Anda di halaman 1dari 11

bahasa & sastra, Vol. 14, No.

1, April 2014

PEMBELAJARAN BAHASA ASING DI INDONESIA:


ANTARA GLOBALISASI DAN HEGEMONI

Iman Santoso
Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta
Korespondensi: Jln. Colombo No.1 Yogyakarta 5528
Pos-el: iman_santoso@uny.ac.id

Abstrak

Penyelenggaraan pembelajaran bahasa Asing di Indonesia merupakan upaya bagi


bangsa Indonesia untuk bisa menyerap dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di dunia, sekaligus jalan untuk bisa masuk ke dalam masyarakat global. Di
balik tujuan tersebut, terselip kekhawatiran adanya infiltrasi nilai-nilai Asing (Barat)
yang dapat mengikis identitas pembelajar bahasa Asing sebagai bangsa Indonesia.
Kekhawatiran ini muncul karena dalam pembelajaran bahasa Asing terkandung
informasi mengenai budaya Asing (Barat) beserta nilai-nilai kulturalnya. Nilai-nilai
kultural barat tersebut, jika tidak dipandang secara kritis oleh pengajar dan pembelajar
bahasa Asing sangat mungkin mengubah pandangan kultural pembelajar di Indonesia.
Pembelajaran bahasa Asing bahkan dicurigai menjadi sarana Barat untuk melakukan
hegemoni terhadap bangsa Indonesia (Timur). Dalam artikel ini dipaparkan mengenai
(1) situasi pembelajaran bahasa Asing di Indonesia, (2) bentuk-bentuk hegemoni
“Barat” terhadap “Timur” melalui pembelajaran Bahasa Asing, (3) Alternatif bentuk
pembelajaran bahasa Asing berbasis etnopedagogik dan interkultural.
Kata-Kata Kunci: Pembelajaran bahasa Asing, hegemoni, etnopedagogik,
pembelajaran interkultural

Abstract

Foreign language learning in Indonesia constitutes an attempt for Indonesians to be able


to absorp and keep up with the development of science and technology in the world, and to
provide a way for Indonesian people to interact with other global members. On the other
hand, there appears some concern that there may be infiltration of foreign values,
especially from the West, that might weaken the learners‘ identities as Indonesians. This
concern has emerged because foreign language learning generally presents Western
elements of cultures and values. If it is not critically examined, these Western values are
likely to change the learners‘ points of view of cultural values appropriate to be practised
in their lives. Foreign language learning is also suspected as a means for the West to
extend the Western hegemonies over the East such as Indonesians. This article explores a
number of issues: (i) learning situations of foreign languages in Indonesia, (ii) Western
hegemonic forms over the Eastern world through foreign language learning and (iii)
alternative forms of foreign language learning based on ethnopedagogic and intercultural
values.
Key Words: foreign language learning, hegemony, ethnopedagogy, intercultural learning

1
bahasa & sastra, Vol. 14, No.1, April 2014

PENDAHULUAN Bahasa menjadi media pengembang pikiran


Di awal tahun 2013, masyarakat di manusia terutama dalam mengungkapkan
Indonesia terutama dunia pendidikan realitas segala sesuatu. Alwasilah (2008:4)
dikejutkan oleh berita yang menyebutkan mengatakan bahwa bahasa merupakan alat
bahwa Mahkamah Konstitusi (MK) untuk mengejawantahkan pikiran tentang
membatalkan keberadaan Rintisan Sekolah fakta dan realitas yang direpresentasikan
Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah lewat simbol bunyi. Bahasa dan pikiran ini
Bertaraf Internasional (SBI). Dalam amar memiliki hubungan yang timbal balik,
putusannya, majelis hakim di MK menilai artinya bentuk bahasa yang digunakan akan
keberadaan RSBI/SBI telah menimbulkan dipengaruhi oleh pikiran manusia,
perlakuan diskriminatif di dunia pendidikan sebaliknya bahasa dapat mempengaruhi cara
sehingga dianggap bertentangan dengan berpikir manusia karena dibelakang bahasa
prinsip konstitusi. (MK:RSBI kembali ‘berdiri’ budaya.
menjadi sekolah biasa, 2013). Hanya anak- Identitas atau jati diri seseorang akan
anak orang kaya saja yang bisa masuk ke terbentuk diantaranya melalui interaksi
RSBI karena biaya yang lebih tinggi dengan bahasa dan budaya. Keduanya tak
dibanding sekolah reguler. Sudah menjadi terpisahkan. Sebagai contoh peran bahasa
rahasia umum, bahwa biaya yang dikenakan ibu bagi perkembangan anak. Alwasilah
pada peserta didik yang akan bersekolah di (2012:84) menyebutkan bahwa ”secara
RSBI/SBI sangat mahal untuk ukuran sosial dan kultural bahasa ibu adalah bahasa
mayoritas masyarakat di Indonesia. yang padat budaya”. Ketika anak belajar
Keberadaanya dianggap bisa melegalkan bahasa dari ibunya untuk pertama kali, ia
“kastanisasi” pendidikan. tidak hanya belajar satuan-satuan lingual
MK menegaskan keberadaan yang bisa digunakan untuk berkomunikasi,
RSBI/SBI juga berpotensi menjauhkan tapi ia juga belajar kearifan yang terkandung
dunia pendidikan dengan jati diri bangsa. dalam budayanya. Melalui bahasa ibu
Hal ini didasarkan pada fakta penggunaan identitas kulturalnya akan dibentuk,
bahasa asing yakni bahasa Inggris di setiap termasuk pandangan hidup dan cara
jenjang pendidikan (Alasan MK Bubarkan berpikirnya. Dari sini bisa dianalogikan
Sekolah RSBI, 2013). Pernyataan MK bahwa pemerolehan bahasa asing - dalam
tersebut menimbulkan pertanyaan banyak konteks di sekolah disebut pembelajaran -
pihak atau sebagian orang yang selama ini dapat membentuk (mengarahkan) identitas
‘mengagungkan’ pembelajaran bahasa kultural dan cara berpikir seseorang. Dengan
Inggris (bahasa asing lainnya) yaitu apakah demikian kekhawatiran MK mengenai
ada kaitanya antara pembelajaran bahasa pembelajaran bahasa asing (Inggris) dari
asing dengan potensi berkurangnya jati diri mulai TK – PT bisa menjauhkan anak didik
sebagai bangsa Indonesia pada peserta didik dari jati dirinya sebagai bangsa Indonesia
di sekolah? Apakah hal itu mungkin terjadi? bisa dipahami. Bahkan ada yang
Untuk menjawab pertanyaan tersebut mengkhawatirkan bahwa melalui
haruslah dilakukan tilikan pada hakikat dan pembelajaran bahasa asing itulah
fungsi bahasa dalam kehidupan manusia. “penjajahan budaya” oleh barat dilakukan
Bahasa merupakan entitas yang melekat secara laten dibalik jargon globalisasi dan
pada diri manusia sejak dilahirkan di dunia. modernisasi.
Keberadaan bahasa inilah yang membuat Berkenaan dengan itu dalam artikel
kehidupan manusia menjadi berbudaya. ini akan dikupas lebih jauh mengenai (1)

