coklat tampak
kehitam-hitaman.
b. Air rawa disekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air
laut.
c. Pada saat air laut pasang permukaan rawa banyak tergenang dan saat
air surut, daerah ini kering.
d. Rawa di tepi pantai banyak ditumbuhi oleh Pohon Bakau sedangkan
yang ada di daerah pedalaman banyak ditumbuhi Palem Nipah (sejenis
palem).
e. Kadar keasaman airnya tinggi.
f. Airnya tidak dapat di minum.
g. Dasar rawa terdapat tanah gambut.
a. Klasifikasi Rawa
1) Berdasarkan Tingkat Genangan Airnya
a) Rawa yang Selalu Tergenang
Adalah rawa yang tidak pernah kering sepanjang tahun,
terbentuk oleh genangan air hujan atau air tanah yang tidak
mempunyai pelepasan. Air di rawa tersebut sangat asam dan
berwarna kemerah-merahan. Di rawa tersebut hampir tidak ada
organisme yang dapat hidup.

Gambar E.27 Rawa Selalu Tergenang


Sumber https://2.bp.blogspot.com/-
GLcxwVRCU8M/VFs2hx6Q3UI/AAAAAAAAEZ4/9z9k-Z1CboE/s320/rawa.jpg
b) Rawa yang Tidak Selalu Tergenang
Jenis rawa ini memperoleh pergantian air tawar yang berasal dari
limpahan air sungai saat terjadi pasang naik air laut. Proses pergantian
air yang senantiasa berlangsung mengakibatkan kondisi air di wilayah
rawa tidak terlalu asam sehingga beberapa jenis hewan dan tanaman
mampu hidup dan beradaptasi dengan wilayah ini. Jenis flora khas
yang tumbuh di wilayah rawa antara lain mangrove, nipah, dan rumbia.
Penduduk yang tinggal di sekitar kawasan pantai
biasa memanfaatkan wilayah rawa ini dengan budidaya sawah
pasang surut.

Gambar E.28 Pengolahan Rawa Pasang Surut


Sumber http://www.pusdatarawa.or.id/wp-content/gallery/kalsel-batola/3.jpg

2) Berdasarkan Kondisi Air dan Jenis Tumbuhan Yang Hidup


1) Swamp
Menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu
jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air
dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak
bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah
berupa lumpur. Pada umumnya daerah ini ditumbuhi flora seperti
lumut, rumput- rumputan, semak-semak, dan tumbuhan jenis pohon.

Gambar E.29 Swamp


Sumber https://cdn.pixabay.com/photo/2013/12/16/10/52/swamp-
229250_960_720.jpg
2) Marsh
Rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun
mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut
secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai
seringkali diendapkan.
Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh
biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik,
berupa lumut dan rumput, seperti sejenis rumput rawa berbatang
padat, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau
keranjang.

Gambar E.30 Marsh


Sumber https://cdn.pixabay.com/photo/2015/03/29/15/58/marsh-
697390_960_720.jpg
3) Bog
Rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya
tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut sebagai
vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (bereaksi)
masam. Ada dua macam bog, yaitu “blanket bog” dan “raised bog”.
Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan
tinggi, membentuk deposit gambut tersusun dari lumut, menutupi
tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised
bog adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut
“hochmoor”, yang dapat mencapai ketebalan 5 meter.
Gambar E.31 Bog
Sumber http://wetlife2.gpf.lt/wp-content/uploads/2014/09/1_tituline3.jpg

4) Rawa Pasang Surut


Rawa pasang surut merupakan rawa yang jumlah kandungan airnya
selalu berubah-ubah (pasang surut), hal ini dikarenakan oleh adanya
pengaruh pasang surutnya air laut. Bakau adalah tanaman yang
sering ada di daerah ini.
b. Persebaran Rawa Di Indonesia
Sumberdaya lahan rawa di Indonesia, sebagai salah satu pilihan
lahan pertanian di masa depan, secara dominan terdapat di empat pulau
besar di luar Jawa, yaitu Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua,
serta sebagian kecil di Pulau Sulawesi.
Di Sumatera, penyebaran lahan rawa secara dominan terdapat di
dataran rendah sepanjang pantai timur, terutama di Provinsi Riau,
Sumatera Selatan, dan Jambi, serta dijumpai lebih sempit di Provinsi
Sumatera Utara dan Lampung. Di pantai barat, lahan rawa menempati
dataran pantai sempit, terutama di Provinsi Nanggro Aceh Darussalam

