Askep D Atas Enjel
Askep D Atas Enjel
Dibuat Oleh :
Enjel Mandey, S.Kep
B. Anatomi fisiologi
Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna
dan genetalia
interna
( Sobatta,2006)
1. Genetalia eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi
satu dan membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah
kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia
mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora
adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia
minora), maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam
vestibulum terdapat muara – muara dari liang senggama (introetus
vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbeda-
beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang
lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu jari.
g. Perenium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul
yang ditutupi oleh kulit perenium.
(Sobatta,2006)
2. Genetalia interna
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya
dari vestibulum sampai uterus 71/2. Merupakan penghubung antara
introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9
cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah
dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan
jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal
±2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
d. Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan
nutrisi pada ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2
saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak
berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk
memeluk ovum saat ovulasi agar masuk kedalam tuba. (Tambayong,
2002)
C. ETIOLOGI
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan
terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak
atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata )
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat
berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan
(biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah
dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi
kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh
yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim
ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status
kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu
dihubungkan dengan kematian. (Price, syivia Anderson, 2005)
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% )
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf. (Dr RamaDiananda,
2009 )
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan
stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur
keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan
hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium
atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan
hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih
lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika
dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel
pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel
lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi
radiasi eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang
digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik
dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.
Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara
lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan,
beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan
melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam
perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas,
sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan
untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang
kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan
pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi
perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan
posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai
300ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan
antara lain menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis,
emboli pulmonal dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan.
(Bambang sarwiji, 2011)
G. STADIUM KARSINOMA SERVIKS
Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti
invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada
serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada
pembuluh limfa atau pembuluh darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan
invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina
(bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau
kedua sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari
infiltrate tumor.
TahapIIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada
dinding panggul.
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas
kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyaki nodus limfe yang teraba tidak
merata pada dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter
tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke
parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau proses pada
tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik) atau telah
terjadi metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP )
sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya
melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining
sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian
diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi,
suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga
rendah dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ).
Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel
dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan
perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
c. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat )
terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya
atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak
dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus
diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ),
dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan
diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas
jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.
Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat
dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan
pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air
100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah
yang tidak berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan
pada keadaan - keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
I. PENGKAJIAN FOKUS
Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual
Salah satu faktor yang menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah
dibawah umur 18 tahun.
1. Perilaku seks berganti - ganti pasangan
Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker
serviks dapat ditularkan dengan mudah.
2. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap
smear secara rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
3. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan
kurangnya pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker
seviks.
4. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, peran
diri, emosional.
5. Perineum; keputihan, bau, kebersihan
Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher rahim
yang mulai mengalami metastase.
6. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan
abnor malita pada organ - organ daerah panggul.
7. Perasaan berat daerah perut bagian bawah
Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf -
syaraf disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat
pada daerah tersebut.
8. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat
memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang - orang
dengan gemar berganti - ganti pasangan dengan mengesampingkan efek
negatifnya kemungkinan besar dapat timbul gejala - gejala tersebut
sehingga mengarah pada terjadinya kanker leher rahim.
9. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara
siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.
10. Riwayat Keluarga
Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks. ( Doengoes, 2005 )
PATHWAY
FORMAT PENGKAJIAN KASUS
A. ANAMNESA
1. Identitas
Nama : Ny.J.D
Umur : 53 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tombatu Timur, Jaga 3
Personal Klien mengatakan sebelum sakit klien Saat di rumah sakit Klien
Hygiene mandi 2x sehari mengatakan mandi 1x sehari
Kebiasaan yang Tidak ada Tidak ada
mempengaruhi
kesehatan
Psikososial dan Sebelum masuk rumah sakit klien tidak Saat dirumah sakit Klien
spiritual; memiliki masalah psikososial maupun mengatakan klien sering
spiritual berdoa dan percaya kepada
Tuhan
Kebutuhan Klien mengatakan sebelum sakit Klien mengatakan sudah tidak
seksual hubungan sebagai suami istri berjalan aktiv secara seksual
baik dan harmonis tetapi klien dan
suami tidak sedang tinggal bersama
karna suami sedang kerja di luar kota.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD 100/80 mmHg, nadi 85 x/mnt
o
RR 22 x/mnt, Suhu 36,5 C.
2) Kepala : Simetris,tidak ada benjolan rambut bersih
b) Paru-paru :
Suara napas tambahan : Tidak ada suara napas tambahan
Ekspansi Dada : Normal
Kondisi lainnya: …..
c) Jantung :
Suara jantung : Normal, tidak ada murmur
Kodisi jantung : Normal
Kondisi lainnya:
3) Abdomen :
Hepar : Tidak ada pembengkakan hepar
Limpa : Tidak ada pembengkakan
Bising Usus : 8x/m
Vesika Urinaria : Adanya nyeri tekan pada abdomen bawah
4) Genitalia :
a. Fluor albus :
Warna : Putih kekuningan
Bau : Berbau
Jumlah :
Vulva dan serviks :
Adanya pengeluarahn darah dari serviks.
