Jufitriani Ismy
Abstrak. Trauma kepala pada pada anak dapat terjadi akibat pukulan, jatuh, benturan maupun hentakan mendadak. Trauma
kepala ringan salah satu kasus tersering di bagian neurologi anak. Trauma kepala dapat menyebabkan cedera kepala dan
penyebab kematian terbanyak pada anak. Perbedaan dari segi anatomi, fisiologi, serta metabolisme pada anak dan dewasa
sehingga pada anak lebih mudah untuk mengalami cedera kepala dibandingkan dengan orang dewasa. Pemantauan saat
terjadinya trauma dan pemantauan jangka panjang diperlukan untuk mendeteksi secara dini kelainan perkembangan anak.
Abstract. Head trauma in children can occur due to blows, falls, collisions or sudden shocks. Mild head trauma is one of the
most common cases in pediatric neurology. Head trauma can cause head injuries and is the leading cause of death in children.
Differences in terms of anatomy, physiology, and metabolism in children and adults make it easier for children to experience
head injuries than adults. Monitoring when trauma occurs and long-term monitoring is needed to detect early childhood
developmental abnormalities.
59
Tabel 1. Cedera otak berdasarkan GCS, gejala penyerta.9
Klasifikasi lesi trauma kepala Kemudian dilanjutkan dengan memeriksa bagian
kepala pada anak. Perlu diperiksakan mengenai
Lesi trauma kepala dapat berupa: Hematoma dan jejas trauma, cairan yang keluar melalui telinga
laserasi, Fraktur tengkorak, Perdarahan ataupun hidung dan mulut, raccoon eyes,
subarachnoid, Perdarahan epidural, Perdarahn maupuun battle sign. Wajah perlu dinilai apakah
subdural, Kontusio, Concussion, Diffuse axonal simteris ataupun tidak. Selain itu, juga
injury atau cedera akson difus dan Trauma diperlukan evaluasi pada pupil dan juga nervus
kepala akibat kekerasan fisis. 10 kranialias. Pemeriksaan mengenai jejas ataupun
kaku kuduk yang mungkin dialami oleh pasien.
Diagnosis Selain kepala dan leher juka diperlukan adanya
pemeriksaan jejas di luar kepala yang berpotensi
Penegakkan diagnosis dalam kasus trauma menyebabkan perarahan baik yang nyata atau
kepala memerlukan anamnesis, pemeriksaan perdarahan internal. Pemeriksaan
fisik, pemeriksaan neurologi, dan pemeriksaan sensorikmotorik diperiksa untuk menilai
penunjang yang diperlukan. Pada bagian pergerakan apakah masih spontan, simetris, dan
anamnesis, perlu digali mengenai beberapa hal terkoordinasi dengan baik atau tidak.
seperti: Pemeriksaan reflex fisiologis, patologis untuk
Anamnesis: Mekanisme trauma, ketinggian menilai keterlibatan parenkim otak. 8,10
jatuh, alas saat jatuh, serta posisi tubuh anak
pada saat jatuh. apakah anak menggunakan Pemeriksaan penunjang diindikasikan pada
pelindung kepala, apakah anak terlempar dan trauma kepala derajat sedang berat. Pemeriksaan
jika iya sampai setinggi apa, jika terseret posisi tersebut meliputi pemeriksaan laboratorium
kepala dimana, apakah jatuh pada posisi kepala yang terdiri dari pemeriksaan darah lengkap,
dibawah atau tidak. Bagaimana kesadaran anak evaluasi terhadap nilai Haemoglobin yaitu
setelah kejadian trauma kepala apakah anak penurunan Hb pada trauma kepala dengan
masih sadar baik, menangis atau tidak, untuk perdarahan aktif. Evaluasi rasio netrofil dan
anak yang sudah bisa berbicara apakah anak limfosit pada pemeriksaan darah tepi ,
masih merespon pertanyaan atau tidak, dan jika berdasarkan penelitian sebelumnyadijumpaia
terjadi gangguan kesadaran berapa lama terjadi. keterkaitan antara rasio netrofil dan limfosit
Apakah cedera juga terjadi pada bagian tubuh dengan cedera iskemik cerebral. Penilaian dan