(sekitar Meulaboh dan Tapaktuan), Sumatera Barat (Rawa Lunang,


Kabupaten Pesisir Selatan), dan Bengkulu (selatan kota Bengkulu).
Di Kalimantan, penyebaran lahan rawa yang dominan terdapat di
dataran rendah sepanjang pantai barat, termasuk wilayah Provinsi
Kalimantan Barat; pantai selatan, dalam wilayah Provinsi Kalimantan
Tengah, dan sedikit di Kalimantan Selatan; serta pantai timur dan timur
laut, dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Penyebaran rawa lebak
yang cukup luas, terdapat di daerah hulu Sungai Kapuas Besar, sebelah
barat Putussibau, Kalimantan Barat, serta di sekitar Danau
Semayang dan Melintang, sekitar Kotabangun, di Daerah Aliran
Sungai (DAS) bagian tengah Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Di Sulawesi, penyebaran lahan rawa relatif tidak luas, dan terdapat
tempat di dataran pantai yang sempit. Lahan rawa yang relatif agak luas
ditemukan di pantai barat-daya kota Palu, dalam wilayah Kabupaten
Mamuju, kemudian di sekitar Teluk Bone, sepanjang pantai timur-Iaut
Palopo, dan sedikit di pantai selatan Kabupaten Toli-toli di sekitar Teluk
Tomini.
Di Papua, penyebaran lahan rawa yang terluas terdapat di dataran
rendah sepanjang pantai selatan, termasuk wilayah Kabupaten Fakfak,
dan pantai tenggara dalam wilayah Kabupaten Merauke. Kemudian di
daerah Kepala Burung, di sekeliling Teluk Berau-Bintuni, dalam wilayah
Kabupaten Manokwari dan Sorong. Selanjutnya di sepanjang dataran
pantai utara, memanjang dari sekitar Nabire (Kabupaten Paniai) sampai
Sarmi (Kabupaten Jayawijaya). Penyebaran lahan rawa lebak yang cukup
luas terdapat di lembah Sungai Membramo, yang terletak hampir di bagian
tengah pulau.

Gambar E.32 Peta Persebaran Rawa di Indonesia


c. Manfaat Rawa
1) Persawahan pasang surut
Baik di Kalimantan maupun di pantai timur Pulau Sumatera, rawa-rawa
banyak dijadikan sebagai wilayah persawahan pasang surut.
2) Menghasilkan kayu
Di daerah pedalaman Kalimantan dan pantai timur Sumatera, rawa
banyak menghasilkan kayu, seperti bakau, ulin, meranti, dan
sebagainya.
3) Menghasilkan nipah dan rumbia
Nipah dan rumbia banyak terdapat di rawa-rawa pantai. Daunnya
digunakan sebagai atap rumah oleh penduduk setempat. Rawa yang
menghasilkan nipah dan rumbia banyak terdapat di wilayah pantai
Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua.

Gambar E.33 Nipah


Sumber https://3.bp.blogspot.com/-
3seHDQxTJn0/VjrgRlj8S6I/AAAAAAAABoA/UX1rRJh0C10/s320/Pohon%2BNipah%2BPalem%2BHutan%2BBaka
u.jpg

4) Wilayah permukiman
Di daerah Kalimantan dan pantai timur pulau Sumatera, daerah rawa
banyak dijadikan sebagai wilayah permukiman. Wilayah ini dihuni oleh
penduduk setempat dan transmigran dari Jawa, Bali, dan Lombok.
5) Perikanan
Di daerah-daerah rawa air tawar banyak terdapat ikan air tawar yang
dimanfaatkan penduduk sebagai lauk pauk. Daerah rawa air payau
dimanfaatkan penduduk untuk memelihara ikan bandeng, udang, dan
kepiting bakau. Adapun di daerah rawa air asin, pohon bakau menjadi
tempat bersarangnya kepiting dan udang.