2
bahasa & sastra, Vol. 14, No.1, April 2014

bagaimana situasi pembelajaran bahasa Jepang, Arab dan Mandarin pada umumnya
asing di Indonesia?; (2) apakah benar bahwa dapat dipelajari ketika peserta didik masuk
melalui dunia pendidikan, terutama melalui pada jenjang sekolah menengah atas. Posisi
pembelajaran bahasa asing, Barat dapat bahasa asing tersebut boleh dikatakan
melakukan hegemoni terhadap Timur ?, dan; merupakan pelengkap. Yang utama tetaplah
(3) solusi apa yang bisa ditawarkan untuk bahasa Inggris yang diakui sebagai bahasa
memperkokoh jati diri bangsa dengan tidak Internasional.
menghilangkan pembelajaran bahasa asing Latar belakang yang menjadi dasar
di sekolah? bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa asing
di berbagai tingkatan pendidikan dapat
SITUASI PEMBELAJARAN BAHASA dipaparkan sebagai berikut. Pertama,
ASING DI INDONESIA sebagian besar ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang apapun ditulis dalam
Pembelajaran bahasa asing di
bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya,
Indonesia telah menjalani perjalanan sejarah
sehingga penguasaan bahasa Inggris atau
yang panjang. Pada jaman kolonial, bahasa
bahasa asing lainnya akan memberikan jalan
asing (seperti bahasa Belanda sebagai
bagi bangsa Indonesia untuk menyerap
bahasa penjajah, serta bahasa Inggris dan
perkembangan ilmu pengetahuan, atau
Jerman) telah diajarkan di sekolah-sekolah
menyebarkan ilmu pengetahuan yang
tertentu, terutama di sekolah bagi keturunan
berkembang di Indonesia. Kedua,
para bangsawan dan anak-anak Belanda.
masyarakat modern saat ini telah menjadi
Tak pelak, penguasaan terhadap bahasa
masyarakat dunia yang tak lagi tersekat-
asing di kalangan pribumi pada masa
sekat oleh jarak ataupun waktu berkat
penjajahan Belanda menjadi penanda “kelas
adanya kemajuan di bidang teknologi
sosial” yang tinggi atau terhormat di
informasi dan transportasi. Masyarakat
masyarakat.
dunia berkembang menjadi masyarakat
Seiring dengan perkembangan jaman,
global yang nir-batas. Penguasaan bahasa
saat ini pembelajaran bahasa asing tidak lagi
asing akan menjadi pintu agar bangsa
bersifat elitis. Semua orang bisa degan
Indonesia bisa berinteraksi dalam
mudah mempelajarinya. Bahkan bahasa
masyarakat global. Aspek globalisasi ini
Inggris sudah mulai dikenalkan pada anak-
menjadi salah satu pertimbangan mengapa
anak sejak usia dini. Hal ini dapat
bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya
dibuktikan dengan adanya kelompok
perlu diajarkan di sekolah.
bermain ataupun Taman Kanak-Kanak yang
Kedua hal tersebut juga mengemuka
sudah memberikan pelajaran bahasa Inggris
dalam salah satu alasan rasional
pada anak-anak didiknya. Demikian pula
pengembangan Kurikulum 2013 yang
pada jenjang sekolah dasar. Meskipun
disebut sebagai tantangan eksternal. Dalam
berdasarkan Permendiknas nomor 26 tahun
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 69
2006, bahasa Inggris mulai diajarkan pada
tahun 2013 dijelaskan:
tingkat sekolah menengah pertama. Pada
jenjang sekolah menengah hingga perguruan Tantangan eksternal antara lain terkait
tinggi, bahasa Inggris seolah menjadi suatu dengan arus globalisasi dan berbagai isu
yang mutlak, berdampingan dengan mata yang terkait dengan masalah lingkungan
pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,
kebangkitan industri kreatif dan budaya,
Matematika.
dan perkembangan pendidikan di tingkat
Bahasa asing lain selain bahasa internasional…
Inggris, seperti bahasa Jerman, Prancis,