yang lain dan bagaimana keparahan cedera evaluasi trombosit menunjukkan hubungan yang
tersebut. Apakah terjadi perdarahan atau tidak, erat dengan derajat trauma kepala.13 Monitor
apakah anak dapat mengingat beberapa hal gangguan keseimbangan elektrolit , Natrium
setelah terjadi kecelakaan tersebut. Apakah ada harus dievaluasi selain kalium , kalsium dan
muntah spontan yang terjadi tanpa sebab yang phosfat. Elektrolit yang seing mengalami
lain atau tidak ada nyeri kepala hebat dan terjadi gangguan keseimbangan adalah adalah natrium
perdarahan , ada kejang spontan saat ataupun dan kalium yang dapat terjadi akibat resusitasi
setelah trauma serta apakah ada perubahan dan terapi farmakologi : pemberian mannitol dan
perilaku dan tidur setelah trauma atau tidak. furosemid.14 gula darah, dan S100B/calcium-
Selain itu juga oerlu ditanyakan mengenai binding protein B (Biomarker yang
riwayat tumbuh kembang anak saat trauma menunjukkan adanya kerusakan sel otak)
kepala terjadi. 11,12 bertujuan untuk menilai adakah indikasi
Pemeriksaan fisik, perlu dinilai tekanan darah, pemeriksaan CT-scan dan untuk menentukan
denyut nadi, respirasi, dan suhu. Serta perlu prognosis.
dilakukan penilaian GCS pada anak untuk
stabilisasi segera. Selain itu, diperlukan adanya Pemeriksaan pencitraan seperti CT scan kepala
evaluasi status mental anak dan juga status atau MRI kepala dan pemeriksaan EEG
lokalis trauma yang diperinci dengan cermat. mungkin diperlukan untuk beberapa kasus.
Misalnya apakah ada benjolan atau tidak, lalu Pemeriksaan CT scan sampai saat ini merupakan
nilai lokasi, besar, nyeri, ataupun denyutannya. pemeriksaan terpilih untuk pencitraan walaupun
60
pemeriksaan MRI menunjukkan hasil yang lebih kadar elektrolit dan diuresis diperlukan jika
sensitif namun karena faktor biaya dan alat , CT pasien diberikan cairan hipertonis. Hindari/
scan terpilih untuk mengidentifikasi ada seminimal mungkin tindakan invasive dan hal-
tidaknya cidera kepala traumatik. CT scan hal yang dapat menyebabkan peningkatan
mempunyai resiko radiasi yang besar, potensi tekanan intracranial. Lakukan pemantauan klinis
menimbulkan kanker otak di kemudian hari dan yang ketat selama 12-48 jam, tatalaksana demam
mempunyai resiko sedasi.15 Beberapa algorime 8,9,10
yang di pakai untuk menentukan CT scan Edukasi yang dapat diberikan kepada orang tua
kepalapada pasiendengan cidera otak ringan. anak adalah:trauma kepala ringan tanpa
Berdasarkan rekomendasi penatalaksanaan penurunan kesadaran dapat dirawat di
trauma kepala Ikatan Dokter Anak Indonesia, rumah,tirah baring selama 3 hari, selama
CATCH (Canadian Assessment of Tomography observasi di rumah sebaiknya anak tidak minum
for Childrent Head Injury) dan PECARN obat anti muntah, karena dapat menutupi gejala
(Pediatric Emergency Care Appllied Researh) perburukan yaitu muntah. Analgetik diberikan
talaksanaan trauma kepala IDAI.16 jika perlu, pengawasan dilakukan dengan
memeriksa anak tiap 2-3 jam sampai 72 jam
Tatalaksana setelah trauma, Anak segera dibawa ke rumah
sakit apabila selama observasi didapatkan:anak
Pada semua kasus trauma kepala pada anak, tampak tidur terus atau tidak sadar, anak
lakukan terlebih dahulu survey primer dengan menjadi gelisah, bingung, atau delirium, kejang
prinsip berikut:8,9 pada wajah atau ekstremitas, anak mengeluh
1. Penilaian terhadap jalan nafas dan sakit kepala yang mentap dan bertambah berat,
imobilisasi pada trauma leher atau adanya tanda kekakuan di leher, muntah
2. Penilaian jalan nafas, pemberian oksigen yang menetap terutama dipagi hari, keluar
apabila dibutuhkan cairan/darah dari lubang telinga atau hidung.