5. GLETSER
Gletser atau geyser ini merupakan hal yang seringkali kita dengar
sebagai salah satu wujud bongkahan dari es. Adapun pengertian dari
gletser adalah sebuah bongkahan es yang mempunyai ukuran besar yang
terbentuk di atas daratan melalui proses pengkristalan salju atau endapan
salju dalam kurun waktu yang lama. Selain pengertian yang telah
disebutkan, ada pula yang menyebut gletser sebagai sebuah sungai es yang
terbentuk di lembah pegunungan dan mengalir menuruni lembah
pegunungan secara perlahan-lahan yang diakibatkan dari akumulasi es,
salju, dan juga bebatuan karena adanya perubahan temperatur.
Gambar E.34 Gletser
Sumber :
https://lh3.googleusercontent.com/3qBOcCBV6ZHMjONyl7c1SyqwnAPXWKdkR5ccl0Bc_
Za0x0waIJ8QE-pT6H2nS-zR9QdF-fQdomiO8t2glmnUoPsEWCsff1K2bP-
F69inkL5nv6f74Ls

a. Proses Terjadinya Gletser


Proses terjadinya gletser dimulai pada lereng pegunungan yang
mempunyai bentuk cekung dan disebut dengan sirka (cirque). Terjadinya
gletser ini akibat adanya proses sublimasi dan juga pembekuan salju. Salju
yang pada mulanya berbentuk butiran akan lepas menjadi padat dan
akhirnya akan membentuk semacam bola salju. Apabila salju yang turun
ini lebih banyak yang membeku daripada salju yang mencair atau menguap
maka akan terbentuk gletser.

Gambar E.35 Sirka


Sumber https://pixabay.com/p-445172/?no_redirect
Adapun proses terbentuknya gletser adalah sebagai berikut:
a) Gletser akan terbentuk dan dimulai ketika salju segar turun, setelah
mengendap udara yang terperangkap di antara serpihan, salju
terdorong keluar sehingga terjadi keping salju yang padat dan disebut
dengan firn.

Gambar E.36 Firn


Sumber https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/ba/Firn_ss_2006.jpg
b) Ketika salju semakin banyak turun di puncak pegunungan, firn akan
semakin terpadatkan menjadi es gletser. Bebatuan atau till yang
jatuh dari puncak gunung akan ikut terbawa oleh gletser ini. Dan di
daerah yang curam, es akan terpecah- pecah menjadi rekahan-
rekahan yang berbentuk baji (crevasse).

Gambar E.37 Crevasse


Sumber http://worldlandforms.com/landforms/wp-content/uploads/2015/03/crevasse.jpg

c) Gletser ini, ujungnya akan mencair dan akan membentuk aliran sungai
yang mengalir ke bawah pegunungan. Karena gletser berisi berbagai
macam zat, seperti bebatuan, salju, dan juga sedimen sehingga ketika
gletser meluncur ke bawah maka akan berubah kontur dari pegunungan.
Itulah tahapan- tahapan atau proses terbentuknya gletser, dari awal mula
hingga ketika gletser mencair dan membentuk aliran sungai. Kemudian
ketika gletser ini bisa merubah kontur sungai menjadi berbeda dari
yang sebelumnya.
b. Tipe-Tipe Gletser Dan Persebarannya
Gletser merupakan sesuatu yang terbentuk dari salju atau es yang
mengendap dalam jumlah yang banyak serta dalam waktu yang lama.
Karena jumlah salju yang mengendap dan juga lama waktu yang berbeda-
beda, maka mungkin saja gletser yang terbentuk juga akan menjadi gletser
yang memiliki tipe berbeda- beda. Adapun tipe- tipe dari gletser antara lain
sebagai berikut:
1) Gletser gunung
Gletser gunung adalah gletser yang bentuknya seperti gunung. Gletser
gunung ini dapat menyebabkan erosi yang besar. Selain itu, gletser
gunung juga memiliki gerakan yang sangat lambat melalui kaki gunung
menyebabkan terbentuknya celah yang dalam. Lokasinya seperti berada
di Pegunungan Alpen, Pegunungan Himalaya, dan juga Pegunungan
Kauskus.