3
bahasa & sastra, Vol. 14, No.1, April 2014

Atas dasar itu, maka bisa dipahami Kekhawatiran tersebut bukannya


jika kompetensi dasar mata pelajaran bahasa tanpa dasar. Pada setiap institusi pendidikan
Inggris untuk SMP dan SMA adalah selalu terjadi inkulturasi nilai-nilai, dan juga
mensyukuri kesempatan dapat mempelajari akulturasi budaya. Dalam konteks
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pembelajaran bahasa asing, akulturasi
komunikasi internasional yang diwujudkan budaya Barat besar kemungkinan akan
dalam semangat belajar. Ihwal globalisasi terjadi melalui proses belajar mengajar. Hal
sebenarnya juga sudah disinggung dalam ini akan menjadi sangat berbahaya jika
kurikulum sebelumnya. Misal dalam Standar tidak disertai kesadaran yang kritis oleh
Isi mata pelajaran bahasa Inggris untuk pengajar dan peserta didik. Haruslah
tingkat SMP/MTs disebutkan bahwa salah disadari bahwa institusi pendidikan
satu tujuan penyelenggaran mata pelajaran merupakan tempat terjadinya pertarungan
tersebut agar peserta didik “ memiliki ideologi. Raymond Williams (dalam
kesadaran tentang hakikat dan pentingnya Santoso, 2011) menyebutkan bahwa karya
bahasa Inggris untuk meningkatkan daya sastra, filsafat, buku ajar (pelajaran), karya
saing bangsa dalam masyarakat global”. seni, sekolah, dan institusi budaya lainnya
(Paket Pelatihan Kepala Sekolah: Standar merupakan situs hegemoni, yakni tempat
Kompetensi dan Kompetensi Dasar, 2011). pertarungan ideologi berlangsung. Pada titik
Hal serupa juga dijumpai pada mata inilah patut dicurigai bahwa “barat”
pelajaran bahasa Asing lainnya seperti menggunakan politik kebudayaan – atau soft
bahasa Jerman dan bahasa Prancis. diplomacy untuk terus melakukan hegemoni
Ihwal globalisasi dan ilmu terhadap bangsa-bangsa timur termasuk
pengetahuan yang berkembang di dunia Indonesia. Salah satunya adalah dengan
barat sebagai salah satu dasar mengapa memanfaatkan jargon globalisasi dan
bahasa asing perlu dipelajari di Indonesia, modernisasi yang mensyaratkan kemampuan
tentu tidak akan terlalu dipersoalkan jika berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
pembelajaran bahasa asing merupakan Terkait dengan hal itu kiranya perlu
variabel tunggal yang tidak disertai dengan ditelusuri bagaimana hegemoni barat bisa
variabel lain baik yang nyata terlihat berlangsung melalui pembelajaran bahasa
maupun yang bersifat laten. Satu aspek asing.
penting terkait dengan hal itu adalah fakta
HEGEMONI “BARAT” TERHADAP
bahwa bahasa melekat secara inheren pada
“TIMUR” MELALUI
budaya pemakainya. Dengan kata lain
PEMBELAJARAN BAHASA ASING
bahasa Inggris yang dipelajari oleh peserta
didik melekat di dalamnya aspek Konsep hegemoni dimunculkan oleh
kebudayaan Inggris (barat). Demikian pula Antonio Gramsci yang mengupas bagaimana
bahasa Jerman, Prancis maupun Jepang. Hal kapitalisme bisa terus mendominasi dunia
inilah yang kemudian menjadi keresahan meskipun sering mendapat “serangan” dari
berbagai pihak di Indonesia, bahwa melalui aliran sosialis ataupun kiri. Pemikirannya
pembelajaran bahasa asing peserta didik di dituangkan dalam sebuah buku berjudul The
semua tingkatan akan lebih memilih untuk Prison of Notebooks. Gramsci sebenarnya
mengarahkan orientasinya pada bahasa dan tidak mendefinisikan secara jelas mengenai
budaya asing. Ketercerabutan dari budaya apa itu hegemoni. Meskipun demikian,
sendiri (lokal) yang sejatinya harus menjadi hegemoni dapat dipahami sebagai perluasan
identitas diri dikhawatirkan akan benar- dan pelestarian kekuasaan kelompok
benar terjadi. dominan (kelas penguasa) terhadap
kelompok lain lewat kepemimpinan
4
bahasa & sastra, Vol. 14, No.1, April 2014