3. Penilaian sirkulasi, pemasangan jalur ubun-ubun besar yang membonjol,terdapat
intravena dan resusitasi cairan apabila gangguan gerak ekstremitas8,9,16
dibutuhkan
4. Penilaian derajat kesadaran anak Prognosis
menggunakan GCS pediatrik
5. Penilaian kadar glukosa darah Prognosis yang terdapat pada trauma kepala
ringan umumnya baik, tetapi keadaan ini tidak
Prinsip penatalaksanaan: adalah menstabilkan boleh disepelekan. Trauma kepala ringan dapat
tanda vital dasar, pertahankan tekanan berkembang menjadi berat dan dapat berakibat
intrakranial,evaluasi hasil pemeriksaan darah fatal ataupun menyebabkan gejala sisa pada
lengkap, keseimbangan elektrolit , dan evaluasi anak jika tidak ditangani dengan baik. 3
di tempat lain. 17 Faktor yang menentukan prognosis adalah usia,
Untuk penatalaksanaan medikamentosa yang cara terjadi cedera, GCS pediatrik setelah
dapat diberikan adalah sebagai berikut: Dapat dilakukan resusitasi, reasi pupil, tanda tanda
diberikan analgesik untuk mengurangi nyeri, vital, bagaimana tekanan intrakranial setelah
Tatalaksana peningkatan tekanan intracranial dilakukan resusitasi, lama terjadinya penurunan
dan kejang (jika ada kejang), Bila terdapat kesadaran, gangguan keseimbangan tubuh dan
peningkatan tekanan intracranial, dapat lesi trauma kepala
diberikan obat penurun tekanan intracranial
seperti manitol 20% 0,5-1 gram/kg tiap 8 jam Pemantauan jangka panjang
atau NaCl 3% dengan dosis inisial 2-6 ml/kgBB
dilanjutkan dengan infus kontinyu 0,1-1 Sebagian besar kasus trauma kepala ringan
ml.kgBB/jam dengan monitoring tekanan tidak menyebabkan efek jangka panjang namun
intracranial. NaCl 3% dapat juga diberikan masalah fungsi psikososial yang mungkin terjadi
dengan dosis inisial 5 ml/kgBB dilanjutkan terutama pada usia prasekolah. Pemantauan
dengan dosis 2 ml/kgBB tiap 6 jam. Pemantauan jangka panjang di perlukan pada trauma kepala
61
derajat sedang dan berat. Pemantauan jangka 5. Hobbs AJ, Stirt JA. Pediatric Neuroanestesia.
panjang untuk melihat perkembangan dari hasil Dalam: Sperry RS, Stirt JA, Stone AJ, eds.
luaran baik yang bersifat fisik atau disabilitas Manual Of Neuroanesthesia, 1st ed. Philadelphia:
inteletual. Diperlukan komunikasi yang Penssyvania,1989;183-204
berkelanjutan antara dokter yang merawat , 6. Araki T, Yokota H, Morita A. Pediatric traumatic
brain injury: Characteristic features, diagnosis,
dokter spesialis rehabilitasi medik , dan anggota
and management. Neurol Med Chir (Tokyo).
keluarga. 2017;57(2):82–93.