Gambar E.38 Pegunungan Himalaya


Sumber : https://www.access-
himalaya.com/files/large/ecd37c9f5d627c3046b5d8ad619d2b6f.jpg
b) Gletser benua
Gletser benua ini juga dikenal sebagai lembaran es atau tutupan es. Di
dunia ini hanya terdapat dua lembaran es besar. Lembaran- lembaran es
yang ada di dunia ini terdapat di benua Antartika dan sebagian besar
lainnya di Greenland. Diperkirakan sekitar 90% gletser di dunia ini
berada di kedua daerah tersebut, dan sisanya berada di daerah
pegunungan tinggi.
Gambar E.39 Greenland
Sumber : http://www.escapehere.com/wp-
content/uploads/2015/11/820x480xGreenland-houses-
820x480.jpg.pagespeed.ic.fmdPSSNb1B.jpg
c. Manfaat Gletser
1) Terbentuknya macam-macam danau glasial
2) Terbentuknya fyord sebagai hasil erosi glasial

Gambar E.40 Fyord


Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/47/Sognefjord
%2C_Norway.jpg/300px-Sognefjord%2C_Norway.jpg

3) Sebagai tempat penelitian ahli glasiologi


4) Sebagai sumber air bagi sungai di bawahnya
5) Daerah yang datarannya tertutup es dapat
menyebabkan kebudayaannya yang khas.
Gambar E.41 Penduduk Eskimo
Sumber https://aos.iacpublishinglabs.com/question/aq/700px-394px/how-do-eskimos-
live-today_6fad996e-b0d1-4a4a-a23f-8ef6c0de7486.jpg?domain=cx.aos.ask.com
F. KONSERVASI AIR TANAH DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

1. Konservasi Air Tanah


a. Pengertian Konservasi Air Tanah
Konservasi air tanah adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi air tanah agar senantiasa dalam
kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
b. Konservasi Air Tanah
Konservasi air tanah antara lain mencakup kegiatan sebagai berikut :
1) Perlindungan air tanah
Upaya perlindungan air tanah dapat dilakukan dengan menetapkan
kawasan lindung air tanah pada suatu wilayah cekungan air tanah
atau kawasan sempadan mata air.
2) Pelestarian air tanah
Upaya – upaya pelestarian air tanah dapat berupa kegiatan
pelestarian fungsi daerah imbuhan air tanah dengan vegetasi
(reboisasi, pembuatan hutan kota, dan pembuatan jalur hijau), dan
teknologi (pembuatan sumur resapan air hujan) serta membuat
peraturan tentang luasan lahan bangunan.

Gambar 1. Sumur resapan


Gambar F.1 Sumur Resapan
Sumber : http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-
nasional/14/02/06/n0kl8g-sleman-wajibkan-hotel-buat-sumur-resapan
3) Pengawetan air tanah
Upaya- upaya yang dapat dilakukan untuk pengawetan air tanah,
antara lain menghemat penggunaan air tanah, sosialisasi gerakan
hemat air, pemanfaatan air tanah untuk air minum menjadi prioritas
utama
2. Konservasi Daerah Aliran Sungai ( Das )
a. Pengertian Daerah Aliran Sungai ( Das )
Definisi Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS
menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2012 adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak- anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Sedangkan menurut Asdak ( 2010 ), Daerah aliran sungai (DAS)
diartikan sebagai daerah yang dibatasi punggung-punggung (igir-igir)
gunung, air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung
oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai
kecil ke sungai utama. Contoh-contoh DAS di Indonesia:
1) DAS Ciliwung, yang mempunyai hulu di Bogor dan hilir di Kota
Jakarta.
2) DAS Bengawan Solo, yang mempunyai hulu di Wonogiri dan hilir di
Gresik.
3) DAS Mahakam, yang mempunyai hulu di Pegunungan Bawui dan
hilir di Samarinda.
Konservasi DAS adalah upaya-upaya pelestarian lingkungan DAS
dengan tetap memperhatikan manfaat yang bisa didapatkan pada saat
itu dengan cara tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen
ekosistemnya untuk pemanfaatan di masa yang akan datang.
Tujuan konservasi DAS adalah untuk membina kelestarian dan
keserasian ekosistem DAS serta meningkatkan pemanfaatan
sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan.
b. Kerusakan Das
Kerusakan DAS dapat diakibatkan oleh banyak faktor, seperti
penebangan hutan secara berlebihan, penutupan danau dan kantong-
kantong air lainnya, berubahnya saluran drainase dan sungai, serta
pembuangan limbah ke sungai.
Dalam mengelola sumberdaya lahan suatu DAS perlu diketahui apa
yang menjadi masalah utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat
dibagi menjadi kuantitas (jumlah) air dan kualitas air. Masalah
kuantitas DAS antara lain : banjir, kekeringan, menurunnya tinggi
muka air tanah, tingginya fluktuasi debit puncak dengan debit dasar.
Sedangkan maslaah kualitas air meliputi tingginya sedimentasi dan
pengendapan lumpur di dasar sungai, tercemarnya air sungai, dan air
tanah, eutrofikasi (peningkatan konsentrasi hara di dalam badan air).
Berikut beberapa tindakan yang menyebabkan rusaknya suatu DAS :
1) Penebangan Hutan
Penebangan hutan yang berlebihan terutama di bagian hulu DAS
akan menyebabkan dampak bagi bagian hilir DAS yaitu timbulnya
banjir. Hal ini disebabkan kawasan resapan di wilayah tersebut
rusak/tidak berfungsi secara optimal.