intelektual , moral dan politik, serta parlemen Eropa. Mereka prihatin bahwa
kebudayaan. Pelestarian kekuasaan ini kuasa bahasa Inggris atas ekonomi, ilmu
diterima secara “sukarela” oleh kelompok pengetahuan, dan teknologi bisa jadi
yang didominasi. Menurut Eriyanto (2001: ancaman terhadap bahasa dan kebudayaan
104) ideologi hegemonic menyatu dan komunitas Eropa umumnya (Sastrodinomo,
tersebar dalam praktik kehidupan, persepsi, 2012). Dalam Konferensi Internasional
dan pandangan dunia sebagai sesuatu yang Linguistik yang diselenggarakan ITB,
dilakukan dan dihayati secara British Council dan University of Leeds
sukarela.Kekuatan yang hegemonik lebih muncul gugatan dari Hywel Coleman OBE
banyak dilakukan bukan melalui kekuasaan yang berpendapat bahwa dominasi bahasa
bersenjata, namun justru lebih efektif Inggris menghadang upaya pemeliharaan
melalui kekuatan politik dan kebudayaan. keanekaragaman linguistik (Kompas, 27
Pemikiran Gramsci tentang hegemoni Juni 2012).
inilah yang kemudian menjadi salah satu Dominasi bahasa Inggris tidak hanya
pemicu pemikiran kritis Edward Said berupa berdampak pada bahasa lain yang kemudian
kajian poskolonial. Pemikirannya telah menjadi subordinat atau bahkan
menelanjangi usaha-usaha yang tidak termaginalkan, melainkan juga berdampak
terputus yang dilakukan barat untuk pada aspek kebudayaan, seperti
mendominasi (menjajah) timur, seperti yang berkurangnya pemahaman dan penghargaan
tampak dalam bukunya Orientalisme. Said terhadap budaya sendiri. Dari paparan
(1995:28) mengajukan sanggahan terhadap tersebut, sekali lagi kita menemukan bahwa
argumen-argumen yang mengatakan bahwa kekhawatiran MK terhadap hilangnya jati
kebudayaan dan identitas nasional adalah diri anak bangsa karena penggunaan bahasa
entitas-entitas yang tunggal dan murni. Inggris di dunia pendidikan tidaklah
Dengan melucuti pengertian “kita” dan mengada-ada. Penggunaan bahasa Inggris
“mereka” dari imperium, Said menunjukkan yang terlalu dini bisa berpotensi mencerabut
bagaimana asumsi-asumsi imperialis yang jati diri anak dari akar budaya lokalnya,
busuk terus mempengaruhi politik dan terutama jika tidak disertai pemikiran yang
kebudayaan Barat. Dari sini kita bisa kritis oleh orang tua dan pengajar bahasa
mencurigai bahwa imperialisme di era Inggris.
modern ini telah berubah wajah. Tidak lagi Pertanyaan lanjutan yang kemudian
menunjukan wajah sangar dengan kekuatan muncul adalah, apakah pada peserta didik
senjata, namun “berwajah ramah” dalam yang sudah beranjak remaja dan dewasa
bentuk invasi kebudayaan barat melalui kemungkinan mengadopsi nilai-nilai
berbagai cara dan media, seperti film, iklan, kultural barat saat mempelajari bahasa tidak
karya sastra, buku ajar, musik bahkan terjadi? Atau apakah mungkin
pembelajaran bahasa. ketercerabutan dari akar budaya lokal justru
Dalam khasanah ilmu bahasa, saat ini terjadi pada masa remaja atau dewasa?
dikenal dengan adanya istilah linguistic Santoso dkk., pada tahun 2010 dan
imperialism. Bahasa Inggris adalah salah 2011 melakukan kajian mengenai dominasi
satu pihak yang dituding sebagai pelaku barat yang tampak dalam buku ajar bahasa
imperialisme di bidang linguistik. Tak asing yaitu Inggris, Jerman dan Prancis.
kurang seorang tokoh seperti Mahatma Kajian tersebut dilakukan dari sudut
Gandhi pernah mengkhawatirkan adanya pandang poskolonial. Dari kajian tersebut
dominasi bahasa Inggris. Hal itu juga ditemukan beberapa perwujudan dominasi
menjadi kekhawatiran beberapa anggota barat. Berikut beberapa cuplikan dari hasil