7. Morrison AL, King TM, Korell MA,smiaalek JE
Kesimpulan and Troncose JC. Acceleration-deceleration
Trauma kepala pada anak merupakan suatu injuries to the brain in blunt force trauma. Am J
problem khusus dalam neurologi . Bila terjadi Forensic Med Pathol, 1998, jun;19(20):109-12
cidera kepala menyebabkan angka mortalitas 8. Schtzman SA, Schunk JE. Pediatric Head injury.
dan morbiditas serta angka kecacatan yang lebih Pediat in Rev.2012:33(9);398-411
tinggi, yang sangat berpengaruh pada 9. Brasure M, Lamberty GJ, sayer NA, Nelson NW,
perkembangan anak. Terdapat perbedaan dari Macdonal r, Quillette J, Tacklind J, et al,2012.
segi anatomi, fisiologi, serta metabolisme pada Multidiscipliplinary post acute rehabilitation for
moderate to severe traumatic brain injury in
anak dan dewasa sehingga pada anak lebih
adults. Agency for Healthcare Research and
mudah untuk mengalami cedera kepala Quality (AHRQ) Comporative effectiveness
dibandingkan dengan orang dewasa. Sasaran Review,72, ES1-ES20
dari penanganan anak dengan trauma kepala 10. Atabaki SM.Pediatric head injury , Pediatrics in
adalah mengenal dan menangani secepatnya Review. 2007;28(6):215-224
keadaan yang mengancam jiwa, dan mencegah, 11. Rodriguez JAG, Thomas RE. Office management
atau meminimumkan terjadinya kerusakan otak of mild head injury in children and adolescent.
sekunder. Penanganan ini bertujuan untuk Can Farm Physic. 2014:60;523-31
membatasi berlanjutnya cedera primer dan 12. Farred CA.2013. Management of the paediatric
mencegah atau meminimalkan cedera sekunder. patient with acute head trauma. Paediatr Child
Sebagai tindakan selanjutnya yang penting Health.2013;18(5):253-8
13. Kamal HM,Sammou H, Mardini AA, Zaitoni A,
adalah identifikasi lesi untuk 2011. Fall of platelet count in choldren with
mempertimbangkan tindakan pembedahan pada traumatic brain injury: is it of value? Chin j
anal. Prognosis akan lebih baik jika semua Traumatol,14960:336-42
prinsip penatalaksanaan dilakukan dengan tepat 14. Suman S, Kumar N, Singh Y, Kumar V, et
dan cepat. al,2016. Evaluation of serum electrolytes in TBI
patients; Prospctive randomized obsevational
Daftar pustaka study. J of Anes and Crit Care, 5(3):1-6
15. Maguire JL, Boutis, Uleryk EM, Laupacis A and
1. Center for Disease Control and Prevention, 2015. Parkin PC. Should a head injury achild receive a
Report to Conggreee on traumatik brain injury in head CT scan ? A systematic review ao clinical
USA: Epidemiology and rehabilitation. Atlanta, prediction rules. Pediatrics, 2009,jul;124(1):e145-
GA: Author. 54
2. Lerner JT, Giza CG. Traumatic brain injur in 16. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter
children. Dalam: Awaiman KF, Ashwal S, anak Indonesia. Rekomendasi Penatalaksanaan
Ferricro DM, Schor NE, penyunting. Swaimans Trauma Kepala 2016. Penyunting: Manguatmaja
pediatric neurologyprinciple and practices.2012. I, Handryastuti S, Dewi MR. 1-10
edisi ke-lima, philadelphia; saunders-Elsevier. 17. Pineda JA, Leonart JR, Mazotas IG, Noetzel M,
Hal.1087-1125 Lomrick DD, et al, 2013. Effect of
3. Schutzman SA, Barnes P, Duhaime AC, Greenes implementation of paediatric neurocritical care
D, Hormer C, Jaife D,et al. Evaluation and programme on outcome after severe traumatic
management of children younger than two years brain injury: a retrosprctive cohort study. Lancet
old with apparently minor head trauma: Proposed Neurol, 12(!): 45-52
guidelines. Pediatrics 200:107:983-93.
4. DePompei R, 2010. Pediatrc Traumatic brain
injury: Where do we go from here. The Asha
leader, 15:16-20
62