Gambar F.2 Penebangan hutan


Sumber : http://www.berpendidikan.com/2016/02/akibat-penebangan-hutan-secara-liar-dan-upaya-
serta-cara-mengatasi-kerusakan-hutan.html

2) Berubahnya Saluran Drainase dan Sungai


Saluran drainase dan sungai dapat berubah karena adanya
pengendapan hasil-hasil erosi dan pembuangan sampah oleh
masyarakat ke saluran tersebut. Bentuk perubahan saluran drainase
dan sungai dapat berupa pendangkalan saluran, yang menyebabkan
kapasitas penampungan air menjadi berkurang. Selain itu, adanya
permukiman di sekitar bantaran sungai juga dapat menyebabkan
hilangnya daerah penyerapan air, menyempitnya sungai, dan polusi
di sungai.
Gambar F.3 Permukiman kumuh di pinggir sungai
Sumber : http://pwkub2011.blogspot.co.id/2014/06/konsep-pemukiman-kumuh-bantaran-sungai.html

3) Pembuangan Limbah Berbahaya


Limbah-limbah yang mengandung bahan kimia dapat berasal dari
limbah domestik, limbah industri, pengolahan lahan, dan lain
sebagainya, dapat menurunkan kualitas air sungai dan berbahaya
bagi makhluk hidup yang memanfaatkan air sungai tersebut.

Gambar F.4 Pembuangan limbah di sungai


Sumber : https://riensetiawan.wordpress.com/2013/01/02/pembuangan-limbah-dan-sampah/

Upaya – upaya dilakukan antara lain adalah sebagai berikut :


a. Konservasi secara vegetatif, yaitu penghutanan kembali lahan hutan
gundul, penutupan lahan terbuka dengan tanaman penutup,
penghijauan pada lahan terbuka dan berlereng curam dengan
penanaman pohon-pohon, penanaman dengan cara melajur sesuai
garis kontur.

Gambar F.5 Penanaman pohon


Sumber : http://ksdae.menlhk.go.id/berita/282/penanaman-pohon-balai-tn-gunung-rinjani.html
b. Konservasi secara mekanik, yaitu normalisasi sungai, pembuatan
saluran air terasering di lereng curam dengan mengikuti garis kontur,
pembuatan selokan atau saluran air, membuat sumur resapan.

Gambar F.6 Normalisasi sungai dengan pengerukan


Sumber : http://beritadaerah.co.id/2014/10/27/normalisasi-sungai-di-desa-maribaya-tegal/

c. Pengelolaan DAS
Daerah aliran sungai terbagi menjadi tiga daerah yaitu bagian hulu,
bagian tengah, dan bagian hilir.