5
bahasa & sastra, Vol. 14, No.1, April 2014

studi tersebut, terutama yang terkait dengan 1 tampak nama-nama perusahaan di


buku ajar bahasa Jerman dan Prancis. Perancis dan Eropa yang sudah mendunia,
Aspek superioritas Barat merupakan seperti Danone, Carrefour, Nestlé, Philips
salah satu bentuk poskolonial yang banyak dan Siemens. Superioritas Barat tampak jelas
muncul dalam bentuk gambar yang dengan hadirnya industri-industri Perancis
menunjukan bahwa Barat (misal Jerman dan dan Eropa tersebut di Indonesia. Tingginya
Prancis) memiliki aspek-aspek keunggulan antusiasme masyarakat dalam
dan modernitas dibanding Timur. mengkonsumsi produk air mineral seperti
Superioritas Barat dapat diartikan sebagai Aqua yang merupakan lisensi dari Danone
suatu visi subjek kolektif intelektual Barat sudah sangat jelas. Pesatnya pertumbuhan
dalam memarginalisasikan masyarakat pasar swalayan Carrefour di berbagai kota
timur. Di halaman 206 buku ajar bahasa besar di Indonesia rasanya juga sulit untuk
Jerman Studio D A1 terdapat slogan “Made dibantah bahwa mereka telah menancapkan
in Germany”. Slogan ini sudah cukup lama kukunya di sini. Perusahaan-perusahaan
dikenal yang mengisyaratkan bahwa produk Eropa (Jerman dan Perancis) yang
Jerman memiliki kualitas baik. Pada situs disebutkan di atas terbukti makin
www.germanoriganilty.com mengukuhkan bentuk superioritas Barat di
disebutkan“.."Made in Germany" is Indonesia.
recognized around the world as a label for Bentuk poskolonialitas berikutnya
products of high quality, standards and adalah mimikri. Mimikri dapat dipahami
value…”. Tak heran kepemilikan mobil sebagai bentuk-bentuk peniruan,
mewah seperti BMW dan Mercedes-Benz penyesuaian terhadap etika dan kategori
kemudian menjadi simbol prestige dari ideal Eropa, seolah-olah sebagai sesuatu
pemilikinya. Penanda bahwa ia masuk yang universal (Ratna, 2008: 452). Hal ini
dalam kelas menengah atas. Pada halaman tampak pada dua gambar yang diambil dari
119 dalam buku ajar bahasa Prancis Campus buku ajar bahasa Prancis.

di
Gambar pertama menunjukkan
Indonesia, seolah menjadi penanda
seorang laki-laki dan perempuan saat
modernitas bagi mereka, meskipun
bertemu melakukan cium pipi kiri dan
sebenarnya tidak selalu cocok dengan
kanan. Sedang gambar kedua menunjukkan
budaya Indonesia.
penataan meja makan yang dianggap
Bentuk poskolonial lainya adalah apa
berskala internasional. Kedua hal tersebut
yang disebut politik tubuh, sebuah bentuk
saat ini banyak dilakukan oleh kalangan atas
6
bahasa & sastra, Vol. 14, No.1, April 2014

perilaku untuk mengubah identitas tubuh sekolah menengah atas untuk mengenalkan
seseorang dengan meniru identitas tubuh bahasa dan budaya mereka secara lebih dini,
Barat. Dalam buku ajar bahasa Jerman aspek seperti yang dilakukan Jerman dengan
ini sangat tersamar dan terkait dengan salah program Partner Schule-nya (disingkat
satu produk Jerman yang sudah mendunia PASCH). Program ini merupakan bentuk
yaitu Nivea. Nivea adalah krim yang kerjasama antara pemerintah Jerman dengan
diproduksi untuk memelihara kejernihan sekolah-sekolah di seluruh dunia yang
kulit baik wanita maupun pria. Produk menyelenggarakan pembelajaran bahasa
kosmetik yang dianggap bisa membuat kulit Jerman. Sekolah yang terpilih akan
lebih bening ini banyak diminati oleh wanita memperoleh bantuan berupa pengembangan
Indonesia. Motiv seseorang untuk sumber daya manusia berupa pelatihan bagi
mengkonsumsinya, sering kali karena guru bahasa Jerman di Jerman, perangkat
merasa kulit coklat tidaklah cantik sehingga pembelajaran, hingga pengiriman siswa
perlu kosmetik tertentu yang dapat membuat berprestasi ke Jerman. PASCH hanyalah
kulitnya menjadi lebih bening / putih. salah satu contoh. Hal serupa – meski dalam
Selama ini seolah berlaku anggapan bahwa bentuk lain – juga dilakukan oleh negara-
cantik itu identik dengan kulit bening / negara barat lainnya.
putih, hidung mancung dan bermata biru. Tujuan yang ingin “ditembak” oleh
Simaklah bintang sinetron yang sangat laris, pemerintah Jerman merupakan tujuan jangka
mereka adalah artis-artis yang umumnya panjang. Ini merupakan bagian dari strategi
memiliki darah campuran (Indo). diplomasi yang bersifat lunak. Peserta didik
Aspek-aspek yang dipaparkan tersebut yang sekarang belajar bahasa Jerman di
hanyalah sebagian contoh dari bagaimana SMA kelak akan menjadi pemimpin di
berbagai unsur kebudayaan barat bisa Indonesia, setidaknya akan menjadi kelas
meresap ke dalam budaya di Indonesia dan menengah dan kelas atas. Mereka
kerap menjadi acuan bagi masyarakat timur. diharapkan akan memiliki orientasi ke
Jawaban atas pertanyaan, apakah peserta Jerman, seperti kuliah di Jerman, membeli
didik usia remaja atau dewasa seperti produk-produk Jerman, membuka investasi
mahasiswa bisa terkontaminasi budaya barat untuk Jerman, bekerja sama di berbagai
menjadi jelas, bahwa itu sangat mungkin bidang dengan Jerman dst. Jika
terjadi jika tidak diiringi sikap kritis dan diperhatikan, hal yang sama juga dilakukan
tidak dimilikinya fondasi budaya lokal yang oleh negara-negara yang secara ekonomi
kuat baik oleh peserta didik maupun sudah sangat mapan, seperti Amerika,
pengajar bahasa asing. Beberapa contoh Inggris, Prancis, Jepang, Kanada dan
yang dipaparkan tersebut sekaligus juga sekarang perlahan adalah China.
menunjukan bagaimana budaya barat Lalu apa yang bisa dilakukan oleh
disisipkan pada pembelajaran bahasa asing bangsa Indoneisa? Apakah pembelajaran
sehingga bisa menunjang proses hegemoni bahasa asing yang dicurigai menjadi saran
Barat terhadap Timur. hegemoni barat harus dihapus? Tentu saja
Sadar akan hal itu, pihak barat tak tidak. Pembelajaran bahasa asing tetap dapat
segan-segan mengerahkan segala daya untuk diselenggarakan berdampingan dengan
membuka lembaga-lembaga kebudayaan pembelajaran bahasa Indonesia atau daerah.
mereka di seluruh dunia, seperti Goethe- Salah satu cara yang ditawarkan di sini
Institut, British Council dan IFI-Institut adalah menggunakan konsep etnopedagogik
Français d’Indonésie. Mereka juga tidak dan pembelajaran bahasa yang berbasis pada
segan masuk pada dunia pendidikan di pendekatan interkultural.