Anus : Tidak ada pembengkakan
5) Ekstremitas :
Odema : Tidak ada udem
Refleks Patela : (+) Positif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Leukosit 5.1 4.0 – 10.0 10^3µL
Eritrosit 3.47 4.70 – 6.10 10^6µL
Hemoglobin 9.6 13.0 – 16.5 g/dL
Hematokrit 28.1 39.0 – 51.0 %
Trombosit 281 150 – 450 10^3µL
MCH 27.7 27.0 – 35.0 Pg
MCHC 34.2 30.0 – 40.0 g/dL
MCV 81.0 80.0 – 100.0 fL
TERAPI OBAT
Nama Obat/ terapi Dosis Frekuensi Cara
Pemberian
Asam tranexamat 500mg /8 Jam IV
SF 200mg /24jam Oral
Paracetamol 500mg /8jam Oral
Bicnat 500mg /8jam
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Infiltrasi tumor ganas Nyeri Kronis
Saat pengkajian Klien
mengatakan nyeri di bagian
abdomen bawah,
P : Nyeri dirasakan saat
beraktivtias atau sedang
beristirahat
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R ; Nyeri dirasakan di bagian
perut bawah
S : Skala nyeri sedang skor 5
T : Nyeri hilang timbul
DO :
Pasien tampak meringis saat
nyeri muncul
Klien Tampak gelisah
Do:
Anemia
Klien tampak lesu
Hb : 9,6 g/dL
Eritrosit 3.47 10^6µL
Hematokrit 28.1%
Diagnosa keperawatan
Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078)
Resiko Syok berhubungan dengan hipoksemia (D.0039)
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosis (SDKI) SLKI SIKI
.
1. Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri(I. 08238)
infiltrasi tumor (D. 0078) keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
DS : menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Pasien mengatakan merasa hasil : - Identifikasi skala nyeri
nyeri di bagian abdomen - Identifikasi respon nyeri non verbal
bawah Tingakt Nyeri (L. 08066) - Identifikasi factor yang memperberat dan
P : Nyeri dirasakan saat - Keluhan nyeri cukup memperingan nyeri
beraktivitas dan ketika sedang menurun (4) Terapeutik
istirahat - Tekanan darah cukup - Berikan terapi nonfarmakologis untuk
Q : Nyeri dirasakan seperti membaik (4) mengurangi rasa nyeri
ditusuk- tusuk - Control lingkugan yang memperberat nyeri
R: Nyeri dirasakan di daerah perut (mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan )
bagian bawah - Fasilitasi istirahat dan tidur
S: Skala nyeri sedang skor 4 Edukasi
T: Nyeri hilang timbul - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
DO : - Ajarkan tenik nonfarmakologis untuk
- Pasien tampak meringis saat mengurangi rasa nyeri
nyeri muncul Kolaborasi
- Pasien tampak gelisah - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
- Pasien tampak memegang
bagian tubuh yang sakit Perawatan Kenyamanan (I.08245)
Observasi
- Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi,
dan perasaannya
- Identifikasi masalah emosional dan spiritual
Terapeutik
- Berikan posisi nyaman
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Dukung keluarga terlibat dalam
terapi/pengobatan
Edukasi
- Ajarkan Latihan pernapasan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesic
2 Resiko Syok berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok (I.02068)
hipoksemia (D.0039) keperawatan …x... jam Observasi
diharapkan tingkat syok - Monitor status oksigenasi
Ds : membaik dengan kriteria - Monitor status cairan
Klien mengatakan merasa badan hasil : Terapeutik
terasa lemas - Pasang jalur IV,jika perlu
Klien mengatakan sudah pernah Tingkat Syok (L.03032) - Lakukan skintest untuk mencegah reaksi
transfuse darah 2x - Frekuensi nadi alergi
Klien mengatakan sering membaik (5) Edukasi
mengganti pembalut sampai 6x - Frekuensi napas (5) - Jelaskan penyebab/factor risiko syok
sehari - Saturasi oksigen - Jelaskan tanda dan gejala awal syok
membaik (5) - Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan
Do: - Pucat cukup menurun tanda dan gejala awal syok
Anemia (4) Kolaborasi
Klien tampak lesu - Kolaboarasi pemeberian iv, jika perlu
Hb : 9,6 g/dL - Kolaborasi pemberian antiinflamasi , jika
Eritrosit 3.47 10^6µL perlu
Hematokrit 28.1%
CATATAN PERKEMBANGAN HARI PERETAMA