Gambar F.7 Skema sebuah DAS


Sumber : https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/mimpi-tentang-
das-ciliwung/

Ciri – ciri pada setiap bagian DAS dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) DAS Bagian Hulu (Upperland)
DAS bagian hulu dicirikan oleh hal – hal sebagai berikut : merupakan
daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi,
merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar ( lebih besar dari
15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air
ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya
merupakan tegakan hutan.

b) DAS Bagian Tengah (Middle Land)


DAS bagian tengah merupakan daerah peralihan antara bagian hulu
dengan bagian hilir dan mulai terjadi pengendapan. Ekosistem tengah
sebagai daerah distributor dan pengatur air, dicirikan dengan daerah
yang relatif datar. Daerah aliran sungai bagian tengah menjadi
daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda
antara hulu dengan hilir.
c) DAS Bagian Hilir (Lowerland)
DAS bagian hilir dicirikan oleh hal – hal sebagai berikut : merupakan
daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan
daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan sangat kecil
(kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir
(genangan), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan
irigasi, dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian.

Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu akan berpengaruh


sampai pada hilir. Oleh karenanya DAS bagian hulu merupakan bagian yang
penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian
DAS, apabila terjadi pengelolan yang tidak benar terhadap bagian hulu maka
dampak yang ditimbulkan akan dirasakan juga pada bagian hilir. Misalnya,
erosi yang terjadi tidak hanya berdampak bagi daerah dimana erosi tersebut
berlangsung yang berupa terjadinya penurunan kualitas lahan, tetapi
dampak erosi juga akan dirasakan dibagian hilir, dampak yang dapat
dirasakan oleh bagian hilir adalah dalam bentuk penurunan kapasitas
tampung waduk ataupun sungai yang dapat menimbulkan resiko banjir
sehingga akan menurunkan luas lahan irigasi.
Pengelolaan DAS secara terpadu merupakan suatu proses penyusunan
dan penerapan suatu tindakan yang melibatkan sumberdaya alam dan manusia
di dalam suatu kawasan DAS dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti
sosial, politik, ekonomi, lingkungan, dan kelembagaan dalam DAS, untuk
mencapai semaksimal mungkin tujuan masyarakat baik jangka pendek maupun
panjang. Dilihat dari aspek pengelolaan terpadu, unsur-unsur seperti: hutan,
tanah, air, masyarakat dan lain-lain tersebut merupakan
sasaran atau obyek yang akan dikelola. Pengelolaan DAS terpadu perlu
mengupayakan agar unsur-unsur struktur ekosistem seperti : hutan, tanah,
air, masyarakat dan lain-lain tetap dalam keadaan seimbang dan serasi.

G. LEMBAGA YANG MENYEDIAKAN DAN MEMANFAATKAN DATA HIDROLOGI


DI INDONESIA

a. Pusat penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Sumber Daya Air


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Badan penelitian ini bertugas melaksanakan penelitian, pengembangan serta
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang sumberdaya air. Website
: http://www.pusair-pu.go.id.

b. Balai Besar Wilayah Sungai, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat.
Badan ini bertugas mengelola seluruh sungai yang ada di Indonesia. Contohnya :
Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak mengelola Sungai Progo, Serayu, dan
Opak di wilayah DIY. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain
: pengelolaan sumberdaya air, terkait aspek konservasi sumberdaya air, aspek
pendayagunaan sumberdaya air, aspek pengendalian, dan penanggulangan daya
rusak air, aspek peningkatan ketersediaan dan keterbukaan data dan informasi
sumberdaya air, dan aspek pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat,
dunia usaha dan pemerintahan. Website : http://bbws-so.net/gis.
c. Badan Informasi Geospasial (BIG)
Badan ini memerlukan data yang terkait dengan hidrologi, curah hujan,
oseanografi yang nantinya dapat digunakan untuk pemetaan dalan kajian
hidrologi.
d. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Badan ini memanfaatkan data terkait hidrologi di suatu wilayah terkait
dengan potensi wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana banjir,
longsor, maupun kekeringan.
e. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Badan ini memanfaatkan data hidrologi di suatu wilayah yang nantinya dapat
digunakan untuk memberikan data informasi perkiraan iklim, cuaca,
maritim, potensi bencana tsunami di wilayah Indonesia.
f. Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal)
Pushidosal menyediakan data dan informasi hidro-oseanografi yang akurat
dan mutakhir sebagai data dasar yang akan digunakan sebagai bahan
analisis strategi pertahanan nasional.

Anda mungkin juga menyukai