7
bahasa & sastra, Vol. 14, No.1, April 2014

dalam bahasa asing, peserta didik dapat


ETNOPEDAGOGI DAN diminta untuk menuliskan kembali cerita
PEMBELAJARAN BAHASA ASING rakyat ke dalam bahasa asing. Proses
BERWAWASAN INTERKULTURAL penulisan kembali ataupun pembacaan cerita
rakyat dalam bahasa asing yang dipelajari
Alwasilah (2012: 118) menjelaskan harus disertai dengan analisis kritis untuk
bahwa etnopedagogi merupakan menemukan nilai-nilai positif yang
pendekatan dalam pendidikan yang terkandung di dalamnya.
bertopang pada nilai-nilai dasar masyarakat Dari sisi didaktik dan metodik, proses
lokal. Etnopedagogi memandang belajar mengajar bahasa Asing selalu
pengetahuan atau kearifan lokal (indigenous mengikutsertakan upaya untuk mengenal
knowledge, local wisdom) sebagai sumber dan memahami latar belakang budaya dari
inovasi dan keterampilan yang dapat bahasa yang dipelajari. Kompetensi
diberdayakan untuk kesejahteraan komunikatif yang dicanangkan untuk diraih
masyarakat. Dengan bahasa yang lebih dalam pembelajaran tersebut akan sulit
sederhana, etnopedagogi merupakan terealisir, jika peserta didik tidak mengenal
pendekatan pendidikan yang budaya dari bahasa asing tersebut. Menurut
mengintegrasikan kearifan lokal dalam Canale dan Swain (dalam House, 1997)
praksisnya. Kearifan lokal ini kemudian upaya untuk meraih kompetensi komunikatif
menjadi napas bagi seluruh unsur-unsur secara komprehensif akan tercapai jika
pendidikan yang terlibat di dalamnya, mulai peserta didik disamping mengusai unsur-
dari kurikulum, proses belajar mengajar unsur kebahasaan juga memahami konteks
hingga evaluasinya. kultural yang menjadi latar belakang
Praksis pendidikan yang menggunakan perkembangan sebuah bahasa. Oleh karena
pandekatan etnopedagogi pada dasarnya itu pada saat-saat tertentu pengajar bahasa
merupakan upaya untuk menjaga agar harus menjelaskan aspek budaya dari bahasa
peserta didik tidak tercerabut dari akar yang diajarkannya.
budayanya karena memahami dengan baik Dalam situasi seperti itu pengajar
kearifan lokal yang dimiliki masyarakatnya. harus bersikap kritis, karena seringkali
Etnopedagogi juga membekali peserta didik dijumpai aspek budaya yang menyertai
dengan kemampuan mengantisipasi sebuah ujaran kebahasaan tidak sesuai
perkembangan dunia yang berubah dengan dengan nilai-nilai budaya lokal. Sebagai
cepat. Praksis pendidikan yang bernuansa contoh ungkapan bahasa Inggris yang sering
etnoepdagogi membekali peserta didik kita dengar yaitu “Time is money”. Jika
dengan fondasi budaya lokal yang kuat. direnungkan ungkapan tersebut cenderung
Praksis pendidikan seperti ini harus mendorong manusia untuk memanfaatkan
dimulai dengan menggali kembali kekayaan waktu seefisien mungkin demi mengejar
budaya lokal untuk menemukan bentuk- sesuatu yang bersifat materi. Jangan
bentuk kearifan lokal. Berdasarkan karifan dilupakan ungkapan tersebut datang dari
lokal yang ditemukan tersebut, proses negara industri yang memiliki latar belakang
pembelajaran dapat dirancang. Dalam budaya kapitalis. Ungkapan ini agak berbeda
pembelajaran bahasa asing misalnya, peserta nuansanya dengan misalnya pepatah Jawa
didik dapat dikenalkan dengan cerita rakyat yaitu alon-alon asal kelakon (Pelan-pelan
(sastra lokal) yang ditulis dalam bahasa asal terlaksana/tercapai). Dalam pepatah
asing yang dipelajari. Seandainya tidak tersebut mengandung pesan agar kita tidak
ditemukan cerita rakyat yang sudah ditulis tergesa-gesa, sabar dan hati-hati. Demikian

8
bahasa & sastra, Vol. 14, No.1, April 2014

pula kalimat bahasa Jerman yang dijumpai Pauldrach, 1992) tujuan global dari
dalam sebuah teks di buku ajar bahasa komunikasi interkultural adalah untuk
Jerman yang berbunyi Sie ist ledig, aber hat memberikan kontribusi dalam pemahaman
ein Kind (Dia lajang, tapi punya satu anak). antar bangsa. Dengan demikian pengajar
Latar belakang budaya yang dapat bahasa asing harus mampu mengantarkan
digunakan untuk menjelaskan fenomena peserta didiknya untuk dapat memahami
tersebut adalah “dia lajang dan mengadopsi budaya asing yang terepresentasikan dalam
anak” atau “dia lajang, tapi sudah punya bahasanya dengan berpegang pada
anak di luar pernikahan”. Dalam konteks pemahaman atas budaya sendiri. Di sinilah
budaya Jerman, yang sering terjadi adalah ditemukan kesesuaian antara pendekatan
kemungkinan kedua. Hal-hal seperti inilah interkultural dalam pembelajaran bahasa
yang perlu dikritisi oleh pengajar dan asing dengan pendekatan etnopedagogik.
peserta didik berbekal kearifan lokal. Selain
SIMPULAN
itu pengajar jangan sampai terjebak pada
sikap yang cenderung ‘mengagungkan’ Keberadaan pembelajaran bahasa
budaya barat. Dalam teks-teks yang ada asing di Indonesia adalah suatu keniscayaan.
pada buku ajar asing yang diterbitkan di Penguasaan terhadap bahasa asing sangat
negara asalnya, selalu dimunculkan wacana- diperlukan, karena beberapa alasan.
wacana yang merekam perkembangan Pertama, penguasaan bahasa asing
kehidupan masyarakatnya, seperti kemajuan merupakan pintu masuk untuk memasuki
teknologi, kemapanan di bidang ekonomi, masyarakat dunia yang global (gloablisasi).
kesejahteraan, industri yang maju dll. Kedua, sebagai sarana untuk menyerap ilmu
Sebuah pendekatan dalam pengetahuan yang berkembang di negara-
pembelajaran bahasa asing yang saat ini negara lain dan sebaliknya menjadi media
berkembang – terutama di negara-negara untuk menyebarkan ilmu pengetahuan yang
Eropa – adalah pendekatan interkultural. berkembang di Indonesia ke luar. Kedua
Pendekatan ini memiliki landasan bahwa alasan tersebut tentu sangatlah baik untuk
sebenarnya keberhasilan komunikasi yang dipegang. Meskipun begitu bangsa
terjadi antar dua komunikator yang berasal Indonesia harus tetap bersikap kritis, karena
dari dua budaya berbeda tidak hanya pembelajaran bahasa Asing bisa menjadi
ditentukan oleh penguasaan aspek ‘kendaraan’ pihak Barat untuk melakukan
kebahasaan, baik struktur gramatikal hegemoni terhadap Indonesia.
maupun sosio-pragmatiknya, tetapi juga Dalam konteks pembelajaran bahasa
kemampuan menangkap, memahami dan asing, kemungkinan terjadinya perubahan
memiliki empati terhadap kultur partner pola pikir dari peserta didik yang belajar
komunikasinya. Oleh karena itu tujuan yang bahasa asing sangatlah mungkin. Bahasa
ingin dicapai bukan hanya kompetensi mencerminkan pola berpikir masyarakat
komunikatif, melainkan juga kompetensi penuturnya, sehingga ketika terjadi proses
interkultural. Kompetensi interkultural pembelajaran bahasa asing secara tidak
merupakan kompetensi yang dimiliki oleh langsung terjadi pula proses persingunggan
seseorang untuk berinteraksi dengan orang dengan pola pikir serta budaya bangsa yang
yang berasal dari kultur lain dengan bahasanya dipelajari. Pada saat itu wawasan
berpegang pada kemampuan untuk kultural peserta didik bisa berubah.
menghargai budaya sendiri (the self) serta Perubahan tersebut bisa dalam bentuk
empati terhadap budaya asing (the other). pengabaian terhadap budaya sendiri atau
Menurut Weimann dan Hosch (dalam pemujaan yang berlebihan terhadap budaya
asing tersebut.
9
bahasa & sastra, Vol. 14, No.1, April 2014

Ada dua jalan yang bisa ditempuh bubarkan-sekolah-rsbi, pada


sebagai solusinya. Pertama, menerapkan tanggal 8 Oktober 2013.
pendekatan etnopedagogi pada pembelajaran Eriyanto. 2001. Analisis Wacana, Pengantar
bahasa asing. Melalui etnopedagogi kita Analisis Teks Media. Yogyakarta:
akan selalu ‘menoleh’ pada kearifan lokal Penerbit LKiS.
yang dimiliki bangsa Indonesia, sehingga
kekhawatiran akan tercerabutnya jati diri House, Juliane. 1997. “Zum Erwerb
sebagai bangsa Indonesia bisa dieliminir. interkultureller Kompetenz im
Kedua, menerapkan pendekatan interkultural Unterricht des Deutschen als
dalam pembelajaran bahasa asing. Fremdsprache” in Zeitschrift für
Pendekatan interkultural bertujuan untuk interkulturellen
mengembangkan kompetensi komunikatif Fremdsprachenunterricht (Online).
dan interkultural pada diri pembelajar. Jahrgang 1, Nummer 3, Januari
Kompetensi interkultural merupakan 1997. Diakses dari http://zif.spz.tu-
kemampuan berempati terhadap budaya darmstadt.de/jg-01-
asing dengan berlandaskan pada budaya 3/beitrag/house.htm pada tanggal 9
sendiri. Pebruari 2013.
UCAPAN TERIMA KASIH MK: RSBI kembali menjadi sekolah biasa.(8
Januari 2013). Merdeka.com.
Ucapan terima kasih secara khusus diakses dari
penulis sampaikan kepada Panitia Forum http://www.merdeka.com/peristiwa/
Ilmiah IX (Seminar dan Lokakarya mk-rsbi-kembali-menjadi-sekolah-
Internasional Bahasa, Sastra, Seni dan biasa.html pada tanggal 9 Pebruari
Pembelajarannya) FPBS UPI yang telah 2013.
memberi kesempatan pada penulis untuk
menyajikan artikel ini. Terima kasih juga Paket Pelatihan Kepala Sekolah: Standar
disampaikan kepada Prof. A. Chaedar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
Alwasilah, M.A., Ph.D yang telah 2011. Diakses dari
memperkenalkan etnopedagogi dalam http://inovasipendidikan.net/ppks/P
perkuliahan yang beliau ampu di Sekolah aket%20Pelatihan%20Kepala%20S
Pascasarjana UPI. ekolah%20(Standar%20Kompetensi
).pdf, pada tanggal 9 Pebruari 2013
PUSTAKA RUJUKAN Pauldrach, Andreas. 1992. “Eine unendliche
Geschichte: Anmerkungen zur
Alwasilah, A.Chaedar. 2008. Filsafat
Situation der Landeskunde in
Bahasa dan Pendidikan. Bandung:
den90er Jahren” in Fremdsprache
Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Deutsch - Zeitschrift für den Praxis
-----------.2012. Pokoknya Rekayasa des Deutschunterrichts:
Literasi. Bandung: PT. Kiblat Landeskunde. Juni, 1992. München:
Buku Utama. Verlag Klett Edition Deutsch.
Peran Bahasa Inggris digugat. Kompas,
Alasan MK Bubarkan Sekolah RSBI. (8
tanggal 27 Juni 2012.
Januari 2013). Tribun News.com.
Diakses dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional,
http://www.tribunnews.com/nasion Nomor 26 tahun 2006, diakses dari
al/2013/01/08/alasan-mk- http://akhmadsudrajat.files.wordpres

10
bahasa & sastra, Vol. 14, No.1, April 2014

s.com/2009/04/permendiknas-no-22- indonesia.org/id/bsnp/wp-
tahun-2006.pdf pada tangal 12 content/uploads/2013/06/Salinan-
Pebruari 2013. Permendikbud-No.-69-th-2013-ttg-
ttg-KD-dan-Struktur-Kurikulum-
Ratna, Nyoman Kutha. 2008.
SMA-MA.zip pada tanggal 9
Poskolonialisme Indonesia,
Oktober 2013.
Relevansi Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Santoso, Iman., Nurhadi, Swandayani,
Dian., & Nurhayati, Ari. 2011
Said, Edward. 1995. Kebudayaan dan
Bentuk-bentuk Dominasi Barat
Kekuasaan: Membongkas Mitos
Mutakhir di Indonesia: Kajian
Hegemoni Barat. Bandung: Mizan.
Poskolonial terhadap Textbook
------------. 1994. Orientalisme. Bandung: Universitas, Karya Sastra, dan
Penerbit Pustaka Pemikiran Barat. Laporan
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Penelitian Hibah Stranas, DP2M
Pendidikan dan Kebudayaan, Dikti.
Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Sastrodinomo, Kasijanto. “Melawan
Kerangka dasar dan Struktur Dominasi Bahasa Inggris”. Dikutip
Kurikulum Sekolah Menengah dari Kompas, 27 April 2012.
Atas/Madrasah Aliyah. Diakses dari
http://bsnp-

11

Anda mungkin juga menyukai